Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 11; 3. Permintaan Benno





“Dengan galley proof, kita perlu membandingkannya dengan naskah dan memperbaiki kesalahan. Semakin banyak yang melakukannya, semakin baik, karena akan ada kesalahan tidak peduli seberapa hati-hati dirimu.”
 

Setelah pemeriksaan kesalahan ketik selesai, galley diperbaiki dan galley proof dicetak. Hanya setelah semua kesalahan dipastikan telah diperbaiki, kami akan mulai mencetak dalam jumlah besar, dan proses typesetting dan koreksi kesalahan ini membentuk sebagian besar pencetakan yang berulang.

“Aku sangat puas dengan mesin cetak ini. Aku ingin memesan yang identik untuk dikirim ke Hasse.”

“T-Terima kasih banyak,” Ingo dan Johann menjawab dengan senyum gugup. Zack, bagaimanapun juga, tampak agak tidak puas, kemungkinan karena dia tidak terlibat dalam konstruksi yang sebenarnya.

Jangan khawatir, Zack. Aku memiliki lebih banyak rencana untuk Kau buat.

Bagaimanapun juga, dengan menyebarkan hal-hal yang aku inginkan ke seluruh dunia sekaligus, aku menyebabkan beberapa dampak serius di berbagai tempat. Pengaruhku lebih besar dari yang pernah aku duga, dan pengaruh itu tidak diragukan lagi akan menciptakan persaingan sengit antar workshop, yang ingin mendapat keuntungan sebanyak mungkin. Akibatnya, Perusahaan Gilberta akan mendapatkan pekerjaan tambahan, karena mereka bertindak sebagai perwakilanku dan perantara antara aku dan workshop.

Masalahnya, aku tidak bisa hanya memilih satu workshop untuk memberikan bisnis eksklusifku.

Aku menghela nafas. Kreativitas dan keterampilan Zack dalam hal menggambar cetak biru sangat penting bagiku, tetapi begitu juga kemampuan teknis Johann yang dengan sempurna menghidupkan rencana itu. Tidak ada cara untuk menghindari memberikan pekerjaan kepada mereka berdua, tetapi konflik yang tak terhindarkan yang akan ditimbulkan antara workshop cukup kasar.

Akan jauh lebih mudah jika mereka menggabungkan workshop mereka menjadi satu.

Aku merenungkan ide itu sejenak, lalu melihat ke arah Zack. "Apa yang harus aku lakukan untuk menjadikanmu mandor workshop baru, Zack?"

"Apa?!"

Zack segera menatapku dengan mata lebar, sementara Ingo dan Johann menatapku dengan tatapan bingung seolah-olah aku telah berubah menjadi semacam makhluk buas yang berbicara. Tampaknya cukup jelas bahwa saranku sedikit tidak lazim, jadi aku buru-buru menjelaskan pemikiranku.

“Aku hanya berpikir bahwa Zack dan Johann mendirikan workshop bersama akan membuatku lebih mudah memesan barang dari mereka berdua.”

Karena aku tidak bisa begitu saja memberikan salah satu workshop mereka bisnis eksklusifku, ideku adalah mendirikan workshop yang hanya berisi pengrajin pribadiku.

“Zack dan Johann berasal dari pandai besi yang berbeda, jadi menerima pesanan dan membagikan bayaran sedikit merepotkan, kan? Well, Zack mudah bergaul dan memiliki imajinasi yang cerdas dan aktif, jadi aku pikir dia akan cocok untuk menjadi mandor, sementara Johann dapat mencurahkan keterampila luar biasanya untuk menyelesaikan pokok workshop.

“Tunggu, tahan. Johann dan aku sama-sama leherl, yang berarti bahwa, meskipun kami dapat mewarisi workshop kami saat ini —dengan asumsi masing-masing mandor memilih kami setelah kami mendapat sertifikasi beruf, tentu saja— kami tidak dapat menjadi mandor workshop baru.

“Tunggu, benarkah?”

Zack dan Johann melanjutkan untuk menjelaskan bahwa, meskipun kontrak yang ditandatangani oleh lehange umumnya untuk 3 tahun kerja, kontrak yang ditandatangani oleh leherl mengikat mereka ke dalam pekerjaan seumur hidup dengan workshop khusus itu. Ini dilakukan untuk membantu workshop tumbuh, tetapi itu juga berarti leherl tidak bisa pergi ke workshop mereka sendiri. Dengan kata lain, ke mana pun Kau pergi, orang ingin menyimpan pekerja terampil untuk diri mereka sendiri.

