“Charlotte. Melchior. AKu sekarang akan pergi bekerja. Dengarkan baik-baik pengasuhmu dan jadilah anak yang baik.”
"Ya ibu. Sampai jumpa."
AKu berbicara dengan anak-anak di pagi hari seperti biasa, memeluk mereka berdua sebelum berdiri dan dengan enggan meninggalkan ruangan. Setiap kali melihat senyum manis mereka, fakta bahwa aku tidak bisa melakukan hal yang sama untuk Wilfried mengirimkan rasa penyesalan di dadaku.
Dasar nenek terkutuk...
Saat dua musim telah berlalu—periode waktu yang dianggap penting bagi para ibu untuk memberi makan anak-anak mereka secara langsung—Veronica merenggut Wilfried untuk membesarkannya sendiri. Sejak saat itu hingga pembaptisannya, Wilfried berada dalam posisi di mana aku hanya bisa memeluknya saat makan malam.
“Kurasa aku harus bersyukur aku mendapatkan kembali kemampuan untuk membesarkannya....” aku merenung.
Aku harus berterima kasih kepada Rozemyne untuk itu; dia adalah alasan Veronica—wanita yang memusuhiku sejak hari pernikahanku, mengeluh bahwa Sylvester seharusnya mengambil istri pertamanya dari Ahrensbach—dipenjara. Ditambah lagi, dia telah menghasilkan aliran tren populer yang tak ada habisnya sehingga mengubah kesetiaan wanita bangsawan di kejatuhan berikutnya menjadi pekerjaan sederhana.
Tetapi bahkan bukan itu hal terpenting yang telah Rozemyne lakukan untukku: dia juga menyelamatkan Wilfried dari pencabutan hak suksesi setelah dia gagal menerima pengasuhan yang diperlukan dari seorang anggota keluarga archduke. Di mataku, dia bukan santa Ehrenfest, dan lebih dari santa-ku sendiri. Juru selamat-ku.
Aku meragukan telingaku ketika Sylvester mengatakan bahwa dia akan mengadopsi seorang putri dari Karstedt, mengingat hampir tidak dapat dikatakan dia membesarkan anak-anaknya sendiri dengan benar. Tapi kualitas luar biasa Rozemyne menjadi jelas begitu aku bertemu dengannya. Dia cantik, memiliki kapasitas mana sangat besar, keterampilan berpikir cepat yang menakjubkan, kemampuan membuat konsep penemuan baru yang langsung menjadi tren, motivasi untuk benar-benar menciptakan penemuan itu, dan hati yang sangat berbelas kasih. Dia juga sangat lemah sehingga dia sepertinya selalu berada di ambang kematian jika seseorang berpaling darinya meski hanya sesaat. Bertindak cepat untuk mengamankan dan melindunginya demi kepentingan kadipaten adalah contoh langka dimana Sylvester membuat keputusan yang sangat bijaksana, menurut pendapatku.
Hari ini, aku akan menggelar pesta teh dengan Georgine, tamu kami dari Ahrensbach. Sylvester memohon padaku untuk hadir menemainya, dan meski aku setuju, aku hampir tidak bisa mengatakan bahwa aku sangat antusias dengan hal itu.
Aku sudah berjuang untuk menghadapinya karena dia sangat mirip dengan Veronica. Dan belum lagi...
“Aku cukup prihatin dengan senyum yang ditunjukan Lady Georgine pada Wilfried selama pesta penyambutannya. Itu tidak akan hilang dari pikiranku.”
“Kau terlalu mencemaskan itu, Florencia. Aku akan memastikan Wilfried tidak melihatnya lagi, jadi melepasnya pergi akan menjadi terakhir kalinya mereka bertemu. Hal yang sama berlaku untuk Rozemyne juga, tentu saja.”
Aku khawatir Sylvester begitu waspada terhadap Georgine, mengingat betapa lembutnya dia biasanya pada keluarganya. Aku masih tidak percaya berapa lama dia membiarkan Bezewanst dan Veronica membuat kekacauan.
