Itu adalah hari jamuan tehku dengan Solange. Aku membersihkan rambutku dengan rinsham dan kemudian Brunhilde mengepangnya untukku. Pakaian dan gaya rambutku sesuai dengan tren Akademi Kerajaan saat ini, tetapi aku juga memiliki ornamen bunga yang menonjol menghiasi rambut dan dadaku yang akan terlihat bahkan saat sedang minum teh.
Brunhilde dan Lieseleta telah mencoba melakukan pekerjaan mereka sebagai pelayan dan mengumpulkan informasi tentang Solange sebagai persiapan untuk jamuan teh, akan tetapi tidak ada seorang pun di Ehrenfest yang mengetahui preferensinya, begitu pula pelayan magang dari kadipaten lain. Aku belum tahu kudapan yang dia suka, jadi aku membawa kue pon biasa.
"Tidak ada yang tahu sesuatu tentang Profesor Solange," kata Brunhilde. “Tampaknya dia akhir-akhir ini memang tidak menghadiri jamuan teh. Saya sendiri tidak pernah menganggapnya seseorang yang akan mengadakan jamuan teh sampai anda membimbing kami kepadanya, Lady Rozemyne. Saya ingin mengunjungi perpustakaan untuk mendiskusikan masalah secara langsung, tetapi sayangnya tidak punya waktu...”
Liseleta mengangguk. “Seperti yang Brunhilde katakan, dia pasti sangat kesepian menghabiskan begitu banyak waktu tanpa siapa pun untuk bersosialisasi. Semoga jamuan teh anda mampu sedikit meredakannya. Kami bermaksud untuk menyediakan kue pon dengan krim, madu, selai rutreb, dan rumtopf sebagai topping yang tersedia, sehingga dia dapat memilih kudapan yang dia suka. Kita juga dapat menggunakan ini untuk secara perlahan menentukan preferensinya untuk diri kita sendiri.”
Rencana kami adalah menyediakan variasi pilihan sehingga kami dapat membuat kue pon khusus yang sesuai dengan seleranya selama pertemuan berikutnya. Untuk teh, kami memilih campuran yang dipasangkan dengan baik dengan setiap topping tertentu.
“Penting bagi anda untuk menanyakan preferensi Profesor Solange selama jamuan teh,” kata Rihyarda, melanjutkan dengan membuat daftar beberapa hal lain yang perlu kukemukakan juga. “Apakah anda sudah hafal topiknya, Lady? Anda tidak dapat menggunakan diptych hari ini, jadi seorang cendekiawan magang akan menemani anda untuk mencatat percakapan.
Philine berdiri bersama kami. Ini akan menjadi pekerjaan pertamanya sebagai juru tulis, jadi dia terlihat jauh lebih gugup daripada aku. Hartmut telah mengajar dan membantu kami selama sesi latihan kami, tetapi mungkin saja suatu hari kami pergi ke suatu tempat yang tidak boleh dikunjungi oleh pria. Sebagian besar jamuan teh tidak mengharuskan seorang cendekiawan berdiri dan mencatat percakapan, tetapi kami akan menjadwalkan pengukuran hari ini. Ditambah lagi, aku berniat meminta pendapat Solange tentang kumpulan cerita ksatriaku.
Yah, itulah penjelasan yang kami berikan, setidaknya. Alasan sebenarnya adalah memberi Philine pengalaman bekerja sebagai cendekiawan dan agar dia bisa menuliskan reaksi Solange terhadap berbagai hal sesuai permintaan Brunhilde.
“Kurasa ini tidak akan mudah untukmu, Philine, tapi aku percaya kau akan melakukan pekerjaan dengan baik,” kataku.
“Ini pertama kalinya saya memegang kertas mahal. Tangan saya tidak mau berhenti gemetar....” jawab Philine. Dia diberi beberapa kertas gagal workshop yang biasanya aku gunakan untuk mencatat. Itu benar-benar tidak dapat dijual, jadi menggunakannya kembali jauh lebih tidak sia-sia, tetapi dia jelas tidak mempertimbangkan itu.