“Kontrak leherl dapat dibatalkan jika dianggap tidak berguna atau menyebabkan terlalu banyak masalah, tetapi Zack dan Johann menghasilkan banyak uang untuk workshop mereka,” tambah Ingo, memberikan perspektif seorang mandor dengan workshop. "Aku ragu mandor mereka akan membiarkan mereka pergi."

Ingo rupanya sudah bercita-cita menjadi mandor sejak kecil, percaya diri dengan kemampuannya sejak kecil dan mendapat dukungan dari orang tuanya. Dia menolak kontrak leherl yang ditawarkan kepadanya dan malah mendaftar sebagai lehange dengan berbagai workshop untuk mengasah bakatnya.

“Begitu... Jadi itu berarti aku tidak mungkin mendirikan workshop khusus untuk para Gutenberg-ku,” keluhku, di mana Johann berulang kali mengangguk setuju. “Tapi sayang. Ada banyak proyek besar yang ingin aku mulai, dan aku pikir memiliki workshop pribadi akan membuat penyampaian pesanan menjadi lebih mudah. Tapi ku kira itu bukan pilihan.” “Proyek besar?” Zack bertanya dengan ragu.

Aku mengangguk. "Benar. Maukah Kau merancang (pompa tangan) untukku sehingga kita dapat mengambil air dari sumur dengan lebih mudah? Aku bersedia membeli desain-mu tanpa ragu. Niat-ku adalah memberikan desain tersebut kepada Guild Smithing untuk diamankan, karena dengan cara ini, siapa pun akan dapat membuat (pompa tangan) untuk diri mereka sendiri di masa depan.

"Tapi kenapa?"

“Karena penemuan ini akan menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada yang bisa digunakan oleh satu workshop saja, dan aku lebih suka itu nanti menyebar ke seluruh dunia sekaligus. Perjuangan menimba air dialami secara universal, bukan?”

"Tetap saja, aku tidak mengerti mengapa anda akan mempublikasikan desain," jawab Zack. “Anda jelas selalu berusaha memonopoli keuntungan sebanyak mungkin.”

Dia dan semua pengrajin lain tampak bingung; mereka sangat terbiasa memprioritaskan untung untuk workshop mereka sendiri sehingga mereka tidak dapat memahami keinginanku untuk mulai menyebarkan produk kualitas hidup yang nyaman.

Well, jika semua jelata berpikir dengan cara yang sama tentang ini, mungkin aku harus mencari cara untuk mendapat keuntungan darinya agar para pengrajin dapat memahamiku dengan lebih baik. Mungkin aku bisa memakai ini sebagai kesempatan untuk mempopulerkan konsep royalti...

“Meskipun aku akan mengizinkan Guild Smithing untuk mengelola desain, aku tidak akan melepaskan (pompa tangan) secara gratis. Aku bermaksud untuk menandatangani kontrak sihir yang menyatakan bahwa, untuk setiap yang dibuat, Zack dan aku akan menerima sedikit pembayaran—karena telah merancang produk dan menciptakannya, masing-masing.”

"Jadi begitu. Itu akan memberimu keuntungan sambil menyebarkan produk itu,” jawab Ingo, mengangguk beberapa kali sambil membelai pipinya. Zack pun mengangguk mengerti bahwa sekarang aku sedang membicarakan pembayaran.

“Apa sebenarnya yang anda bicarakan, Lady Rozemyne? Saya hanya bisa menebak itu sama anehnya dengan semua hal yang anda buat.”

"Baiklah. Kamu benar. Ini cukup aneh.”

Aku menjelaskan teori di balik pengoperasian pompa tangan sebaik dan sesederhana mungkin. Dulu semasa Urano, aku telah meneliti subjek saat kelas studi sosial di mana kami membandingkan kehidupan masa lalu dan masa kini. Kelompokku menugaskanku untuk pergi ke perpustakaan dan melakukan penelitian, dimana itu merupakan kenangan yang berharga karena aku sangat jarang diberi kepercayaan untuk melakukan berbagai hal.

Yang artinya, aku tidak benar-benar membuat pompa sendiri. Paling banter yang bisa aku lakukan adalah menggambar ilustrasi kasar dan memberikan penjelasan yang luas, akan tetapi Zack tetap menyimak, mata abu-abunya bersinar dengan cahaya kompetitif.

