Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 12; Sementara itu di Gereja





Di hadapanku adalah Lady Rozemyne, dalam diam mengambang di dalam kotak berisi ramuan biru muda, garis-garis merah cerah melesat di sekujur tubuhnya. Pendeta Agung melepaskan tangannya dari ramuan itu, riak-riak kecil di permukaannya membuat rambutnya sedikit bergoyang.
 

Dia menyeka tangannya dengan handuk saat dia berdiri, menyerahkan handuk itu kepadaku, lalu membuka pintu. Aku tidak bisa masuk atau meninggalkan workshop ini sendirian, jadi aku buru-buru mengikutinya keluar. Dia melirik sekali ke belakang ke kotak tempat Lady Rozemyne ​​sedang tidur, lalu menutup pintu dalam diam.

“Dan sekarang, hanya aku yang bisa memasuki ruangan ini,” kata Pendeta Agung. “Rozemyne ​​aman.”

Bahkan jika penyerang mendatangi gereja, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menemukannya. Hanya setelah Pendeta Agung tahu bahwa dia aman, ekspresinya kembali normal. Dia sekarang terlihat seperti biasanya saat bekerja.

“Fran, jika kau memiliki surat atau memo yang Rozemyne tinggalkan, tunjukkan padaku. Aku ingin menetapkan rencana apa yang dia miliki untuk musim dingin ini.”

"Sesuai kehendak anda."

Aku segera pergi ke meja kerja Lady Rozemyne dan mengeluarkan surat-surat yang dia tulis. Aku juga mengumpulkan catatan yang dia buat untuk dirinya sendiri; dia selalu menyalinnya dari diptych ke kertas agar tidak melupakannya, yang berarti kami tidak akan kesulitan mengidentifikasi rencana langsungnya. Awalnya mengejutkan melihat dia menggunakan kertas mahal semacam itu hanya untuk catatan, entah itu robek atau tidak, tapi aku sudah terbiasa dengan itu. Lady Rozemyne merasa paling betah menulis di kertas pohon, bukan papan kayu.

Saat aku menata surat-surat untuk rekan-rekan bangsawannya, rekan-rekan gerejanya, dan rekan-rekan kota bawah, sebuah ordonnanz terbang ke dalam ruangan. Itu mengumumkan bahwa si penjahat telah ditangkap, kemudian kembali ke bentuk feystone kuning. Pendeta Agung menjawab, “Baiklah. Aku akan segera kembali,” lalu mengirim balik ordonnanz.

"Fran, ada pekerjaan yang harus kulakukan di kastil," dia mengumumkan. “Aku tidak akan kembali sampai tiba waktunya Ritual Persembahan. Aku percayakan gereja kepadamu dan pelayanku. Gunakan pendeta biru seperlunya untuk menyelesaikan persiapan yang diperlukan.”

Pendeta Agung mengambil surat-surat untuk rekan-rekan bangsawan Lady Rozemyne ​​sekaligus, lalu berjalan cepat keluar ruangan. Begitu dia pergi, para pelayan lainnya—yang seharusnya sudah beristirahat di kamar mereka hari ini—kembali ke kamar Uskup Agung.

“Fran, apa yang Pendeta Agung katakan? Apakah Lady Rozemyne akan baik-baik saja?” Monika bertanya, dengan khawatir menatapku. Nicola dan Gil menunggu jawabanku dengan penuh harap; mereka semua mencemaskan Lady Rozemyne yang dilarikan ke workshopnya sangat cepat.

“Dia mengatakan kemungkinan dia akan tetap tertidur selama lebih dari setahun. Racun yang dia minum memberikan tekanan yang tidak terduga pada tubuhnya.”

"Tidak mungkin..."

Semua orang terlihat hampir menangis, tapi butuh waktu lama sebelum Lady Rozemyne ​​terbangun; tidak ada gunanya terburu-buru.

“Aku akan memberikan rincian lebih lanjut besok. Ini sudah larut, dan kalian semua mesti istirahat.”

Para magang kembali ke kamar, masih tidak dapat menerima apa yang telah terjadi, sementara aku sendirian di belakang. Saat itu jadwal jaga malamku, jadi aku mengatur ruangan sebelum menulis surat untuk Lutz, yang bisa menjelaskan keadaannya kepada keluarga kota bawah Lady Rozemyne ​​dan Perusahaan Plantin.

__________



Aku menghabiskan hari berikutnya dimana aku harus menjelaskan situasi Lady Rozemyne ​​lagi dan lagi. Para magang bangun lebih dini, tidak dapat tidur karena khawatir, jadi aku memberi mereka surat penjelasan yang telah aku tulis kepada Lutz dan bergegas tidur siang yang sangat dibutuhkan.

Bel keempat berbunyi tanpa kusadari, dan ketika aku duduk untuk makan siang, semua orang menuntut penjelasan lebih. Pendeta Agung sejak awal tidak memberiku detail pasti, jadi terlepas dari semua pertanyaan mereka, tidak banyak yang bisa aku katakan.

“Seperti yang Lady Rozemyne katakan sebelumnya, tolong pikirkan ini karena dia tinggal di kastil untuk waktu yang lama. Kita tidak punya pilihan selain melanjutkan seolah-olah dia pergi begitu saja. Silakan lanjutkan apa yang telah kalian lakukan sehingga dia tidak mengalami komplikasi apa pun saat bangun.”

Setelah menyelesaikan makan siang, Zahm dan aku mengerjakan dokumen yang berkaitan dengan pekerjaan Rozemyne ​​sebelum berangkat ke ruangan Pendeta Agung. Dia harus menangani pekerjaan Uskup Agung-nya saat dia tiada.

"Apakah Pendeta Agung tidak akan pingsan pada tingkat ini?" tanyaku, dengan cemas menatap tumpukan dokumen di depan kami. Zahm terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala.

“Aku berasumsi dia akan bertahan, sebagian besar berkat dia yang menerima saran Lady Rozemyne ​​dan melatih para pendeta biru lainnya untuk membantunya. Aku bergidik membayangkan dunia di mana dia tidak melakukannya. Bahkan jika dia tidak melakukan apa-apa lagi, fakta ini saja akan membuatnya mendapatkan rasa terima kasihku yang sebesar-besarnya. Segala puji bagi para dewa!”

Zahm pernah melayani pendeta biru yang sama dengan Fritz, jadi dia dengan cepat menghargai kompetensi Pendeta Agung dan kemudahan bekerja di bawahnya. Dia memuji Lady Rozemyne ​​atas keahliannya sejak dia magang sebagai gadis suci biru, berterima kasih atas kemampuannya dalam membantu pekerjaan Pendeta Agung.

Ketika tiba saatnya untuk memilih salah satu pelayan Pendeta Agung untuk pergi dan melayani Lady Rozemyne, Zahm telah mengajukan diri lebih cepat daripada siapa pun. Makanan di ruangan Uskup Agung memiliki kualitas yang lebih tinggi, dan beban kerja yang lebih besar untuk setiap pelayan membuat kontribusi seseorang terasa jauh lebih berarti—belum lagi Lady Rozemyne mengambil lebih banyak pekerjaan pada akhirnya akan meringankan beban Pendeta Agung.

“Well, akankah kita berangkat? Para pelayan Pendeta Agung akan membutuhkan hal-hal yang dijelaskan kepada mereka juga.”

Dengan itu, Zahm dan aku membawa kotak dokumen dari ruangan Uskup Agung ke ruangan Pendeta Agung.

“Fran, Zahm—kami sudah menunggu kedatangan kalian,” kata salah satu pelayan. "Rak ini telah dibersihkan untuk kalian."

Pendeta Agung pasti telah menyiapkan pengaturan sebelumnya, karena ruang telah kosong untuk dokumen yang kami bawa. Semua orang bekerja sama untuk mengaturnya dan mengumpulkan informasi tentang kejadian semalam, setuju untuk melakukan yang terbaik untuk meminimalkan beban Pendeta Agung dan memilih pekerjaan yang bisa dipercayakan kepada para pendeta biru.

“Zahm, bisakah aku memintamu menjelaskan situasinya kepada Saudara Kampfer dan Frietack?” Aku mengatakannya begitu dokumen-dokumen itu diatur. Aku kemudian menuju panti asuhan, dan Wilma datang bergegas saat aku tiba.

“Fran, ku dengar dari Monika bahwa Lady Rozemyne akan tertidur untuk waktu yang lama. Apa yang akan terjadi dengan panti asuhan?” tanyanya, sangat khawatir hingga wajahnya pucat pasi. Semua orang yang tahu betapa buruk panti asuhan sebelum Lady Rozemyne menjadi direktur panti asuhan sangat takut dia melepaskan posisinya, karena ini menyiratkan kemungkinan semuanya kembali seperti semula.

“Semuanya akan baik-baik saja. Otoritas atas gereja akan beralih ke tangan Pendeta Agung saat Lady Rozemyne tertidur, tetapi aku telah diperintahkan untuk terus mengawasi semua hal seperti yang telah aku lakukan. Untuk anggaran, kita tidak bisa menggunakan kartu guild Lady Rozemyne, tapi Pendeta Agung yang mengatur pembayaran Uskup Agung dan uang yang dia berikan sebagai putri archduke, jadi kita pasti tidak akan kekurangan dalam hal itu. Saat persiapan musim dingin selesai, kita akan dapat bertahan hingga musim semi tanpa masalah, selama kita tidak boros.”

“Benar,” gumam Wilma dengan anggukan pengertian. Aku juga mengambil inisiatif untuk meyakinkan anak-anak yatim yang khawatir bahwa kita tidak akan kehabisan uang selama workshop terus beroperasi. Aku tidak menyebutkan hal ini kepada siapa pun, tetapi Lady Rozemyne ​​memiliki sebuah kotak yang terkunci—"di bawah simpanan kasurnya", begitu dia menyebutnya—yang juga berisi jumlah yang cukup besar. Dana itu akan berfungsi sebagai jaring pengaman, dengan harapan mencegah keadaan kita memburuk.”

“Wilma, orang-orang yang memiliki otoritas tidak boleh khawatir atau panik. Tolong tenangkan dirimu. Lady Rozemyne akan baik-baik saja.”

"Maafkan aku."

"Sekarang aku akan mengumumkan tujuan yang ingin Lady Rozemyne capai ​​selama musim dingin."

Tugas yang dipercayakan Lady Rozemyne ​​ke panti asuhan tahun lalu adalah semua orang belajar alfabet, serta hitungan satu digit. Setiap orang pasti ingat daging tambahan yang sebelumnya mereka dapatkan saat berhasil, karena tatapan khawatir mereka segera mengeras.