“Kertas dan tinta diperlukan untuk menulis sesuatu, jadi kurasa kamu hanya perlu membiasakan diri. Aku bisa meminjamkan diptych-ku, tapi seseorang yang tidak terbiasa menulis dengan lilin butuh perjuangan ekstra untuk menjaga catatan dengan ukuran yang sesuai dan mengidentifikasi kata-kata mana yang harus diprioritaskan.
Diptych pasti cukup kecil untuk dibawa dengan satu tangan, artinya tidak ada banyak ruang untuk menulis. Karena itu, lebih baik Philine membiasakan diri untuk menulis di atas kertas.
“Ini adalah pekerjaan yang sangat penting,” kata Brunhilde. “Catatan yang Kau catat di jamuan teh ini akan menginformasikan bagaimana kita menyebarkan tren di masa depan, dan bagaimana kita menemukan cara untuk menarik perhatian orang-orang dari kadipaten lain.”
“Oh, jangan menakut-nakuti dia, Brunhilde.” Mau tak mau aku terkikik saat melihat Philine memeluk kertasnya, air mata mengalir di matanya. Semua orang yang tegang tentang jamuan teh sedikit melonggarkan itu.
Semua pengikutku menemaniku ke jamuan teh ini. Rosina juga akan ikut, tetapi karena jamuan teh diadakan di kantor yang terhubung ke ruang baca, terserah Solange apakah dia benar-benar tampil. Apapun itu, akan tidak sopan bagiku untuk tidak membawa musisi sama sekali.
"Apakah aku melupakan sesuatu...?"
Aku melakukan final check sebelum meninggalkan asrama. Rihyarda membawa gerobak saji, yang berisi semua kudapan dan teh yang kami butuhkan untuk jamuan teh. Brunhilde melihat ke arahku untuk memastikan pakaianku rapi dan jepit rambutku berada dalam posisi yang benar, sementara Philine memastikan dia membawa semua alat tulisnya. Hartmut dan ksatria pengawalku telah melihat kami melalui proses ini beberapa kali, jadi mereka hanya saling melirik dan mengangkat bahu.
Wilfried, melihatku dengan menunjuk-nunjuk saat aku memeriksa semuanya, menggelengkan kepalanya. “Kalau Rihyarda bilang kamu siap, itu artinya kamu siap. Aku tidak terlalu khawatir tentang Kau melupakan sesuatu dan lebih mencemaskan apakah Kau dapat bersosialisasi dengan baik,” katanya, kekhawatirannya jelas dalam suaranya. Rihyarda telah berbicara dengannya tentang kelemahan utamaku — aku cenderung melupakan segalanya ketika buku terlibat, dan aku kehilangan dua tahun pengalaman hidup yang penting— jadi dia bahkan lebih khawatir daripada aku tentang dua jamuan tehku yang akan datang.
“Wilfried, semuanya akan baik-baik saja. Kami telah membuat daftar topik yang tidak terkait dengan buku untuk aku diskusikan.”
"Aku pikir Kau memiliki keinginan untuk berhasil, tetapi jangan lengah."
“Aku tidak akan lengah. Rihyarda akan menemaniku, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
Kudapan dan teh sudah disiapkan, dan bel ketiga berbunyi, kami sedang dalam perjalanan.
___________
"Selamat datang, Lady Rozemyne," kata Solange.
“Terima kasih banyak telah mengundangku, Profesor Solange. Aku sangat menantikan ini.”
Kami dipandu ke kantor Solange, di mana meja dan kursi yang digunakan untuk mendaftar siswa diatur sedemikian rupa untuk jamuan teh. Ada Solange dan seorang wanita yang tampaknya menjadi pelayannya.
Saat Solange dan aku saling sapa, pelayan kami dengan cepat mulai melakukan persiapan yang diperlukan untuk jamuan teh. Hartmut memberi tahu Philine di mana dia harus meletakkan tinta dan bagaimana dia harus membuat catatan. Sementara itu, para ksatria pengawalku membagi diri menjadi dua kelompok, satu menjaga punggungku dan sisanya menjaga pintu.