“Sylvester, kenapa kamu sewaspada itu terhadap Georgine?”
“Aku tidak ingin anak-anak merasakan apa yang aku alami,” katanya, melanjutkan untuk menjelaskan bahwa, disaat dia berjuang dengan pengasuhan yang intens yang dituntut dari seorang aub berikutnya, Georgine, kakaknya menyiksanya tanpa henti. “Dulu, aku bisa mengerti bagaimana perasaannya ketika seluruh hidupnya diambil darinya dan semua usahanya tidak dihargai. Tetapi sejak aku pindah ke gedung utara setelah pembaptisanku hingga ketika dia berangkat ke Ahrensbach, dia tidak pernah berhenti memusuhiku.”
Meskipun Sylvester secara lahiriah mempertahankan ketenangannya, aku tahu bahwa siksaan bertahun-tahun itu telah meninggalkan luka menganga di hatinya. Trauma masa kecilnya masih belum sirna.
Ya ampun, pria ini... Dia benar-benar anak yang terlalu besar, dibesarkan dengan cinta yang menyimpang dari ibunya tetapi tidak pernah diberikan bantuan ketika dia benar-benar membutuhkannya.
“Ambil ini dan ikuti kami,” Sylvester menginstruksikan seorang pelayan, menunjuk ke arah sebuah kotak. Dia kemudian berdiri, mendorongku untuk ikut berdiri. “Kurasa aku harus membicarakan tentang Bezewanst dengan Ibu dan Georgine. Ini tidak akan menyenangkan.”
“Aku hanya tahu sebagian kecil kondisi, dan membawa orang luar sepertiku untuk campur tangan dalam masalah keluarga hanya akan membuat diskusi menjadi kacau. Tugas ini adalah tugasmu seorang, Sylvester. Tapi aku akan kesana menemanimu, jadi bertahanlah.”
Dengan itu, aku mengecup pipi Sylvester, berharap untuk membangkitkan semangatnya sebisaku. Kami berjalan ke jamuan teh dengan bergandengan tangan, duduk bersebelahan ketika kami tiba, dan dengan Georgine duduk di seberang kami, jamuan dimulai.
Sylvester tidak ingin mengungkapkan aset Ehrenfest yang berkembang kepada Ahrensbach, jadi kami menyajikan pai madu fallold tradisional sebagai manisan. Itu dibuat dengan isian fallold yang direndam madu, dan saat dipotong, itu akan sering berantakan yang secara visual membuatnya tidak menarik. Para bangsawan menggunakan kesempatan ini untuk menunjukkan betapa terampilnya pelayan mereka, meminta mereka dengan ahli mengiris manisan dengan tetap menjaga kecantikan mereka sebelum disajikan. Memakannya dengan anggun pun sama pentingnya, menjadi keterampilan penting bagi setiap wanita bangsawan yang baik. Rozemyne akan meminta kokinya membuatnya dalam potongan-potongan kecil, tetapi ini adalah bentuknya yang lebih tradisional.
Berfokus pada tangan, aku dengan cekatan memotong pai dengan peralatan makanku sebelum mengambil gigitan demonstratif untuk Georgine. Melakukannya benar-benar membuatku merasa sedikit bernostalgia, karena akhir-akhir ini aku cukup sering menikmati resep Rozemyne.
“Sylvester, kamu tahu aku datang ke sini untuk menziarahi makam paman kita, kan? Berapa lama kau berniat membuatku menunggu sebelum membawaku ke sana?” tanya Georgine, menatapnya dengan tatapan tegas dengan alis berkerut elegan saat menyesap tehnya.
Sylvester sekilas melirik ke arahku untuk meminta bantuan, tapi kemudian mengepalkan tangan dan menatap Georgine secara langsung. “Paman kita dieksekusi sebagai penjahat. Count Groschel, patriak keluarga asalnya, telah mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak bertanggung jawab atas seseorang yang telah dipindahkan dari keluarga mereka ke gereja beberapa dekade yang lalu. Penolakan mereka menyiratkan dia tidak memiliki makam.”