“Tugas tahun ini adalah agar semua orang mempelajari pengetahuan dasar yang dibutuhkan seorang pelayan sebelum mencapai usia sepuluh tahun. Pendeta abu-abu yang telah mengabdi sebagai pelayan akan bekerja sebagai guru.

Setelah belajar dari situasi dengan Volk, Lady Rozemyne ingin meningkatkan nilai semua pendeta abu-abu. Dia lebih suka mereka dijual sebagai pelayan yang terampil daripada pelayan rendahan, karena perlakuan mereka akan sangat bervariasi berdasarkan posisi, dan pelayan yang lebih cakap mendapatkan lebih banyak uang.

“Delia, Lady Rozemyne mengkhawatirkan Dirk,” lanjutku. “Tolong segera hubungi aku jika dia mulai menunjukkan kejanggalan. Pendeta Agung sangat sibuk, jadi perawatannya bisa saja tertunda.”

"Dimengerti."

Tugas terakhirku adalah pergi ke workshop, tetapi segera setelah aku tiba memperjelas bahwa Gil mengerahkan segalanya untuk membuat buku, yakin bahwa mereka akan mendorong Lady Rozemyne ​​untuk bangun lebih cepat. Dia sepertinya tidak membutuhkan bantuanku, jadi aku hanya menyerahkan surat untuk Lutz itu dan pergi.

_________



Keesokan harinya, personel Lady Rozemyne ​​kembali ke gereja. Tanpa dia di sana untuk melindungi mereka, tinggal di kastil tidak hanya berisiko bocornya resep, tetapi juga orang-orang yang memiliki otoritas mencurinya secara paksa untuk melayani orang lain. Lady Rozemyne ​​secara khusus meminta agar Ella dan Rosina tidak ditinggalkan di sana, karena sebagai wanita muda mereka berdua sangat rentan.

Personil diberitahu bahwa Lady Rozemyne ​​akan tetap tertidur selama lebih dari setahun; kemudian mereka diberi arahan.

“Ella, Hugo—tolong terus menyiapkan makanan untuk para pelayan dan panti asuhan, seperti yang sudah-sudah. Lady Rozemyne juga berharap agar Nicola diberi kesempatan mengembangkan impiannya menjadi seorang chef, jadi terimalah jasanya dan bimbing dia sebagai asisten. Kau harus membantu menyelesaikan buku resep, di mana sedikit kemajuan telah dibuat karena betapa sibuknya hal-hal itu, dan jika Kau memiliki waktu luang setelah selesai, dia menyarankan agar Kau mulai mencoba menciptakan resep-resep barumu sendiri."

"Dimengerti."

Nicola menuliskan di diptych semua yang perlu dilakukan di dapur dengan senyum lebar di wajahnya. Dia akan menangani semua tulisan, karena baik Ella maupun Hugo tidak mampu membaca, yang kemungkinan juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap lambatnya perkembangan buku resep.

“Rosina, tolong ajari anak-anak panti asuhan bermain musik. Lady Rozemyne mengatakan bahwa Kau mungkin mengenali beberapa dari mereka yang memiliki bakat musik, bahkan jika mereka sendiri tidak merasakannya. Dia percaya bahwa memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dapat mengubah masa depan mereka menjadi lebih baik.”

“Dengan kata lain, aku hanya perlu mengajari mereka seperti yang Lady Christine ajarkan? Baik. Akan kulakukan sebisaku.”

Setelah mendengar bahwa Lady Rozemyne ​​ingin meningkatkan nilai anak yatim untuk mengamankan tempat kerja yang lebih baik bagi mereka, Rosina—yang pernah dibeli untuk mengabdi sebagai musisi pribadi—tersenyum lembut dan mengangguk.

________



Maka dengan itu dimulailah kehidupan gereja tanpa Lady Rozemyne. Nicola membantu para koki saat bekerja sebagai pelayan, sementara Gil dan Fritz melanjutkan tugas mereka di workshop dan di panti asuhan selama musim dingin. Zahm, Monika, dan aku biasanya menghabiskan hari-hari kami dengan bekerja di ruangan Pendeta Agung, istirahat hanya untuk makan dan tidur.

“Persiapan Ritual Persembahan sudah selesai.”

“Apakah itu berarti kayu bakarnya juga sudah siap? Saudara Kampfer, apakah Kau sudah memutuskan perintah untuk para pendeta?”

"Saudara Frietack, tolong kirim kabar ke pendeta biru lainnya."

Kami bisa menyelesaikan persiapan Ritual Persembahan sebelum Pendeta Agung kembali, seperti yang kami lakukan tahun lalu. Pekerjaan itu terselesaikan tanpa masalah yang berarti; bukan hanya ini kedua kalinya Frater Kampfer dan Frietack dipercayakan untuk persiapan, ada juga banyak pendeta biru yang bersedia membantu.

________



"Apakah semuanya sudah siap?" tanya Pendeta Agung sekembalinya dia. Dia memeriksa untuk memastikan persiapan selesai dengan benar, lalu memuji para pendeta biru atas pekerjaan mereka. "Sudah selesai dilakukan dengan baik. Kalian sekarang dapat beristirahat sampai Ritual Persembahan dua hari mendatang.”

Dia menyuruh para pendeta biru meninggalkan ruangan, lalu pergi ke ruang tersembunyi untuk mengambil sekantong feystone. Begitu dia mendapatkannya, kami berdua menuju ke ruang tersembunyi di mana Lady Rozemyne tertidur. Dia tampak sama seperti pada malam yang menentukan itu, meskipun warna biru dalam ramuan itu lebih gelap dari sebelumnya dan garis-garis merah di kulitnya tampak bersinar.

“Aku meninggalkannya sendirian terlalu lama…” gumam Pendeta Agung, alisnya berkerut dan nada frustrasi terdengar jelas dalam suaranya.

Dia menginstruksikanku untuk memasukkan feystone ke dalam ramuan, jadi aku segera mematuhinya. Ada feystone hitam dan feystone bening; Aku mengeluarkannya dari tas dan memasukkannya ke dalam ramuan satu per satu. Itu mulai menyerap mana Lady Rozemyne, membuat warna ramuan memudar di depan mataku.

“Si bodoh ini terlalu menekan mana-nya,” Pendeta Agung menghela nafas, meraih tangan Lady Rozemyne ​​dan melotot pada garis merah di kulitnya. “Feystones ini sama sekali tidak akan cukup. Dia beruntung sudah waktunya untuk Ritual Persembahan.”

Aku kemudian mendengar dia bergumam bahwa prosesnya akan memakan waktu lebih lama dari yang dia perkirakan.

Sementara Pendeta Agung mencatat sesuatu tentang kesehatan Lady Rozemyne ​​di papan, aku mengeluarkan feystone yang sekarang diisi dengan mana, dengan hati-hati menyekanya, dan kemudian dengan hati-hati memasukkannya kembali ke dalam tas.

“Itu yang harus dilakukan untuk hari ini,” kata Pendeta Agung.

Sudah menjadi pekerjaan sehari-hari bagiku mengambil feystone yang telah dikosongkan oleh para pendeta selama Ritual Persembahan dan memasukkannya kembali ke dalam ramuan Lady Rozemyne untuk mengisinya kembali. Berkat mananya, Ritual Persembahan berakhir tanpa masalah, tetapi bahkan setelah itu, kami harus terus menghemat mana sebagai persiapan untuk Doa Musim Semi.

Pendeta Agung dan aku memasuki workshop sekali lagi. Sungguh melegakan setiap kali melihat Lady Rozemyne, tetapi fakta bahwa dia tampak sama sekali tidak berubah sungguh mengecewakan.

Tolong lekas bangun, Lady Rozemyne...

Dengan selesainya Ritual Persembahan, Pendeta Agung memfokuskan pekerjaannya pada dokumen yang telah terkumpul. Terlepas dari peningkatan beban kerja, baik Lord Damuel dan Lord Eckhart sibuk menerima pelatihan khusus bersama Ordo Ksatria, jadi Pendeta Agung sekali lagi menopang pola hidupnya dengan ramuan, sehingga pelayannya akan menggumamkan tentang seberapa sering mereka melihatnya meraih ramuan-ramuan itu.

Sangat mudah untuk melihat bahwa dia sedang terkubur di bawah luapan pekerjaan—bukan hanya pekerjaannya sendiri sebagai Pendeta Agung dan pekerjaan kastil, tetapi juga pekerjaan Uskup Agung Lady Rozemyne dan tugasnya di panti asuhan, workshop, Perusahaan Plantin, dan segala sesuatu semacamnya. Meski telah menginvestasikan banyak waktu dalam melatih para pendeta biru untuk membantu pekerjaannya, mereka tidak mampu mengelola panti asuhan, mereka juga tidak mampu berbisnis dengan Perusahaan Plantin.

“Jarang anggota Perusahaan Plantin berkunjung selama musim dingin, dan panti asuhan juga menghabiskan sebagian besar waktunya dengan hibernasi, jadi aku tidak melihat adanya masalah,” kataku.

"Benar. Rozemyne sudah memiliki pelayan yang mengurus workshop dan panti asuhan, dan aku ingin mereka mengurus beberapa pekerjaan.”

Namun, begitu musim semi tiba, mereka perlu menjual hasil kerajinan musim dingin dan mulai membuat kertas, yang mau tidak mau berarti berurusan dengan uang dan mengambil tugas yang tidak dapat ditunda. Pendeta Agung juga memiliki pekerjaan yang sedang ditugaskan kepadanya dari kastil, meskipun banyak tugas gereja, jadi tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengerutkan dahi dengan pahit dan mengambil ramuan.

“Tidak ada yang aku inginkan selain memintanya untuk membantu, tapi kurasa aku tidak punya pilihan lain...”

Pendeta Agung mengirim ordonnanz, dan setelah menunggu sebentar, kami melihat seekor highbeast berlari menuju gereja dengan kecepatan tinggi. Dalam beberapa saat, Lord Justus, yang tidak keberatan mengunjungi kota bawah dan memahami kesulitan Lady Rozemyne, berlutut di depan Pendeta Agung dengan mata berbinar.

“Lord Ferdinand, saya telah sampai menjawab panggilan anda. Anda dapat mengandallkan saya untuk mengelola workshop dan mengurus bisnis dengan para pedagang.”

“Fritz, bawa Justus ke workshop dan jelaskan padanya keuangan bisnis kita dengan Perusahaan Plantin. Justus, aku terlalu sibuk dan jangan sampai membuat ulah. Tahan dirimu. Apa kau mengerti?”