“Lady datang.”
"Tidak membaca buku sekarang?"
Schwartz dan Weiss memasuki kantor dari ruang kerja di perpustakaan. Mereka menatapku dengan mata emas lebar dan memiringkan kepala mereka.
"Benar. Aku mengadakan jamuan teh dengan Profesor Solange sekarang. Kami akan memutuskan beberapa hal tentang pakaian baru kalian, jadi teruslah bekerja dengan baik untuk sementara waktu, ”jawabku.
"Tentu."
"Baju baru."
Aku mengalirkan mana ke dua shumil itu, dan kemudian mereka kembali ke ruang baca, kepala mereka terayun-ayun saat berjalan. Solange melihat sambil tersenyum.
"Erm, Profesor Solange... Jika Kau mengkhawatirkan ruang baca, aku tidak keberatan Kau membiarkan pintunya terbuka."
“Oh tidak, Lady Rozemyne. Ada beberapa pengunjung hari ini, dan aku lebih mencemaskan aroma kudapan dan teh yang terbawa ke ruang baca,” jawab Solange sambil terkekeh sebelum menutup pintu di belakang Schwartz dan Weiss.
“Apa yang harus kita lakukan dengan musiknya? Apa menurutmu suara itu bisa bocor ke ruang baca?” Aku bertanya. Bangunan gading cenderung bagus dalam meredam suara, tetapi pintunya sendiri terbuat dari kayu, yang hampir tidak kedap suara.
Solange menatap Rosina dan harspielnya dan berpikir sejenak. Kemudian, mata birunya berkerut karena geli. “Dia akan memainkan lagu-lagu khas yang kamu buat sendiri, ya? Aku jelas ingin mendengarnya. Aku tidak bisa berpartisipasi dalam jamuan teh lainnya, jadi sudah lama tidak merasakan kegembiraan semacam itu,” katanya dengan menahan napas.
Aku melirik Rosina. “Kalau begitu, musisiku akan menampilkan sebuah lagu yang rencananya akan aku pakai untuk debut di jamuan tehku dengan profesor musik. Ini didedikasikan untuk Mestionora sang Dewi Kebijaksanaan, jadi aku yakin ini akan sempurna untuk menjadi pertunjukan pertama di perpustakaan ini.”
Solange melebarkan matanya. "Oh? Apakah itu benar-benar diperbolehkan?” dia bertanya, hati-hati melihat pengikutku.
Aku mengangguk sambil tersenyum; bukan berarti aku telah menjanjikan sesuatu kepada profesor musik. Lirik originalku memuji perpustakaan.
Pengikutku, yang tahu bahwa aku telah memikirkan lirik dalam kegembiraanku untuk mengunjungi perpustakaan, semua berjuang untuk tetap berwajah batu ketika mereka mencoba menahan tawa.
“Kalau begitu, tolong mainkan lagunya setelah kita minum teh,” kata Solange.
Rosina duduk di kursi yang telah disiapkan pelayan Solange untuknya, dan kemudian menyiapkan harspielnya sedemikian rupa sehingga dia bisa bermain begitu dia diperintahkan. Rihyarda mulai menuangkan teh, sementara Brunhilde meletakkan kue pon dan topping dekoratif di piring.
Solange melihat kue pon di depannya, dan kemudian pada semua pelengkapnya, berkedip kaget sepanjang waktu. "Apa ini, Lady Rozemyne?" dia bertanya. "Aku belum pernah melihat kudapan seperti ini."
Seperti yang diperkirakan, kue pon dianggap kudapan tidak biasa di Kedaulatan. Aku sudah bisa melihat mata kuning Brunhilde berbinar saat menganalisis reaksi Solange dengan penuh ketertarikan.