“Jadi, saat anda memindahkan bagian ini ke sini, bagian ini bergerak dan membuka katupnya... Oke. Saya pikir saya mengerti. Saya akan mencoba menggambar beberapa desain.”

"Lakukan yang terbaik, Gutenberg yang terhormat."

Aku mengetuk kartu guild dengan Lutz untuk membayar biaya mesin cetak yang tersisa, biaya mesin cetak baru yang akan dikirim ke Hasse, dan uang muka untuk desain pompa tangan. Aku akan menyerahkan pembagian uang di antara para pengrajin, mengirimkan laporan ke guild, dan seterusnya ke Perusahaan Gilberta.

“Lady Rozemyne, Tuan Benno mempercayakan ini,” kata Lutz, menyerahkan sebuah surat kepada Gil, yang kemudian memberikannya kepadaku.

Aku membukanya saat itu juga, dan di dalamnya ada pesan singkat yang menyatakan bahwa Hugo ingin menjadi koki istana. Sepertinya dia telah selesai melatih pengganti di restoran Italia.

“Jika memungkinkan, dia ingin menerima pengantar darimu,” tambah Lutz.

Pada akhirnya archduke-lah yang memiliki hak untuk memutuskan siapa yang nantinya dipekerjakan sebagai koki istana. Sylvester sebelumnya telah memberinya undangan langsung dan tidak tercatat, tetapi tidak ada dokumen resmi yang dibagikan atau ditandatangani; tanpa aku mengucapkan sepatah kata pun untuknya, dia mungkin bahkan tidak akan bisa memasuki kastil atau Area Bangsawan lagi.

"Pada akhirnya, dia tidak menemukan pasangan baru sebelum Festival Bintang..."

Oh, benar. Pacarnya menolaknya atau semacamnya. Bagaimana dengan Hugo dan Damuel, rasanya setiap pria di dekatku akhir-akhir ini ditolak.

Merasa sedih tentang betapa tidak berhasilnya asmara semua orang di dekatku, aku melihat ke arah Lutz. "Tolong beri tahu Benno untuk mengirim Hugo bersamamu lain kali sehingga kita bisa mendiskusikan ini secara langsung."

"Sesuai kehendak anda."

_____________



Tiga hari kemudian, Benno dan Lutz mengunjungi kamar direktur panti asuhan dengan Hugo di belakangnya. Dia telah dibuat untuk mengenakan pakaian terbaiknya dan praktis menyusut ketakutan saat matanya dengan panik mengamati sekeliling. Sejujurnya agak lucu melihatnya seperti itu. Dia belum pernah naik ke lantai dua saat dia bekerja di sini sebagai kokiku, jadi aku tahu dia merasa tidak pada tempatnya.

Setelah kami selesai bertukar salam dan duduk, Fran datang untuk menuangkan teh. Seperti bangsawan asli, aku menyesap tehku terlebih dahulu dan menggigit kudapan baru yang telah Ella siapkan. Dia telah mengerahkan segalanya untuk membuatnya setelah mendengar bahwa Hugo akan datang—langues de chat dipisahkan oleh krim dan selai yang terbuat dari buah musiman. Dia benar-benar telah membara dengan motivasi untuk menunjukkan kepada mantan gurunya betapa dia telah tumbuh.

Nicola telah memberitahuku informasi ini, sambil tertawa.

“Ini dia. Ini adalah kudapan baru yang Ella siapkan.”

Dalam sekejap, ekspresi kecil dan cemas Hugo berubah menjadi seorang koki. Dia menegakkan punggung dan memeriksa kudapan itu dengan mata menyipit sebelum mengambilnya, melihatnya lebih dekat dari berbagai sudut, dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Saat dia menelan, ekspresinya berubah menjadi cemberut. “Ga! Dia sudah meningkat terlalu banyak..." gumamnya, jengkel. Tampaknya kerja keras habis-habisan Ella untuk membuat kudapan terbaik yang pernah ada berhasil melukai harga diri Hugo.

"Jadi, Hugo ingin menjadi koki istana sekarang...?" Aku bertanya, memulai pembicaraan.

Benno mengangguk. “Saya telah diberitahu bahwa dia menerima undangan dari archduke sendiri, tetapi tidak ada dokumen resmi yang diberikan. Kami berharap anda dapat mengirimkan kabar tentang keputusannya untuk kami, Lady Rozemyne.”