"Sesuai kehendak anda. baiklah, Fritz—ayio kita berangkat.”

“Fritz, laporkan padaku saat sesuatu terjadi. Aku tidak akan ragu untuk menghajar Justus seketika, jika perlu.”

Lord Justus, bahkan tidak berusaha menyembunyikan kegembiraannya, praktis menyeret Fritz keluar dari ruangan bersamanya. Aku sangat prihatin tentang hal ini; apakah memanggilnya benar-benar ide yang bagus?

“Pendeta Agung...”

“Jangan takut, Fran. Justus suka mengumpulkan informasi, tetapi dia tidak mengungkapkan rahasia dengan enteng. Lebih jauh lagi, dia adalah pengikutku; sifatnya yang eksentrik memungkiri kompetensinya.”

Seperti yang diprediksi Pendeta Agung, Lord Justus dengan cepat menjadi terbiasa dengan workshop. Dia bukan tipe orang yang mengutamakan statusnya di atas orang lain, dan menurut Fritz dia sangat ahli dalam hal menyesuaikan diri dengan kelompok dan bekerja dengan orang lain.

Setelah kunjungan berkala ke workshop, Lord Justus bertanya kepadaku tentang alur kerja umum sebelum situasi Lady Rozemyne. Aku mulai mempersiapkan dokumen-dokumen yang relevan dari ruangan Uskup Tinggi, sementara itu memutuskan untuk menanyakan pendapatnya tentang masa dia di sana sejauh ini.

"Lord Justus, bagaimana workshopnya?"

“Sangat merangsang. Semuanya sangat menarik di sana, seperti yang aku harapkan dari sesuatu yang diawasi oleh Lady Rozemyne. Dia telah melatih bawahan yang cukup menarik; mereka bahkan mengizinkanku untuk menggerakkan air ketika aku pertama kali berkunjung.”

Itu tidak pantas dan tidak dapat diterima bagi seorang bangsawan untuk melakukan pekerjaan kasar, jadi aku dapat dengan mudah membayangkan betapa bertentangannya para pekerja workshop ketika Lord Justus meminta untuk melakukan hal semacam itu. Fritz pasti tidak melewatinya dengan mudah.

"Tapi begitu aku menyentuh kertas di papan," lanjut Lord Justus, "salah satu leherl dari Perusahaan Plantin berteriak padaku. 'Apa yang kau lakukan, bodoh?!' teriaknya, cukup keras untuk didengar semua orang.”

Lutz, kenapa kamu melakukan itu?! Dan Fritz, bagaimana Kau bisa membiarkan itu terjadi?!

Tapi saat darah mengalir dari wajahku, Lord Justus melanjutkan dengan ekspresi geli yang tak ada habisnya. Keheningan tampaknya menyelimuti seluruh workshop setelah ledakan Lutz, bahkan Lutz sendiri menyadari bahwa dia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan. Namun, sebelum orang lain sempat berbicara, Fritz dengan protektif melangkah maju mengenakan jenis senyum dingin yang biasanya diharapkan dari Lord Ferdinand, segera memberi Lord Justus kuliah ketat yang dia ingat kata demi kata.

“Aku tidak menyangka Pendeta Agung mengirimi kami seseorang yang sangat tidak kompeten sehingga mereka tidak akan mengerti waktu dan uang yang hilang dari kertas yang rusak, bahkan setelah seluruh proses dijelaskan kepada mereka. Dia pasti telah membuat kesalahan dalam penilaian karena terlalu sibuk. Manajer yang menghancurkan produk tidak dapat menggantikan posisi Lady Rozemyne, jadi aku akan segera melaporkan hal ini kepada Pendeta Agung. Kami tidak membutuhkan seseorang yang gagal memahami pentingnya pekerjaan kami.”

“D-Dan apa yang kau lakukan saat itu, Lord Justus?”

“Aku jelas tidak ingin disebut tidak becus dan dikeluarkan di hari pertamaku, terlebih mengetahui bahwa Lord Ferdinand cukup putus asa untuk sampai benar-benar meminta bantuanku, jadi aku memberi mereka cukup uang untuk menutupi biaya kertas dan sedikit tambahan, untuk membuat mereka diam. Wah... Jelas hampir saja. Aku perlu memakai kesempatan ini untuk memamerkan bakatku dan mendapatkan kembali kehormatanku. Harus kuakui, aku mengharapkan tidak kurang dari bawahan Lady Rozemyne, mengingat bagaimana dia sendiri selalu menentang Lord Ferdinand, mengajarinya tentang ketergantungan dirinya pada ramuan yang tidak sehat dan semacamnya.”

Itu mungkin bukan reaksi kebanyakan bangsawan, tapi bagaimanapun juga, aku tetap diam; dia jelas menganggap perlu untuk membayarnya, dan dengan insiden yang sudah terselesaikan, aku tidak merasakan adanya alasan untuk mempertanyakan keputusannya. Tidak perlu menyusahkan Pendeta Agung dengan masalah semacam itu, jadi aku mengambil pimpinan Fritz dan tidak berbicara sepatah kata pun tentang hal itu.

Lord Justus tidak terlalu sering datang ke gereja, tidak diragukan lagi sibuk dengan urusannya sendiri, tetapi dia sama terampilnya dengan yang Pendeta Agung katakan: setiap kali tiba, dia menyelesaikan beberapa hari pekerjaan sekaligus. Selagi di sini, dia akan melapor ke Pendeta Agung baik pekerjaan workshop maupun beberapa tugas lain yang telah diberikan padanya sebelum kembali ke Area Bangsawan dengan pekerjaan lebih banyak yang dibebankan padanya. Dari potongan percakapan yang berhasil aku tangkap, sepertinya dia sedang mengumpulkan informasi tentang pelaku yang telah mencelakai Lady Rozemyne.

Titik tengah mendekatnya musim semi, dan mulailah persiapan Doa Musim Semi. Tampaknya anak-anak Archduke akan menggantikan posisi Lady Rozemyne tahun ini, berkeliling Distrik Pusat dengan feystone di tangan. Rencana mereka adalah membagi perjalanan tiga kali lipat untuk mempersingkat keseluruhan proses, seperti yang telah Lady Rozemyne dan Pendeta Agung lakukan, hanya saja kali ini sambil meminjam dua orang penting dari archduke. Sungguh menyayat hati melihat Pendeta Agung memikul beban kerja yang sangat berat sehingga dia terpaksa menggunakan segala cara yang tersedia untuk menyelesaikan segala sesuatu.

Karena aku lebih banyak tahu tentang upacara daripada pelayan Lady Rozemyne lain, aku menemani Lady Charlotte sebagai pemandu. Pendeta Agung memberiku instruksi khusus saat kami bersiap-siap.

“Fran, pakai kesempatan ini untuk membuat santa baru. Ceritakan kisah mengharukan sebisamu: ‘Santa Rozemyne diracun untuk melindungi anak-anak Archduke, dimana mereka berdua telah menyatakan keinginan mereka untuk menawarkan berkah menggantikan saudari mereka untuk membalas perbuatan mulianya.' Jika mereka dihujani pujian karena berbelas kasih dan luar biasa seperti Lady Rozemyne, maka akan mempermudah kita untuk menggunakan mereka tahun depan.”

Setelah Pendeta Agung menjelaskan bagaimana cara meletakkan dasar ini, dia memberiku sejumlah besar ramuan peremajaan dengan peningkatan rasa. Dia sepertinya menyadari keragu-raguanku untuk mengeksploitasi anak-anak Archduke yang masih belia, saat dia kemudian mencemoohku.

“Jika Charlotte dan Wilfried tidak menyelesaikan Doa Musim Semi dengan perasaan percaya diri akan kemampuan mereka sendiri, dan kemudian menolak untuk menggantikan Rozemyne dalam Festival Panen, panti asuhanlah yang akan menderita lebih dulu karena menderita kekurangan pangan yang seharusnya dibayarkan kepada Rozemyne untuk musim dingin,” katanya.

Pesannya jelas: Aku tidak punya pilihan selain menerima tugas membangun legenda Santa Charlotte. Beberapa tahun terakhir telah mengajariku segala hal tentang pentingnya uang; Doa Musim Semi ini harus berjalan dengan baik apa pun yang terjadi, atau gereja dan panti asuhan akan menderita.

Karena tidak tradisional bagi murid di bawah umur untuk melakukan upacara keagamaan, satu-satunya pakaian upacara berukuran anak yang tersedia bagi kami adalah milik Lady Rozemyne. Kami memberi Lady Charlotte jubah Uskup Agung putihnya, yang tidak memerlukan penyesuaian apa pun, dan Lord Wilfried memakai jubah upacara birunya, yang memang membutuhkan beberapa perubahan demi menyesuaikan tinggi tubuhnya yang sedikit bertambah. Penyesuaian ini tidak memakan waktu lama, berkat Corinna dari Perusahaan Gilberta yang telah memperhitungkan pertumbuhan Lady Rozemyne ketika dia membuat pakaian itu.

Kami meminta kereta biasa dari Perusahaan Plantin dan bersiap untuk membawa kembali Achim dan Egon, yang telah tinggal di mansion musim dingin Hasse. Kami juga membawa ksatria yang menemani kami atas permintaan Pendeta Agung —dua kali lebih banyak dari biasanya untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan serangan oleh anggota bangsawan.

Lady Charlotte tidak memiliki highbeast, karena dia belum memasuki Akademi Kerajaan, jadi aku bepergian dengan kereta untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Dia tampaknya sangat menghormati Lady Rozemyne, saat dia bersukacita ketika aku memberi tahunya tentang pengalaman kakaknya di gereja. Sebagai imbalannya, aku dihibur dengan cerita-cerita saat Lady Rozemyne di kastil, jadi itu adalah perjalanan yang sangat produktif secara keseluruhan.

Ketika Richt pertama kali melihat Lady Charlotte setibanya kami di Hasse, dia secara keliru mengira mereka belum diampuni. Mengikuti penjelasanku bahwa Santa Charlotte mendedikasikan dirinya untuk memberkati tanah tanpa kehadiran kakaknya, bagaimanapun, dia menyambutnya dengan air mata rasa terima kasih.

Lady Charlotte sangat tegang saat melakukan upacara pertamanya, tetapi dia mengambil batu feystone dengan mana Lady Rozemyne dan menyelesaikannya dengan cemerlang. Kami bertemu kembali dengan Achim dan Egon sebelum pindah ke biara, di mana aku pertama kali memeriksa untuk melihat bahwa semuanya beres, kemudian Lady Charlotte memberi penghargaan kepada para prajurit dengan membayar mereka.