“Ini adalah kue pon, kudapan yang baru-baru ini populer di Ehrenfest. Anda mungkin merasa ini sedikit berbeda dengan kudapan Kedaulatan, tapi saya harap anda tetap menyukainya,” jelasku. Aku bisa membayangkan bahwa seseorang yang terbiasa dengan makanan yang terlalu manis yang disajikan di Kedaulatan mungkin menganggap kue pon agak hambar. “Kau bisa menambahkan krim dan selai pilihanmu. Kami memiliki krim biasa, selai rutreb, madu, dan rumtopf.”
“Rumtopf...? Apakah itu spesialisasi Ehrenfest juga?”
“Buah-buahan rendaman anggur untuk mengawetkannya. Kau mungkin memiliki sesuatu serupa, tetapi di Ehrenfest, kami menyebutnya rumtopf.”
Solange melihat ke atas rumtopf yang dicincang halus dan berulang kali mengangguk pada dirinya sendiri. Ternyata, di kampung halamannya, mereka akan merendam buah-buahan yang sangat asam seperti lemon dalam madu untuk mengawetkannya untuk musim dingin.
“Aku sarankan untuk menggigit kue pon tanpa topping apa pun terlebih dahulu, dan kemudian memasangkannya dengan sesuatu yang kau suka,” kataku, menggigit kudapan dan menyeruput teh.
Solange menyesap tehnya; lalu dia membawa sepotong kecil kue pon ke mulutnya. Aku menonton dengan penuh ketertarikan, sangat penasaran untuk melihat apa yang akan dipikirkan oleh seorang bangsawan Kedaulatan. Dia menelan ludah, dan kemudian sebuah senyum menyentuh bibirnya.
“Rasanya yang ringan cukup enak,” katanya, “dan dimulut terasa menyenangkan.”
Banyak mentega yang digunakan dalam pembuatan kue pon sehingga tidak ada yang benar-benar dapat digambarkan "ringan", tetapi gumpalan gula yang Kedaulatan sebut sebagai kudapan ternyata sangat kuat sehingga bahkan kue pon tampaknya memiliki rasa cukup ringan jika dibandingkan. Aku tahu Kedaulatan juga menyajikan teh yang agak pahit. Aku, di sisi lain, menyajikan jenis teh yang lebih ringan yang dipasangkan dengan manis dengan kudapan kami.
“Kamu bisa menambahkan selai dan madu jika merasa kue ponnya kurang manis,” kataku, menggigit setiap topping yang sudah disiapkan sebelum menumpuk krim dan rumtopf ke sisa kue ponku.
“Ah, jadi aku bisa bereksperimen dengan kombinasi yang berbeda... Aku senang melihat efek pada rasanya,” kata Solange saat pelayannya mulai menambahkan sentuhan krim dan selai ke kue ponnya. Dia menggigit masing-masing, lalu tersenyum. “Aku merasa seolah-olah aku bisa memakannya selamanya,” tutupnya. Kudapan yang disajikan di Kedaulatan dibuat dengan indah, tetapi bahkan bangsawan Kedaulatan hanya bisa memakannya satu atau dua dalam sekali duduk.
Solange akhirnya sangat menyukai madu dan selai; seperti yang diperkirakan, kue pon biasa tidak cukup manis untuknya. Mungkin dia dan bangsawan Kedulatan lainnya lebih suka kue pon dibuat dengan madu, daripada mereka harus menambahkannya sendiri.
“Kamu selalu memakai hiasan rambut dengan gaya unik itu, Lady Rozemyne. Apakah itu juga populer di Ehrenfest?” Solange bertanya. “Aku belum pernah melihat siswa Ehrenfest lain memakainya sebelumnya.”
“Penjahit pribadiku yang membuatnya,” jawabku, dengan lembut menyentuh tusuk rambutku. “Aku pertama kali memperkenalkan mereka ke bangsawan Ehrenfest selama pembaptisanku, dan bunga hias sekarang digunakan untuk menghiasi tidak hanya rambut seseorang, tetapi juga pakaian seseorang. Tren ini belum menyebar terlalu jauh, karena cukup sulit untuk dibuat.”
