“Well,” aku memulai, “tolong pastikan bahwa kamar dan makanan sudah disiapkan.”
Karena kami bepergian melalui udara, perjalanan kami ke Hasse sangat singkat. Aku mendaratkan highbeast di dekat biara, di mana semua pelayan dan personelku turun kecuali Fran. Ketika barang bawaan mereka dibawa keluar dan diangkut ke biara, aku berangkat ke mansion musim dingin.
Ketika kami berada tinggi di langit di atas mansion, aku mengerutkan alis.
Apa...? Tidak ada orang di sana. Apa aku salah tanggal atau apa?
Tahun sebelumnya, ketika warga menunggu kedatangan kami, kerumunan yang ramai sedang mempersiapkan plaza besar seperti lapangan untuk festival. Tapi tahun ini, tidak ada tanda-tanda orang atau persiapan apa pun. Aku telah mengirim surat sebelumnya yang menguraikan tanggal kunjunganku, tetapi mungkin aku salah tulis, atau hanya salah membaca sesuatu.
Brigitte, yang terbang di depanku dengan highbeast-nya, menunjuk ke tanah dan mulai turun. Aku bisa melihat beberapa orang berlutut di depan pintu depan mansion musim dingin, dan saat aku menajamkan mataku, aku mengenali mereka sebagai Richt dan kepala kota.
"Uskup Agung," kata Richt, "terima kasih sudah datang."
Sementara menerima salam saya, Fran, Achim, dan Egon mulai mengeluarkan banyak kotak bagasi dari Pandabus. Ketika kau menggabungkan kebutuhan hidup, bahan ajar, dan barang bawaan mereka, ada jumlah yang mengejutkan untuk dibongkar. Setelah mereka selesai, aku menyingkirkan highbeast.
"Richt, kenapa kamu tidak menyiapkan Festival Panen?"
“Kami secara alami menahan diri untuk tidak mengelar perayaan berskala besar semacam itu saat tidak disukai sang archduke. Tahun ini, kami berharap hanya melakukan ritual dan membayar pajak kami.”
Richt melanjutkan dengan menjelaskan bahwa sulit bagi mereka untuk menggelar festival seperti biasanya dengan mata tetangga dan pedagang keliling tertuju pada mereka. Akan tetapi mereka masih perlu mengadakan pembaptisan, hari dewasa, dan upacara pernikahan, yang mereka harapkan dapat dilakukan dengan tenang di aula pertemuan mansion musim dingin.
“Begitu...” kataku, merasa sedikit gugup. Warga di sini melewati tahun berat tanpa berkah, mereka tidak dapat mengadakan perayaan setahun sekali yang didambakan semua warga, dan sekarang di sini aku mengirim dua pendeta abu-abu untuk mengawasi mereka. Akankah Achim dan Egon benar-benar aman di sini dengan warga yang tidak sebahagia ini?
Aku melirik ke dua pendeta abu-abu, di mana Fran melangkah maju untuk memperkenalkan mereka. “Ini adalah pendeta abu-abu yang akan tinggal di sini dan perwakilan Uskup Agung musim dingin ini. Nama mereka Achim dan Egon.”
Dengan itu, Achim dan Egon menyilangkan tangan di depan dada dan sedikit berjongkok. Richt dan yang lainnya menegang saat melihatnya: orang-orang ini mungkin adalah pendeta abu-abu, tetapi mereka adalah perwakilanku dan akan segera menjadi tutor mereka. Masa depan Hasse ada di tangan mereka, jadi aku bisa membayangkan Richt gugup melihat seperti apa mereka sebagai manusia.
“Richt, tolong pandu kami ke kamar mereka. Seperti yang kau lihat, mereka membawa banyak barang bawaan, dan aku ingin melihat kondisi tempat di mana mereka akan tinggal.”
"Sesuai kehendak anda. Silakan ikuti saya."
