Bahkan setelah demamku turun, aku diperintahkan tetap di tempat tidur. Rupanya itu adalah instruksi dari Ferdinand, yang telah memberi Rihyarda sebuah buku yang dia harap akan memaksaku untuk beristirahat selama dua hari lagi setelah pemulihanku. Dia telah memperingatkanku bahwa buku itu akan diambil saat aku tidak mematuhi perintah, tetapi aku tidak berniat melakukannya, jadi aku diam-diam membaca buku itu di tempat tidur.
Buku yang dimaksud adalah tentang dasar-dasar
lingkaran sihir. Dengan cepat memperjelas bahwa aku harus melalui proses yang sulit untuk mengadopsi bahasa
baru, termasuk seluruh simbol untuk merujuk pada elemen dan dewa. Secara keseluruhan, itu
terasa lebih seperti kamus, dan dilihat dari tulisan tangan disana, Ferdinand-lah yang telah menulisnya sendiri.
Pasti
sangat mengesankan Ferdinand bisa dengan santai menggambar lingkaran sihir di
udara tanpa membawa buku seperti ini, ya?
Sebuah desahan kagum keluar dariku saat
mengingat waschen seisi kota beberapa hari yang
lalu dan lingkaran sihir yang digambar di udara tanpa
ragu. Mana saja tidak selalu cukup saat
berusaha untuk
mencapai tujuan; terkadang, seseorang juga membutuhkan pengetahuan yang sesuai.
Aku benar-benar ingin menjadi seperti Ferdinand dalam hal itu.
“Philine, maukah kamu belajar ini denganku?”
tanyaku, sadar bahwa dia juga belum mulai belajar tentang lingkaran sihir.
“Ini benar-benar mengesankan...” gumamnya
setelah datang ke samping tempat tidurku. Bersama-sama, kami berdua
menghabiskan dua hari istirahat tambahan untuk membaca buku, dengan antusias
mengerjakan bahasa kode yang terkandung di dalamnya.
__________
“Sekarang, sekarang, Lady. Cepat bersiaplah,” kata Rihyarda.
“Jika kita segera pergi, kita mungkin bisa melepas kepergian suami-istri archduke. Tapi anda masih harus bertemu
dengan Ferdinand dulu.”
Hari ini adalah hari dimana suami-istri archduke pergi
ke Konferensi Archduke. Ferdinand tampaknya ingin memastikan tidak apa-apa bagiku untuk
berjalan-jalan dengan bebas lagi sebelum itu, jadi aku pergi ke ruang tamu terdekat
dengan gedung utara tempat dia menungguku. Dia menyentuh dahi dan leherku
dengan tatapan tegas sebelum menghela napas.
“Kamu terlihat baik. Suhu dan manamu sudah stabil, jadi Kamu
harusnya
baik-baik saja untuk pergi. Oh, dan pasangan archduke itu baru saja pergi ke Konferensi Archduke. Mereka
menyatakan keprihatinan untukmu.”
Dalam kejutan yang mengejutkan, suami-istri archduke sudah
pergi. Rihyarda khawatir kami datang tepat waktu untuk melihat mereka pergi,
tapi kami jelas sudah terlambat.
"Sesuai saran dari Wilfried, mereka
menyuruh orang dewasa mencuci rambut mereka dengan rinsham dan para wanita
memakai jepit rambut," lapor Ferdinand. “Mereka juga membawa banyak kertas
pohon, serta beberapa koki istana sehingga kue pon dan resep baru lainnya dapat disajikan. Ini, tentu
saja, semua hal yang Kamu perlihatkan di Akademi Kerajaan. Sekarang, kau bisa kembali ke kamar.” Dia
kemudian tiba-tiba berdiri, menandakan bahwa ini adalah akhir dari pemeriksaanku.
Namun, yang mengejutkanku, dia tidak menyebutkan kami kembali ke gereja.
"Apakah kamu tidak perlu kembali ke gereja...?"
Aku bertanya. "Aku ingat Kamu sebelumnya mengatakan bahwa Kamu tidak bisa
pergi terlalu lama."
“Pekerjaan gerejaku sebagian besar telah selesai sekarang. Aku
mempercayakan sisanya kepada pelayan kita dan para pendeta biru, Kampfer dan Frietack. Aku
berniat untuk menghabiskan hari di sini di kamarku; Konferensi Archduke tahun
ini memiliki terlalu banyak ketidakpastian yang mengkhawatirkan, jadi mungkin
ada panggilan mendesak dari Sylvester,” katanya, menekankan penjelasannya
dengan tatapan tajam. Ada tren baru dan pengumuman pertunanganku, tetapi
keduanya adalah keputusan Sylvester; Aku tidak mengerti mengapa aku harus menerima
semua kesalahan untuk mereka.
Aku berniat membalas tatapan tajam yang saat
ini tertuju padaku. “Menurutku, ketidakpastian yang paling mengkhawatirkan di
sini adalah Kamu, Ferdinand.”
"Aku mengkhawatirkan?" tanya Ferdinand, alisnya
berkerut bingung. "Bagaimana bisa?"
“Ketika Kau mengatakan bahwa Kau akan
'menghabiskan hari' di sini di kastil, aku berasumsi bahwa maksudmu secara
harfiah. Kamu berniat untuk kembali ke gereja pada malam hari untuk melanjutkan
pekerjaanmu, bukan? Seberapa keras Kamu berniat untuk mendorong diri sendiri?”
Aku tidak melihat alasan untuk mengkhawatirkan
Sylvester— dia memiliki beberapa cendekiawan untuk berkonsultasi dan Ferdinand
untuk kembali dalam keadaan darurat. Sebaliknya, aku mencemaskan Ferdinand,
orang yang harus berurusan dengan kekacauan apa pun yang muncul.
Ferdinand meledek seolah secara otomatis mengabaikan
kekhawatiranku. “Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Gunakan kesempatan ini
untuk memperdalam ikatanmu dengan pengikut dan saudaramu,” katanya. Sepertinya aku
perlu bekerja keras untuk bersosialisasi sehingga aku bisa belajar lebih banyak
tentang budaya bangsawan, dan juga agar aku bisa mengenali kesalahpahamanku
saat ini dan mengklarifikasinya dengan para pengikutku.
"Ferdinand, bagaimana para bangsawan
memperdalam ikatan mereka?" Aku bertanya.
“Pertanyaan itu lebih cocok untuk seseorang
seperti Rihyarda, daripada seorang pria,” jawabnya setelah jeda sesaat.
"Baiklah. Aku akan bertanya pada Rihyarda.”
Tugasku saat Konferensi Archduke tampaknya
menghabiskan setiap hari untuk mengisi kembali mana fondasi dan memperdalam
ikatan dengan pengikutku. Aku juga diberitahu untuk melaporkan kegiatan
sehari-hariku kepada Ferdinand saat makan malam, sesuatu yang tidak perlu ku
lakukan di gereja, akan tetapi aku tetap mengangguk dengan enggan.
Sekembalinya ke kamar, aku tidak membuang-buang
waktu untuk menanyakan pertanyaanku kepada Rihyarda: “Bagaimana seseorang
memperdalam ikatannya dengan orang lain?”
“Saya yakin anda hanya perlu melakukan sesuatu bersama-sama dan sering berkomunikasi.”
“Apa membuat pakaian Schwartz dan Weiss
memenuhi kriteria itu? Aku berencana mengerjakannya bersama Charlotte dan yang
lain.”
“Terdengar sempurna. Saya akan membuat persiapan yang diperlukan sekarang juga.”
Setelah meminjam sebuah kamar di bangunan
utama kastil, kami para kandidat archduke dan para pengikut kami berkumpul
bersama. Kain dan benang sudah diwarnai dengan manaku, dan aku sudah menggambar
lingkaran sihir dengan tinta menghilang, seperti yang Ferdinand instruksikan.
Dia telah menyarankanku untuk menghindari menyentuh kain, karena hal itu akan
membuat lingkaran bersinar dan menjadi terlihat, dan pengikutku akan
menanganinya untukku.
“Para cendekiawan yang paling terbiasa
menggambar lingkaran sihir perlu mereproduksi lingkaran-lingkaran ini di kain,” aku menjelaskan.
“Para wanita kemudian akan menyulamnya.”
Para cendekiawan, yang dipimpin oleh Hartmut,
dengan mantap mulai menggambar garis tipis lingkaran sihir di atas kain.
Setelah mereka selesai, waktunya para gadis bersinar. Bahkan ksatria wanita memilih untuk
berpartisipasi, mempercayakan tugas mengawal kepada ksatria pria seperti Damuel dan Cornelius.
“Tahun pertama sepertimu belum cukup
berpengalaman untuk lingkaran sihir ini, jadi tolong tangani bagian yang lebih
sederhana ini saja,” kata Brunhilde.
