Gil memperhatikan saat salju menghantam jendela. Ada badai salju lain di luar; Lord of Winter tidak diragukan lagi akan mengamuk besar-besaran di suatu tempat. Mengapa Ordo Ksatria tidak membunuhnya saja? Setelah lenyap, dia bisa mengumpulkan parue kesukaan Lady Rozemyne.
“Kai, bawa boks itu ke sini. Selim, ambil kertas itu dari rak ini," Gil memberi perintah. Setiap napas keluar disertai kabut halus yang sangat putih sehingga dia pikir itu akan membeku di udara. Dia mondar-mandir di tempat, benar-benar mencemaskan jari-jemari kakinya yang membeku kedinginan, sesekali bernapas dengan ujung jarinya sebagai upaya untuk menghangatkannya. Karena Workshop Rozemyne terletak di tempat yang dulunya adalah ruang penyimpanan, dan karena itu dipenuhi dengan barang-barang yang mudah terbakar seperti kertas, tidak ada tungku untuk mereka pakai.
"Apakah hanya ini yang perlu kita bawa?" tanya Achim, seorang pendeta abu-abu.
Gil kembali menatap ke seberang workshop dan mengangguk. Para pendeta abu-abu telah mengambil semua kertas dan peralatan yang mereka perlukan untuk kerajinan tangan mereka. Dia melangkah keluar bersama yang lain, mengunci pintu dengan kuat, dan kemudian bergegas pergi dari workshop. Sekarang memulai pekerjaan mereka di ruang makan panti asuhan.
“Ah, Gil. Terima kasih sudah menahan dingin,” kata Fritz setelah menyadari kepulangannya, mengambil jeda sejenak dari memimpin yang lain. “Bagian mana yang akan Kau kelola? Apakah sudah waktunya bagi kita untuk beralih?”
Gil merenungkan pertanyaan itu. Dia bekerja sebagai supervisor sampai kemarin, jadi mungkin bertukar dengan Fritz memang ide yang bagus. Mereka secara teratur bertukar posisi untuk memastikan laporan mereka ke Rozemyne seakurat mungkin; dua pasang mata memudahkan mereka untuk mengevaluasi bagaimana para pendeta abu-abu melakukan pekerjaan mereka dan menangkap masalah antar individu di antara mereka.
“Aku akan mengawasi pembuatan buku hari ini. Fritz, tolong urus karuta dan reversi.”
Setelah mereka menyelesaikan peran mereka, Fritz pergi ke sudut tempat beberapa pendeta abu-abu bekerja. Gil, sementara itu, mendekati gadis suci abu-abu yang sibuk membuat buku. Buku-buku itu harus siap untuk akhir musim dingin, ketika mereka akan dijual di kastil. Pentingnya hari penjualan meningkat dari tahun ke tahun, dengan semakin banyak buku yang dibutuhkan. Kerajinan tangan musim dingin adalah waktu yang sangat sibuk bagi semua orang.
“Sekarang, sekarang, Dirk. Lihat baik-baik. Kau perlu memastikan halaman-halamannya persis di atas satu sama lain,” Delia menjelaskan. Dia dulunya bertugas sebagai pelayan Lady Rozemyne, dan sekarang dia mengajari adik laki-lakinya yang bersemangat bagaimana membantu. Tahun lalu, Dirk dibatasi ke salah satu sudut ruang makan atau kamar anak-anak di lantai pertama sehingga dia tidak akan menghalangi, akan tetapi sekarang dia sudah cukup dewasa untuk mengikuti instruksi orang dewasa.
Aku mungkin ingin memasukkannya dalam laporan untuk Lady Rozemyne.
Lady Rozemyne sangat tertarik dengan kabar terbaru tentang Delia dan Dirk. Dia tidak bisa bertemu dengan Kamil, adik kandungnya sebagai keluarga karena kontrak sihir, jadi dia merasakan pertumbuhannya melalui Dirk.
“Oh, Gil. Mengawasi kita hari ini?” tanya Delia. “Ayo lihat seberapa jauh Dirk meningkat. Kau bisa memberi tahu Lady Rozemyne bahwa dia melakukannya dengan sangat baik hari ini.” Dia dengan antusias memberi isyarat kepada Gil saat dia berbicara, dengan obsesif memuji adik laki-lakinya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan beberapa orang tua kepada anak-anak mereka.