Salah satu kepala kota bergegas pergi atas instruksi Richt untuk mengirim kabar tentang kedatangan kami. Richt kemudian membawa kami ke mansion, menuju kamar tempat Achim dan Egon akan tinggal. Fran dan kedua pendeta itu membawa kotak-kotak di belakangku, diikuti oleh Justus dan para ksatria pengawalku. Kehebohan anak-anak yang sedang bermain bisa terdengar pada awalnya, tetapi dengan cepat mereda saat kami semakin mendekat.
Sekarang sepi, tapi aku bisa merasakan mata di sekujur tubuhku...
Kami menaiki tangga berderit ke ruang tamu. Beberapa anak yang penasaran menjulurkan kepala mereka dari sekitar sudut atau di balik pintu yang terbuka, dan sementara aku tersenyum setiap kali aku melakukan kontak mata dengan salah satu dari mereka, mereka selalu tersentak atau lari untuk bersembunyi. Sepertinya mereka menganggapku cukup menakutkan.
Ada baiknya menganggap bangsawan itu menakutkan—maksudku, mereka tidak salah. Tapi sepertinya anak laki-laki itu mencoba menunjukkan betapa beraninya mereka dengan melirikku. Itu agak mengkhawatirkan...
Beberapa pintu terbuka cukup lebar bagiku untuk melihat ke dalam ruangan di luar mereka. Pintu-pintu itu memiliki ukuran yang berbeda-beda, dengan masing-masing menampung satu keluarga. Beberapa berukuran ruang kelas dengan selusin orang tidur di kasur jerami yang berserakan di lantai, sementara sisanya berukuran kecil dengan tempat tidur asli di dalamnya. Mereka sebagian besar menyerupai rumahku di kota bawah- sebelum aku mulai membersihkannya sampai bersih mengkilap.
“Di sinilah mereka akan tinggal. Ini adalah kamar yang terdekat dengan kantor saya. Di sini, mereka akan dapat meminimalkan kontak dengan yang lain, jika berkenan.”
Richt berhenti di depan sebuah ruangan dua orang. Mengingat itu memiliki dua tempat tidur terpisah, aku bisa menebak bahwa dia telah memesan kamar berkualitas tinggi untuk mereka.
Fran, Achim, dan Egon meletakkan kotak mereka, lalu meringis bersama-sama saat memeriksa bagian dalam.
"Maafkan saya, tapi bisakah Anda memberi tahu kami di mana sumur dan peralatan pembersih berada, sehingga kami bisa membersihkan kamar?" Fran bertanya. Itu mungkin sangat kotor bagi orang yang dibesarkan di gereja dan panti asuhan yang selalu bersih. Aku jelas bisa bersimpati dengan mereka— lagipula, di kota bawah, hal pertama yang kulakukan saat berdiri adalah bersih-bersih.
Salah satu kepala kota mengerjap kaget, lalu bergegas bertanya kepada seorang wanita di mana peralatan kebersihan berada. Aku menghela nafas pelan. “Achim, Egon —jika kalian ingin membersihkan kamar ini agar menjadi senyaman mungkin bagi kalian berdua, tidak apa-apa. Tapi harap berhati-hati untuk tidak memaksakan gaya hidup gereja pada orang lain. Ini bukan gereja.”
"Dimengerti."
Achim, Egon, dan Fran membuka mulut seolah-olah hendak memprotes, tetapi segera menyerah setelah melihat peralatan kebersihan yang dibawa kembali oleh kepala kota. Mungkin baiknya memberi mereka dukungan di sini.
“Achim, Egon—bisakah ku sarankan untuk mengambil satu set peralatan kebersihan dari biara besok? Jika ada hal lain yang kalian butuhkan, kalian dapat memintanya pada Fran.”
"Terimakasih atas perhatian anda, Lady Rozemyne."
Mereka berdua memutuskan untuk bertahan di kamar itu untuk semalam, lalu membersihkannya secara menyeluruh keesokan harinya. Cukup lucu melihat mereka serius mendiskusikan apakah mereka juga membutuhkan bak cuci untuk membersihkan diri, mengingat tempat ini mungkin bahkan tidak memiliki alat untuk membersihkan pakaian.