Charlotte, Philine, dan aku dipercayakan
dengan lingkaran sihir umpan yang disulam di saku celemek sehingga kami bisa
membuat kesalahan tanpa menimbulkan masalah. Sementara itu, lingkaran sihir
kompleks yang membutuhkan kesempurnaan mutlak ditangani oleh orang-orang yang ahli
dalam pekerjaan presisi semacam itu. Kami benar-benar memiliki orang yang tepat melakukan pekerjaan dengan baik.
“Sepertinya, atas saran Count Haldenzel, Count
Leisegang setidaknya telah menyerah untuk menjadikan anda aub berikutnya,”
Brunhilde memberitahuku. “Kecuali ada perubahan signifikan dalam situasi
politik, mereka untuk saat ini hanya akan mengamati. Apa yang terjadi di
Haldenzel yang menyebabkan ini?”
Aku menoleh ke Charlotte, berharap dia bisa
memberi jawaban yang sama sekali tidak aku sadari. Mata kami bertemu, momen
perenungan berlalu, dan kemudian dia berkata, “Aku percaya faktor yang paling
signifikan adalah kakakku memprioritaskan Wilfried di hadapan umum dan menunjukkan dukungan padanya. Giebe Haldenzel
pasti sedikit diyakinkan untuk melihat bahwa mereka berhubungan baik.” Sejak kapan itu terjadi...?
Setelah memperhatikan ekspresi kosongku,
Charlotte tersenyum berkonflik dan memperluas
penjelasannya. "Giebe berusaha menuntunmu ke tempat dudukmu terlebih dahulu saat Doa Musim Semi," katanya. "Kamu
menolak tawarannya, malah membiarkan Wilfried duduk lebih dahulu."
Giebe Haldenzel berusaha memperlakukanku
sebagai kandidat archduke berperingkat tertinggi—artinya, sebagai aub
berikutnya. Dengan menolak dan kemudian menginstruksikannya untuk
memprioritaskan Wilfried, aku telah menjelaskan bahwa aku tidak memiliki
keinginan untuk mengambil kursi archduke, bahkan dengan dukungan kuatku.
Ohoho. Aku
mengerti, aku mengerti. Jadi
begitu.
Aku mengangguk, akhirnya memahami situasinya,
yang kemudian menginspirasi Charlotte memberiku tatapan bertentangan. “Tampaknya Kamu membutuhkan dukunganku dalam situasi
sosial. Aku rasa itu memang tugasku,” katanya.
Duo kakak-beradik, Lieseleta dan Angelica,
bekerja lebih keras dalam menyulam daripada siapa pun, dan mereka berdua
menunjukkan ekspresi konsentrasi tak tergoyahkan. Lieseleta menyukai shumil dan
mendapati bahwa membuat pakaian untuk Schwartz dan Weiss sangat menyenangkan,
sementara Angelica ingin menyulam lingkaran itu ke jubahnya sendiri setelah selesai dengan
bagian pekerjaannya. Meski mereka memiliki motivasi yang berbeda, keterampilan
menyulam mereka benar-benar menarik untuk dilihat.
“Lieseleta, Angelica,” komentarku, “Aku rasa kalian berdua jago menyulam.”
"Astaga. Terima kasih. Tapi anda sendiri tidak
kekurangan keterampilan, Lady Rozemyne. Anda sepertinya tidak terlalu bersenang-senang saat berlatih, tapi sulaman yang anda selesaikan semuanya luar biasa,” kata Lieseleta sambil terkikik, tidak pernah
berhenti menyulam sesaat pun. Tidak banyak wanita bangsawan yang tidak bisa menyulam, karena mereka
semua dibuat untuk berlatih secara teratur sebagai bagian dari pelatihan
pengantin. Karena alasan itu, wajar saja jika seorang wanita yang berencana
menjadi istri pertama seorang archduke setidaknya harus memiliki skill yang baik.
"Leonore, maukah kamu menyulam seluruh
lingkaran sihir itu?"
"Benar. Ini kesempatan langka, ditambah saya juga ingin menghafal
polanya. Jarang sekali seseorang berkesempatan untuk melihat lingkaran sihir yang sangat luar biasa dari dekat,” jawabnya sambil terus
menyulam.
Brunhilde tertawa, tidak berusaha
menyembunyikan kilau di mata kuningnya. "Astaga... Hanya saja lingkaran sihir ini ingin kamu berikan ke siapa?" dia bertanya. "Atau apakah kamu sudah berjanji untuk
menyulam jubah mereka?"
Dalam sekejap, semua orang kecuali Angelica
mengalihkan perhatian ke Leonore. Ekspresi antisipasi mereka yang bersemangat
mengingatkanku pada beberapa gadis kenalanku di Bumi. Tampaknya dimanapun
tempatnya gadis-gadis suka membicarakan asmara.
“Itu, yah...” Leonore menurunkan mata dan
tersenyum bermasalah. “Jika memungkinkan, aku ingin berada dalam posisi untuk
menyulam jubah mereka, tetapi aku belum berjanji. Sepertinya mereka sudah
memikirkan yang lain, jadi...”
Leonore cantik, cerdas, dan archnoble berstatus
tinggi; Aku cukup yakin bahwa dia bisa memenangkan hati siapa saja jika dia berusaha cukup keras. Tapi seperti yang ditunjukkan oleh
insiden antara Damuel dan Brigitte, di dunia ini, cinta semata tidak cukup untuk
membuat asmara berhasil. Aku tidak bisa
mengatakan sesuatu yang tidak bertanggung jawab saat aku masih belum sepenuhnya
memahami pernikahan bangsawan, jadi aku memutuskan untuk tidak mengatakan sesuatu
yang dapat mendorong romansanya dan sebagai gantinya berfokus untuk mendapatkan
jawaban atas pertanyaanku.
"Apakah menyulam jubah seseorang
merupakan isyarat khusus?" Aku bertanya.
"Ya. Satu-satunya yang bisa menyulam
jubah anda
adalah anda,
orang tua, dan pasangan anda. Jika sebuah keluarga tidak memiliki ibu yang masih hidup maka mungkin
saja saudara perempuan sedarah bisa saling menyulam jubah, tetapi itu lebih
jarang daripada tidak.”
Sebagai wanita bangsawan, tampaknya sudah menjadi budaya bahwa
menyatakan perasaan dengan menyulam sesuatu seperti sapu tangan dan
memberikannya kepada kekasih. Itu seperti memberi mereka bukti skill menyulam lingkaran
sihirmu sambil secara bersamaan meminta untuk menyulam jubah mereka—pertunjukan
perasaan hati
yang merupakan hak eksklusif seorang istri.
Saat itulah aku mengingat sebuah adegan dari
kisah romansa Akademi Kerajaan yang ditulis oleh geng Elvira, di mana seorang
pria mengatakan sesuatu seperti, "Aku
ingin Kamu menyulam jubahku." Aku juga ingat berpikir bahwa dia
benar-benar kesulitan karena membuat permintaan mendadak seperti itu, akan tetapi
sekarang aku menyadari itu dimaksudkan untuk dibaca sebagai kalimat menggoda
yang mirip dengan melamar.
Begitu...
Hatiku seharusnya berdebar di sana. Novel cinta memang sulit untuk diikuti.
“Anda sudah bertunangan, Lady Rozemyne. Anda perlu mengasah keterampilan untuk Lord
Wilfried. Siapa yang tahu kapan dia akan meminta anda untuk menyulam lingkaran sihir ke jubahnya?”
“Lady Rozemyne tidak diragukan lagi akan
menyulam lingkaran yang luar biasa untuknya. Saya tidak sabar untuk melihat hasilnya.”
Tidak, tidak, tidak. Kalian seharusnya tidak berharap banyak dariku.
“Sepertinya kau juga menyulam dengan antusias,
Judithe. Apakah Kau memiliki seseorang di hatimu juga?”
"Oh tidak. Saya hanya ingin meniru Angelica dan menyulam jubah
saya sendiri.
Saya mednoble
dengan mana yang lebih sedikit dari orang lain, jadi fokus saya adalah meningkatkan
kekuatan dasar. Saya juga ingin menumbuhkan manablade seperti Angelica,” kata Judithe,
mengangguk dengan tekad kuat sehingga kuncir kudanya melambung. Dia bahkan
meniru gaya rambut Angelica—atau setidaknya, gaya rambut sebelumnya, mengingat
Angelica sudah mulai menata rambutnya menjadi sanggul kepang sejak dewasa.
“Saya tidak bisa merekomendasikan memakai kakakku sebagai inspirasi. Kamu malah harus menemukan bakatmu sendiri dan
fokus mengembangkannya,” kata Lieseleta. Angelica sendiri mengangguk setuju.
Bakatnya dihasilkan dari dia berfokus sepenuhnya pada kekuatan, meninggalkan
kelemahannya dalam debu karena dia benar-benar menolak untuk terlibat dengannya.
"Judithe, mengapa kamu sangat mengagumi Angelica?" Aku bertanya.