“Fran, bolehkah aku bertanya bagaimana keadaan Uskup Agung?” tanya Gunther setelah menerima uang, ekspresinya mendung.

“Sepertinya beban di tubuhnya bahkan lebih besar dari yang Pendeta Agung perkirakan, dan tidurnya kemungkinan besar akan berlanjut lebih lama lagi.”

"Jadi begitu..."

Sementara kami di jalan, Lady Charlotte menggunakan ramuan yang jauh lebih sedikit daripada Lady Rozemyne, dan ketika Doa Musim Semi berakhir, dia hanya menggunakan sebagian kecil dari semua ramuan yang kami bawa. Mau tak mau aku menghela nafas melihat betapa tidak sehat dan lemahnya Lady Rozemyne ​​sebenarnya, dimana dia perlu memakai sebagian besar ramuan kami hanya untuk bertahan sampai akhir.

Sekembalinya dari Doa Musim Semi, Gil mendatangaiku untuk meminta nasihat, ingin tahu bagaimana kami harus melanjutkan pencetakan. Sepemahamanku adalah bahwa Lady Rozemyne ​​telah mengumpulkan cerita anak-anak bangsawan saat berada di kastil, dan setelah mendiskusikan masalah ini dengan Pendeta Agung, dia menyampaikan kepadaku cerita yang dikumpulkan di ruang bermain musim dingin. Aku segera memberikannya kepada Gil, akan tetapi dia hanya menggaruk telinga dengan tidak nyaman dan menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak bisa mencetak ini. Itu ditulis dengan penuturan anak-anak, jadi perlu diperbaiki untuk dibaca lebih seperti buku. Apa Kau tahu orang yang bisa melakukan itu?”

"Aku dapat mengatakan dengan pasti bahwa tidak ada yang punya waktu untuk melakukan hal semacam itu saat ini."

Yang artinya, Lady Rozemyne ​​telah berhasil menulis manuskripnya sekaligus membantu Pendeta Agung, menghafal prosedur berbagai upacara, dan pergi ke kastil untuk memenuhi tugasnya sebagai putri bangsawan. Terlepas dari semua waktu yang telah kami habiskan bersama, aku masih mendapati diriku terpana oleh kecintaannya pada buku dan obsesi untuk membuatnya.

Beberapa hari kemudian, Gil datang untuk mengatakan bahwa Tuuli ingin kami mengajarinya tata krama yang benar. Dia akan membayar kami dengan buku kumpulan cerita pendek yang dibuat Lady Rozemyne ​​untuk dirinya dan keluarganya. Teks itu sudah diedit agar dapat dibaca, dan Gil ingin agar itu dicetak setelah kumpulan cerita ksatria.

Tuuli adalah kakak kandung Lady Rozemyne, dan dia telah memberikan banyak bantuan kepada para penghuni panti asuhan. Oleh karena itu Pendeta Agung memberinya izin, menentukan bahwa ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk membalas semua yang telah dia lakukan. Tidak ada orang yang lebih baik untuk tugas ini selain Rosina dan Wilma, karena mereka telah dilatih secara ketat dalam tata krama di bawah Suster Christine, jadi aku meminta bantuan mereka. Tampaknya Lutz juga akan belajar bersama Tuuli.

Aku datang untuk melihat bagaimana pengajaran berlangsung. Melihat perjuangan mereka membuatku sedikit bernostalgia ketika Lady Rozemyne terus menerus membuat lengan panjangnya tersangkut sesuatu.

Ketika aku di sana, Wilma menyebutkan bahwa Tuuli menawarkan saran tentang cara membesarkan Dirk. Panti asuhan kehilangan semua gadis gereja abu-abu yang pernah melahirkan, jadi tidak ada yang yakin bagaimana cara mengasuh balita. Lady Rozemyne ​​memberikan beberapa arahan, tetapi Wilma dan Delia ingin mengetahui semua yang bisa mereka ketahui, jadi mereka sangat berterima kasih atas kebijaksanaan Tuuli; dia telah belajar banyak dari membantu membesarkan adik laki-lakinya, yang seumuran dengan Dirk.

Nicola akan genap dewasa di akhir musim semi. Kami mengadakan perayaan kecil seperti yang kami lakukan untuk Rosina, tetapi dia sebagian besar hanya meratap tentang bagaimana Lady Rozemyne ​​tidak hadir untuk mengajarinya resep baru seperti yang dia harapkan. Ledakan ini agak berumur pendek, ketika senyum kembali ke wajahnya begitu Ella mengeluarkan beberapa kudapan dan menyebutkan bahwa Lady Rozemyne ​​hanya bisa mengajarinya resep ketika dia akhirnya bangun.

Restoran Italia datang meminta resep baru sekitar waktu yang sama dengan upacara hari dewasa Nicola, tetapi kami hanya mengatakan bahwa mereka perlu membuat beberapa resep sendiri, karena itu akan terjadi setahun lagi sebelum Lady Rozemyne ​​bangun. Ini entah bagaimana berubah menjadi Hugo dan Leise berbagi informasi tentang kreasi original mereka, yang kemudian membuat staf dapur bersemangat. Mereka berbicara seolah-olah harga diri mereka sebagai koki tengah dipertaruhkan, bertekad untuk menciptakan makanan yang layak untuk nama Lady Rozemyne.

Di tengah musim panas, beberapa saat setelah Upacara Starbind, Ksatria pengawal Lady Rozemyne Lady Brigitte dibebastugaskakn dan kembali ke provinsi asalnya di Illgner. Sepertinya dia sedang bersiap untuk menikah.

Lord Damuel tampaknya sangat tertekan, jadi aku bisa membayangkan semua tidak berjalan baik di antara mereka. Aku tidak bisa mengatakan aku terkejut, meskipun: Pendeta Agung telah menyebutkan bahwa suatu hubungan merupakan ujian bagi mereka, mengingat kelas dan keadaan mereka yang berbeda. Aku sendiri tidak terlalu memahami pernikahan, tetapi setidaknya aku bisa berdoa kepada para dewa agar dia melihat lebih banyak kesuksesan dalam tugasnya sebagai seorang ksatria daripada berusaha mendapatkan seorang istri.

Hugo dan Ella berjalan ke arahku, melewati Lord Damuel sambil terus berteriak.

"Pengumuman penting apa yang kamu bicarakan?" Aku bertanya.

Keduanya bertukar pandang, seringai cerah muncul di wajah mereka. "Kami akan menikah," Hugo mengumumkan. “Kedua orang tua kami menyetujuinya.”

Aku bisa melihat Damuel menutup telinganya dari sudut mataku; ini jelas bukan sesuatu yang ingin dia dengar sekarang.









“Jadi, kami pikir kami akan mendatangimu untuk mendiskusikan apa yang terjadi selanjutnya,” lanjut Hugo.

“Aku mengerti, tetapi berita ini datang terlalu tiba-tiba bagiku untuk mengatakan sesuatu dengan pasti. Tolong beri aku waktu untuk mendiskusikan masalah ini dengan Pendeta Agung.”

Apa yang harus seseorang lakukan dalam situasi seperti ini...?

Aku sangat tidak siap untuk mendiskusikan hal ini dengan mereka. Dalam keadaan normal, kata “pernikahan” bahkan tidak pernah terucap di dalam dinding gereja. Aku langsung menemui Pendeta Agung, hanya untuk dia meringis dengan sangat kesal dan dengan acuh melambaikan tangan.

“Keduanya adalah personel Rozemyne. Bukan tempatku untuk memberi mereka izin atau instruksi saat dia tidak ada, jadi aku tidak bisa mengizinkan mereka menikah sebelum dia bangun. Cukup instruksikan mereka untuk mempersiapkan pengganti Ella jika dia memang menikah dan kemudian harus mengundurkan diri.”

Aku menyampaikan pesan Pendeta Agung kepada mereka, yang akhirnya membuat Ella meledak karena marah. “Aku tidak akan berhenti menjadi juru masak, bahkan ketika aku sudah menikah!” dia menyalak.

"Apa? Benarkah?" Aku bertanya. "Apakah melahirkan anak tidak membuatmu tidak bisa bekerja?"

“Tentu saja aku butuh sedikit waktu istirahat, tapi bagaimana kami bisa bertahan jika aku berhenti dari pekerjaanku setelah menikah?!”

“Apakah itu kebiasaan kota bawah...? Pendeta Agung menyebutkan bahwa wanita berhenti bekerja setelah mereka menikah, tetapi karena para pendeta dilarang menikah, topik ini sejujurnya bukan topik yang aku pahami.”

Kehidupan pernikahan yang Ella bicarakan sangat berbeda dari apa yang Pendeta Agung katakan. Sepertinya dia sama tidak terbiasanya dengan keadaan rakyat jelata sepertiku.

“Para bangsawan jauh berbeda dari kami rakyat jelata. Aku berencana untuk bekerja bahkan setelah menikah, tetapi jika itu hal baru bagi kalian, aku kira aku harus menunggu sampai Lady Rozemyne bangun dengan pasti. Oh well,” kata Ella, tampak menyerah relatif cepat. Hugo, di sisi lain, tidak begitu mengerti.

“Tahan, Ella. Jangan menyerah semudah itu!”

“Hm? Aku tidak menyerah. Tidak ada yang menyia-nyiakan fakta bahwa kita harus menunggu, bukan?”

“Tapi menunggu berarti tidak menjadi bintang Festival Bintang tahun depan, kan? Benar?!"

“Entahlah? Itu semua tergantung pada Lady Rozemyne,” kataku, membuatku mendapat tatapan tajam dari Hugo.

“Ga! Apa aku ditakdirkan untuk tidak pernah menikah?! Aku bisa mendapatkan pacar, tetapi tidak istri?! Begitukah, Fran?!” serunya, meraih bahuku dan menggoyahkanku. Namun, tidak ada jawaban yang bisa aku berikan padanya; masalah ini sungguh di luar pemahamanku.

____________

Musim panas berakhir dan pengembangan tinta baru selesai, yang berarti Workshop Rozemyne ​​sekarang dapat mulai mencetak kartu remi berkualitas lebih tinggi. Kertas baru yang tengah dicetak kokoh dan mengkilap, menghasilkan kartu yang sama sekali tidak seperti yang terbuat dari kayu, sedangkan berbagai warna tinta berarti setiap pasangan sekarang dapat dengan mudah dibedakan dan didekorasi dengan visual yang indah.