Gil duduk di dekatnya dan mengamati pertempuran heroik Dirk dengan kertas. Ada keseriusan mematikan di mata cokelat tuanya, hampir hitam saat dia dengan hati-hati menempatkan lembaran di atas lembaran kertas, seperti yang Delia instruksikan.
"Sepertinya Dirk hampir siap untuk bergabung dengan workshop," Gil mengamati. “Mungkin juga bisa dibawa ke hutan setelah semua salju mencair.”
Mungkin karena dia sedang berbicara dengan seorang teman lama, Gil kembali ke cara bicaranya yang lama dan kasar. Dia tidak lagi berbicara seformal yang diharapkan dari seorang pelayan yang melayani Uskup Agung, tetapi Delia tidak menegurnya.
"Sungguh? Dia membicarakan betapa dia tidak sabar untuk pergi ke workshop. Bukankah ini mengasyikkan, Dirk?”
Pada interaksi ini, Dirk mulai lebih fokus pada tumpukan lembaran. Delia tersenyum melihat usaha adiknya sebelum kembali menenun tumpukan kertasnya sendiri dengan benang, sementara Gil juga memulai pekerjaan pembuatan bukunya.
"Jadi, Gil... Bagaimana kabar Lady Rozemyne?" Delia tiba-tiba bertanya di tengah pekerjaan, matanya terfokus pada tangannya seolah itu hanya pertanyaan biasa.
Gil meliriknya sekilas dan kemudian mengangkat bahu. "Kau melihatnya ketika dia melihat ke tempat itu, bukan?"
Delia sedikit mengerucutkan bibirnya, belum menerima jawaban yang diinginkan. “Monika bilang dia sangat lemah sekarang sehingga dia hanya bisa bergerak dengan bantuan alat sihir, tapi dia bergerak dengan baik ketika dia datang ke sini, bukan? Aku khawatir dia belum benar-benar sembuh. Dia selalu mendorong dirinya terlalu jauh dengan cara yang paling aneh, jadi...”
Delia mengenal Lady Rozemyne dengan cara yang berbeda dari Monika dan Nicola, telah melayaninya ketika dia masih magang gadis suci biru—saat dia masih Myne. Dia memiliki naluri tajam yang hanya bisa dikembangkan seseorang dengan menghabiskan banyak sekali waktu di sekitar diri Rozemyne yang dulu, diri yang jujur. Gil memiliki ikatan yang lebih kuat dengan Delia daripada anak-anak lain, karena mereka berdua memiliki kecemasan yang berbeda terhadap Rozemyne dari orang-orang lain.
“Mereka bilang dia bahkan belum bisa bergerak tanpa alat sihir, tapi mereka masih akan memintanya melakukan Ritual Persembahan. Dia harus berurusan dengan bangsawan di kastil tepat setelah bangun, dan sekarang, meskipun dia akhirnya kembali dari Akademi Kerajaan, dia terjebak membantu Pendeta Agung dan memastikan dia makan. Itu kacau, kan? Maksudku, sudah sangat memprihatinkan, dia menghabiskan dua tahun penuh dalam keadaan koma..." Gil menggerutu.
"Dan Fran membiarkannya...?" Delia bertanya, menatap Gil dengan mata mencari.
“Dia dan Zahm yakin dia akan baik-baik saja bersama Pendeta Agung di sana. Membuatku kadang-kadang ingin bertanya sebenarnya mereka pelayan siapa.”
Gil sangat tidak senang dengan banyaknya pelayan di ruang Uskup Agung yang menunjukkan sikap pilih kasih terhadap Pendeta Agung—tidak hanya membuatnya tidak nyaman, tapi dia juga merasa itu keliru. Tetap saja, Ferdinand memegang kendali atas jadwal Rozemyne, dan terlalu berisiko untuk mengatakan sesuatu yang negatif tentangnya di ruang Uskup Agung.