"Richt, apakah semuanya sudah siap untuk upacara?"
“Ya, Lady Rozemyne. Silakan ikut kami ke ruang makan.”
Aula makan mansion musim dingin memiliki langit-langit yang jauh lebih rendah daripada aula besar kastil, dan lantainya tertutup noda dan zat berminyak, kemungkinan karena pesta diadakan di sana. Aroma aneh juga tercium di udara.
Yang artinya, tidak peduli seberapa buruk ini, mereka mungkin melakukan upaya nyata untuk membersihkannya sebanyak yang mereka bisa.
Festival selalu diadakan di luar, jadi mereka hampir pasti tidak mengira para pendeta dan petugas pajak akan memasuki mansion musim dingin itu sendiri. Aku bisa mengatasinya, tetapi Eckhart menunjukkan ekspresi yang sangat tegas di wajahnya.
Ada panggung yang disiapkan di aula, dan seperti tahun lalu, aku berdiri di altar bersama Justus, Fran, dan dua ksatria pengawalku. Selain kami berada di dalam, sepertinya tidak ada yang benar-benar berubah; aku memanggil anak-anak yang akan dibaptis ke atas panggung, memberkati mereka setelah membaca dengan suara lantang buku-buku bergambar tentang para dewa. Upacara hari dewasa dan upacara pernikahan juga cukup mirip dengan tahun lalu, tetapi semua orang tampak sakit daripada sumringah, dan ada suasana kesedihan yang membebani seluruh ruangan.
Setelah upacara selesai, aku memanggil Achim dan Egon ke atas panggung untuk memperkenalkan mereka.
“Warga Hasse sekalian—meskipun kesulitan yang kalian alami tahun ini, karena harus bertani tanpa berkah, kalian telah bekerja dengan baik. Archduke telah menginstruksikan bahwa dua pendeta abu-abu dikirim ke mansion musim dingin guna memastikan bahwa tidak ada bara pemberontakan yang tersisa. Nama mereka adalah Achim dan Egon. Mereka di sini untuk mengawasi kalian, juga untuk mengajari kalian.”
Kehebohan terjadi di antara kerumunan saat mendengar kata "mengajari."
“Surat-surat terbaru dari Hasse didapati mengandung unsur bahasa yang sangat tidak sopan. Jika bangsawan lain menerima surat semacam itu, kemarahan mereka akan terlihat jelas. Kesalahan semacam itu terlahir hanya karena kegagalan walikota kalian sebelumnya dan kurangnya pengalaman kalian dalam menghadapi bangsawan, akan tetapi sekali lagi, Hasse berada di ambang membuat kesalahan besar.
Beberapa orang terkejut mendengar bahwa mereka kembali membuat marah para bangsawan. Yang lain berteriak marah karena walikota gagal melakukan tugasnya dengan benar. Aku mengangkat tangan untuk membungkam mereka.
“Kalian tidak akan dihukum karena penghinaan ini. Sebagai gantinya, aku telah menginstruksikan dua pendeta abu-abu ini —mereka berdua sangat familiar dengan cara komunikasi bangsawan— untuk menggunakan kesempatan ini untuk mengajari walikota kalian dan pekerjanya bahasa yang tepat untuk dipakai saat berkomunikasi dengan bangsawan. Jika mereka belajar dengan baik dan mengingat pelajaran ini, aku yakin tidak akan ada lagi insiden seperti ini.”
Kemarahan orang-orang memudar begitu mereka mengerti bahwa mereka tidak hanya tidak akan dihukum, tetapi mereka juga ditawari kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Penting untuk menggunakan momen kelegaan ini untuk menurunkan kaki.
“Para pendeta abu-abu adalah anak yatim, akan tetapi pahamilah bahwa disini mereka secara langsung merupakan perwakilanku, Uskup Agung. Jika mereka diperlakukan dengan buruk, mereka akan pindah ke biara. Aku yakin kalian tidak akan sebodoh itu untuk melecehkan mereka karena hukuman kalian akan segera berakhir, tetapi terlepas dari itu, berhati-hatilah untuk bersikap hormat ketika berbicara dengan mereka.”