Suatu hari di musim gugur menjelang Festival Panen, Saudara Egmont tiba-tiba mengunjungi kamar Uskup Agung bersama seorang gadis suci abu-abu di belakangnya. Dia tampak tersiksa dengan kecemasan, dan pemandangan itu membuatku tensi defensifku meningkat.

"Saudara Egmont, saya tidak ingat anda menjadwalkan pertemuan..."

“Kenapa aku harus melakukannya saat Uskup Agung tidak ada dan hanya ada pendeta abu-abu di sini?” balasnya.

Aku melirik Zahm, yang dengan mulus menghilang ke dapur. Dia sepertinya pergi melalui pintu belakang untuk memberi tahukan kedatangan mendadak ini kepada Pendeta Agung, jadi aku perlu mengulur waktu sampai mereka kembali.

“Kami meminta maaf dengan tulus. Kami belum pernah menyambut seorang pendeta biru tanpa janji sebelumnya, jadi kami agak tidak siap. Saya dapat membayangkan ada semacam keperluan mendesak telah mengilhami kedatangan anda. Bisakah saya menanyakannya?”

“Bawa Lily kembali ke panti asuhan dan bawakan pelayan baru untuku. Bawakan gadis suci abu-abu padaku.”

Aku dengan cepat melihat ke arah Monika, yang berbalik dan segera keluar dari ruangan untuk memberi tahu Wilma, sebelum kembali ke Saudara Egmont. “Saya sekali lagi meminta maaf yang sebesar-besarnya, tetapi kami tidak dapat mengakomodasi permintaan semacam itu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.”

"Mengapa tidak?"

“Semua gadis suci abu-abu memiliki tugas yang diberikan kepada mereka oleh Lady Rozemyne. Ini akan memakan waktu untuk mengumpulkan mereka, dan mengingat pekerjaan kasar yang telah mereka lakukan, mereka tidak akan cukup bersih untuk dipersembahkan secara mendadak kepada seorang pendeta biru.”

Saudara Egmont menyilangkan tangan, sepertinya tidak begitu mengerti. Dia jelas tidak familiar dengan konsep gadis suci abu-abu yang tidak langsung terlihat rapi.

“Kalau bersedia menerima pelayan baru, mereka harus tampil secantik mungkin, daripada ditarik di tengah pekerjaan mereka,” aku melanjutkan. "Saya yakin anda sebaiknya kembali ke kamar hari ini dan menunggu kandidat disiapkan."

Meskipun frustrasi, Saudara Egmont akhirnya setuju; dia adalah seorang pendeta biru yang jijik memikirkan sesuatu yang tidak sedap dipandang.

"Dengan penyelesaian itu, bisakah saya menanyakan mengapa anda mengembalikan Lily ke panti asuhan?" Aku bertanya. "Penting bagi kami untuk mengetahui bagaimana dia membuat anda tidak senang." Pertanyaanku adalah murni hanya formalitas. Hanya ada satu alasan mengapa gadis suci abu-abu dikembalikan ke panti asuhan, jadi aku hanya menunduk dan berpura-pura menulis sesuatu di formulir.

"Dia hamil," kata Saudara Egmont singkat, menatap bunga dengan seringai jijik. “Dia mengeluh karena merasa sakit selama berhari-hari, dan sekarang dia selalu muntah. Aku belum pernah melihat pelayan yang setidakberguna ini seumur hidupku.”

"Jadi begitu. Tentu saja tidak dapat diterima jika seorang pelayan tidak dapat memenuhi tugasnya.”

Melihat bahwa kami sepakat, Saudara Egmont sedikit melunak, nadanya sekarang sedikit tidak terlalu keras. "Tepat. Aku butuh pengganti segera.”

“Artinya, Pendeta Agung yang menangani kepemilikan para pelayan, bukan Uskup Agung. Saya harus meminta anda menjadwalkan pertemuan dengannya.”

"Maaf?! Kau adalah pelayan Uskup Agung. Kau sendiri yang tangani!”

Saudara Egmont disukai oleh Uskup Agung sebelumnya, dan karena itu dia terbiasa berbicara hanya kepadanya setiap kali dia menginginkan sesuatu. Namun, sekarang segalanya berbeda—Pendeta Agung sedang bekerja keras untuk mengembalikan gereja seperti sebelum masa jabatan Uskup Agung sebelumnya.

“Pemindahan para Pendeta dan gadis suci berada di bawah yurisdiksi Pendeta Agung,” aku menjelaskan. “Saya sadar bahwa perbedaan semacam itu kadang-kadang diabaikan di masa lalu, tetapi itu tidak lagi terjadi.” "Kamu cukup sombong untuk seorang pendeta abu-abu!"

Saudara Egmont mengangkat tangan untuk memukulku, tetapi sebelum dia sempat melakukannya, terdengar bunyi lonceng kecil. Aku menghela napas lega; itu adalah lonceng Pendeta Agung, yang artinya Zahm pasti telah kembali bersamanya.

“Maafkan saya, Saudara Egmont, tetapi saya sudah mengatur pertemuan dengan Pendeta Agung. Namun, saya akan memberikan waktu pertemuan anda sehingga kalian dapat menyelesaikan masalah ini dengannya terlebih dahulu.”

“Ngh...”

Dia tidak masalah datang tanpa pemberitahuan ketika hanya pendeta abu-abu yang hadir, tapi dia tidak akan bersikap kasar kepada Pendeta Agung itu sendiri. Anggota faksi mantan Uskup Agung tetap tidak kooperatif dengan Pendeta Agung, dan karena alasan itu, pendapatan mereka perlahan-lahan dipangkas, memaksa mereka menjalani gaya hidup yang lebih tidak memadai.

"Fran, mengapa Egmont ada di sini?" tanya Pendeta Agung saat memasuki ruangan, menemuinya dengan tatapan tidak senang. "Aku yakin sekarang ada jadwal pertemuan."

“Saudara Egmont datang tanpa pemberitahuan. Sepertinya dia ingin mengganti salah satu gadis suci abu-abu secepatnya,” jawabku segera.

"Jadi begitu. Pemindahan para pendeta dan gadis suci berada di bawah yurisdiksiku, Egmont, jadi Kau harus menjadwalkan pertemuan denganku, bukan pelayan Uskup Agung. Kembali ke kamarmu untuk hari ini; waktuku sudah terjadwalkan.”

Saudara Egmont menyeret Lily keluar dari ruangan, akhirnya tidak punya pilihan selain menjadwalkan pertemuan di kemudian hari. Zahm menutup pintu dengan kuat di belakangnya, saat itu aku berlutut di hadapan Pendeta Agung.

"Saya benar-benar minta maaf atas gangguan ini."

"Tidak perlu. Aku perkirakan insiden seperti ini akan terjadi dengan kepergian Rozemyne, tapi mengganti gadis suci abu-abu, hm? Kurasa dia akan sangat marah jika dia mendapatiku tidak menanganinya seperti yang dia lakukan. Sungguh menyakitkan.”

Pendeta Agung melanjutkan untuk menjelaskan kemauan Lady Rozemyne. Dia cukup tegas bahwa meskipun dia tidak keberatan dengan gadis suci abu-abu yang ingin menjadi pelayan yang diberikan kepada pendeta biru, dia tidak akan menerima seseorang yang dipaksa untuk menerimanya, bahkan jika itu mengharuskannya mengambil mereka sebagai pelayan pribadinya.

Lady Rozemyne ​​benar-benar lembut ketika membahas panti asuhan ...

Itu tentu saja menghangatkan hati, karena sangat mirip dengannya, tetapi itu juga membuatku khawatir akan masa depan dimana Lady Rozemyne ​​bukan lagi Uskup Agung.

“Fran, kurasa Egmont akan mengirimkan permintaan pertemuan tanpa ragu. Aku bermaksud bertemu dengannya pada bel kelima tiga hari dari sekarang. Bersiaplah untuk membawa gadis suci dari panti asuhan, dengan mempertimbangkan keinginan Rozemyne.”

"Sesuai kehendak anda."

Setelah melihat Pendeta Agung pergi, aku menyerahkan kamar ke Zahm dan langsung pergi ke panti asuhan. Tidak dapat dihindari bahwa seseorang akan dipilih untuk menjadi pelayan baru Saudara Egmont, jadi persiapan perlu dilakukan sebelum waktu pertemuan tiba.

Ketika aku tiba, aku disambut oleh Wilma yang gemetar, tangannya terkepal erat di depan dadanya. "Fran, apa yang terjadi?" dia bertanya kepadaku. Monika ada di sampingnya, tampak khawatir padanya.

“Lily hamil. Seorang pelayan baru akan dipilih untuk Saudara Egmont tiga hari dari sekarang.”

"Tiga hari dari sekarang...?"

"Pendeta Agung telah mengatakan bahwa kita akan menghormati kehendak Lady Rozemyne, jadi itu seharusnya tidak setragis yang mungkin Kau pikirkan."

Ketakutan Wilma pada laki-laki berarti dia tidak ingin meninggalkan panti asuhan, jadi posisinya sebagai salah satu pelayan Lady Rozemyne lebih dari yang bisa dia harapkan. Namun, para pendeta abu-abu dan gadis suci lainnya yang terjebak di panti asuhan, berpandangan bahwa keluar untuk melayani seorang pendeta biru sebagai langkah maju di dunia. Bagi banyak orang, bahkan menjadi pelayan Saudara Egmont dianggap bermanfaat.

Ada lebih banyak gadis suci abu-abu dewasa di panti asuhan daripada sebelumnya, dengan banyak yang sudah dewasa seperti halnya Rosina dan Nicola, tetapi totalnya masih hanya dua puluh atau lebih. Mereka semua berbaris, beberapa dengan erat menggenggam tangan saat mereka berharap untuk tetap di panti asuhan, yang lain berdebat dengan diri mereka sendiri apakah ini adalah sesuatu yang mereka inginkan atau tidak, dan yang lain lagi melihat ke depan dengan mata berbinar, dengan penuh semangat menantikan untuk dipilih. Delia dulu seperti itu.

"Apakah ada di antara kalian yang ingin menjadi pelayan Saudara Egmont?" Aku bertanya. Empat wanita mengangkat tangan mereka dalam sekejap. Aku menatap mereka, sama sekali mengabaikan mereka yang tampaknya masih tidak yakin tentang keputusan itu, lalu mengangguk. "Baik. Kalian berempat akan menemaniku ke pertemuan tiga hari dari sekarang.”