Pada akhirnya, Gil memutuskan untuk menyimpan pikiran dalam hati. Dia tidak ingin Fran dan Zahm bermusuhan dengannya, tapi dia masih sangat berharap mereka akan mendahulukan dan mengutamakan Rozemyne. Kata-kata itu agak tersandung dalam kesempatan ini, karena dia berasumsi Delia akan sependapat dengannya.
“Hmm... Yah, Fran dulu melayani Pendeta Agung dan selalu mengutamakan pendapatnya di atas segalanya. Tapi masalahnya..." Delia menatap lurus ke arah Gil. Mata birunya seperti mata air di hutan yang tenang, teduh dan tidak terganggu. “Jika kamu mulai mengabaikan peringatan dan nasihat orang lain, meski karena kasihan pada Lady Rozemyne, kamu mungkin akan berakhir sepertiku. Aku tidak pernah bermaksud menempatkan Dirk dalam bahaya, Kau tahu.”
Saat itu, Delia dengan keras kepala berfokus pada Dirk sehingga dia mengabaikan peringatan Fran dan yang lainnya dan malah meminta bantuan mendiang Uskup Agung. Langkah itu telah menempatkan adiknya dalam bahaya—satu-satunya hal yang sangat ingin dia hindari. Delia tidak ingin Gil berakhir dibutakan dengan cara yang sama saat menyangkut Rozemyne. Peringatannya membuatnya sedikit mundur, seolah-olah dia telah dipukul di wajahnya.
“Kita tak tahu apa-apa tentang masyarakat bangsawan,” Delia melanjutkan.
“Meskipun dia sakit, Lady Rozemyne menuruti saran Pendeta Agung, kan? Mungkin ada sesuatu yang kita tidak tahu yang artinya dia tidak punya pilihan lain. Pekerjaanmu bersama Gutenberg berarti kamu jauh dari gereja lebih dari kebanyakan pelayannya, jadi mungkin kamu harus berbicara dengan Fran dan Zahm sedikit lebih banyak.
Delia terkekeh pada dirinya sendiri mendengar ucapan terakhir itu. Dia telah sangat dewasa sehingga benar-benar seperti tamparan di wajahnya. Gil sudah menganggap dirinya sendiri dewasa, karena dia telah tumbuh lebih besar dan dapat memenuhi tugasnya, akan tetapi sekarang dia mulai bertanya-tanya apakah selama ini hatinya masih seperi anak kecil.
____________
"Kurasa dia bersama Fran dan Monica hari ini..." kata Gil.
Pelayan gereja Lady Rozemyne akan memakan makanan sisa setiap kali makan, tetapi karena Lady Rozemyne selalu membutuhkan seseorang bersamanya, mereka tidak bisa makan serempak. Ada sebuah pintu di kamar Uskup Agung yang menuju ke ruang penyimpanan, tangga untuk pelayan, dan kamar kepala pelayan. Yang terakhir adalah di mana para pelayan akan bergiliran makan, dan itu dibuat sedemikian rupa sehingga mereka akan tahu segera setelah tuan mereka membunyikan bel untuk memanggil orang lain.
“Ah, Gil. Apa yang kamu bicarakan dengan Delia barusan?” Fritz bertanya selama makan.
Gil berhenti sejenak, tatapannya secara tidak sengaja beralih ke Zahm.
Bisakah dia mengambil risiko mengkritisi Pendeta Agung dengan dia di dekatnya? Zahm segera memperhatikan matanya dan meletakkan sendoknya dengan tatapan waspada.
"Apakah Delia merencanakan sesuatu yang berbahaya?" Fritz menyelidiki.
Banyak yang mengira hukuman Delia karena mengekspos Pendeta Agung dan Rozemyne dalam bahaya belum cukup. Gil pada saat itu sependapat dengan mereka, tetapi dia tidak lagi memandangnya sebagai ancaman kecil, juga tidak menganggap dia terjebak di panti asuhan selamanya sebagai hukuman ringan.