Pada ucapan ini, semua warga yang berkumpul di aula menunjukkan ekspresi gelap, terlihat bahkan dari atas panggung. Terlihat jelas bahwa mereka memperkirakan hukuman mereka tidak akan pernah berakhir.
Well, mereka memang bekerja keras selama satu tahun penuh tanpa berkah. Aku pikir mereka pantas setidaknya sedikit lega.
Aku mengerutkan bibirku dalam pikiran, lalu berjalan dari tengah panggung ke tepi, di mana Eckhart dan yang lainnya sedang menunggu.
"Eckhart, Justus."
"Ya, Lady Rozemyne?"
“Bolehkah kita mengizinkan mereka sedikit bermain warf? Aku percaya terlalu banyak menahan diri tidak baik untuk jantung.”
Eckhart meringis mendengar saranku, jelas memikirkan betapa marahnya Ferdinand jika kami melenceng dari rencana, tapi Justus malah tersenyum geli. “Bernafas itu penting, lady, dan warga pasti akan tergerak jika diberi tahu Anda sendiri yang mengizinkannya,” katanya. "Aku pribadi menganggapnya sebagai ide yang bagus, meskipun bangsawan normal tidak akan pernah memperhitungkan perasaan rakyat jelata."
Dengan Justus di sudut, aku membawa Achim dan Egon ke tempat Richt berada. “Richt, aku menghargai alasanmu untuk tidak mengadakan festival, tetapi apakah ketegangan tidak akan meledak selama musim dingin jika orang-orang tidak menghilangkan stres mereka?” Aku bertanya dengan tenang.
Matanya melotot sejenak, lalu dia mengangguk. "Anda mungkin benar."
“Kau dan aku akan berbicara di ruang pertemuan, dan jika sesuatu terjadi di luar saat kita berada di sana, aku yakin aku tidak akan menyadarinya. Tidak peduli seberapa keras suara warga. Tentu tidak ada salahnya melakukan sesuatu yang luput dari perhatian, tidakkah begitu?”
Richt tampaknya tidak memahami niatanku.
Aku melihat ke arah Achim. “Sepertinya sudah waktumu untuk bekerja. Bisakah kau menjelaskan kepada Richt apa yang kumaksud?”
Achim berkedip kaget, bergumam, "Apakah dia benar-benar tidak mengerti?" diam-diam di balik napasnya. Egon tampak sama terkejutnya—matanya terbuka lebar karena tidak percaya.
“Kukira dia memang mengerti dalam beberapa hal, tetapi warga Hasse sangat menderita akibat kesalahpahaman sehingga kemungkinan besar mereka kehilangan kepercayaan pada kemampuan mereka dalam menafsirkan berbagai hal.”
"Jadi begitu. Walikota Richt, Lady Rozemyne mengatakan bahwa dia akan menutup mata terhadap perayaan apa pun yang mungkin terjadi di luar saat Anda dan beliau mendiskusikan berbagai hal di ruang pertemuan,” Achim menjelaskan.
"Kamu bisa mengartikannya bahwa dia memberimu izin untuk bermain warf," tambah Egon.
Dengan itu, Richt tersenyum. "Dimengerti. Kami memiliki banyak darah muda di Hasse, dan saya yakin mereka akan sangat senang mendengarnya.”
Richt pergi menyiapkan turnamen warf ke salah satu kepala kota dan keluar dari ruang makan, menuntun aku dan yang lainnya ke ruang pertemuan. Kami mendengar teriakan terdengar tidak lama setelah kami pergi.
“Uskup Agung sudah setuju! Ayo bermain warf!”
“YAAAA! WOO HOO!”
Warga kota berteriak keras dan lantang, seolah-olah semua rasa frustrasi yang menumpuk di dalam diri mereka sepanjang tahun itu keluar saat itu juga sekaligus.