"Fran, tidakkah kau akan membawa semuanya...?" Wilma bertanya, berkedip beberapa kali karena terkejut. Dia sudah terbiasa dengan semua gadis gereja usia dewasa yang dibawa keluar dari panti asuhan, dimana para pendeta biru kemudian memilih siapa pun yang paling mereka sukai.

“Adalah kehendak Lady Rozemyne bahwa setiap anak yatim memiliki kekuatan untuk memilih masa depan mereka. Mereka yang ingin menjadi pelayan itu akan diprioritaskan. ”

__________



Tiga hari kemudian pada bel kelima, aku membawa empat gadis suci yang telah mengajukan diri ke ruangan Pendeta Agung. Saudara Egmont memandang mereka dan mengerutkan kening.

“Hanya empat?”

“Banyak gadis gereja dieksekusi oleh mantan Uskup Agung. Apakah Kau tidak sadar, Saudara Egmont?”

“Tidak, aku tau. Ngomong-ngomong... gadis-gadis ini tidak buruk. ”

Mantan Uskup Agung telah memprioritaskan penampilan di atas segalanya ketika memilih gadis suci mana yang akan tetap hidup, jadi wajar saja jika gadis suci yang tersisa memiliki kecantikan yang layak puji. Saudara Egmont membandingkan mereka dengan tatapan vulgar di matanya, lalu menunjuk salah satunya.

"Baik. Kau."

Gadis gereja terpilih ditinggalkan saat aku kembali ke panti asuhan bersama Lily dan tiga lainnya. Pendeta Agung yang akan mengurus kontrak itu sendiri.

Aku tidak tahu secara spesifik, tetapi aku sadar bahwa mereka yang ditugaskan untuk melayani para pendeta biru dibuat untuk menandatangani kontrak sihir yang mencegah mereka membocorkan detail resep, workshop, atau kehidupan pribadi Lady Rozemyne.

Wilma sudah menunggu kami ketika kami kembali ke panti asuhan. “Selamat datang kembali, Lily. Pasti cukup berat harus bekerja saat tidak sehat. Di sini Kau dapat beristirahat sebanyak yang Kau butuhkan.”

Lily tiba-tiba menangis. Wilma membelai punggungnya, mendengarkan dengan penuh kasih ketika gadis itu menangis karena ketakutan yang mematikan karena tubuhnya berubah dengan cara yang tidak dia mengerti, dan pendeta biru yang dia layani menyebutnya tidak berguna dan tidak becus. Itu telah menyakiti hatinya melampaui kata-kata.

Memutuskan untuk menyerahkan Lily ke Wilma, aku keluar dari panti asuhan. Ini pasti hasil terbaik yang mungkin —seperti yang Lady Rozemyne inginkan, seorang gadis gereja yang ingin menjadi pelayan telah mewujudkannya, sementara yang tidak menginginkannya diizinkan untuk menolak.

Bagaimanapun, sekarang ada seorang wanita hamil di panti asuhan, dan itu menimbulkan masalah tersendiri. Lily mengatakan bahwa dia tidak mengerti perubahan yang dialami tubuhnya, tetapi kami pun tidak mengerti. Aku bertanya kepada Pendeta Agung apa yang dia ketahui, tetapi dia hanya mengatakan untuk mengabaikannya, menjelaskan bahwa bayi itu akan lahir dengan sendirinya setelah cukup waktu. Kami semua memercayai penilaiannya, dan karena seluruh panti asuhan tampak sangat santai tentang itu semua, Tuuli dan Lutz berkunjung untuk mempelajari etiket seperti yang direncanakan.

"Abaikan dia?! Lahir sendiri?! Itu konyol!” seru Tuuli. “Melahirkan adalah masalah luar biasa besar! Apakah bayi bangsawan muncul dari udara tipis atau semacamnya ?!”

“Itu bukan sesuatu yang bisa kalian lakukan tanpa persiapan! Kau harus melahirkan bayi dengan bantuan banyak orang!” Lutz menambahkan.

Darah mengalir dari wajahku. Tuuli turut membantu ketika ibunya melahirkan, dan sebagai anak laki-laki, Lutz selalu berlomba untuk membantu ketika tetangga berada dalam situasi semacam itu, jadi kata-kata mereka memiliki bobot yang cukup besar. Baru pada saat itulah aku ingat rakyat jelata dan bangsawan memiliki budaya yang berbeda dan memahami berbagai hal secara berbeda. Sepertinya mereka juga memiliki pemahaman mereka tersendiri tentang persalinan, dan mengingat panti asuhan tidak memiliki mana atau alat sihir, perspektif rakyat jelata jauh lebih relevan bagi kami.

Dengan nasihat Pendeta Agung tentang masalah yang sekarang tidak lagi berguna bagi kami, kami tidak punya pilihan selain mengandalkan bantuan dari luar. Tetapi tidak ada seorang pun di panti asuhan yang memiliki pengalaman melahirkan, dan tidak ada seorang pun di kota bawah yang cukup sinting untuk datang ke suatu tempat yang begitu banyak dicemooh untuk membantu.

Andai saja Lady Rozemyne ​​ada di sini...

Ketidakhadirannya menyakitkan. Dia juga telah melihat kelahiran adik laki-lakinya dari dekat, dan itu akan cukup sederhana baginya untuk mengumpulkan rakyat jelata di kota bawah untuk membantu.

“Ibuku pasti akan datang, tapi kurasa dia tidak bisa melakukan semuanya seorang diri,” kata Tuuli.

"Aku akan mencaritau apa yang bisa dilakukan Tuan Benno," lanjut Lutz. “Corinna pernah melahirkan, jadi aku yakin dia tahu apa yang kita butuhkan.”

Maka Lutz pergi untuk berkonsultasi dengan Tuan Benno, yang tampaknya menanggapi dengan: “Bayi tidak keluar dengan sendirinya! Terlalu berbahaya jika orang bodoh yang menanganinya! Wanita itu akan mati!” Semua orang memucat setelah mendengarnya, tidak pernah mempertimbangkan akan sesulit itu.

Ketika Lutz dan Tuuli meminta tuan Benno untuk memikirkan solusi, kesimpulannya adalah membawa Lily ke Hasse selama Festival Panen. Biara di sana memiliki hubungan yang lebih baik dengan rakyat jelata daripada gereja, dan jika Achim dan Egon meminta bantuan setelah menghabiskan musim dingin di sana atas perintah Uskup Agung, kemungkinan besar setidaknya beberapa wanita akan menjadi sukarelawan. Lebih jauh lagi, Tuan Benno telah mengatakan bahwa bahkan anak yatim Hasse akan tahu lebih banyak tentang persalinan daripada gadis suci gereja.

Seperti yang diharapkan dari Tuan Benno... Terima kasih telah memberikan nasihat bahkan di saat-saat sibuk ini.

Mengikuti rekomendasi Tuan Benno, kami melakukan persiapan yang diperlukan untuk membawa Lily ke Hasse. Kami juga bertanya kepada Perusahaan Plantin alat apa yang kami perlukan untuk persalinan itu sendiri dan memastikan semua siap sedia.

Tidak lama kemudian aku menaiki salah satu kereta menuju Hasse untuk Festival Panen bursama Lily, Achim, dan Egon. Aku telah menulis surat yang ditujukan kepada Richt sebelumnya, meminta bantuan persalinan.

Lady Charlotte mengirimkan surat untukku, lalu mengkonfirmasi bahwa dia telah setuju untuk membantu. Seperti yang diharapkan, Nora memiliki pengalaman dalam membantu hal-hal semacam itu, jadi dia memainkan peran penting untuk memeriksa semua barang bawaan kami, memeriksa kesehatan Lily, dan mencari tahu kapan dia akan melahirkan.

"Aku perkirakan sekitar akhir musim semi," katanya. “Ketika tiba waktunya untuk Doa Musim Semi, tolong bawa beberapa gadis suci tambahan. Kita tidak membutuhkan banyak pria, karena mereka tidak bisa masuk ke kamar saat dia melahirkan.”

Jadi begitu. Pria tidak diizinkan masuk menjelaskan mengapa Tuuli dan Lutz mengetahui hal yang berbeda...

Lily tetap di Hasse saat kami berangkat ke pemberhentian berikutnya selama Festival panen. Kami juga menerima Bantuan Lord Wilfried dan Lady Charlotte, sesuai rencana, jadi kami dengan mudah mengumpulkan apa yang kami butuhkan untuk persiapan musim dingin.

Kami bekerja sama dengan Perusahaan Gilberta dalam penyembelihan babi, seperti yang kami lakukan tahun lalu, dan semuanya berjalan lancar—sampai akhir musim gugur mendekat. Tuan Benno dari Perusahaan Plantin dipanggil oleh Pendeta Agung dan diberitahu bahwa dia akan memperluas industri percetakan. Sepertinya ibu Lady Rozemyne, Lady Elvira, ingin mendirikan workshop percetakan di provinsi asal keluarganya.

“Mustahil segera memulai. Bahkan jika kita segera pergi, tidak ada selembar kertas pun yang bisa dibuat di provinsi dengan sungai yang membeku. Plus, bagaimana anda akan mendukung kami dengan makanan dan bahan-bahan ketika Haldenzel membeku, menjebak kami di sana?” tanya Benno, memprotes desakan itu.

“Kurasa Giebe Haldenzel akan memberi kalian makanan, tetapi tentu saja tidak ada gunanya mengirim anda ke sana sebelum pekerjaan apa pun dapat dilakukan,” jawab Pendeta Agung sambil berpikir. Aku bisa tahu dari ekspresi bermasalah di wajah Tuan Benno bahwa dia berharap Lady Rozemyne ​​hadir untuk mendukungnya.

“Setiap workshop akan membutuhkan persiapan tersendiri, dan saya tidak akan dapat mendirikan semuanya seorang diri tanpa terlebih dahulu mendapatkan bantuan dari Guild Dagang,” Tuan Benno menjelaskan. “Memakai otoritas bangsawan untuk memaksakan masalah hanya akan menuai ketidakpuasan dan menyebabkan masalah di masa depan. Bangsawan, pedagang, dan pengrajin masing-masing memiliki kebiasaan berbeda. Anda dan Lady Elvira pasti sama-sama mengerti pentingnya meletakkan dasar yang tepat, kan?”

“Kalau begitu, siapkan daftar semua hal yang kalian perlukan dan kirimkan kepadaku saat upacara pembaptisan musim dingin. Penting untuk memberikan bukti nyata tentang apa yang perlu diatur sebelum pekerjaan dapat dimulai.”