Tusuk rambut pada dasarnya dimonopoli Perusahaan Gilberta. Mereka telah memproduksinya selama beberapa tahun sekarang, akan tetapi tidak terlalu akurat untuk mengatakan bahwa itu sudah tersebar luas.
"Itu terlihat sangat imut," kata Solange. “Ada banyak gadis bahkan di sini di Akademi Kerajaan yang ingin tahu tentangnya.”
Aku telah membawa semua tusuk rambutku ke Akademi Kerajaan dan mengenakan tusuk rambut berbeda setiap hari untuk menunjukkan semua warna yang tersedia. Tampaknya iklan berjalanku telah terbayar.
“Ayah angkatku mengatakan bahwa jika tusuk rambut kami cukup menarik ketertarikan, itu akan disebutkan pada Konferensi Archduke berikutnya.”
Orang dewasa tidak ingin kami, anak-anak, membuat kesepakatan bisnis yang signifikan, jadi sebagai siswa, yang paling bisa kami lakukan adalah memasarkan produk kami. Kami akan memamerkannya saat jamuan teh, membagikan beberapa secara gratis, dan menekankan poin bagusnya. Pembelian dan penjualan yang sebenarnya akan diselesaikan di antara para archduke saat Konferensi Archduke.
“Aku yakin itu akan dianggap layak untuk didiskusikan,” kata Solange. “Belum pernah saya melihat bunga tiga dimensi pada hiasan rambut, dan rambut berkilaumu hanya akan lebih menarik perhatian mereka. Bolehkah saya bertanya apa rahasia anda?”
“Aku menggunakan sesuatu yang disebut rinsham saat membersihkan rambut di kamar mandi. Ini telah menyebar seperti api di antara para wanita, dan aku berharap ini dapat menjadi ekspor utama Ehrenfest, yang saat ini tidak memiliki catatan ekspor. Aub Ehrenfest berusaha keras untuk menciptakan berbagai produk original untuk mengubah kadipaten kami, dan aku ingin memenuhi tugasku sebagai kandidat archduke dengan membantu menyebarkannya dengan kemampuan terbaikku.”
Percakapan menjadi tenang saat kami makan kudapan, dan aku menggunakan kesempatan itu untuk meminta Rosina memainkan harspiel. Sebuah nada tinggi bergema di udara saat dia memetik senar pertama. Kemudian, dia mulai memainkan lagu yang didedikasikan untuk Mestionora sang Dewi Kebijaksanaan, bernyanyi dengan suara anggunnya.
Sayangnya, lagu perpustakaanku telah berubah menjadi lagu rohani...
Rosina sepenuhnya menghapus kata "perpustakaan" dari lirik setelah aku mempercayakannya padanya, tetapi Solange menikmati dengan cukup gembira, mata birunya berlinang air mata saat menikmati lagu yang kurang lebih didedikasikan untuk dewa pelindung perpustakaan.
“Bagus sekali, Lady Rozemyne. Hampir tidak ada lagu yang didedikasikan untuk Mestionora Dewi Kebijaksanaan. Saya tersentuh melampaui kata-kata,” kata Solange.
"Senang anda menikmatinya, Profesor Solange."
Ada sejumlah besar lagu yang didedikasikan untuk dewa Raja dan Ratu, Lima Abadi, dan Dewi Seni. Ada juga banyak yang didedikasikan untuk Dewa Perang, yang digunakan untuk mengobarkan semangat para prajurit, tetapi hanya sedikit yang didedikasikan untuk Dewi Kebijaksanaan.
Setelah penampilan itu selesai, tiba saatnya untuk mendiskusikan ukuran pakaian baru Schwartz dan Weiss. Aku ingin melewati bagian ini dengan cepat.
“Profesor Solange, bolehkah aku bertanya jam berapa yang paling nyaman bagi kita untuk mengukur Schwartz dan Weiss? Semakin cepat, semakin baik, kurasa?”