“Dia memakai manablade yang ditumbuhkan memakai mana dari Lady Rozemyne, dia terpilih untuk tarian
pedang Akademi Kerajaan, dia diangkat sebagai murid Lord Bonifatius, dan dia
bertunangan dengan Lord Eckhart. Akan aneh jika tidak mengaguminya!” seru Judithe. Aku bisa mendengar jejak
keputusasaan dalam suaranya, jadi aku berhenti menyulam untuk melihatnya.
“Kau memuji kebaikan Angelica dengan penuh semangat, tetapi
bagiku tampaknya Kamu lebih cemas daripada apa pun. Kenapa kau sepanik itu?” Aku
bertanya. Pengamatanku menyebabkan senyum di wajahnya membeku, dan dia segera
melihat ke bawah ke tangannya.
“Itu... Yah... Tentu saja cemas; Saya seorang medknight di antara
sekelompok archknight. Lebih buruk lagi, Angelica memiliki mana sebanyak archknight, dan
sekarang bahkan Damuel, layknight, memiliki lebih banyak mana daripada saya. Saya juga satu-satunya
yang tertinggal di Akademi Kerajaan, jadi saya tidak bisa banyak bertugas sebagai pengawal anda ..."
Meskipun Judithe dan Angelica sama-sama medknight, ada kesenjangan
besar antara kapasitas mana mereka. Selain itu, sebagai seorang kakak dengan
banyak adik, Judithe harus melakukan pekerjaan dengan baik dan mendapatkan
pengakuan atas prestasinya. Masalahnya adalah, dia memiliki mana yang lebih
sedikit dari ksatria pengawalku yang lain. Aku pikir dia akan menyusul Damuel
saat dia tumbuh dewasa, tapi itu tampaknya tidak cukup untuknya.
“Meski dia layknight, Damuel telah mendapatkan kepercayaan anda sejak anda berada di gereja. Anda bahkan mengajarinya
metode kompresi mana sebelum orang lain, bukan? Dia memiliki mana sebanyak
medknight, ditambah lagi anda dan Angelica
sama-sama mempercayainya lebih dari siapa pun.”
“Damuel sangat membantu ketika aku ingin fokus
pada tugas mengawalku,” kata Angelica sambil tersenyum. Aku segera mengerti bahwa karena dia
senang bahwa dia menangani semua pekerjaan yang membutuhkan otak, akan tetapi
Judithe gagal menangkap pesan tersembunyi ini; mata ungunya bersinar dengan
tekad yang baru ditemukan, dan dia berdiri dengan tangan terkepal. “Karena
Angelica sangat mempercayainya, dia akan menjadi lawan pertamaku yang harus
dikalahkan. Damuel, aku akan mengalahkanmu!”
Dengan demikian terungkaplah bahwa tujuan Judithe sebagai medknight adalah menjadi
seperti Angelica. Dia juga jelas telah mengambil Damuel sebagai rival, yang lebih
menghangatkan hati dari apapun. Dia mengingatkanku pada anak anjing kecil yang
menggonggong pada anjing yang lebih besar yang sama sekali tidak tertarik untuk
berkelahi. Aku hampir ingin mengucapkan semoga beruntung, meski dengan suara
paling sombong yang bisa dibayangkan.
“A-Aku juga! Aku juga tidak akan kalah!”
Philine tiba-tiba menyatakan, berdiri juga. “Aku mungkin hanya laynoble, tetapi Damuel
telah membuktikan bahwa kami dapat tumbuh dengan memiliki mana sebanyak mednoble! Aku akan bekerja
keras juga. Aku akan mendapatkan kepercayaan sebanyak Damuel dan membuat diriku
layak melayani sebagai pengikut Lady Rozemyne.”
Segera setelah Judithe dan Philine mengumumkan
tujuan mereka, gadis-gadis lain terkikik dan berseru pelan—reaksi yang membuat
kedua gadis itu sadar bahwa semua orang sekarang melihat mereka. Mereka
tersipu, duduk kembali, dan dengan malu-malu melanjutkan menyulam.
“Semua pengikutku adalah pekerja keras dan
berdedikasi,” renungku keras. “Jika kalian terus bersemangat, aku yakin kalian berdua pada akhirnya akan mencapai
kesempurnaan. Namun harus kukatakan, Judithe—kau tidak akan bertambah kuat dengan
meniru Angelica. Manablade bagimu kemungkinan besar akan membuang-buang mana.”
"Apa?"
“Kamu bukan spesialis pedang, kan? Bakatmu
tampaknya dengan busur dan persenjataan jarak jauh lainnya. Karena alasan itu, alih-alih
meniru Angelica dan berfokus pada permainan pedang, aku dengan tulus percaya bahwa
kamu akan tumbuh lebih kuat dengan melatih kemampuan jarak jauhmu dan mencoba
menyempurnakan akurasimu.”
Yang terkejut dengan
pernyataanku bukan hanya Judithe, tapi juga dari para
ksatria lainnya. Semua ksatria magang tampaknya membawa pedang, dan ada
keyakinan tersirat kuat bahwa ksatria hanya bisa menjadi pengguna pedang, tapi
aku melihat tidak ada nilai dalam Judithe yang berfokus pada permainan pedang
ketika dia tidak terlalu lihai dalam hal itu. Tidak dapat disangkal bahwa dia
jauh lebih baik dalam senjata jarak jauh; itu hampir seluruhnya berkat
keahliannya bahwa kami telah berhasil membuat feybeast memakan ruelle selama
permainan ditter kami.
“Jika kamu mengasah kemampuan jarak jauhmu
maka kamu pada akhirnya akan bisa meluncurkan batu bahkan tanpa mana,”
lanjutku. “Kamu bisa menggunakan teknik ini untuk menyerang lawan saat mereka
sedang mempersiapkan mana, hingga
itu bisa merusak fokus mereka. Pendekatan lain yang dapat Kamu
gunakan adalah mengisi proyektilmu dengan pasir, sehingga akan meledak jika
terkena benturan. Ini tidak hanya akan menakut-nakuti lawan, tetapi bahkan mungkin membutakan
mereka untuk sementara. Pedang bukan satu-satunya alat dalam pertempuran. Kamu
memiliki bakat, jadi mengapa tidak menggunakannya? ”
"Kakak..." kata Charlotte, pipinya
sedikit berkedut. "Bukan begitu seharusnya ksatria bertarung, kan?"
“Charlotte, pola pikir itu tidak cocok untuk
seorang ksatria pengawal,” balasku dengan tatapan serius. Pernyataan ini juga membingungkan
Charlotte dan ksatria pengawal yang berkumpul, jadi aku sekali lagi menjelaskan
maksudku. “Seorang ksatria pengawal tidak boleh memiliki pride dalam bertempur;
tugas mereka adalah melindungi orang yang mereka layani, dan meski duel atau
pelatihan mungkin sudah jelas dan sederhana, hal yang sama tidak dapat
dikatakan untuk pertempuran nyata. Kalian akan menginginkan sebanyak mungkin teknik dan opsi rahasia untuk
mengamankan keberhasilan misi kalian, apa pun yang terjadi.”
Terlepas dari apakah seseorang menghadapi
feybeast atau orang lain, tujuan utamanya adalah melindungi orang yang mereka layani.
Jenis pertarungan angkuh yang sangat dihargai oleh para ksatria tidak ada
gunanya ketika tidak ada yang tahu trik apa yang lawan miliki.
“Ferdinand menggunakan alat apa pun yang dia
miliki tergantung pada situasi,” lanjutku. “Selama pertempuran melawan trombe,
dia memakai
busur yang menggandakan anak panah, dan ketika melawan banyak feybeast lemah, dia memakai jaring. Tentu
saja, dia juga terkadang menggunakan pedang, tapi aku juga pernah melihatnya
menggunakan sabit besar. Dia pernah menyebutkan bahwa dia bisa melempar
feystone dan meledakkannya sambil bertarung dengan senjata secara bersamaan. Aku
membayangkan ada beberapa orang lain yang dapat melakukan semua hal ini
sekaligus, tetapi paling tidak, seseorang tidak perlu menganggap pedang sebagai
senjata utama mereka. Alternatif lain dapat digunakan.”
Judithe mengedipkan mata ke arahku karena
terkejut sebelum akhirnya menyerah dengan tenang, "Saya akan
memikirkannya."
_____________
Saat makan malam hari itu, aku melaporkan
kepada Ferdinand bahwa kami telah menyulam pakaian Schwartz dan Weiss dan semua
pengikutku adalah pekerja keras. Charlotte kemudian melanjutkan untuk
mengumumkan tekad untuk mendukung sosialisasiku sebaik mungkin ketika dia mulai menghadiri Akademi
Kerajaan musim dingin mendatang.
Menyulam bukan satu-satunya hal yang aku
lakukan bersama pengikutku — aku juga berlatih harspiel, ditambah aku pergi ke
tempat pelatihan ksatria untuk rehabilitasi fisik. Angelica bisa melihat para
murid berlatih sambil menjaga pintu untukku, karena dia dan orang dewasa
lainnya berlatih di waktu yang berbeda.