Achim dan Egon tersentak dan berbalik, dengan takut melihat ke pintu aula. Mereka pasti benar-benar ketakutan, mengingat mereka belum pernah mendengar orang mengaum sekeras itu sehingga getarannya benar-benar bisa dirasakan di lantai. Aku hanya bisa berharap bahwa niat baikku akan membantu membuat mereka merasa nyaman saat berada disini.
Di ruang pertemuan, kami membahas panen tahun ini, pajak, dan sepersepuluh yang akan dibayarkan kepadaku. Tanpa berkah berarti bahwa panennya lebih kecil daripada kota-kota tetangga, akan tetapi hasilnya cukup besar untuk membuktikan bahwa warga kota benar-benar telah bekerja keras.
Sama seperti tahun lalu, Justus akan mengirim pajak ke kastil keesokan harinya, dengan sebagian dari sepersepuluh-ku digunakan untuk memenuhi persiapan musim dingin Achim dan Egon. Sisanya akan dibawa ke biara daripada ke kastil untuk membantu mendanai persiapan musim dinginnya.
Saat pertemuan kami berlanjut, turnamen warf di luar berakhir. Suara energik menyampaikan suasana yang hidup ketika mereka semua kembali ke aula, nada cerah mereka memancarkan kesenangan yang baru saja mereka lewati, yang menegaskan kepadaku bahwa mengizinkan turnamen adalah langkah yang tepat.
Setelah pertemuan dilanjutkan dengan makan malam di ruang makan. Aku sudah tahu semasa berada di Illgner bahwa para pendeta abu-abu akan terdiam melihat bagaimana rakyat jelata makan, jadi aku menginstruksikan Achim dan Egon untuk makan bersamaku sehingga aku bisa menginstruksikan tentang apa yang harus dilakukan kepada mereka.
Rakyat jelata membariskan makanan di atas meja rendah yang tidak lebih dari papan panjang ditempatkan di atas dua kotak besar, kemudian duduk di atas jerami dan mulai makan apa pun yang mereka inginkan. Selain pisau yang ditempatkan di dekat daging agar orang dapat membantu diri mereka sendiri, sendok kayu adalah satu-satunya peralatan makan yang tersedia; semua orang makan dengan tangan ketika mereka tidak memakan makanan seperti sup.
Seperti yang diperkirakan, seluruh pengalaman itu sangat asing bagi Achim dan Egon sehingga mereka membeku di tempat karena terkejut. Mereka seharusnya melayani Eckhart dan Justus, tetapi sebaliknya, mereka hanya berdiri membisu, mulut mereka ternganga.
Eckhart tidak memarahi mereka karena dia juga terkejut dengan pemandangan itu. Dia tampaknya belum pernah melihat rakyat jelata makan dari dekat, karena dia selalu berada di panggung jauh dari plaza, dan makanan hanya disajikan saat matahari mulai terbenam. Ekspresinya yang tegas mengingatkanku pada saat Ferdinand pertama kali melihat anak-anak yatim Hasse makan.
"Jika perilaku mereka tidak menyenangkan kalian, aku akan merekomendasikan untuk berpaling," aku menimpali. "Ini normal untuk mereka."
“Mereka mungkin bisa memalingkan muka, tetapi mereka tidak bisa menghindari suara-suara itu,” jawab Fran, dengan menyesal menggelengkan kepala saat menyajikan makanan padaku. Dia tidak terpengaruh, karena dia sudah cukup sering melihat Nora dan yang lainnya serta saat menemaniku ke Illgner.
"Erm, Lady Rozemyne... dimana kita akan makan?" Achim dan Egon bertanya serempak, keduanya tampak gugup. Meja dan kursi telah disediakan untuk para bangsawan di kelompok kami, tetapi pasti diasumsikan bahwa para pendeta abu-abu tidak keberatan makan dengan rakyat jelata.