"Dieksekusi, katamu...?" Georgine bertanya. Dia telah diberitahu tentang kematian Bezewanst melalui surat dari gereja, tetapi tidak tahu lebih dari itu. Kami tentu saja menyembunyikan detail semacam itu selama Konferensi Archduke, karena hampir tidak dapat dipublikasikan bahwa salah satu anggota keluarga kami menunggu ketidakhadiran aub sebelum dengan sengaja menimbulkan masalah.
Georgine mengepalkan tangan, menatap Sylvester dengan tatapan tajam yang memperjelas bahwa dia menuntut jawaban. Dia menegang, menggertakkan gigi saat melihatnya, sebelum mengambil napas dalam-dalam dan menunjukkan ekspresi tegas seorang archduke.
“Dia tidak mematuhi perintahku dan mendorong ibu untuk memalsukan dokumen resmi, mengizinkan seorang bangsawan kadipaten lain masuk ke dalam kota—tindakan yang berubah menjadi kekerasan dan menyebabkan konflik.”
Aku bisa melihat kepalan tangannya gemetar di pangkuan saat berbicara. Aku menyelipkan tangan di atasnya, membalikkannya sehingga aku bisa menjalin jari-jari kami.
Sylvester. Semua ini akan baik-baik saja.
Saat aku mengelus tangannya dengan ibu jariku, aku bisa merasakan ketegangan sedikit berkurang darinya.
“Aku yakin bahwa, sebagai istri pertama Ahrensbach, kau pasti tahu betapa beratnya sebuah kejahatan jika segel Archduke dipakai saat ketidakhadirannya untuk menghadiri Konferensi Archduke,” lanjut Sylvester. "Kumohon. Aku ingin kamu mengerti.”
Georgine menurunkan matanya, mendesah tipis, dan kemudian perlahan mengangkat kepalanya. “Meskipun sedih, aku paham kau tidak punya pilihan selain mengeksekusinya. Apakah kau menyimpan barang-barangnya, Sylvester?”
“Aku membawa banyak barang. Kau dapat mengambil apa pun sesukamu. ”
"Ya, tentu aku akan mengambilnya."
Tampaknya kotak yang dibuat Sylvester untuk dibawa oleh pelayannya berisi barang-barang bekas peninggalan Bezewanst.
“Kotak di dalamnya juga berisi surat-surat yang kamu kirimkan padanya. Dia menyimpan dan menghargai setiap surat-surat itu di gereja. Ferdinand mengirimnya kepadaku beberapa hari yang lalu. ”
“Ya ampun, kamu membacanya? Memalukan sekali.” Georgine tersenyum kecil sebelum mengeluarkan kotak surat dan botol tinta yang didekorasi dengan hiasan. "Ya ampun... Tak habis pikir Paman memakai ini sampai akhir," bisiknya.
Dilihat dari tanggapannya, aman untuk mengatakan bahwa dia telah memberi Bezewanst botol tinta sebelum menikah dengan Ahrensbach. Matanya berkerut nostalgia saat melihatnya, dan ekspresi wajahnya saat dia menyentuh surat-surat yang terbungkus itu memberinya wajah seorang wanita yang sangat penuh kasih. Senyum ramah yang dia perlihatkan tampak sangat tulus sehingga membuat seringai dingin yang dia tunjukkan kepada Wilfried dan pelecehan yang dia limpahkan pada Sylvester hampir terlihat sebagai kesalahan yang tidak seperti biasanya.
Aku hanya pernah bertemu dengan Uskup Agung selama upacara, dan meskipun Bezewanst bukan seorang bangsawan, dia bergabung dengan Veronica untuk mengajariku panjang lebar tentang “tugas seorang istri,” jadi aman untuk mengatakan bahwa perasaanku terhadapnya adalah tidak termasuk orang yang menyukainya. Dia dianggap sangat memalukan bahkan sampai-sampai keluarganya sendiri menolak jenazahnya setelah dieksekusi, jadi setidaknya, lega mengetahui bahwa seseorang di dunia perhatian dengannya.