“Delia tidak lain hanyalah berterima kasih kepada Lady Rozemyne. Dia tidak akan mengulangi kesalahannya yang dulu,” kata Gil datar. Dia kemudian mengingat nasihat yang Delia berikan padanya tentang berbicara lebih banyak dengan orang lain dan mengembalikan perhatiannya ke Zahm. “Dia hanya mencemaskan Lady Rozemyne yang sangat sibuk meskipun baru terbangun dari tidurnya selama dua tahun. Dia pikir memaksa tubuhnya yang lemah untuk bergerak dengan penggunaan alat sihir adalah tindakan keliru, dan... Aku merasakan hal yang sama. Apakah benar-benar perlu untuk menempatkan Lady Rozemyne dalam semua ini?
Bahkan setelah menerima saran Delia, Gil masih tidak puas dengan cara Ferdinand mengerjakan berbagai hal. Tampaknya Zahm memahami hal itu, saat dia mengerutkan alis karena tidak senang.
"Apakah kau tidak mempercayai Pendeta Agung?" tanya Zahm. "Selama dia ada di sini, dia—"
“Aku tahu Pendeta Agung menyelamatkan nyawa Lady Rozemyne. Aku tahu dia memang sesuatu,” kata Gil, menggelengkan kepala sambil menyela Zahm. “Maka kau juga pastinya tahu bahwa aman untuk menyerahkan segalanya padanya.”
Gil tidak tahan mendengar kata-kata yang sama yang telah dia dengar berulang-kali. Dia berterima kasih kepada Ferdinand, dan jelas terlihat dia lebih pengertian daripada kebanyakan bangsawan, tapi tetap saja. Sulit dipercaya akan bijak menempatkan beban seperti itu pada Rozemyne ketika dia bahkan hampir tidak mampu bergerak dengan benar.
“Mengapa Pendeta Agung menyuruh Lady Rozemyne pergi ke kastil dan Akademi Kerajaan sebelum dia bisa pulih dengan baik? Mengapa dia membuatnya melakukan banyak sekali pekerjaan saat dia masih sakit? Kamu bisa tersenyum dan mengatakan dia lebih baik sekarang semaumu, tapi aku ingat dia terbaring lemas di bangku, dan caranya menegang karena ketakutan ketika dia bangun dan pertama kali melihat sekeliling,” keluh Gil, mengeluarkan semua emosi yang telah terbangun di dalam dirinya. Rasa terima kasihnya kepada Pendeta Agung karena telah menyelamatkan Rozemyne benar-benar berbeda dari ketidakpuasannya tentang bagaimana dia diperlakukan.
Fritz mengerutkan kening, ekspresinya diwarnai kekhawatiran. "Gil, aku mengerti perasaanmu, tapi tolong tenanglah."
Gil menggigit bibir. Diberitahu untuk tenang membuatnya merasa seolah-olah pendapatnya ditolak begitu saja. Namun, ketika dia mulai merasa tidak memiliki siapa pun di sisinya, Nicola angkat bicara.
“Aku sangat mengerti perasaanmu, Gil. Lady Rozemyne masih belum bisa berjalan sendiri; satu-satunya hal yang membuatnya tetap sehat adalah alat sihir Pendeta Agung. Dia bahkan tidak bisa melepasnya saat mandi.” Nicola juga tahu betapa ketakutannya Lady Rozemyne saat bangun tidur, dan dia tahu dari memandikannya betapa dia tidak mampu bergerak. “Aku mengerti pekerjaan Pendeta Agung dan tugasnya sebagai bangsawan memang penting, tapi aku akan menghargainya jika dia sekarang bisa fokus pada pemulihan. Aku tidak ingin melihat Lady Rozemyne murung lagi.”
Gil sangat lega karena Nicola sependapat dengannya. Itu membuktikan kepadanya bahwa ada orang lain di antara para pelayan Lady Rozemyne yang lebih perhatian padanya daripada perhatian mereka kepada Pendeta Agung.
Zahm terdiam saat dia mempertimbangkan pendapat mereka; lalu dia mendongak dalam kesadaran, tatapannya terfokus pada Gil dan Nicola. “Fran, Pendeta Agung, dan aku, kami semua ingin Lady Rozemyne pulih secepat mungkin. Kami benar-benar mengharapkannya. Namun, dalam masyarakat bangsawan seseorang tidak boleh memperlihatkan sisi lemah. Aku percaya kita memiliki pemahaman yang berbeda tentang ini.” "Apa maksudmu?" tanya Gil.