“Kalian bisa makan bersama kami di sini untuk hari ini. Kurasa kalian akan memakan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan tempat ini, jadi aku akan meminta Richt untuk menyiapkan meja dan kursi di kamar kalian sehingga kalian dapat makan disana. Itu seharusnya membuat kalian makan dengan tenang.”
"Terimakasih banyak, Lady Rozemyne," jawab Achim dan Egon, menepuk dada mereka dengan desahan lega.
Usahaku tentu demi Operasi Grimm, tapi sepertinya mengirim pendeta abu-abu ke mansion musim dingin di seluruh wilayah akan lebih sulit dari yang kuduga. Membuat mereka menyesuaikan diri dengan gaya hidup rakyat jelata setelah menghabiskan seluruh hidup mereka di gereja sama sekali bukanlah proses yang mudah.
Aku menghabiskan makananku yang sangat sederhana, karena tidak menyentuh sebagian besar makanan sehingga Achim dan Egon memiliki cukup makanan. Pada saat itu, bir sudah mulai membuat warga kota merasa agak longgar: mereka mulai menggerutu dan mengeluh tentang berbagai hal, baik karena mereka terdorong oleh alkohol atau karena mereka lupa bahwa aku berada di atas panggung.
“Kau tahu, aku melihat anak-anak yatim yang dijual ke biara tempo hari. Sepertinya di sana mereka makan jauh lebih enak daripada kita,” kata seorang pria. “Mereka terlihat sangat bagus, belum lagi sekarang mereka semua gemuk. Ke mana perginya yang kurus itu?”
“Haah,,,, aku sangat iri,” seorang wanita menimpali dengan desahan sedih. “Jika seseorang memberi tahuku bahwa mereka memiliki banyak makanan di panti asuhan, aku sendiri jelas ingin pergi ke sana.”
Fran mengerutkan kening frustrasi setelah mendengar semua itu, tetapi aku dengan bersemangat mengatupkan kedua tanganku di depan dadaku, mataku bersinar karena kegembiraan. Kami telah mengirim empat orang ke Hasse, tetapi kami masih membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk usaha pencetakan. Dan untungnya, dompet kami penuh karena buku-buku laris manis dibeli bangsawan. Aku tidak ingin memaksa siapa pun untuk bekerja di panti asuhan karena diskriminasi yang akan mereka hadapi, tetapi jika mereka sendiri yang ingin tinggal di sana, maka tentu saja ...
Aku memanggil dari panggung dengan harapan merekrut setidaknya beberapa orang. “Jika kalian ingin datang ke panti asuhan, silakan. Kami di biara akan menyambut kalian. Sebenarnya, sekarang kami memiliki lebih banyak mesin cetak dan membutuhkan bantuan ekstra.”
Semua orang yang mengobrol di meja terdekat mengeluarkan suara yang terdengar konyol karena terkejut; tidak ada yang memperkirakan tanggapan dari Uskup Agung sendiri. Wajah mabuk mereka lenyap dalam sekejap, dan meski mereka mulai terlihat semakin pucat, aku terus melakukan sesuatu sebisaku dalam mempertaruhkan sisi baik panti asuhan.
“Penghuni di panti asuhan diberi makan tiga kali sehari, serta tempat tidur, pakaian, dan sejenisnya. Mereka juga dididik dengan cukup teliti, sehingga kalian akan belajar bertutur kata dengan benar dan bersikap anggun. Anak-anak kecil akan terus melayani bangsawan hanya beberapa tahun setelah dibaptis, dan percaya atau tidak, tingkat melek huruf anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan adalah seratus persen. Mereka semua bisa menulis dan mengerjakan hitungan sederhana, ditambah lagi kami memiliki buku bergambar, karuta, dan kartu remi yang semuanya disiapkan sebagai materi pendidikan untuk membantu mempercepat proses belajar.”
Deskripsiku sejauh itu membuat panti asuhan tampil sebagai surga yang bonafid, tetapi tidak dapat disangkal bahwa ada juga beberapa kekurangan, dan aku tidak akan menyembunyikannya. Aku ingin warga bergabung dengan sepenuhnya menyadari segala macam pro dan kontra.