“Dia melakukan kejahatan dengan meminta bantuan Ibu, kalau begitu? Dimana dia sekarang? Aku pikir aneh bahwa dia tidak hadir selama pesta penyambutan, tetapi di sana bukan tempat yang pantas untuk menanyakan hal ini.”
“Dia ditahan karena kejahatan yang sama. Saat ini, dia berada di Menara Gading di hutan.”
“Aku ingin bertemu dengannya.”
Kerutan Sylvester semakin dalam saat menggelengkan kepala; orang-orang yang telah melakukan pengkhianatan terhadap archduke tidak diizinkan menerima pengunjung, demi mencegah baik melarikan diri dan pembunuhan. “Dia berkhianat. Kau tidak bisa melihatnya.”
“Aku tidak menyarankan agar kita berbicara satu sama lain. Aku hanya ingin melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kondisi tempat tinggalnya. Tentunya kau mengerti bahwa seorang anak tentu saja ingin melihat ibunya. Apa kau tidak akan memohon sesuatu seperti ini jika kau berada di posisiku?” Georgine bertanya, memelototinya. “Aku istri pertama Ahrensbach. Dia mungkin ibuku, tetapi aku tidak akan membantu penjahat yang dituduh melakukan kejahatan berat untuk melarikan diri, aku juga tidak akan meminta pengurangan hukuman.”
“Aku akan mengizinkanmu untuk melihatnya, tapi hanya jika kamu memakai gelang penyegel schtappe.”
Gelang penyegel Schtappe adalah alat sihir yang dikenakan pada bangsawan yang telah melakukan kejahatan, dan seperti namanya, itu menyegel schtappe seseorang agar tidak bisa mengeluarkan sihir. Sylvester secara tidak langsung menolak Georgine dengan mengatakan bahwa dia harus menjalani pembatasan yang sama seperti penjahat, tapi dia hanya tersenyum dingin kemudian mengulurkan pergelangan tangannya yang indah.
"Baiklah kalau begitu."
Dengan cemberut pahit, Sylvester mengamankan gelang di masing-masing pergelangan tangan Georgine. Dia mungkin mengingat saat dia meletakkannya pada ibunya sendiri.
Jadi, kami membawa Georgine ke Menara Gading. Itu membentang di atas hutan bangsawan, yang keberadaanya adalah untuk mengurung bangsawan yang telah melakukan tindak pengkhianatan terhadap archduke. Setibanya di sana, kami menuju pintu terjauh di dalam. Selain dari jeruji, ruangan di belakangnya sama seperti ruangan bangsawan lain, dengan Veronica duduk di dalamnya mengenakan sepasang gelang penyegel schtappe seperti yang Georgine kenakan.
Veronica mendongak ke arah suara pintu yang terbuka, lalu tiba-tiba berdiri dan berlari ke arah jeruji. “Georgia!” Meski dipenjara, dia tetaplah ibu Archduke, jadi dia tidak dianiaya sedikit pun; baik pakaian dan rambutnya terawat dengan baik, seperti biasa. “Kau harus mengembalikan Sylvester ke akal sehatnya, Georgine. Katakan padanya untuk mengeluarkanku. Ferdinand memanipulasi dia! Kumohon, Georgia! Selamatkan aku!"
Georgine mendengar dengan tenang permohonan putus asa ibunya, lalu berbalik. Janjinya adalah untuk melihat Veronica tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dan dia menepatinya.
“Itu sudah cukup, Sylvester.”
Sylvester mengangguk dalam bisu dan mulai berjalan pergi, dengan Georgine dan aku mengikuti di belakangnya. Namun teriakan Veronica tidak berhenti. “Georgia! Georgia!” dia meratap.
Tak lama kemudian, Georgine berhenti dan berbalik, menatap mataku dengan tersenyum. “Aku senang bisa melihat ibuku lagi. Aku minta maaf karena memaksakan ini padamu, Florencia.”
“Jangan sungkan. Saya mengerti betapa khawatirnya Anda.”