“Kamu dan Nicola hanya melayani Lady Rozemyne, kan? Kalian belum pernah mengunjungi estate bangsawan. Kalian benar-benar tidak akrab dengan bangsawan, dan kalian belum pernah menyaksikan masyarakat bangsawan. Pendeta Agung berusaha keras untuk memastikan beban Lady Rozemyne dalam masyarakat bangsawan seminim mungkin.”
Zahm benar bahwa baik Gil maupun Nicola tidak pernah pergi ke estate bangsawan; satu-satunya bangsawan yang mereka temui secara langsung adalah para bangsawan yang datang ke gereja. Mereka juga hampir berselisih bahwa mereka tidak tau sedang menyangkut masyarakat bangsawan. Tiba-tiba, mereka merasa seolah-olah mereka keliru. Itu hanya membuat Gil frustrasi, yang mati-matian mencoba memikirkan cara untuk membantah.
“Tapi Pendeta Agung menghabiskan waktu berhari-hari di workshopnya dengan memprioritaskan penelitian di atas segalanya,” Gil akhirnya membalas. “Dia tidak akan pergi atau bahkan makan kecuali Lady Rozemyne datang memanggilnya, itu mengganggu semua orang, kan? Apakah itu bagian penting dari mengurangi bebannya di masyarakat bangsawan? Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa hanya dia yang bisa menyelamatkannya, jadi aku lebih suka dia benar-benar memprioritaskan pemulihannya.”
Zahm menolak keras, karena tidak memperkirakan argumen semacam itu. Gil mengambil kesempatan itu untuk lebih menekan masalah ini, mengambil keuntungan penuh dari titik lemah yang dia ungkapkan.
“Aku tahu Pendeta Agung luar biasa, tapi kamu mestinya adalah pelayan Lady Rozemyne, Zahm. Aku hanya ingin kau juga lebih perhatian padanya.”
Gil yakin telah menang. Namun, saat dia bersiap untuk memberikan poin, Fritz mengangkat tangan untuk menghentikannya. “Zahm sebenarnya bukan pelayan Lady Rozemyne; wajar jika dia mendahulukan dan mengutamakan Pendeta Agung. Kau tidak bisa berharap dia memprioritaskan Lady Rozemyne seperti dirimu,” katanya, nadanya menghibur.
Gil dan Zahm menatap Fritz, sama terkejutnya. Tidak ada yang bisa percaya apa yang baru saja dia katakan, dan terlebih mengatakannya dengan senyum tenang.
"Fritz, apa maksudmu?" tanya Zahm. "Apakah kamu menghinaku?"
“Aku hanya menyatakan kebenaran. Aku tidak bermaksud tidak menghormatimu, aku juga tidak berpikir buruk tentangmu. Aku yakin Nicola dan Gil akan mengerti juga, meskipun perlu penjelasan.” Dengan itu, Fritz mulai membicarakan masa lalu. “Zahm dan aku dulu melayani pendeta biru bernama Shikza. Dia seorang pria yang sangat emosional dan kejam, yang membuat melayaninya saja cukup merepotkan. Tetap saja, hidup sebagai pelayan jauh lebih baik daripada alternatifnya —itu sangat jelas sekali ketika Brother Shikza kembali ke masyarakat bangsawan dan kami kembali ke panti asuhan. Kau ingat keadaan mengerikan panti asuhan saat itu, bukan?”
Gil mengangguk. Dia sendiri telah terjebak di panti asuhan pada saat itu, jadi dia belum pernah bertemu dengan pendeta biru yang Fritz maksud, tetapi dia ingat betapa mengerikannya ketika mereka dikirim kembali. Saat itulah semakin banyak pelayan yang kembali ke panti asuhan, membuat hidup menjadi lebih sulit bagi semua orang. Dia berharap seseorang— siapa pun— akan menyelamatkannya, jadi dia sangat senang ketika dia diangkat sebagai pelayan Rozemyne.