“Apakah restoran Italia siap kehilangan Hugo? Apa yang dikatakan co-owner, Freida, tentang ini?” Aku bertanya.

Ternyata, baik Benno maupun Freida telah sepakat bahwa koki restoran Italia yang akan menjadi koki istana di kastil tidak akan membawa apa-apa selain publisitas yang baik bagi mereka.

"Jadi begitu. Dalam hal ini, aku tidak ragu untuk mengirim kabar bahwa Hugo dapat menjadi koki istana.”

Benno menghela nafas lega, lalu menyilangkan tangan di depan dada dengan ucapan terima kasih. Hugo melakukan hal yang sama.

Aku memberi mereka anggukan cepat, lalu melirik Hugo untuk konfirmasi terakhir. “Tolong dimengerti, meskipun — kamu akan menerima akomodasi yang sama sekali berbeda dari ketika kamu tinggal di kastil untuk mengajakan resepku kepada koki istana lain. Kau tidak akan memulai sebagai guru, melainkan sebagai juru masak tingkat pemula. Apakah itu dapat diterima? Saat ini, Kau memegang posisi berharga sebagai kepala koki di restoran Italia. Menjadi koki istana akan mengirimmu kembali ke bawah.”

“Meski begitu, inilah yang saya inginkan,” jawab Hugo, dengan tegas mengepalkan tangan di pangkuannya.

“Selanjutnya, resep yang telah aku ajarkan kepadamu selama ini telah dilindungi oleh kontrak sihir. Kau tidak akan lagi dapat menyebarkan resep baru setelah Kau dipekerjakan sebagai koki istana, dan aku tidak dapat memprediksi bagaimana koki lain akan memperlakukanmu.”

“Tuan Benno juga mengatakan hal senada. Tapi saya tetap ingin melakukannya,” kata Hugo. Tekadnya sekuat besi; dia ingin menjadi koki istana tidak peduli posisi apa yang ditempatkan padanya.

“Ini juga penting, jika kamu memasuki Area bangsawan sebagai koki istana, kamu tidak akan lagi dapat kembali ke kota bawah tanpa seizin majikanmu. Kau punya keluarga kan? Apakah Kau baik-baik saja jika berpisah dari mereka? Apakah mereka menyetujuinya?”

Benno sedikit menurunkan pandangannya, mengetahui bahwa aku sendiri telah dipaksa meninggalkan keluargaku, akan tetapi Hugo tidak terpengaruh. Dia hanya menjawab bahwa dia ingin menjadi koki istana, bahkan jika itu berarti meninggalkan keluarga.

“Mengapa kamu sangat ingin menjadi koki istana? Aku ingin tahu, karena sebelumnya Kau tampaknya tidak begitu tertarik pada jabatan yang ditawarkan posisi. Apakah Kau tidak puas dengan restoran Italia? Kau dapat memberi tahu kami jika Kau mengalami masalah tertentu sebagai koki, sehingga kami dapat memperbaikinya untukmu dan orang lain.”

“Tidak, saya tidak punya masalah dengan tempat kerja. Hanya saja, yah... Ini semacam alasan pribadi, dan..." Hugo terdiam dengan tidak nyaman, pada saat itu Benno mulai menjelaskan menggantikanya, ekspresi seriusnya menutupi kegembiraan di matanya.

Ternyata mantan pacar Hugo mulai berkencan dengan salah satu tetangganya, dan melihat mereka mesra-mesraan setiap hari telah mendorongnya untuk ingin meninggalkan rumah dan menjadi koki istana sesegera mungkin.

Oh... Jadi itu tidak berakhir dengan penolakan, ya? Itu... Sejujurnya itu cukup memilukan.

“Jika Kau ingin menemukan seseorang yang spesial, akan jauh lebih bijaksana untuk terus bekerja di restoran Italia; Aku yakin Kau jauh lebih mungkin untuk menemukan orang lain di sana. Seperti yang pasti sudah Kau ketahui, koki istana hampir secara eksklusif laki-laki.” Aku telah meneliti dapur kastil karena khawatir Ella pergi ke sana, jadi aku sudah tahu seperti apa rasio pria:wanita.