Selama salah satu sesi rehabilitasi, aku
melepaskan alat sihirku dan perlahan-lahan mulai melatih lengan dan kakiku. Itu masih tidak bergerak
seperti yang aku inginkan, jadi aku langsung dikejutkan oleh keinginan untuk
menggunakan sihir peningkatan.
“Lady Rozemyne. Tolong jangan coba-coba menggunakan
sihir peningkat secara diam-diam,” kata Damuel. Dia selalu mengawasiku selama sesi
rehabilitasi, karena dia bahkan bisa merasakan sedikit perubahan mana.
"Ini mungkin halus, tapi mana anda
jelas
mengalir." "Rozemyne sudah bisa secara tidak sadar meningkatkan
tubuhnya?" Bonifatius bertanya, menoleh ke arahku dengan heran. Aku
langsung mengalihkan pandangan darinya. Itu bukan tidak sadar; Aku melakukannya dengan sengaja untuk
menipu.
“Bagaimana murid-muridnya, Kakek? Apa mereka meningkatkan
koordinasi sekarang?” tanyaku, coba mengubah topik pembicaraan.
“Tidak, tidak sedikit pun. Mereka hanya fokus
pada serangan,
bukan pertahanan. Karena begitulah
mereka, mereka tentu tidak cocok untuk menjadi ksatria pengawal.
Kurasa satu hal yang bisa kupuji
adalah... motivasi mereka, kurasa,” jawab Bonifatius, melihat ke bawah pada
para peserta pelatihan.
Beberapa orang mungkin merasa aneh bahwa
Bonifatius menyaksikan sesi rehabilitasiku daripada melatih para magang itu
sendiri, tetapi ada alasan yang bagus untuk itu—setelah hanya satu sesi, telah
disimpulkan bahwa metodenya terlalu berlebihan untuk para magang layknight. Akibatnya
dia telah dihapus dari tugas langsung untuk semua kelompok kecuali ksatria pengawal
magang dan malah menghabiskan waktunya menyusun jadwal pelatihan, mengamati
latihan yang sedang berlangsung dari jauh, dan mencari orang-orang yang sanggup
untuk belajar di bawahnya secara langsung.
“Ksatria pengawal harus bertarung sambil
mengingat orang yang mereka layani,” Bonifatius melanjutkan. “Kita tidak bisa membiarkan lebih banyak
ksatria berakhir seperti Traugott, yang tidak mengerti bahwa posisi alaminya
berada di bawah posisi yang
seharusnya dia lindungi. Karena kamu dan Wilfried berada di tahun yang sama,
para ksatria perlu tahu cara melindungi seseorang dengan benar, bahkan jika mereka sendiri belum menjadi
ksatria pengawal. Kalau tidak, mereka akan menjadi tidak berguna ketika diandalkan.”
Karena Akademi Kerajaan didirikan dengan
konsep tidak boleh ada campur tangan orang dewasa, tugas mengawal diserahkan
kepada ksatria magang. Tampaknya Bonifatius agak khawatir untuk mempercayakan
tanggung jawab itu kepada para magang ini yang pengalaman eksklusifnya bermain speed
ditter berarti diotak mereka hanya ada menyerang.
“Cobalah bergerak cukup dekat ke tempat
latihan sehingga kau dapat melihat para magang tanpa memakai perangkat pengingkatan,” Bonifatius menginstruksikan. Aku
mencobanya sampai disana, saat itu, aku bisa melihat para ksatria magang terbang berkeliling dengan highbeast dan senjata di tangan. “Apakah kamu membutuhkan
lebih banyak ksatria pengawal, Rozemyne? Erm, aku dengar dari Karstedt bahwa Kamu
membutuhkan seorang ksatria wanita dewasa untuk menemanimu ke gereja.
“Angelica telah dewasa sejak saat itu, jadi
itu tidak lagi menjadi perhatian,” jawabku. “Sebaliknya, aku lebih memikirkan tentang ksatria
pengawal magang setelah Cornelius lulus. Mengingat bahwa Traugott mengundurkan
diri, aku akan memiliki terlalu sedikit pengawal di Akademi Kerajaan.”
Itu adalah perjuangan mengamankan pengawal gereja karena aku
membutuhkan orang-orang yang mampu bergaul dengan pelayan pendeta abu-abuku. Untung saja, Angelica dan
Damuel lebih dari cukup saat ini. Kekhawatiranku yang sebenarnya adalah
mendapatkan lebih banyak pengawal di Akademi Kerajaan.
“Sayangnya, sepertinya melayani sebagai pengawalku bukanlah tugas yang mudah.”
"Karena kamu sakit dan bisa pingsan kapan
saja?"
“Karena Damuel adalah ksatria pengawalku yang
paling tepercaya dan yang memiliki riwayat terpanjang denganku. Ksatria pengawal mana pun yang ingin memasuki layananku
benar-benar harus dapat bekerja dengan baik dengannya.”
Bonifatius menyipitkan mata sambil berpikir.
“Apa kamu pernah berpikir membebastugaskan Damuel, Rozemyne? Karstedt dan
Ferdinand terus menolak gagasan itu, tetapi menurutku itu terbaik. Belum pernah
seorang laynoble ditugaskan untuk mengawal keluarga archduke. Bagiku akan tampak lebih baik untuk menggantinya dengan medknight atau archknight.”
“Aku adalah Uskup Agung dan direktur panti
asuhan. Jika ada archknight yang tidak keberatan memasuki gereja dan panti
asuhan atau membantu pekerjaan-pekerjaan pelayan gerejaku, maka aku akan dengan
senang hati menerimanya untuk melayaniku, tetapi itu tampaknya tidak sepenuhnya
realistis. Kebanyakan archduke meringis setiap kali gereja dibahas, dan karena gereja adalah tempat aku
dibesarkan, aku tidak terlalu memikirkan reaksi seperti itu. Aku merasa jauh
lebih mudah menggunakan laynoble dan mednoble, yang memendam perasaan semacam itu demi meningkatkan status mereka.”
Bonifatius menghela napas panjang. "Ini
tidak akan mudah..." gumamnya. Meski dia memandangku sebagai cucu yang menggemaskan terlepas
dari di mana aku dibesarkan, bahkan dia merasa jijik terhadap gereja.
“Cendekiawan akan segera mengunjungi gereja
untuk membahas industri percetakan, jadi aku berniat untuk bernegosiasi dengan
Sylvester untuk mengizinkan ksatria pengawal magangku masuk ke gereja,” aku
menjelaskan. “Aku tidak punya niat untuk mengambil ksatria pengawal yang menolak memasuki gereja
dan memandang
rendah Damuel.”
Baik Judithe maupun Leonore tidak menunjukkan
keengganan tertentu terhadap gereja, mungkin karena Damuel, Angelica, dan
Cornelius tidak keberatan pergi ke sana, dan itulah yang aku inginkan dari
ksatria pengawalku. Hal paling aku
benci adalah seseorang yang merusak suasana itu.
"Terlebih lagi," lanjutku, "ada satu
syarat lagi yang harus dipenuhi sebelum seseorang bisa menjadi ksatria pengawalku."
“Ada lagi?”
"Ya. Mereka harus bisa membantu pekerjaan gereja Ferdinand.
Bahkan Eckhart membantunya dalam hal ini. Angelica malah menghabiskan waktu dengan menjaga pintu, tapi
dia pengecualian; Aku tidak perlu dua atau tiga pengawal untuk melakukan hal yang
sama. Itulah mengapa ksatria pengawal harus bisa melakukan setidaknya pekerjaan
ilmiah minimal. ”
Bonifatius tertawa dan melihat ke arah Damuel.
"Kamu tidak ingin membiarkan dia pergi karena dia seorang cendekiawan yang
baik, kalau begitu?"
“Benar,” jawabku dengan mengangguk. "Dia sangat hebat. Dia juga mengisi bagian Angelica dari pekerjaan itu.”
“Bukan berarti aku menginginkannya.”
Setelah mendengar Damuel mengklarifikasi
situasi, Bonifatius tertawa lebih keras. "Aku mengerti sekarang mengapa
kamu sangat menghargainya," katanya kepadaku.
“Lady Rozemyne. Judithe meminta izin untuk
masuk,” sela Angelica, menyela tawa Bonifatius. Aku dengan cepat menjawab bahwa
dia diizinkan,
dan suasana tiba-tiba menjadi tegang ketika pertanyaan tentang apa yang mungkin
terjadi melintas di benak kami.
"Saya tidak punya ramuan peremajaan lagi!"
Judithe berteriak saat dia masuk ke kamar, air mata mengalir di matanya. “Tolong beri saya izin untuk
mengumpulkan bahan-bahan, Lady Rozemyne! Kalau terus begini, saya tidak akan bisa
berpartisipasi dalam latihan meski saya seorang ksatria pengawal!”