“Jika kamu memprioritaskan keadaanku, lebih cepat memang lebih baik.... Semakin banyak gadis yang mengunjungi perpustakaan untuk melihat mereka. Itu benar-benar membawaku kembali ke keadaan dulu...” kata Solange sambil tersenyum hangat. Tampaknya kedua shumil itu juga merupakan atraksi populer di perpustakaan sejak lama.
“Di mana Kau ingin kami mengukurnya? Aku pikir kita bisa melakukannya di sini di kantor, jika membawa mereka ke luar perpustakaan tidak ideal.”
"Schwartz dan Weiss memiliki banyak feystones mahal, dan mereka dilengkapi dengan sejumlah jimat pelindung untuk mencegah potensi pencurian," jawab Solange. “Akan lebih baik mengukur mereka di lingkungan yang dapat anda kelola dengan hati-hati sebagai tuan mereka.”
Memikirkan membawa Schwartz dan Weiss keluar dari perpustakaan saja sudah membuatku gugup, tapi jika Solange mengatakan itu adalah tanggung jawabku sebagai tuan mereka untuk membawa mereka ke dalam perawatanku, aku harus menerima bahwa dia benar.
“Jadi aku bisa membawanya ke Asrama Ehrenfest?”
"Ya, tentu saja. Anda sekarang adalah tuan mereka. Tolong buatkan baju baru yang sesuai untuk mereka berdua.”
“Sebenarnya, aku sudah memiliki beberapa desain potensial. Menurutmu mana yang paling cocok untuk mereka? Saat ini, aku bermaksud untuk mendandani Schwartz dengan pakaian pria dan Weiss dengan pakaian wanita. Sudah diputuskan kalau mereka akan memakai hiasan bunga sepertiku, juga ban lengan komite, tapi....”
Aku melirik Lieseleta, yang segera memperlihatkan koleksi desain pakaian terorganisir. Solange menerimanya, dan kemudian tersenyum saat melihatnya. “Ini semua sangat imut. Saya hanya meminta anda berhati-hati untuk tidak memberi mereka terlalu banyak hiasan,” katanya.
Dulu ketika Solange baru saja mulai bekerja sebagai pustakawan, pakaian ganti pertama yang diterima Schwartz dan Weiss dari tuan baru mereka tampaknya termasuk topi, bros, dan aksesori yang berlimpah. Mereka bahkan diberi lengan baju yang mengembang agar sesuai dengan milik tuannya, hanya karena itu membuat mereka terlihat sangat imut.
“Namun, topi mereka akan jatuh setiap kali mereka mencoba bekerja, dan lengan baju mereka yang mengembang akan menjatuhkan ke lantai emas besar yang diserahkan sebagai deposit,” jelas Solange. “Itu cukup kacau.”
"Astaga!"
“Meski begitu, Schwartz dan Weiss tidak berusaha melepaskan aksesori itu. Kami mengatur agar pakaian baru dibuat sesegera mungkin, tetapi sampai selesai, kami menugaskan seorang pustakawan yang didedikasikan hanya untuk mengawasi mereka. Sejak kejadian itu, sudah menjadi kebiasaan jika lengan baju mereka hanya sampai ke siku.”
Perspektifku tentang pakaian baru Schwartz dan Weiss berubah total setelah aku menyadari bahwa pakaiannya juga harus praktis. Desain yang kami miliki sangat terfokus pada keimutan, yang artinya mungkin perlu penyesuaian.
“Omong-omong, Profesor Hirschur menyebutkan bahwa Schwartz dan Weiss hanya bisa disentuh oleh tuan mereka. Apakah aman bagi orang lain untuk mengukurnya?”
“Mereka dapat disentuh oleh mereka yang memiliki izin tuannya. Yang artinya, berhati-hatilah kepada siapa anda memberikan izin; yang bisa menyentuh Schwartz dan Weiss juga bisa mencuri atau merusak mereka.”
"Jadi begitu. Dalam hal ini, aku akan sangat berhati-hati.”
Terlebih mengetahui seperti apa Profesor Hirschur...