Pengamatanku membuat Hugo mendengus tidak nyaman, lalu menggelengkan kepala dengan kuat. "Saya telah memutuskan untuk mendedikasikan hidup dalam memasak!"

“Ini hidupmu, Hugo; selama Kau tidak membuat pilihan Kau akan menyesal, aku senang bisa membantu. Tetapi jika Kau ingin menjadi koki istana semata-mata untuk melarikan diri dari rumah dan tempat kerjamu saat ini, aku bersedia mempekerjakanmu dengan kamar dan makan sebagai koki pribadiku. Bagaimana menurutmu?” aku bertanya sambil tersenyum.

Mata Hugo melotot mendengar tawaran itu. Sejauh yang aku ketahui, akan sia-sia bagi seorang koki yang terampil sepertinya untuk terjebak melakukan pekerjaan tangan tingkat rendah di dapur. Belum lagi, karena dia akan meninggalkan restoran Italia dengan cara apa pun, aku lebih suka membawanya di bawah perlindunganku untuk menghindari keharusan mengajarkan resepku kepada lebih banyak orang.

“Saya sedang mempertimbangkan untuk mempekerjakan lebih banyak koki pribadi, karena Ella berjuang untuk mengatur semuanya seorang diri. Kalian berdua telah menghabiskan banyak waktu bersama, dan aku tahu bahwa keterampilanmu lebih dari memuaskan. Di dapurku Kau juga tidak perlu memulai dari bawah.”

“Eh, tapi... Saya telah mengatakan pada keluarga saya bahwa saya akan menjadi koki istana, dan saya juga berhenti dari restoran Italia. Mundur sekarang hanya akan menjadi agak...”

Konyol, dan menggelikan bagi siapapun yang mendengarnya. Singkatnya, harga dirinya sebagai seorang pria dipertaruhkan.

“Menjadi koki pribadiku berarti mengikutiku saat aku melakukan perjalanan antara kastil dan gereja, yang, dari perspektif kota bawah, praktis sama dengan menjadi koki istana.”

Hugo berkedip, membeku sesaat, lalu menggelengkan kepala.

Ahh, dia tidak yakin. Bagus. Saatnya menumpuk tekanan dan membuatnya membungkuk.

“Ditambah lagi, kau takan menyia-nyiakan pengetahuan yang kau peroleh sebelumnya. Posisimu akan memungkinkan dirimu untuk membuat semua resep yang telah Kau pelajari, serta resep baru yang potensial—bagaimanapun juga, aku bermaksud mengirim resep baru ke restoran Italia. Oh, dan belum lagi, dalam melayaniku, Kau akan memiliki akses ke peralatan memasak terbaru sebelum orang lain.

Mata Hugo berkedip-kedip, minatnya tertuju pada peralatan masak baru. Benno, yang duduk di sampingnya, menyaksikan dalam diam dengan seringai geli di wajahnya.

“Kamu juga dapat mengajukan permohonan untuk pergi ke kota bawah selagi aku tinggal di gereja. Itu pasti akan membuat keluargamu nyaman, bukan?”

Kepala Hugo bergoyang dari sisi ke sisi, seolah mencerminkan hatinya yang goyah. Satu dorongan lagi akan berhasil.

“Belum lagi, dapurku punya Ella. Nicola dan Monika juga sering bekerja di sana sebagai asisten. Apakah Kau tidak lebih suka bekerja di dapur yang penuh dengan gadis-gadis manis daripada yang pengap dan penuh pria di kastil?”

"Lady Rozemyne, saya pikir saya akan menerima tawaran anda."

Dia akhirnya menyerah dengan ekspresi serius yang mematikan di wajahnya, menandatangani kontrak melalui Benno, yang menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa. Dan dengan demikian, Hugo menjadi koki pribadiku. “Besok aku akan menyiapkan kamarmu, jadi siapkan barang-barangmu. Monika, bawa Hugo ke kamar Uskup Agung dan tunjukkan dapur padanya. Dia hanya perlu melihat tempat di mana dia akan bekerja.”

"Sesuai kehendak anda. Hugo, tolong ikuti saya.”

Saat itu, Monika membawa Hugo keluar dari ruangan direktur panti asuhan. Sangat kontras dengan saat dia masuk, dia terlihat sangat senang sehingga aku pikir dia mungkin akan mulai bersenandung di sepanjang jalan.