“Tentu saja ada beberapa hal negatif. Setelah kalian bergabung dengan panti asuhan, dunia akan mencemooh kalian sebagai yatim selamanya. Pendeta dan gadis suci juga harus hidup mematuhi perintah bangsawan, memperhatikan setiap tutur kata dan sikap mereka. Ini adalah lingkungan yang sepenuhnya berbeda dari kota pertanian, dan anak-anak yatim Hasse yang bergabung sebelumnya masih berjuang untuk beradaptasi dengan budayanya.”
"Eh, uh... U-uskup Agung...?"
Warga kota tampak berkonflik; pasti ada sesuatu yang lupa ku sebutkan.
“Coba kita lihat.... Oh, ya—mereka yang dibesarkan di panti asuhan gereja tidak diberikan tanah setelah dewasa, tidak diizinkan menikah, dan tidak menerima istirahat pada Hari Bumi, karena mereka harus hidup setiap hari demi kaum bangsawan. Bukan hal yang aneh untuk dijual secara tiba-tiba kepada seorang bangsawan yang belum pernah kalian temui sebelumnya, dan anak yatim sendiri tidak memiliki suara dalam hal itu.”
Semakin jauh aku berbicara, ekspresi mereka semakin bertambah ketakutan.
“Saat ini aku menjabat sebagai direktur panti asuhan dan memastikan bahwa setiap orang menerima makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, tetapi kondisi kehidupan cukup buruk sebelum aku mengambil posisi itu, dan tidak ada jaminan bahwa mereka tidak akan kembali menjadi menjijikkan di bawah kepemimpinan penerusku. Hampir tidak ada yang ingin bergabung dengan panti asuhan karena reputasi buruknya dan masa depan yang sangat tidak pasti, akan tetapi jika ada yang ingin bergabung dengan kami, aku sambut kalian dari lubuk hatiku yang paling dalam!”
Aku dengan bersemangat merentangkan tanganku, menunggu warga melangkah maju. Namun, terlepas dari betapa transparannya penjelasanku, antusiasme untuk bergabung terus terang tidak ada.
“E-Er, well,,, aku sudah punya tanah di Hasse, jadi… kau tahu?” seorang pria bergumam.
"Ya... Aku akan menikah tahun depan, jadi aku tidak bisa menghancurkan hatinya begitu saja," tambah yang lain.
“B-Benar. Ketika apapun yang terjadi, yang paling penting adalah hidup di tanah yang kau tahu.
Aku dapat memahami bahwa mereka tidak ingin pergi meninggalkan Hasse setelah tinggal di sana sepanjang hidup mereka—aku sendiri tidak pernah berniat meninggalkan Kota bawah. Ada beberapa hal yang tidak ingin kau lepaskan, tidak peduli seberapa miskin atau lapar dirimu.
“Aku dapat sepenuhnya memahami keengganan kalian dalam meninggalkan kampung halaman. Sangat disayangkan kalian tidak akan bergabung dengan panti asuhan, tetapi aku dapat memaklumi alasan kalian.”
Saat aku duduk kembali dengan kekecewaan, semua orang saling bertukar pandang dengan lega, mengambil cangkir mereka, dan kembali melahap makanan mereka. Pemandangan rakyat kecil makan membuat para bangsawan bersama kami meringis, tapi bagiku, itu adalah pengingat kehidupan lamaku di Kota bawah.
Kau tahu, aku sangat ingin bertemu dengan Ayah sekarang...
Aku mencengkeram lengan bajuku dengan erat. Aku hanya perlu pergi ke biara untuk menemuinya, jadi usai makan, aku menghampiri Richt untuk mengumumkan keberangkatanku.
"Richt, aku akan segera berangkat ke biara."