“Kau, Nicola, dan aku diselamatkan oleh Lady Rozemyne, sementara Zahm diselamatkan oleh Pendeta Agung,” Fritz melanjutkan. “Meski Zahm kemudian melayani Lady Rozemyne, dia melakukannya atas permintaan Pendeta Agung, yang artinya dia kekurangan pelayan. Maka tidak mengherankan jika loyalitas Zahm tetap pada Pendeta Agung. Tentu saja, tidak ada yang salah dengan itu; sebaliknya, itu menunjukkan bahwa status dan pola pikirnya berbeda dari kita.”
“Oh, begitu...” Nicola dan Zahm berkata bersamaan, keduanya mengerti maksud Fritz. Gil juga mengerti; itu pada dasarnya sama dengan dia bekerja untuk Perusahaan Plantin sebagai Gutenberg di bawah perintah Lady Rozemyne. Dengan pemikiran itu, dia bisa dalam hati merasionalisasi Zahm sebagai pelayan Lady Rozemyne sambil tetap setia kepada Ferdinand.
“Aku masih tidak mengerti tentang Pendeta Agung yang bersembunyi di workshopnya seharian...” kata Gil dengan cemberut. Nicola mengangguk setuju, senyum masam menghiasi bibirnya.
Zahm terkekeh. “Mungkin akan lebih mudah jika kalian membalik papan gewinnen dan mempertimbangkan semua hal dari perspektif berlawanan. Bayangkan Pendeta Agung menghilang dan Lady Rozemyne menghabiskan dua tahun dengan dibanjiri pekerjaan, tidak lagi bisa menghabiskan waktunya untuk membaca. Jika itu terjadi, apa yang akan Kau lakukan jika Pendeta Agung tiba-tiba kembali, dan Lady Rozemyne berkata dia ingin mendedikasikan beberapa hari untuk membaca? Apakah Kau tidak menganggap hal itu dapat diterima?”
Mendengar analogi Zahm membuat Gil berempati dengan alasan mengapa Ferdinand menghabiskan waktunya di workshop, yang kemudian meredakan amarah yang membara di dalam dirinya. Pendeta Agung hanya beristirahat sejenak setelah menderita sendirian selama dua tahun untuk menyelamatkan Rozemyne. Dia pasti menyadari itu, itulah sebabnya dia memaafkan gangguan kecil ini.
Fritz tersenyum lega, menyadari Gil sekarang sudah mengerti. “Jika kau memiliki permintaan untuk Pendeta Agung, mintalah Zahm atau Fran untuk menyuarakannya. Kemungkinan besar dia akan mempertimbangkannya. Misalnya, memintanya melanjutkan penelitian hanya setelah diperiksa Lady Rozemyne, atau semacamnya.”
“Aku akan menyarankannya,” kata Zahm sambil tersenyum dan mengangguk.
"Oke. Lady Rozemyne sangat mencemaskan pembatalan kontrak sihir dengan Perusahaan Plantin,” kata Gil. “Tolong tanyakan bagaimana pendapat Pendeta Agung tentang itu.”
"Baik. Aku akan menanyakannya,” jawab Zahm sambil tersenyum. Gil bersyukur dia sangat bersedia membantu.
Rozemyne bersikap sangat berbeda saat dia berbicara dengan Lutz di ruang tersembunyinya dibandingkan saat dia berada di tempat lain. Hanya orang-orang yang melihatnya disana yang mungkin mengerti bahwa dia hidup sebagai bangsawan demi melindungi keluarganya dan para Gutenberg. Gil tidak berpikir dia perlu terus mendorong dirinya sendiri. Dia ingin dia memiliki tempat di mana dia bisa tersenyum bebas, seperti yang dia lakukan ketika berbicara dengan Lutz, Benno, dan yang lainnya. Tidak seperti Fran, dia tidak bisa menerima bahwa ini adalah keadaannya sekarang karena dia memiliki status lebih tinggi; dia ingin membuatnya tersenyum penuh sukacita seperti yang biasa dia lakukan ketika dia menuju rumahnya di kota bawah.
Aku menginginkannya, tetapi aku sendiri tidak dapat berbuat apa-apa...