Tampaknya pelatihan magang telah meningkat
cukup parah dengan jadwal baru susunan
Bonifatius. Judithe harus menggunakan ramuan demi ramuan
untuk mengimbanginya, dan sekarang dia telah kehabisan persediaan yang dia buat
saat menghadiri Akademi Kerajaan. Dia telah berpikir untuk membelinya dari ksatria lain, akan tetapi semua orang
ingin menyimpannya untuk diri mereka sendiri. Akibatnya, permintaan ramuan
peremajaan di dalam Knight Order meroket.
“Satu-satunya cara bagi saya untuk mendapatkan
lebih banyak adalah dengan membuatnya sendiri. Tolong beri saya cuti dari pelatihan
dan tugas untuk mengumpulkan bahan-bahan!” "Aku tidak keberatan memberikan
izin itu, tentu saja, tetapi di mana Kamu akan mengumpulkan?" tanyaku. "Magang tidak bisa meninggalkan Area
Bangsawan."
Dia menjawab bahwa dia bermaksud pergi ke
hutan kastil, yang tampaknya merupakan tempat mereka yang dibesarkan dan tidak
pernah menyimpang dari Area Bangsawan, seperti Damuel, dan orang-orang yang
tinggal di asrama ksatria, seperti Judithe, melakukan pengumpulan dasar mereka.
Mungkin tidak perlu dikatakan lagi bahwa rakyat jelata dilarang pergi ke sana.
Mengumpulkan,
ya? Kedengarannya bagus...
Gelombang nostalgia yang kuat menyapuku ketika
aku mengingat hari-hari semasa aku pergi ke hutan bersama Lutz dan Tuuli. Aku
ingin pergi mengumpulkan juga. Aku ingin tahu... Bisakah
aku memikirkan alasan yang bagus untuk dipakai di
sini?
Setelah beberapa saat berpikir serius, aku
bertepuk tangan dan menatap Bonifatius. "Kakek, bagaimana kalau kita
memberi magang beberapa latihan tugas mengawal?"
“Hm?”
“Aku akan ikut mengumpulkan, yang artinya para magang perlu melindungiku saat
mengumpulkan bahan-bahan mereka. Jika Kamu menemani kami sebagai supervisor
maka tidak ada yang perlu ditakutkan, bukan? Maukah kamu menemaniku ke hutan, Kakek?”
“Hmm... Ide bagus. Mereka jelas perlu merasakan pertempuran
sambil melindungi seseorang,” jawab Bonifatius, menerima saranku sambil
tersenyum. Dia kemudian mulai membelai dagu dan mulai bekerja mendiskusikan
siapa dan apa yang akan kami bawa.
“Aku yakin akan bijaksana untuk melaporkan hal
ini pada Ferdinand,” kataku. “Aku telah berulang kali diberitahu untuk tidak mengambil keputusan
seperti ini sendiri.”
Pesan sederhana pun kukirim: “Kami
akan mengumpulkan di hutan untuk membantu melatih para
ksatria magang. Kakek akan mengawasi kami dan
campur tangan jika perlu. Tidak ada yang perlu ditakutkan." Respon datang dalam waktu
singkat.
"Dasar bodoh," kata ordonnanz. “Itu jelas bukan
pilihan. Bonifatius jauh lebih berbahaya daripada feybeast mana pun di hutan.
Dia bisa melemparkanmu dalam upaya untuk membantu dan Kamu akan mati. Sudah
berapa kali dia hampir membunuhmu? Jangan ganggu aku dengan hal-hal yang tidak
perlu ini ketika Konferensi Archduke masih berlangsung. Apakah itu dimengerti?”
Ordonnanz mengulangi balasan dua kali lagi,
membuat pesannya sangat jelas. Aku bertukar pandang dengan Bonifatius dan kemudian menghela
nafas. "Oh baiklah... Sepertinya kita tidak bisa pergi ke hutan."
“Nghhhhhh...”
Aku sudah menyerah pada gagasan itu, tapi
Bonifatius sekarang tampak lebih bertekad daripada sebelumnya. Dia merenungkan
situasi sejenak, menggertakkan giginya dengan frustrasi sepanjang waktu, lalu
berkata dia akan "membujuk" Ferdinand dan hampir secara harfiah
terbang keluar dari ruangan; dia pasti memakai peningkatan fisik, mengingat betapa cepat dia bergerak.
“Rest in peace, Ferdinand...” gumamku, merasa
sedikit linglung.
Angelica tertawa kecil ketika dia menutup
pintu yang telah dibuka Bonifatius. “Guru senang anda meminta bantuannya, Lady Rozemyne. Dia membicarakan bagaimana dia
tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan anda.”
Namun, tidak semua orang mengambil situasi
dengan setenang itu. “Lady Rozemyne, apa yang akan terjadi dengan pengumpulan saya sekarang?” Judithe menangis tersedu-sedu, tak
kuasa menahan air matanya sejak permintaan mengumpulkan itu ditolak.
"Tidak perlu khawatir," aku
meyakinkannya. “Aku akan bertanya
padanya apakah ksatria pengawal magang bisa pergi sendiri.
Jika tidak, aku akan memberimu beberapa ramuan peremajaan yang aku buat
sendiri.” Aku punya banyak yang dinilai Ferdinand cukup baik untuk magang, dan
sepertinya aku tidak akan menggunakannya.
"Anda sudah membuat ramuan peremajaan?" Judithe
bertanya, mengerjap heran. "Tapi anda belum mempelajari metodenya, kan?"
“Aku belajar dari Ferdinand. Tampaknya
mengetahui metode membuatnya adalah keterampilan yang diperlukan.”
“D-Dia memang keras...”
“Aku sepenuhnya bergantung pada bahan dan skill membuat ramuannya.
Karena itulah aku ingin mempelajari
pembuatan ramuan.”
Saat Judithe dan aku melanjutkan percakapan
kami, ordonnanz lain terbang ke dalam ruangan. “Jangan lupa untuk membawa
ramuan peremajaan,” katanya, menyampaikan pesan yang terdengar sangat tidak
menyenangkan dari Ferdinand. “Selanjutnya, jangan sampai jauh-jauh dari
Cornelius meski sesaat. Perintahkan dia untuk melindungimu dari Lord Bonifatius. Paham?"
Tepat ketika ordonnanz berubah kembali menjadi
feystone kuning, Bonifatius masuk ke dalam ruangan. "Aku mendapat izin
dari Ferdinand!" dia menyatakan. “Kita pergi besok!”
Mudah untuk berasumsi bahwa Bonifatius
mengambil izin ini dengan paksa. Dia memelukku dengan penuh semangat dan mulai
memutar tubuhku, dan saat itulah aku mengingat peringatan awal
Ferdinand—Bonifatius lebih merupakan ancaman bagiku daripada apa pun yang
mungkin kami temui di hutan. Aku sudah bisa merasakan diriku menjadi sangat
khawatir... dan saat putaran berlanjut, sangat pusing.
______
Dan hari esok pun tiba.
Aku ingin mengenakan pakaian keren yang sama
seperti yang ku kenakan saat mengumpulkan jureve, tapi Rihyarda dan Brunhilde segera menolak ide itu. Mereka
menyatakan bahwa itu tidak pantas untuk putri angkat archduke, dan karena aku
tidak punya kesempatan untuk membujuk mereka berdua, aku menggantinya dengan
setelan berkendara highbeast tepat setelah sarapan. Ini termasuk sabuk kulit,
yang dengan
kantong untuk mengumpulkan bahan dan slot untuk ramuan peremajaan.
"Aku juga siap, Lady Rozemyne."
Philine datang setelah berganti pakaian,
sekarang memakai pakaian berkudanya dan ikat pinggang kulit yang mirip dengan ikat pinggangku. Dia dan
Hartmut akan menemani kami meskipun hanya cendekiawan magang, karena mereka
membutuhkan bahan untuk alat sihir yang diperlukan untuk kelas Akademi
Kerajaan. Jika tidak, mereka akan membeli bahan-bahan semacam itu dari ksatria
magang, karena menjelajah ke tempat-tempat feybeast sendirian terlalu
berbahaya.
“Ini pertama kalinya aku pergi ke hutan kastil
dan pertama kali mengumpulkan. Aku tidak
sabar,” kata Philine sambil tersenyum. Aku tahu dari matanya bahwa dia berharap
aku akan ikut merasakan kegembiraannya, tapi ini jauh dari pertama kalinya
bagiku; Aku pergi mengumpulkan bahan-bahan jureveku berulang-kali sebelumnya.
Aku juga
pernah ke hutan kastil. Well, ketika diculik dan
dimasukkan ke dalam tas di atas kuda, setidaknya...
Aku menepis pikiran tidak menyenangkan itu,
tidak ingin mengingatnya, dan kemudian keluar ruangan. Wilfried sudah menunggu
di bawah.
"Kurasa kau sudah siap, saudaraku."