“Terima kasih telah berkunjung hari ini. Semua orang bersenang-senang karena Anda mengizinkan turnamen warf,” katanya. Ada senyum lega di wajahnya, yang bisa dimengerti, karena tugasnya adalah menjaga pondok musim dingin.
“Aku juga senang melihat keceriaan semua warga. Oh, ngomong-ngomong— Achim dan Egon akan membutuhkan meja dan beberapa kursi di kamar mereka agar mereka bisa melakukan tulis-menulis. Kumohon lakukan sesuatu untuk itu.”
"Dimengerti."
“Juga, seperti halnya warga Hasse yang tidak tahu menahu tentang nilai-nilai bangsawan, para pendeta abu-abu menjalani kehidupan mereka di gereja dan tidak memahami adat dunia luar. Mereka makan, membersihkan, dan menjalani hidup yang sepenuhnya berbeda dari cara hidup kalian. Kumohon pertimbangkan fakta itu.”
Dengan diumumkannya kepergianku, Eckhart berlutut di depanku seolah-olah aku adalah kekasihnya. “Aku akan mempercayai Brigitte untuk menjaga anda, Lady Rozemyne. Justus dan saya akan tetap di sini, seperti biasa, jadi tolong kembali besok pagi untuk menerima sepersepuluh.”
Jadi, aku meninggalkan Eckhart dan Justus di mansion musim dingin, kembali ke biara bersama Fran dan Brigitte. Bahkan di sana, orang-orang sedang makan dengan riuh dan hangat. Aku menuju ke kamarku, mendengarkan keributan yang menggembirakan di ruang makan, selagi Fran makan, mempercayakan Monika dan Nicola untuk melayaniku saat dia pergi. Sepertinya dia pergi tanpa makanan di mansion musim dingin sehingga dia bisa makan malam di sini sebagai gantinya.
Aku mengambil buku catatan yang dibuat dengan kertas putih dan pena dari kamar, lalu pergi ke ruang makan, meminta Monika menarik kursi ke meja tempat para prajurit menikmati makanan mereka.
“Gunther, saat ini aku sedang mengumpulkan cerita untuk dijadikan buku. Bisakah aku bertanya cerita apa yang kau dengar di Kota bawah?
Ibu telah menceritakan banyak cerita kepadaku, tetapi Ayah tidak benar-benar menceritakan banyak hal kepadaku.
“Cerita, hm? Ibuku memang memberitahuku beberapa cerita saat aku masih kecil.....” kata Ayah. Dia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangkat kepalanya. “Dulu ada sebuah keluarga, kakak beradik yang lebih dekat daripada yang pernah kau percaya. Nama mereka adalah Tuuli, Myne, dan Kamil....”
Maka dimulailah sebuah cerita di mana Kamil dan Tuuli berlomba ke hutan untuk menyelamatkan saudara perempuan mereka Myne, yang telah diculik oleh feybeasts.
“Jadi, Myne kembali ke keluarganya dengan selamat, dan dia hidup bahagia untuk selamanya dengan saudara-saudaranya.”
“Cerita yang luar biasa.....” kataku, sangat tersentuh sehingga hidungku meneteskan air mata dan mataku berkaca-kaca. Aku menulis semua itu, dan seketika itu prajurit lain mulai berjuang untuk menceritakan kisah yang mereka ketahui. Semuanya benar-benar baru bagiku dan sangat mudah dimengerti, mengingat mereka tidak dipenuhi dengan eufemisme seperti cerita-cerita bangsawan. Aku bisa memvisualisasikan semuanya secara instan.
Pada saat selesai menulis tiga cerita secara total, bel ketujuh mulai berdering. Aku berdiri, diliputi rasa kepuasan yang mendalam.
“Mimpi indah, semuanya.”
“Mimpi indah, Uskup Agung. Semoga diberkahi dengan mimpi indah....”
Malam itu, aku benar-benar bermimpi. Itu adalah hari yang sangat membahagiakan, di mana aku kembali ke rumah di kota bawah sebagai Myne, dan menghabiskan hari itu dengan tertawa bersama keluargaku...
Post a Comment