Matanya kemudian perlahan beralih ke Veronica, yang terus berteriak, dan senyum di bibirnya sedikit berubah. Senyum ini jauh dari melegakan, dan pemandangan itu saja membuatku merinding.
___________
"Terima kasih sudah datang."
Hari ini aku menggelar jamuan teh dengan Elvira, yang telah dipercaya untuk berperan sebagai ibu Rozemyne. Dia telah memberiku banyak dukungan sejak pertama kali aku menikahi Sylvester; aku hanya sedikit tahu Ehrenfest ketika menikah dan datang dari kadipaten Frenbeltag, tetapi dia mengajariku banyak budaya, mengizinkanku untuk memasuki faksinya, dan melindungiku setiap saat.
Meski aku tidak akan pernah memberi tahu Sylvester bahwa menurutku Elvira lebih bisa diandalkan daripada dia... Dia akan sangat cemburu.
Setelah teh dan manisan disiapkan, aku mengirim pelayan kami dan memberikan alat sihir pemblokir suara ke Elvira, karena kami sama sekali tidak dapat mengambil risiko akan adanya pencuri dengar. Aku dalam diam membawa teh saya ke bibir, mengambil manisan, dan kemudian menawarkan satu kepada tamuku, yang juga menyesap minumannya.
"Ini tentang Lady Georgine, kurasa?" katanya dengan senyum lembut setelah meletakkan cangkir tehnya.
"Benar. Kurasa kau tahu lebih banyak tentang masalah ini daripada aku, Elvira. Aku minta maaf karena selalu mengandalkanmu.”
“Oh, tidak perlu meminta maaf—bagaimanapun juga, keberadaan faksi kita adalah untuk membantu anggotanya. Harus kukatakan, bagaimanapun, Lady Georgine telah cukup aktif saat dia disini. Baru kemarin, dia menghadiri jamuan teh yang diadakan oleh mantan faksi Lady Veronica,” katanya dengan desahan jengkel, meski agak terkesan. Faksi Veronica dengan cepat kehilangan pengaruh setelah dia dipenjara, akan tetapi kunjungan Georgine dengan cepat menghidupkan kembali momentum mereka dan tanpa peringatan.
“Faksinya dipenuhi dengan bangsawan yang terhubung dengan Ahrensbach, kan? Mereka semua putus asa untuk memperdalam ikatan mereka dengan Lady Georgine, dan jika dia berniat untuk menggunakan pengaruhnya di sini, bertemu dengan teman-teman lama akan menjadi hal penting.”
Hubungan antara Ehrenfest dan Ahrensbach melemah secara signifikan dengan penangkapan Veronica, jadi mungkin saja Georgine sekarang ingin memperkuat hubungan dengan keluarga-keluarga yang akan mendukungnya karena dia adalah istri pertama kadipatennya.
“Sepertinya Viscountess Dahldolf menceritakan banyak hal padanya di jamuan teh kemarin,” kata Elvira. "Harus kukatakan... aku mengkhawatirkan Rozemyne."
“Viscountess Dahldolf? Ibu ksatria yang dieksekusi sekitar dua tahun lalu karena tidak mematuhi perintah?”
"Benar. Lord Ferdinand memerintahkan ksatria untuk melindungi Rozemyne, seorang gadis suci biru magang pada saat itu, tetapi dia malah melukainya dengan schtappe dan mengacaukan situasi. Dia bodoh, dan dia adalah ibunya yang malang.”
Viscountess telah menyebarkan desas-desus yang agak jahat tentang Rozemyne —itulah yang Elvira dengar dari salah satu sekutu laynoble-nya.
“Apakah kamu ingat bahwa Viscountess Dahldolf cukup dekat dengan mantan Uskup Agung, yang menegaskan kepada semua orang yang mau mendengarkan bahwa Rozemyne adalah rakyat jelata?”
“Ya, sepertinya aku ingat dia sering meminta bantuan Bezewanst setelah putranya memasuki gereja. Bagaimanapun juga, Bezewanst adalah saudara seibu Lady Veronica.”