Tuan Benno meninggalkan kamar Pendeta Agung, menggendong kepalanya saat berjalan dengan susah payah ke gerbang depan.

Dia kemudian kembali untuk negosiasi bisnis dengan Lady Elvira, dengan hadirnya Pendeta Agung sebagai orang yang bertanggung jawab atas industri percetakan tanpa kehadiran Lady Rozemyne. Lady Elvira memiliki sesuatu yang dia ingin dicetak untuk sosialisasi musim dingin tidak peduli biayanya, dan untuk itu dia membutuhkan workshop pribadi, yang ingin segera dia bangun.

“Kalau begitu, kami sendiri yang akan mencetak apa yang anda butuhkan di Workshop Rozemyne,” saran Tuan Benno. Itu berarti mereka meninggalkan persiapan musim dingin untuk mati-matian menjalankan workshop dengan kapasitas penuh untuk sementara waktu, tetapi usulannya diterima, memberinya waktu sebelum mereka perlu membangun workshop percetakan di Haldenzel.

Tuan Benno segera pergi ke workshop untuk langsung meminta bantuan para pendeta abu-abu. Tidak ada satu orang pun yang menolak; mereka berutang banyak kepada Perusahaan Plantin, jadi mereka ingin melakukan apa pun sebisa mereka untuk membalasnya. Dia segera mengeluarkan naskah yang Lady Elvira berikan kepadanya, dengan Gil dan Lutz mengerutkan kening saat melihat betapa tebalnya naskah itu.

“Akan memakan waktu terlalu lama untuk mengatur huruf dengan halaman sebanyak ini. Kita bahkan tidak tahu berapa banyak karakternya,” kata Lutz.

"Ya. Kita harus lakukan dengan pencetakan mimeograf untuk yang satu ini,” Gil sependapat.

Mereka berdua mengangguk, lalu menuju ke panti asuhan dengan kertas lilin dan peralatan di tangan. Semua orang sudah mulai melakukan persiapan yang diperlukan, mulai beraksi saat mereka mendengar kata-kata “cetakan stensil.”

Tuan Benno berkedip, terkesan dengan betapa terorganisirnya alur kerja mereka, dan pada saat itu Fritz menghampirinya.

“Tuan Benno, kami bermaksud melakukan segala daya upaya kami untuk membantu, tetapi bagaimana dengan persiapan musim dingin? Ada banyak kekurangan yang akan kita miliki jika kita melewatkan kesempatan memulung di hutan.”

“Aku melanjutkan dan membebankan biaya ekspres yang sangat besar kepada mereka. Jika kita ingin mewujudkannya, kita perlu membeli sebagian besar persiapan musim dingin kita.”

“Kalau begitu, saya punya daftar hal-hal yang kita perlukan. Bisakah saya meminta anda yang mengurusnya?”

"Ya. Lagipula akulah yang memaksakan semua pekerjaan ini padamu. Setidaknya itu yang bisa aku lakukan.”

Dengan Tuan Benno yang menangani persiapan musim dingin untuk kami, kami akan dapat terus bekerja sampai tepat sebelum sosialisasi musim dingin dimulai. "Terima kasih. Dalam hal ini, sekarang anda dapat kembali ke toko, Tuan Benno. Saya rasa kami bukan satu-satunya yang perlu Anda ajak diskusi tentang ini. ”

"Tidak. Terima kasih, Fritz. Sampai jumpa lagi."

Dengan itu, Benno berbalik dan keluar dari workshop.

“Fran, seperti yang kau dengar. Aku akan percayakan persiapan musim dingin panti asuhan kepadamu,” kata Fritz, mendorong daftar barang-barang yang diperlukan workshop ke tanganku.

Aku pergi ke panti asuhan, karena aku juga perlu mengumpulkan daftar mereka. Ketika aku tiba, Lutz dan Gil sudah menyiapkan peralatan di meja ruang makan.

“Rosina, bisakah aku memintamu membuat stensil untuk huruf-hurufnya, lalu meminta Wilma membuat stensil untuk karya seni itu?” tanya Lutz.

“Jika ada orang lain yang bisa menulis dengan baik, mintalah mereka membuat stensil juga,” tambah Gil. “Seharusnya tidak terlalu menjadi masalah jika halamannya memiliki tulisan tangan yang agak berbeda...”

“Aku datang ke sini untuk mengajar musik, tapi aku rasa aku bisa membantu,” kata Rosina sambil menghela nafas saat menerima naskah itu. "Oh...? Tulisan tangan ini sudah cukup elegan. Kita bisa membuat stensil langsung dari lembaran ini.”

"Sempurna. Ayo buat lebih banyak orang membuat stensil. Kita hanya akan melacak halaman tulisan tangan yang sudah kita dapatkan.”

Saat Lutz dan Gil bergegas menjelaskan keadaannya kepada semua orang, aku menghampiri Wilma dan menerima daftar persiapan musim dingin panti asuhan. Itu mirip dengan yang telah Lady Rozemyne siapkan selama tahun pertamanya di sini, dengan segala sesuatu diatur sehingga orang bisa melihat sekilas apa yang sudah dan belum selesai.

“Atas permintaan Fritz, aku akan menangani persiapan musim dingin panti asuhan,” aku menjelaskan. “Tolong lakukan yang terbaik untuk membantu workshop, Wilma.”

“Aku sangat berterima kasih padamu, Fran.”

Dengan bantuan Zahm dan Monika, aku mengatur apa yang kami butuhkan untuk Perusahaan Plantin dapatkan untuk kami. Daftarnya cukup panjang, karena persiapan kami melibatkan kamar Uskup Agung, panti asuhan, dan workshop.

Untuk makanan yang kami terima selama Festival Panen, aku mempercayakan Hugo, Ella, dan Nicola untuk menyiapkan semuanya. Kami semua sibuk berlarian dengan terlalu banyak pekerjaan untuk kami selesaikan secara wajar.

Kami semua sibuk dengan tugas kami, tidak menyisakan waktu untuk membantu pekerjaan Pendeta Agung, dan sebagai hasilnya kami hampir tidak bisa menyelesaikan pesanan Lady Elvira sebelum sosialisasi musim dingin dimulai. Workshop dipenuhi dengan kegembiraan, dan saat para pekerja bersorak, aku mulai membolak-balik salah satu buku.

“Erm… Permisi, Tuan Benno. Tampaknya ilustrasi dalam buku ini sangat mirip dengan Pendeta Agung. Apakah dia telah memberi izin untuk mencetaknya?” tanyaku, mengingat Lady Rozemyne ​​mengeluhkan tentang dia yang marah dan melarangnya mencetak gambar semacam itu dalam rupa dirinya.

Tuan Benno, terlihat sedikit memucat dan lebih lelah dari biasanya, menatapku dengan tajam. “Dia sendiri yang memerintahkan kita untuk mencetak, dan kita mendapat naskah dari Lady Elvira. Siapa kita untuk mengajukan pertanyaan? Siapa yang akan membayar semua kerugian kita jika seseorang tidak tutup mulut dan menempelkan hidung di tempat yang bukan tempatnya? Hah?"

Kilau di mata merah gelapnya membuatku terdiam seketika. Aku tidak memiliki keinginan untuk berdebat dengan Tuan Benno ketika dia kesal dan kurang tidur, dan memang Pendeta Agung telah meminta kami untuk memenuhi permintaan Lady Elvira dengan mencetak apa pun yang diinginkannya.

Apa yang akan terjadi pada sosialisasi musim dingin tahun ini...?

Ini akan segera menjadi satu tahun sejak insiden Lady Rozemyne, tetapi Pendeta Agung mengatakan dia masih jauh dari bangun. Aku tidak mengerti detailnya, tapi sepertinya mana-nya sangat terkompresi sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk larut.

Pendeta Agung menginstruksikanku untuk mengganti feystone di jureve saat dia memeriksa Lady Rozemyne, menggerutu sepanjang waktu. “Bagaimana kau bisa bertahan dengan mana sebanyak ini di dalam dirimu, Rozemyne? Bagaimana?" gumamnya.

Saat aku menumpuk buku baru di atas tumpukan yang menggunung di samping Lady Rozemyne, aku berpikir bahwa kemungkinan besar dia hidup karena kehendak para dewa.

______________



Sosialisasi musim dingin dimulai, dan dengan absennya Pendeta Agung, kami sekali lagi harus mempersiapkan Ritual Persembahan tanpanya. Kami semua sekarang sudah terbiasa dengan ini, jadi semuanya berjalan lancar bahkan tanpa kehadiran otoritas terkait untuk mengarahkan kami.

Tidak seperti tahun lalu, Pendeta Agung memang kembali sekali selama persiapan kami, tapi dia kembali ke kastil segera setelah memeriksa Lady Rozemyne. Tampaknya feystone yang diisi dengan mananya akan kembali digunakan untuk Ritual Persembahan.

Atas rekomendasi Tuuli, kami memilih untuk menyusun buku yang menjelaskan etiket bangsawan dan eufemisme selama musim dingin. Tuan Benno telah menyimpulkan bahwa meskipun tidak akan dijual kepada bangsawan, itu akan populer di kalangan pedagang kaya dan otoritas kota dan pedesaan.

Musim semi tiba tanpa perubahan signifikan dalam kondisi Lady Rozemyne. Perusahaan Plantin sibuk bergegas, tidak tahu kapan permintaan Lady Elvira berikutnya akan datang, dan di tengah semua ini, Tuan Benno dengan ramah menghadiri pertemuan Doa Musim Semi atas perintah kami.

Pertemuan itu diadakan di dalam ruangan direktur panti asuhan, dengan Wilma dan tiga gadis suci abu-abu yang akan bergabung dengan Lily di Hasse turut hadir. Karena Perusahaan Plantin lebih mempekerjakan laki-laki, Tuuli juga ada di sana, sebagian karena tuan Benno telah menentukan bahwa pengalamannya dengan panti asuhan akan membuat diskusi dengan para gadis suci menjadi lebih mudah.

“Aku perkirakan saat Doa Musim Semi, Lutz dan aku akan berada di Haldenzel,” dia memulai. “Aku kali ini akan meninggalkan Mark untuk mempermudah komunikasi, jadi kirimkan saja kabar kepadanya setelah waktunya tiba. Perusahaan Gilberta juga akan baik-baik saja dengan Tuuli di sana.”

Tuuli mengangguk setuju sambil tersenyum. Studi etiketnya benar-benar terbayar, sehingga dia terlihat anggun secara alami bahkan saat duduk.