Setelah melihat Hugo menghilang menuruni tangga, aku menoleh ke Benno. “Aku sudah menentukan tanggal untuk melatih Otto dan yang lainnya.”

Pelatihan akan dilakukan saat aku berada di kastil selama Konferensi Archduke. Para pelayan gerejaku memiliki izin cukup fleksibel saat kepergianku, sehingga itu akan menjadi kesempatan sempurna bagi mereka untuk memberi bimbingan kepada orang lain.

Sementara itu, aku akan membaca buku sebanyak yang aku inginkan di ruang buku kastil... atau setidaknya, aku sangat berharap itu terjadi. Akan tetapi Ferdinand malah menginstruksikanku untuk bergabung dengan Wilfried dalam melakukan Pengisian Mana saat archduke absen dan menghadiri konferensi.

“Saya sangat berterima kasih atas pertimbangan anda selama masa sibuk ini,” kata Benno, melirik ke arah ruang tersembunyi. Dia mungkin ingin membicarakan hal lain di sana, jadi aku segera mengangguk dan berdiri dari tempat dudukku.

"Damuel, Gil—kita pindah ke ruangan lain."

Jadi, aku memasuki ruang tersembunyi bersama Benno, Gil, dan Damuel, duduk setelah kami berada di dalam. Benno juga duduk dan menatap mataku, pada saat itu dia menjatuhkan senyum pedagang dangkal untuk menunjukkan cemberut tajam.

"Apakah sesuatu terjadi, Benno?"

“Anda tahu saya telah lebih banyak berbisnis dengan bangsawan akhir-akhir ini, kan?” "Ya. Lutz memberitahuku tentang keluhanmu melalui Gil setiap saat,” jawabku.

Ternyata Elvira mendekatinya saat kami menjual bahan ajar di kastil telah membuat Perusahaan Gilberta menerima lonjakan koneksi bangsawan, dan sejak saat itu mereka bekerja ekstra keras.

“Saya semakin dan semakin menerima pertanyaan tentang bahan ajar yang dibuat oleh workshop anda. Bukan hanya dari bangsawan, juga—dari rakyat jelata yang berada. Dan itu membuat pemilik toko besar lain mengeluh kepada Guild tentang bagaimana seharusnya Perusahaan Gilberta adalah toko pakaian,” kata Benno, menggaruk kepalanya sambil menghela nafas.

"Saya sudah mengepakkan sayap terlalu jauh," dia melanjutkan. “Toko-toko lain biasanya tidak akan setuju dengan hal seperti ini, tetapi anda terlibat dengan itu semua, dan setiap bisnis baru yang saya geluti menghasilkan keuntungan tidak masuk akal. Orang-orang menjadi semakin menjengkelkan tentang berapa banyak bisnis yang saya miliki dengan bangsawan sekarang.”

Ketika digabungkan dengan Freida dan guildmaster yang terlibat, fakta bahwa Benno tidak benar-benar mengunjungi restoran Italia banyak memberi kesan kepada toko lain bahwa dia hanyalah investor. Tetapi bahkan jika ini tidak menjadi masalah, keputusan Benno untuk tetap terlibat denganku membuatnya semakin dalam bekerja di industri percetakan dan dengan demikian menambah jumlah pelangan bangsawan yang dia miliki, membuat pemilik toko besar lainnya berteriak-teriak meminta potongan kue.

“Hampir tidak ada pelanggan bangsawan baru saya yang menyadari bahwa Perusahaan Gilberta adalah toko pakaian, yang akan mempersulit Corinna dan Renate untuk mengambil alih. Itu sebabnya, setelah anda selesai melatih Otto, saya berencana memisahkan diri dari Perusahaan Gilberta dan membuat toko khusus untuk bisnis percetakan. Semoga ini bisa dilakukan sebelum mode baru yang anda coba sebarkan menjadi hits.”

Rencana Benno adalah membagi toko menjadi dua sehingga keuntungan yang diperolehnya dariku tidak terkonsentrasi pada satu bisnis. Aku tidak yakin apakah itu akan berhasil, tetapi aku bukan ahli dalam hubungan antar-pedagang dan tidak punya alasan untuk tidak setuju.

"Jadi kamu, Mark, dan Lutz akan merintis toko baru khusus untuk buku?"

"Ya. Semua pemilik toko besar yang ingin masuk ke industri baru yang dirintis Archduke ini masing-masing akan mengirimkan lehange ke tempat baru ini,” jelasnya.