Elvira mengerutkan kening prihatin. “Jika tidak ada yang lebih dari semua ini, maka ksatria tidak patuh itu jelas akan bersalah, dan tidak ada yang perlu kita khawatirkan,” katanya, menurunkan matanya sebelum kembali berbicara. “Rozemyne tidak hanya terhubung erat dengan kematian putra Viscountess Dahldolf, tetapi juga Bezewanst. Aub Ehrenfest dengan tegas menepis semua rumor bahwa dia adalah rakyat jelata, akan tetapi tidak ada cara untuk menyembunyikan keterlibatannya dalam kematian Bezewanst. Aku tidak tahu apa pun bagaimana informasi ini nantinya dimata Lady Georgine, atau apa yang akan dia lakukan jika sampai ke telinganya.”
Sebuah desahan keluar dariku saat mengingat bagaimana penampilan Georgine saat memegang barang-barang Bezewanst. Sulit membayangkan curahan emosinya yang akhirnya tidak ditujukan pada Rozemyne.
“Jadi, Elvira... Aku memang menghadiri Akademi Kerajaan disaat Lady Georgine ada di sana, sebentar, tapi kalau soal orang-orang dari Ehrenfest, harus kuakui bahwa aku hanya ingat Constanze. Dari sudut pandangmu, orang seperti apa Lady Georgine itu?”
Ada pertemuan kandidat archduke di dalam Akademi kerajaan, jadi meskipun aku pasti pernah bertemu dengan Lady Georgine sebelumnya, aku hampir tidak ingat apapun tentangnya. Mungkin itu karena perbedaan usia antara junior dan senior, atau karena Constanze sangat menyayangiku setelah terlibat asmara dengan kakak laki-lakiku.
“Dia sombong dan pekerja keras, tapi mungkin karena memiliki darah Lady Veronica, dia tidak menunjukkan belas kasihan sama sekali terhadap orang-orang yang dia anggap musuh. Karena alasan inilah dia tanpa ampun menyiksa Lord Sylvester ketika dia masih muda dalam upaya untuk mengucilkannya. Sikap seperti itu tentu tidak jarang terjadi di antara saudara kandung yang memperebutkan kursi archduke, tapi meski begitu...
“Lord Sylvester, pada usia yang begitu muda, diberikan posisi murni berdasarkan jenis kelamin, yang menyebabkan pembatalan pertunangan Lady Georgine dan dia menikah dengan Ahrensbach sebagai istri ketiga. Saya hanya bisa membayangkan betapa memalukannya hal itu, dan saya sepenuhnya memahami perasaannya. Tapi kebencian yang dia lampiaskan pada seorang anak yang baru saja dibaptis tidak lain adalah kejam. Lord Karstedt harus bekerja keras ketika berhadapan dengannya.”
"Benar. Penguasa Archduke umumnya lebih disukai daripada archduchess,” jawabku. Penting bagi seorang ibu untuk mempertahankan mananya untuk memastikan bahwa anak-anaknya sendiri memiliki persediaan yang melimpah, dan untuk alasan ini, mereka diminta untuk menahan diri dari menggunakan mana sebanyak mungkin saat hamil. Ini adalah penjelasan di balik seorang archduke yang bisa menikahi wanita mana pun yang dia inginkan selama mereka memiliki jumlah mana yang setara, sementara seorang archduchess benar-benar perlu menikahi seorang kandidat archduke.
“Tradisi dan keadaan sama sekali tidak akan meredakan emosi apa pun yang dirasakan Lady Georgine saat ini. Kita harus sangat berhati-hati demi Lord Wilfried, yang sangat mirip dengan Lord Sylvester, dan Rozemyne, yang pada akhirnya menyebabkan kejatuhan Bezewanst entah karena membela diri atau tidak. Lady Georgine adalah tipe orang yang langsung menyadari kelemahan apa pun yang dia lihat,” Elvira menjelaskan. Deskripsinya benar-benar mengingatkan saya pada Veronica; Aku bisa membayangkan bahwa mereka memiliki temperamen yang sangat mirip.