"Ya. Ini akan menjadi pertama kalinya bagiku. Aku
cukup bersemangat,” jawab Wilfried. Setelah mendengar tentang tamasya kami
melalui ksatria pengawalnya, dia meminta untuk bergabung dengan kami saat makan
malam, ingin memanen bahan untuk tahun berikutnya di Akademi Kerajaan.
Ferdinand menentang gagasan itu, bersikukuh bahwa penambahan ini akan terbukti
terlalu berlebihan untuk ditangani, akan tetapi Bonifatius menjawab bahwa dia
bisa melindungi kami berdua. Jadi, di sinilah kami.
Ada banyak orang yang datang bersama kami
dalam perjalanan mengumpulkan ini. Knight Order bahkan mengirim beberapa ksatria untuk bertugas sebagai pengawal
kami.
"Kalau begitu, kita berangkat!"
Bonifatius menyatakan, jelas dalam suasana hati yang sangat baik.
Saat rombongan kami mulai berjalan dengan
susah payah, aku naik ke Pandabus dan melaju di samping Bonifatius. Begitulah
posisiku dalam formasi kami, seperti yang ditentukan para ksatria.
“Aku tidak punya kenangan indah di hutan
kastil...” kataku. "Tapi kau akan membuatku aman, bukan, Kakek?"
“Yakinlah, setiap feybeast yang muncul akan
menjadi benih kecil seperti zantz dan eifintes. Aku bahkan tidak perlu masuk.”
Aku sudah familiar dengan zantz dan eifintes;
spesies pertama mirip kucing dan tumbuh cukup tinggi untuk mencapai lutut
kebanyakan orang dewasa, sedangkan yang terakhir lebih sebanding dengan tupai
dan kira-kira sebesar kucing normal. Damuel bisa mengalahkan mereka, jadi dengan
banyaknya ksatria yang ikut, kami benar-benar aman.
"Kau yang disana! Magang! Jangan merusak formasi! Kau
sedang bertugas sekarang!" Bonifatius tiba-tiba menyalak. Tampaknya
seorang magang muda mencoba kabur setelah melihat beberapa daun yang berfungsi
sebagai bahan
ramuan peremajaan. Sebaliknya, para ksatria magang yang telah menerima
pelatihan langsung dari Bonifatius dan Knight Order tidak bergerak sedikit pun, untuk
mempertahankan formasi. “Pengawal macam apa yang menghilang untuk mengumpulkan bahan?! Pertama-tama, amati bahaya di sekitarmu
dan pastikan keamanan orang yang
kau layani. Kemudian dan hanya dengan begitu Kamu dapat mempertimbangkan
untuk mengumpulkan! Apa aku benar-benar harus membahas sesuatu yang mendasar seperti ini?”
Bonifatius meletakkan kepala di tangannya,
tidak percaya, pada saat itu Cornelius menimpali. “Kalian hanya perlu
mempraktekkan apa yang telah kalian pelajari di kelas. Sekarang, kalian semua, baca ketentuan pengawal!”
Para magang mulai mengulangi aturan dengan semangat. Itu adalah sesuatu yang Wilfried dan aku
telah saksikan berkali-kali sebelumnya di Asrama Ehrenfest.
“Kalian jelas tahu aturannya; patuhi
itu semua,” kata Cornelius. Tatapannya kemudian beralih dari
para magang.
"Di sana. Seekor eifinte.”
Beberapa magang beralih untuk menyerang satu-satunya feybeast, berpikir ini akhirnya tiba waktunya mereka untuk bersinar,
hanya untuk kembali dimarahi. Tugas mereka adalah melindungi orang yang mereka layani, bukan
mengamankan kemenangan bagi diri mereka sendiri. Banyak yang memahami teori, akan tetapi mereka terlalu
terbiasa meluncurkan serangan habis-habisan pada feybeast begitu mereka
melihatnya. Mereka perlu belajar mengubah pola pikir itu, itu sebabnya mereka
menemani kami hari ini.
Para ksatria magang memburu feybeast kecil
yang bermunculan, kadang-kadang menerima teguran keras dari Bonifatius, sementara kami dengan santai menikmati pengumpulan. Bahan-bahan
tertentu yang mereka butuhkan bergantung pada tahun berapa mereka berada di
Akademi Kerajaan, dan karena beberapa ramuan memerlukan lebih banyak mana, ada perbedaan antara bahan mana yang dicari oleh
para leynoble,
mednoble, dan archnoble.
Tahun kedua ke atas sudah mengambil kelas
pembuatan ramuan di Akademi Kerajaan, jadi mereka tahu dan dengan mudah bisa
mengumpulkan kebutuhan-kebutuhan mereka. Wilfried, Philine, dan aku hanya
pernah melihat ilustrasi, jadi kami tidak tahu apa yang kami cari.
"Behankraut diperlukan untuk membuat
ramuan peremajaan," kata Damuel, menawarkan beberapa saran yang berguna.
“Ya, dan Kamu akan menginginkan beberapa dari
ini juga. Schallaub kuat dengan Angin, jadi biasanya digunakan untuk membuat ordonnanze,” tambah Hartmut.
Setelah menerima pelajaran dadakan, aku turun
dari Pandabus, menggunakan messer untuk mengubah schtappe menjadi pisau, dan
mulai mengumpulkan.
"Rozemyne, lihat ini!" teriak Wilfried, dengan
bangga menunjukkan schtappe-nya padaku. Dia telah menambahkan crest yang populer di
kalangan kandidat archduke tahun pertama dan archnoble, tapi bukan itu saja—dia juga telah
membentuk gagangnya menyerupai singa, dengan batang tongkat menonjol dari
rahangnya yang menganga. “Keren, kan?”
“Ini tentu saja mengesankan...”
“Heh. Benar kan?"
Crestnya keren, tetapi memvisualisasikan dan menghasilkan schtappe seperti itu
pasti memakan waktu cukup lama. Aku lebih terkesan dia telah melalui semua
masalah itu demi estetika, terutama mengingat bahwa aku secara pribadi segera
menyerah pada gagasan itu.
Untuk
seseorang yang menggambarkan Akademi Kerajaan dengan penderitaan
saat aku pergi, dia tampaknya memiliki banyak waktu luang.
Seglamour schtappe-nya, itu menjadi pisau
biasa ketika dia meneriakkan "meser"
beberapa saat kemudian. Agaknya terlalu berlebihan baginya untuk mempertahankan bentuk
keren itu untuk waktu lama.
"Apakah ini yang kita cari?" Philine
bertanya, menunjuk satu tanaman tertentu.
Damuel menggelengkan kepala. “Kelihatannya mirip, tapi tidak. Kamu akan
memiliki waktu yang lebih mudah jika Kamu fokus pada akar. Ini, lihat bagaimana
bagian ini berwarna merah?”
Setelah mendengarkan penjelasannya, aku
memotong salah satu tanaman tersebut dengan messer schtappe dan memasukkannya
ke dalam salah satu kantong.
“Kamu juga ingin rungorb,” kata Bonifatius
kepadaku, menunjuk ke pohon terdekat. Aku mengikuti jarinya ke beberapa buah
putih.
"Bisakah Kamu mendapatkan mereka untukku,
Kakek?" Aku bertanya. "Aku tidak bisa meraih setinggi itu."
"Apa maksudmu? Kita hanya perlu melakukan ini,” kata Bonifatius,
meletakkan tangan di bawah lenganku sebelum mengangkatku ke udara. Sekarang aku
cukup dekat untuk meraih buah itu, jadi aku memakai pisau untuk memotongnya
dari pohon.
"Aku juga ingin beberapa," kata
Wilfried. “Apa yang harus aku lakukan, Lord Bonifatius?”
“Hmph! Ini! Ambil yang kau butuhkan!" Bonifatius
menurunkanku dan kemudian mengangkat Wilfried, sama sekali tidak terpengaruh
bahkan sekarang dia membawa seseorang yang lebih berat. Tidak ada keraguan
bahwa dia sangat kuat.
Oh ya...
Dia juga bermain-main dengan Cornelius, yang jauh lebih tua dari kami.
“Kami cukup beruntung membawamu kali ini, Kakek,
tapi bagaimana biasanya orang mengumpulkan buah di atas pohon? Tidakkah highbeast
susah dipakai di hutan?” Aku bertanya. Aku pribadi bisa terbang ke sana dengan
Lessy, akan tetapi highbeast bersayap yang dimiliki semua orang jauh lebih
sulit untuk digunakan di tempat dengan pepohonan lebat.
“Pohon sependek ini dapat dengan mudah
dipanjat dengan perangkat tambahan. Kalian hanya perlu melakukan ini.” Cornelius menancapkan pisaunya jauh ke dalam batang pohon
sebelum memakainya sebagai pijakan untuk mengangkat dirinya. Dia berhasil meraih dan
kemudian dengan mudah memanjat ke cabang. “Apakah ada yang menginginkan rungorb
lagi?”
"Aku!"
"Aku mau."