Kami memutuskan untuk mengambil Schwartz dan Weiss untuk diukur tiga hari dari sekarang, dan dengan itu, aku mengubah topik pembicaraan dengan mengambil koleksi cerita ksatriaku.
“Aku sedang mengumpulkan cerita-cerita yang dituturkan pendongeng, para ibu kepada anak-anaknya, dan sebagainya. Kau telah melihat banyak buku, Profesor Solange, jadi aku akan sangat senang mendengar pendapatmu tentang ini,” kataku, menyerahkan tumpukan beberapa lusin lembar.
Solange mengerjap karena terkejut, lalu mulai melihat-lihat cerita itu. Ekspresinya serius, meski senyumnya tidak pernah goyah. “Pasti sulit mengumpulkan cerita sebanyak ini. Bagaimana anda bisa melakukannya...?”
“Aku mendapat banyak bantuan. Anak-anak tumbuh besar dengan cerita, jadi hanya meminta mereka menuliskan apa yang mereka ingat dapat menuai hasil yang signifikan.”
Aku tidak bisa mengatakan dengan tepat bahwa aku telah memancing anak-anak untuk mengumpulkan cerita untukku sebagai imbalan bahan pembelajaran, jadi aku hanya tersenyum dan berharap dia tidak akan menggali lebih dalam.
"Apakah menurutmu ada pasar untuk cerita semacam ini?" Aku bertanya.
“Entahlah....? Itu cerita yang jelas disukai anak-anak, tetapi orang dewasa dan siswa senior di Akademi mungkin lebih suka cerita jenis lain.”
“Sudah saatnya kita mulai memikirkan buku untuk orang dewasa. Aku akan mendiskusikan masalah ini dengan Aub Ehrenfest.”
Saat ini aku sedang membuat buku bergambar dengan mempertimbangkan Kamil, tetapi untuk membangun budaya reading for fun di Akademi Kerajaan, aku membutuhkan buku yang lebih matang untuk siswa yang lebih tua. Pikiran pertamaku adalah mengembangkan cerita ksatria menjadi bentuk yang lebih khusus, membawa beberapa adegan pertarungan yang mendetail berdasarkan data feybeast yang telah mulai kami kumpulkan, beberapa dengan petunjuk tentang tips trik sukses memainkan permainan ditter, dan beberapa untuk gadis yang berfokus pada romansa.
Saat pikiranku berpacu dengan ide, Solange selesai membaca cerita ksatria dan mengembalikan naskahnya. Aku tersentak kembali ke kenyataan dan menerimanya; lalu aku menyerahkannya kepada Lieseleta, yang berdiri di belakangku.
“Pasti ada banyak hal unik di Ehrenfest, setuju nggak?” Solange berkomentar.
“Ini pertama kalinya aku meninggalkan Ehrenfest, jadi aku tidak yakin apa yang dianggap tidak biasa di luar kadipaten kami, tetapi jika seorang bangsawan Kedaulatan sepertimu mengatakan ada banyak hal aneh, maka aku kira ada. Apa sebenarnya yang kamu anggap aneh?” Aku bertanya, ingin pendapatnya membantu menginformasikan bagaimana Ehrenfest harus memasarkan barang-barangnya.
Solange menatap rambutku sebelum menjawab. “Produk yang membuat rambut berkilau, hiasan rambut, kudapan... Ada banyak hal aneh. Tapi yang paling membuatku penasaran adalah kertas yang sedang dipakai menulis oleh cendekiawan magang anda. Apakah saya benar jika berasumsi itu bukan perkamen biasa?”
"Benar. Perkamen dibuat menggunakan kulit binatang, tetapi kertas ini tidak. Kami sedang dalam proses membangun produksi kertas ini sebagai industri utama Ehrenfest. Apa yang membuatnya istimewa adalah, tidak seperti perkamen, itu dapat diproduksi secara massal. Harapanku adalah bahwa semua orang tahu tentang itu pada akhir periode ini.”