“Jadi kita harus waspada terhadap Lady Georgine yang menggunakan kekuatannya sebagai istri pertama Ahrensbach untuk melawan kita...”
“Benar, itu akan bijaksana. Dia sekali pun tidak pulang ke Ehrenfest saat menjadi istri ketiga, tetapi saat dia mendapatkan kekuasaan, dia turun ke kadipaten kita lagi.”
Tidak peduli seberapa lebih kuatnya kadipaten Ahrensbach, istri ketiga tidak terlibat dalam politik dan akan memiliki status yang lebih rendah daripada archduke Ehrenfest. Elvira menyiratkan bahwa Lady Georgine telah kembali secara khusus karena dia sekarang adalah istri pertama, membuatnya cukup kuat sehingga bahkan Sylvester pun harus berlutut di hadapannya. Aku segera teringat bagaimana kepalan tangannya gemetar hanya karena menghadap dan berbicara dengannya.
“Aku juga harus bertahan....”
__________
Setelah tinggal di Ehrenfest selama sepekan, akhirnya tiba saatnya Lady Georgine kembali ke Ahrensbach. Kami semua berbaris untuk mengantar kepergiannya, termasuk Rozemyne dan Wilfried, lalu memulai perpisahan panjang kami.
"Aku harus berterima kasih karena telah menjamuku," kata Georgine.
“Jika kunjungan Anda membawa kedamaian di hati Anda, Lady Georgine, maka saya sangat gembira tanpa kata-kata.”
Aku telah lama berhati-hati sehingga sejujurnya aku merasa sedikit lega memikirkan bahwa dia akhirnya akan pergi. Dan seolah-olah memanfaatkan satu momen ketika penjagaanku melemah, Wilfried berlari ke depan sambil tersenyum.
“Kita kali ini tidak banyak bicara, Bibi. Saya harap kita bisa segera menghabiskan lebih banyak waktu bersama!”
Dia melompat dari titik butaku, bergerak sangat cepat sampai aku tidak punya kesempatan untuk menghentikannya.
Bibir Georgine melengkung menjadi seringai atas saran itu. "Jadi begitu. Aku tidak tahu bahwa kau ingin berbicara lebih banyak denganku. Kalau begitu... mungkin aku harus kembali tahun depan, di musim yang sama?”
"Ya kumohon! Aku tidak sabar!”
Wilfried, tidak! Mengapa kau mengatakan itu?!
AKu dikejutkan dengan keinginan untuk mencubit pipinya dengan menghina, tetapi sekarang bukan waktu atau tempat untuk melakukan itu. Sebaliknya, aku mengatupkan kedua tanganku dan entah bagaimana berhasil menahan senyum yang dipaksakan ke wajahku, pada saat itu Lady Georgine menatapku dan dengan anggun memiringkan kepala.
“Tidak akan merepotkan untuk menerima undangan ini, kan?” dia bertanya.
Sebenarnya, ingin kujawab, “Akan sangat merepotkan,” tetapi aku tidak berani berbicara terus terang. Dalam situasi publik seperti ini, hanya ada satu jawaban yang mungkin bisa ku berikan.
"Tentu tidak. Kami akan senang melihat Anda lagi segera.” Wilfried... dasar anak bodoh!
Begitu kereta Georgine tidak terlihat, aku berbalik dan melihat Ferdinand sudah memelototinya, senyum lembut yang sebelumnya terpampang di wajahnya telah menghilang seluruhnya. Dia menyerahkan beberapa kipas aneh yang terbuat dari kertas putih kepada Rozemyne.
"Lakukan, Rozemyne."
Dalam sekejap, dia menghempaskan kipas ke kepala putraku yang kurang ajar dengan suara retakan yang menyenangkan. “Dasar anak bodoh! Kau seharusnya tidak mengatakan itu! Belajar membaca suasana hati sana!” Aku memujinya dalam hati saya, karena dia telah mengatakan persis seperti yang rencananya akan aku katakan.
Demi masa depan Ehrenfest, mungkin ini saatnya aku mempertimbangkan secara mendalam agar Wilfried dan Rozemyne menikah...
Post a Comment