Gil dalam hati mengutuk dirinya sendiri, mengetahui bahwa dia sebenarnya telah menyakiti Rozemyne dengan menolaknya saat dia mencoba menepuk kepalanya. Dia telah menceburkan diri ke dalam pekerjaan percetakannya, ingin sekali membuat buku baru sebanyak mungkin untuk berjaga-jaga jika itu membuat Rozemyne bangun lebih cepat. Dia ingin tumbuh dewasa secepat mungkin—diperlakukan seperti orang dewasa—jadi dia sudah terbiasa menghentikan Zahm dan Fran setiap kali mereka coba memperlakukannya seperti anak kecil. Tetapi karena hal itu, dia secara refleks melakukan hal yang sama terhadap Rozemyne.
Dia buru-buru menenangkan diri setelah melihatnya dan berlutut seperti biasa, tetapi Rozemyne masih tampak sedikit sedih ketika dia memujinya. Kebenarannya adalah bahwa dia sangat bangga dengan semua kerja keras yang telah ia lakukan selama dua tahun terakhir dan pertumbuhan dirinya sehingga mendapat tepukan di kepala hampir menghancurkan hatinya. Ketika dia menyadari bahwa itu adalah terakhir kalinya dia merasakan kehangatan darinya, bagaimanapun juga, kesepian yang tak tertahankan menerpa dirinya. Kalau saja dia tidak menolaknya dengan konyol, maka dia akan terus menepuk kepalanya dan terus memujinya.
Namun, pada saat yang sama, tangan yang menepuk kepalanya jauh lebih kecil daripada yang ada di ingatannya. Pikiran itu saja sudah cukup untuk membuat matanya berkaca-kaca. Segalanya tidak lagi seperti dulu, ketika Rozemyne menyelamatkan, mendukung, dan mengawasinya. Sekarang dialah yang mesti mendukung Lady-nya—tuannya yang masih kecil, muda, dan ketakutan.
Rozemyne mencemaskan pembatalan kontrak sihir, dan Gil pun turut merasakannya. Dia masih ingat dengan jelas meninggalkan gereja untuk pertama kalinya dan berjalan menemani Rozemyne ke rumahnya di kota bawah. Itu tidak akan pernah terjadi lagi. Mereka tidak akan pernah pergi ke rumah itu lagi. Dia bahkan bisa merasakan ingatannya yang paling jelas tentang masa lalu itu semakin memudar setiap harinya.
Gil terus makan sambil mendidih dalam sentimentalitas. Hal berikutnya yang dia tahu, piringnya kosong. Dia membersihkan piringnya dan bersiap untuk membawa sisa makanan ke panti asuhan; sudah menjadi tugasnya dan Fritz membawakan berkah suci dan kemudian membantu kerajinan tangan. Mereka mendorong gerobak-gerobak berat yang penuh dengan kuali-kuali besar ke lorong.
"Kurasa berkonsultasi dengan Pendeta Agung tidak akan menyelamatkan pembatalan kontrak," kata Fritz kepada Gil. “Apa yang akan Kau lakukan setelah pembatalan? Aku yakin lebih penting bagimu untuk memikirkan apa yang dapat Kau lakukan untuk melayani Lady Rozemyne sebaik-baiknya, daripada apa yang dapat dilakukan oleh Pendeta Agung untuknya.”
Gil merenungkan pertanyaan itu. Apa yang bisa dia lakukan? Apa yang Rozemyne inginkan?
“Selama aku berada di gereja, aku ingin membantu Lady Rozemyne tetap terhubung dengan kota bawah. Seperti yang Lutz lakukan dengan mengirimkan surat,” katanya.
Fritz berhenti sejenak. "Itu ide bagus. Aku yakin baik Lady Rozemyne dan Perusahaan Plantin akan berbesar hati mendengarnya.”
Paling tidak, Gil ingin mendukung Lady Rozemyne sedemikian rupa sehingga senyum yang dia tunjukkan ketika membawa buku baru tidak pernah berubah, dan agar dia tidak pernah berubah sepenuhnya menjadi bangsawan. Dia telah menemukan tujuan, dan cengkeramannya pada gerobak mengencang saat dia melihat ke masa depan.
Post a Comment