Ternyata, alasan sebenarnya dia memecah toko adalah karena dia tidak ingin orang luar itu berkuasa di Perusahaan Gilberta, tapi aku lebih tidak mengerti mengapa dia dipaksa untuk menerima mereka. Sungguh, dunia pedagang adalah ranah yang misterius.

"Kalau begitu, apa yang Kau perlukan dariku?"

“Saya butuh nama. Bisakah anda memikirkan sesuatu yang menjelaskan kepada semua orang bahwa toko baru itu mendapat dukungan anda?”

Benno menjelaskan bahwa pendiri Perusahaan Gilberta telah merintis dengan meminta nama toko dari seorang bangsawan. Mereka diperintahkan untuk menggunakan nama “Gilberta”, yang sebenarnya juga diadopsi oleh sang pendiri sebagai nama mereka sendiri.

“Um... Apakah itu berarti toko baru itu akan disebut Perusahaan Rozemyne? Apakah nama barumu akan menjadi 'Rozemyne' juga, Benno?"

“Saya tidak mengambil nama itu. Dan jika anda akan memberikan nama tersebut kepada saya, setidaknya buat namanya laki-laki! Tetapi untuk menjawab pertanyaan anda, tidak, itu tidak harus nama Anda sendiri. Anda dapat memberikan nama apa pun sesuai dengan kehendak anda.” Tidak terganggu oleh ledakan kemarahan Benno, aku mulai mempertimbangkan ide. Aku sudah memakai "Gutenberg" sebagai gelar untuk banyak orang, tetapi tidak ada yang menghentikanku untuk menggunakan nama orang lain yang terlibat dalam industri percetakan. Dan tentu saja, aku tahu beberapa nama semacam itu.

“Akan membingungkan jika toko itu memiliki nama yang sama dengan Workshop Rozemyne, jadi bagaimana kalau dinamai Perusahaan Plantin saja?”

"Dari mana nama itu berasal?"

“Rahasia,” kataku dengan senyum bahagia, tahu betul bahwa dia tidak akan mengerti referensinya bahkan jika aku menjelaskannya.

Christophe Plantin adalah pria yang mendedikasikan hidupnya untuk mencetak buku dan terlebih memproduksi Plantin Polyglot Bible. Omong-omong, workshop percetakan Plantin di Belgia dianggap sebagai Situs Warisan Dunia; Museum Plantin-Moretus sebenarnya terletak di sana, dan aku ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri suatu hari nanti.

“Plantin, ya? Yah, saya sudah senang anda tidak lagi menamainya dengan Gutenberg.”

“Keduanya berasal dari tempat yang sama. Tetapi yang lebih penting, Benno, aku benar-benar berpikir Kau harus mulai menggunakan nama 'Plantin' sekarang.”

"Tidak pernah."

Dia langsung menolak. Tetapi setelah dipikir-pikir, akan membingungkan jika dia benar-benar mengubah namanya seperti itu, jadi ini bukan masalah bagiku. Hal yang lebih penting adalah meneladi Plantin dan memajukan industri percetakan sehingga kami dapat memiliki dua puluh mesin cetak yang bekerja dengan keceptan penuh sekaligus.

“Benno, Benno. Ayo buat buku sebanyak-banyaknya dan jual di Perusahaan Plantin. Aku ingin workshop yang dapat memuat dua puluh mesin cetak utuh di dalamnya.”

Aku tidak akan keberatan workshop percetakan baru atau memperluas Workshop Rozemyne ​​yang ada agar sesuai dengan lebih banyak mesin cetak. Tapi mimpiku yang paling murni hanya membuat Benno menyeringai, lalu menjentikkan dahiku.

“Bukankah Pendeta Agung menyuruhmu belajar menahan diri?”

“Oh, benar, benar juga. Harus menahan diri... Atau, sebenarnya, bisakah aku tetap seperti ini? Aku lebih suka menggila.”

"Tentu saja tidak bisa, bodoh!"

Benno melepas guntur, dan saat dia mulai menggesekkan buku-buku jarinya ke kepalaku, rasa damai dan pelipur lara menyapu hatiku. Oh, alangkah rindunya aku dengan hari-hari ini.

T-Tapi aku tidak keberatan jika dia sedikit lebih lemah lembut! Tidak mengomeliku terlalu keras juga akan menyenangkan! Kumohon!

Post a Comment