Aku melakukan yang terbaik untuk mengkhotbahkan manfaat kertas pohon, mengingat itulah tugasku. Kemudian Sylvester harus merundingkan kontrak bisnis selama Konferensi Archduke. Dia ingin tahu berapa banyak pertentangan yang mungkin kami hadapi, dan sementara kami sekarang memberi tahu orang-orang tentang kertas dan tinta pohon baru, kami masih merahasiakan pencetakan.
“Kertas baru ini lebih murah untuk diproduksi daripada perkamen, tetapi karena harus ditulis dengan tinta jenis khusus, itu belum cukup terjangkau.”
"Oh? Jenis tinta khusus?”
"Ya. Tinta yang digunakan pada perkamen dapat digunakan pada kertas baru kami, tetapi demi keawetan jangka panjang, tinta jenis baru sangat ideal. Namun, untuk catatan-catatan sederhana dan sejenisnya, kedua jenis itu bisa digunakan,” jelasku, memperhatikan ketertarikannya.
"Ya ampun!" Solange berseru, menatapku dengan mata terbelalak. "Anda menggunakan kertas untuk mencatat?!"
“Aku menerima kertas rusak dari workshop Aub Ehrenfest, yang kemudian aku gunakan untuk berbagai keperluan.”
Fran, Rihyarda, dan yang lainnya juga awalnya terkejut dengan gagasan itu, menyatakan bahwa itu sia-sia, tetapi karena aku tetap menggunakannya untuk catatan, mereka semua akhirnya terbiasa. Sejujurnya, sudah lama sekali sejak seseorang mengungkapkan keterkejutan tentang kertas pohonku sehingga reaksi Solange membuatku lengah.
“Kontrak resmi tetap ditulis di atas perkamen, jadi kertas baru ini lebih digunakan sebagai pengganti papan kayu,” kataku. "Kau akan mengosongkan sedikit ruang di rak buku jika mengganti papan dengan itu."
“Saran yang menyenangkan. Kurangnya ruang rak selalu menjadi masalah besar bagi kami.”
“Jika berkenan, Profesor Solange, aku bisa memberimu beberapa lembar. Tinta normal akan bertahan selama beberapa dekade.”
Aku memberi Solange beberapa lembar, yang dia tusuk dan dorong dengan penuh ketertarikan. Dia lebih tertarik pada kertas pohon daripada kudapan atau tusuk rambutku, tapi tanpa kusadari, bel keempat berbunyi. Solange mendongak dari kertas untuk melihat pelayannya, yang mengangguk kecil.
“Ya, Lady Solange. Sudah waktunya mengakhiri jamuan teh.”
Jika kami tidak segera kembali ke asrama, para pengikutku akan terlambat untuk kelas sore mereka. Para pelayan dengan hati-hati namun cekatan membersihkannya sementara Solange dan aku saling berpamitan.
“Tidak kusangka bel keempat berdering secepat ini... Sepertinya Dregarnuhr Dewi Waktu telah menjalin benang hari ini dengan kecepatan dan keanggunan yang luar biasa,” kataku. "Aku menyesal harus pamit secepat ini, tapi aku harus pergi."
"Sudah lama sejak aku merasa sesenang ini," jawab Solange. "Aku sangat berterimakasih, Lady Rozemyne."
“Itu jelas jamuan teh yang produktif. Aku belajar banyak hal penting tentang Schwartz dan Weiss hari ini. Aku rasa mungkin sulit untuk menemukan waktu, tetapi aku sangat ingin bertemu denganmu seperti ini lagi.”
“Kurasa saya akan menunggu tahun depan, ketika anda pasti menyelesaikan semua kelas anda lebih dini lagi.”
Aku cukup puas Solange telah menikmati jamuan teh pertamanya setelah sekian lama. Pengikutku memiliki pendapat mereka sendiri tentang apa yang akan dipikirkan orang tentang Ehrenfest, tetapi kami tidak punya waktu untuk membicarakannya sekarang. Kami bergegas kembali ke asrama, menunda diskusi dan laporan terperinci untuk nanti.
Post a Comment