Beberapa ksatria angkat bicara sebagai
tanggapan; rungorb adalah bahan yang biasa digunakan untuk membuat ramuan
dengan kualitas sedikit lebih tinggi untuk archknight. Cornelius memanen dan
membuang beberapa sebelum akhirnya kembali ke lantai hutan.
“Ini, Leonore. Ambil ini,” kata Cornelius.
“Sepertinya kamu tidak mendapatkan terlalu banyak.”
"Aku sangat berterima kasih," jawab
Leonore dengan gembira.
Angelica berada di sebelah memanjat pohon,
melompat di antara cabang-cabangnya untuk menggantikan Cornelius. Dia bergerak sangat luwes sehingga aku
tahu dia memakai sihir peningkat, dan setelah menghabiskan beberapa saat untuk mengumpulkan beberapa rungorb, dia melompat
kembali. Terlihat jelas dia berusaha meminimalkan waktu yang dia habiskan untuk menjauh
dariku.
“Ada zantze di pohon itu,” kata Leonore,
menunjukkan feybeast yang terlihat waspada terhadap barisan depan yang
mendekat. “Itu cukup jauh sehingga mengabaikannya adalah pilihan, tetapi kami
tidak ingin mengambil risiko makhluk itu menyerang bagian belakang kami.
Membasminya sekarang tentu akan lebih aman; apa yang harus kita lakukan?"
“Judithe, daripada memakai pedangmu, kali ini
ubah schtappemu menjadi ketapel dan bidik zantze,” kataku sambil menunjuk
zantze. Dia mengangguk, mengubah schtappe-nya menjadi ketapel daripada pedang
panjang normal ksatria, kemudian dengan piawai menembakkan batu yang telah kuambil dan berikan padanya.
Sesaat kemudian, zantze jatuh dari pohon.
Lamprecht pasti mendengar suara zantze diserang karena dia
menyiapkan senjata dalam sekejap, melesat ke arah feybeast, dan kemudian
menebasnya bahkan sebelum bisa mencapai tanah. Yang tersisa hanyalah feystone
kecil.
“Aku rasa Kamu akan dapat memperluas jangkauan
setelah Kamu mempelajari sihir peningkatan, dan karena Kamu dapat meluncurkan
proyektil dengan mana, meningkatkan berapa banyak mana yang Kamu miliki akan
memungkinkanmu untuk menembak lebih baik lagi. Kamu akan lebih baik fokus pada
ini daripada pedang, aku yakin.”
"Sepakat. Kamu sudah cukup terampil untuk
menyerang feybeast sejauh itu. Jika Kamu berlatih cukup keras maka akurasimu
akan luar biasa untuk dilihat,” kata Bonifatius dengan anggukan terkesan sambil menatap Judithe.
“Kekuatanmu akan menjadi kemampuanmu untuk menyerang musuh sambil tetap dekat
dengan orang yang kau layani. Kamu akan melakukannya dengan baik untuk fokus pada hal itu.”
"Laksanakan!" Judithe menjawab dengan antusias.
“Itu tergantung pada cuaca dan situasi
pertempuran, tetapi Ferdinand menyebutkan dalam catatannya bahwa tas yang diisi
dengan serbuk
tidur atau setrum terbukti sangat efektif,” saranku.
“Tidak peduli seberapa efektif metode itu, aku
tidak bisa membuat serbuk semacam itu...” jawab
Judithe dengan putus asa. Itu karena strategiku kami memenangkan game ditter kami, jadi
daripada meratapi teknik layaknya pengecut atau tidak seperti ksatria, dia malah menyesal bahwa dia
sendiri tidak bisa menggunakannya.
"Kurasa cendekiawan yang terampil
diperlukan untuk membuat serbuk dan alat sihir yang efektif..." Aku merenung keras, mendorong
Hartmut untuk melangkah lebih dekat.
"Apakah anda memanggil, Lady Rozemyne?"
Oh,
benar. Hartmut adalah cendekiawan yang terampil.
“Aku sedang mendiskusikan peralatan jarak jauh
dengan Judithe,” aku menjelaskan. “Khususnya tentang bagaimana serbuk tidur dan
semacamnya efektif dalam ditter, menurut Ferdinand.”
“Aku akan memikirkannya. Menurut Lord Justus,
selama hari-hari treasure-stealing ditter, para cendekiawan akan
membuktikan nilai mereka dengan menciptakan alat-alat sihir yang membawa kadipaten mereka meraih kemenangan. Yang
dibuat saat itu memiliki area efek yang sangat luas, tetapi karena akan menimbulkan ancaman bagi
penonton di arena, mereka dilarang untuk permainan speed ditter. Namun,
dalam pertarungan yang sebenarnya... mereka memang akan berguna.”
"Benar," kataku, menatapnya dengan rasa hormat
dan kagum. “Pertarungan yang
sebenarnya adalah yang paling penting. Kumohon pikirkan sebanyak mungkin alat sihir jarak
jauh untuk digunakan Judithe; Aku akan beli semuanya. ”
"Dimengerti."
Judithe tersenyum gembira, setelah menemukan
jalan menuju masa depan. “Saya akan bekerja keras mengompresi mana sehingga saya bisa mempelajari
peningkatan dan benar-benar memanfaatkan
skill jarak jauh saya, Lady Rozemyne.”
“Kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk
dilempar dan dengan hati-hati mempertimbangkan memilih proyektil yang terbukti paling efektif
melawan musuh.
Mata dalam
membaca situasi dan formasi musuh akan menjadi sangat penting, jadi pelajari semua itu dengan cermat.”
"Baik!"
Ini dia!
Sekarang dia fokus pada lebih dari sekedar melatih tubuhnya untuk menjadi
seperti Angelica!
"Stop!" Bonifatius berteriak sementara Judithe
dan aku saling tersenyum. "Aku mencium bau grun!" Naluri pertamaku
mengatakan bahwa aku tidak bisa mencium sesuatu yang tidak biasa, akan tetapi
sebelum aku sempat mengeluarkan kata-kata, dia mulai mengendus dan menunjuk ke
pohon terdekat. Seekor grun rupanya menandai wilayahnya di
sana.
Apakah
hanya firasatku, atau apakah Kakek tiba-tiba tampak
seperti binatang buas?
Grun yang sering ditemui di musim ini sangat
gelisah, mereka lapar karena menghabiskan waktu begitu lama di sarang untuk membesarkan bayi,
dan biasanya terdapat pasangan di dekat mereka. Dengan kata lain, mereka sangat sulit untuk
dihadapi.
“Cukup
mengumpulkannya. Kita akan segera kembali dan membentuk regu
berburu. Rozemyne, bisakah cendekiawan menaiki highbeastmu? Mereka akan lebih mudah mengawal saat mereka
bersama-sama,”
kata Bonifatius. Rupanya dia mengambil keputusan yang tepat, karena saat kami mulai bergerak, Angelica
berteriak.
"Guru, ada yang datang!"
Dari antara pepohonan muncul feybeast dengan
mulut menganga dan mata yang tampak kejam. Tubuh mereka kurus bergaris-garis dengan bulu hitam dan hijau tua,
meskipun mereka tidak terlalu besar. Mereka tampaknya sebesar anjing Saint Bernard.
"Itu grun...?" Aku bertanya.
"Tepat sekali."
“Mereka tidak terlihat seperti Lessy-ku! Mereka tidak imut sedikit pun!”
Kedua grun itu membuka mulutnya yang menganga lebih
lebar, dan dalam sekejap, aku dihantam gelombang yang berbau seperti sup miso
yang sangat kental.
Kau
tahu... ini benar-benar sedikit membuatku nostalgia.
Tetapi ketika pikiran itu terlintas di benakku,
aku tersadar
semua orang memegangi hidung dan menggeliat, meratapi bau busuk yang
mengerikan. Tentu terasa aneh bereaksi yang berbeda dari orang lain.
Hm.
Kurasa baunya cukup kuat.
"Lindungi orang yang kalian layani dan lari!" Bonifatius
memerintahkan. "Hanya orang dewasa yang perlu melawan grun!"
Archknight dewasa melangkah maju dan mengubah
schtappe mereka menjadi senjata, sementara medknight membentuk formasi di
belakang mereka.
Seorang ksatria magang tunggal menghunus
pedangnya, meskipun telah diberitahu untuk fokus melindungi.
“Kami mengalahkan grun selama Turnamen Antar
Kadipaten!”
teriak magang
itu. "Kita juga bisa bertarung!"
“Aku tidak peduli! Ikuti perintah!”
"Cendekiawan magang, masuk!" Aku
memanggil, memperbeasr Lessy untuk Philine dan yang lainnya. Namun sepertinya masalahnya lebih dalam dari
sekedar kurangnya pengalaman pertempuran —banyak yang bahkan belum pernah
melihat feybeast. Mereka menatap grun dengan kaget, benar-benar terpaku.