“Apakah aman untuk berasumsi bahwa keempat gadis suci ini akan pergi untuk membantu persalinan?” Tuan Benno bertanya.

"Um, tidak cukup... aku tidak ikut," kata Wilma cepat, menggelengkan kepalanya dengan ekspresi gugup secara terbuka.

Tuan Benno mengangkat alis. “Bukankah kamu pelayan yang Lady Rozemyne tinggalkan untuk bertanggung jawab atas panti asuhan? Begitulah caramu diperkenalkan padaku. Aku cukup yakin Kau harus meninggalkan panti asuhan kepada orang lain dan membantu persalinan. Ada banyak hal yang perlu Kau pelajari.”

“Itu... Itu memang benar, tapi....” Wilma terdiam, menggelengkan kepalanya berulang kali seolah mengipasi udara dengan wajahnya. Dia kemudian melihat kepadaku untuk meminta bantuan. Aku bisa membayangkan dia sangat takut bahkan untuk berbicara dengan tuan Benno, jadi aku dengan cepat menjelaskan keadaannya kepadanya.

"Seorang pendeta biru berusaha memaksakan diri padanya, dan dia terlalu takut pada pria untuk meninggalkan panti asuhan sejak saat itu, ya...?" Tuan Benno mengulangi. Wajahnya yang sebelumnya tenang tiba-tiba muncul karena marah, dan suaranya menjadi geraman. “Jangan membuatku tertawa.”

“Um...”

“Kamu bertanggung jawab atas panti asuhan, kan? Hentikan omong kosongmu! Siapa yang tahu berapa banyak persalinan yang harus Kau urus mulai sekarang? Bagaimana tempat ini akan bertahan ketika orang yang bertanggung jawab tidak tahu menahu tentang persalinan? Jangan kira Hasse akan selalu membantu. Mereka melakukannya sekali ini sebagai tindak murah hari sehingga Kau dapat menanganinya sendiri mulai sekarang, dan jangan lupakan itu.”

Tuan Benno menatap Wilma dengan tatapan murka dan menakutkan sehingga air mata mulai mengalir di wajahnya. Dia dengan putus asa menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus berbuat apa.

"Tapi saya... saya..."

“Kamu mendatangiku karena kamu tidak memiliki siapa pun untuk diandalkan tanpa Lady Rozemyne, dan meskipun aku sangat sibuk, aku setuju untuk membantumu keluar dari kekacauan ini. Dan apa yang aku dapatkan sebagai imbalan? Orang yang meminta bantuanku mengatakan dia tidak ingin melakukan apa pun selain tetap terkunci di panti asuhan!”

“I-Itu bukan...”

Wilma tampak benar-benar terkejut, mungkin tidak pernah menyangka akan dihukum sekeras itu, tetapi Tuan Benno menghadapinya secara langsung dan melanjutkan, tidak sekali pun memutuskan kontak mata.

“Lalu apa yang Kau maksud? Tetap terkunci di dalam dan berdoa agar semuanya secara ajaib terpecahkan dengan sendirinya? Ini adalah tugasmu! Aku tidak punya waktu untuk membantu seseorang yang bahkan tidak mau keluar dan belajar. Jika Kau tidak pergi ke Hasse, aku tidak akan meminjamkan kereta apapun! Ini hanya setengah hari lagi, kan? Kamu dapat berjalan!"

“Tuan Benno ?!”

Lady Rozemyne telah membayar kereta dan pengawal sedemikian rupa sehingga para pendeta abu-abu dan gadis suci yang terlindung tidak terkena bahaya, tetapi di sini Tuan Benno menyarankan agar mereka berjalan di jalan yang akan memakan waktu tempuh rata-rata setengah hari.

"Aku tidak punya waktu untuk pengecut tanpa motivasi," kata Tuan Benno terus terang, berdiri dari tempat duduk. “Aku punya pekerjaan yang harus kukerjakan. Perusahaan Plantin harus bersiap untuk berangkat ke Haldenzel, jadi aku pamit.”

"Mohon tunggu! Saya akan... Saya akan pergi! J-Jadi tolong... bantu kami!” Wilma memohon di sela-sela isak tangisnya.

Tuan Benno kembali duduk, alisnya berkerut dalam. Kami membahas segala sesuatu yang perlu dipersiapkan untuk Doa Musim Semi, lalu mengakhiri pertemuan.

Saat Tuan Benno meninggalkan ruangan, Wilma ambruk ke meja, terus menangis. Aku menatapnya dengan mata simpatik namun jauh.

“Aku mengerti rasa takut dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ingin kau lakukan, tetapi kamu diselamatkan sebelum kau sendiri didorong ke dalam situasi seperti itu. Ada beberapa orang yang tidak pernah terselamatkan, dan dipaksa untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginan mereka berulang kali. Kau perlu belajar untuk tetap bertahan bahkan dalam situasi itu dan secara bertahap menaklukkan kelemahanmu.”

“Fran?”

“Apakah Lily menginginkan anak yang akan dia lahirkan? Kurasa tidak. Tapi meski begitu, dia berjuang melawan rasa takut dan berusaha keras untuk melewatinya.”

Wilma mengangkat kepalanya, ekspresi kesadaran perlahan muncul di wajahnya. Aku melanjutkan, sekarang berbicara lebih pelan.

“Sudah berapa tahun Lady Rozemyne melindungimu? Karena doronganmu, Rosina berusaha sangat keras untuk mengatasi ketidakmampuannya dalam mengerjakan dokumen. Lady Rozemyne juga berusaha keras untuk belajar hidup layaknya bangsawan. Kau menasihati mereka berdua, dan sekarang aku yakin inilah saatnya Kau menaklukkan kelemahanmu sendiri.”

__________



Para Gutenberg menunggu Giebe Haldenzel kembali ke provinsi asalnya sebelum mulai bergerak. Mereka berangkat ke Haldenzel bersama Gil dan beberapa pendeta abu-abu.

Tidak lama kemudian, tiba saatnya untuk berangkat Doa Musim Semi. Tuuli datang untuk melepas kepergian kami, karena dia sangat mengkhawatirkan Wilma, dan mulai menyemangatinya sebaik mungkin.

“Wilma, aku yakin tidak ada yang perlu ditakutkan,” katanya, terdengar jauh lebih seperti bangsawan yang dibesarkan dengan baik daripada sebelum pelatihan etiket. "Ayah kami termasuk di antara para prajurit yang bertugas sebagai pengawalmu."

"Ayah kami...? Ah!" Wilma tiba-tiba teringat bahwa Tuuli dan Lady Rozemyne adalah kakak beradik, lalu melihat ke arah Gunther, yang sedang memperhatikan putrinya dengan ekspresi khawatir.

“Tidak ada seorang pun di sana yang akan mengejek atau menyerang salah satu pelayan berharga Lady Rozemyne,” Tuuli meyakinkannya. “Kamu bisa tenang. Aku janji."

“Aku sangat berterima kasih padamu.”

Terdorong oleh dorongan Tuuli dan persetujuan diam Gunther, Wilma melangkah maju dengan kaki gemetar dan naik ke kereta.

__________



Musim semi telah berakhir, dan kami menerima kabar dari Wilma bahwa Lily telah melahirkan dengan selamat. Pada suatu hari di awal musim panas dengan cuaca cerah, aku meminta kereta dari tuan Mark dan berangkat ke biara di Hasse. Aku kemudian kembali dengan Wilma, gadis suci abu-abu yang pergi untuk membantu, dan Lily dengan bayinya yang baru lahir.

Ekspresi Wilma sekarang jauh lebih cerah karena dia telah merasakan kehidupan di luar panti asuhan, dan ada kekuatan didalam matanya yang membuatnya tampak jauh lebih kuat dan lebih dapat diandalkan daripada sebelumnya.

Semua orang di panti asuhan mulai bergiliran merawat bayi itu, seperti yang mereka lakukan pada Dirk. Tidak lama kemudian Wilma dan Lily menunjukkan ekspresi lelah hampir setiap saat.

__________



Musim panas juga berakhir tanpa kami sadari. Lady Rozemyne belum siuman bahkan pada saat Monika beranjak dewasa, tetapi pada suatu hari musim gugur menjelang Festival Panen, Pendeta Agung tersenyum kecil setelah memeriksanya.

“Dia sudah mulai menggerakkan ujung jarinya. Pemulihannya sekitar tujuh puluh, mungkin delapan puluh persen selesai. Yang harus kita lakukan hanyalah menunggu dia bangun.”

"Saya turut senang."

Setelah tertidur sangat lama, melegakan mendengar bahwa dia akhirnya menunjukkan tanda-tanda akan siuman. Kami masih tidak dapat mengharapkan apa pun dalam waktu dekat, tetapi setelah menjalani sekian banyak musim tanpa perubahan sedikit pun, bahkan pertanda baik terkecil pun sudah cukup untuk memenuhi diriku dengan sukacita.

"Astaga... Berapa banyak masalah yang harus kau berikan padaku sampai kau puas...?" dia bertanya pada Lady Rozemyne yang masih tertidur. Meskipun nada suaranya terdengar kesal seperti biasanya, ada kelegaan yang luar biasa dan kekhawatiran yang intens di matanya.

Selama Festival Panen, Pendeta Agung kembali ke gereja setiap dua hingga tiga malam dengan highbeast untuk memeriksa Lady Rozemyne. “Dia pasti sangat penting bagi Pendeta Agung,” kata Zahm dengan senyum yang agak bingung setelah mengantarnya pergi lagi.

"Benar. Dari semua orang yang pernah dia temui, Lady Rozemyne adalah satu-satunya yang secara aktif berusaha mengurangi beban kerjanya. Dia dengan tulus mengkhawatirkan kesehatannya, memarahinya karena terlalu mengandalkan ramuan, dan menantang archduke sendiri atas namanya—pasti tidak ada Uskup Agung lain di dunia ini yang akan menunjukkan banyak pertimbangan kepadanya.”

Kata-kataku mendorong Zahm untuk menggosok dahinya dan menghela nafas, tidak diragukan lagi mengingat beban kerja Pendeta Agung saat ini dan gaya hidup tidak sehatnya. "Aku berdoa demi dia agar dia segera bangun," katanya, melihat ke arah kamar tersembunyi di mana dia tertidur.

"Meskipun aku membayangkan bahwa bahkan saat itu, hari-harinya dengan kepala pening terus-menerus hanya akan dimulai kembali..."

Beberapa hari setelah Festival Panen berakhir, Pendeta Agung memberitahuku bahwa Lady Rozemyne ​​telah bangun dan perlu dimandikan.

Post a Comment