Lamprecht adalah orang pertama yang terbang
dan mundur, membawa Wilfried dalam pelukan. Butuh beberapa saat bagi mereka
untuk kembali ke kenyataan dan memanggil highbeast, tetapi ksatria pengawal
magang Wilfried segera menyusul. Hartmut terpaku di tempat, dengan tatapan
kosong mengawasi para ksatria yang melarikan diri, jadi Damuel mendorongnya
dengan keras melalui pintu Lessy yang terbuka.
“Jangan
bengong! Cepat masuk!”
Damuel kemudian melemparkan Philine ke dalam, lalu
Judithe. Aku menutup pintu begitu gadis-gadis itu diamankan dan mencengkeram
kemudi, bersiap untuk terbang segera setelah yang lain siap.
Cornelius, Leonore, dan Damuel keluar dan segera menaiki
highbeast mereka, dan kami semua langsung terbang ke udara. Seekor grun
tampaknya meluncur ke arah kami dengan kecepatan luar biasa sehingga tidak
mungkin untuk dilacak dengan mata telanjang, tetapi Bonifatius melompat sama
cepatnya dan memukulnya kembali ke tanah, tidak diragukan lagi menggunakan
peningkatan fisik. Aku tidak benar-benar melihatnya
mengenai grun itu, sebagai catatan; dari sudut pandangku, itu tiba-tiba
diluncurkan kembali ke hutan dari asal ia datang, menabrak pepohonan di
sepanjang jalan dengan suara yang luar biasa. Bonifatius melayang di udara di
mana feybeast barusan berada. Mengayunkan lengan ke bawah, jadi mudah untuk
menyimpulkan bahwa dia telah bergerak lebih cepat daripada yang bisa aku lihat.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyentuh
Rozemyne!" Bonifatius menyatakan. Pengumumannya meyakinkan, dan dengan
ancaman langsung hilang, aku mundur ke kastil, dikelilingi oleh ksatria pengawal.
Lamprecht adalah orang pertama yang
meninggalkan tempat kejadian, dan kami melihat highbeastnya menuju tempat latihan Knight Order.
Damuel menyuruh Cornelius mengirim ordonnanz ke Ferdinand, yang kemudian dia lakukan
dengan mudah sambil tetap mengendalikan highbeast.
"Aku yakin kita bisa menyerahkan sisanya
pada Knight Order," kata Damuel sebelum mengalihkan perhatiannya padaku.
"Apakah anda tidak terluka, Lady Rozemyne?"
Aku mengangguk. Sepengetahuanku, itu
sebenarnya hari yang cukup produktif —kami menyelesaikan pengumpulan kami dan mengungkapkan kekurangan dalam
pelatihan magang. Aku melangkah keluar dari Pandabus dengan senyum puas, hanya
untuk Judithe dengan marah melompat keluar mengejarku.
“Aku bukan cendekiawan, Damuel! Aku seorang
ksatria pengawal magang! Aku bisa menggunakan highbeast, dan aku bukan orang
yang perlu dilindungi!” dia berteriak, mata ungunya menyipit menjadi tatapan
tajam. Setelah dilempar ke Lessy bersama para cendekiawan, harga dirinya
sebagai ksatria pengawal magang tampaknya telah terluka. “Kenapa kau melemparku
ke dalam highbeast Lady Rozemyne?!”
Damuel menatap Judithe, menunjukkan ekspresi
bermasalah saat air mata mulai mengalir di mata ksatria magang, tetapi Angelica
menyela sebelum dia bisa menjawab. "Bukankah dia melakukannya karena dia rasa kau akan menjadi pengawal
terbaik?" dia bertanya, kepalanya miring dengan bingung. “Begitulah cara aku
melihatnya, setidaknya.”
"Apa...?" Judithe menatap Angelica
dengan mata terbelalak, hampir menuntut penjelasan, akan tetapi tidak ada yang menjelaskan. Sebaliknya, Angelica memasang seringai senang yang sepertinya
mengatakan, "Pekerjaanku di sini sudah selesai," meskipun dia
sebenarnya tidak melakukan apa-apa.
“Eh, maaf. Aku tidak begitu yakin mengapa Kau semarah itu. Kurasa itu
karena kamu ingin tahu alasan mengapa aku menempatkanmu di highbeast bersama
Lady Rozemyne,” kata Damuel, melihat di antara kedua gadis itu sambil menggaruk
kepalanya. Judithe menjawab dengan anggukan, ekspresinya kaku, jadi dia
melanjutkan dengan penjelasan. “Mengingat cendekiawan berkendara dengan Lady
Rozemyne, setidaknya satu ksatria pengawal harus tetap bersamanya. Dan karena
kamu bisa menyerang musuh dari jauh, kamu bisa menyerang dari dalam highbeast,
dengan izin Lady Rozemyne. Aku pikir Kamu adalah pengawal terbaik untuk
pekerjaan itu — itulah sebabnya aku memintamu ikut dengannya.”
“Itu bukan karena menurutmu aku bukanlah ksatria yang cukup
baik...?” tanya Judithe. Tampaknya kompleksnya tentang tidak pernah ditugaskan
sebagai pengawal telah memutarbalikkan persepsinya, dan setelah menyadari hal itu,
Damuel menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
“Aku tidak akan pernah menganggapmu seperti
itu, terutama mengingat betapa mengesankan bidikanmu. Bahkan Lord Bonifatius saja
memuji keahlianmu. Tetapi jika Kamu disibukkan dengan pikiran semacam itu ...
apakah Kamu lupa melakukan tugasmu sebagai pengawal saat berada di dalam
highbeast?”
Judithe mendongak
dengan kesadaran yang tercengang, mulutnya membuka dan menutup saat dia
berjuang untuk mencari-cari jawaban, sebelum akhirnya menundukkan kepala dan
meminta maaf. Dia sangat tersipu sehingga bahkan telinganya menjadi merah
padam, tetapi dia menjadi hangat pada Damuel dalam sekejap dan sekarang
menanyakan segala macam pertanyaan kepadanya. Seperti yang diperkirakan,
mempercayakan kepemimpinan ksatria pengawalku kepadanya adalah tindakan yang
tepat.
“Seperti yang ku peringatkan, ada masalah,”
kata Ferdinand saat makan malam, mengetuk pelipis sambil melihat ke arahku.
“Tidak ada yang terluka,” balas Bonifatius. “Kamu
bahkan bisa katakan ini berjalan lebih baik dari dugaan. Cepat lambat kita harus memburu para grun itu, dan sekarang
mereka telah dibereskan. Masalah sebenarnya di sini adalah payahnya koordinasi para ksatria magang.”
Wilfried mengangguk antusias. "Aku sependapat. Aku tidak
pernah mengerti mengapa Rozemyne terus mengatakan mereka tidak bisa bekerja
sama saat kami berada di Akademi Kerajaan, tetapi setelah mengingat mereka dulu...
Aku pikir mereka perlu bekerja untuk melindungi orang lain.
Jika selepas ini semua orang memiliki
pemahaman baru tentang pentingnya koordinasi, terutama ksatria magang itu
sendiri, maka aku anggap sesi pengumpulan sebagai kemenangan besar. Yang artinya, aku sekarang
menyadari hal lain yang perlu ditingkatkan bahkan lebih.
“Bagaimana kalau kita lebih sering mengadakan event pengumpulan?” aku menyarankan. “Ini akan menjadi
latihan yang berguna tidak hanya untuk ksatria magang, tetapi juga cendekiawan
magang, yang sangat butuh meningkatkan naluri pertahanan diri mereka. Paling tidak, mereka perlu lebih memahami peran mereka.”
“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Rozemyne?” Ferdinand
tampak bingung, jadi aku menjelaskan apa yang telah cendekiawan lakukan ketika grun muncul.
“Jika cendekiawan tidak dapat memanggil highbeast
untuk lari, menyiapkan schtappe untuk membela diri, atau bahkan mematuhi
instruksi ksatria yang melindungi mereka ketika musuh tiba, mereka akan
ditinggalkan oleh orang-orang yang melindungi keluarga archduke di saat-saat
bahaya. Aku pikir cendekiawan membutuhkan lebih banyak paparan terhadap ancaman
sehingga mereka dapat tumbuh lebih terbiasa dengannya.”
“Hmm... Sekarang setelah kau menyebutkannya,
Rozemyne, kamu secara mengejutkan tenang ketika para grun datang. Kamu
melakukan persis apa yang Kamu butuhkan tanpa ragu-ragu,” kata Bonifatius. Tentu
saja, ketenanganku berasal dari pengalaman; Aku telah bertemu feybeast selama pengumpulan
jureveku beberapa kali sebelumnya dan sangat familiar dengan penyergapan, jadi
bekerja dengan pengawal adalah sesuatu yang mau tak mau mesti aku biasakan.
“Melatih para cendekiawan magang agar
tidak lagi menjadi beban, ya...? Kalau gitu, kita harus
memprioritaskan orang-orang yang bekerja dengan keluarga archduke.”
"Aku tidak keberatan Kamu melatih ksatria
magang dan cendekiawan, Bonifatius, tapi aku percaya Knight Order harus
terlebih dahulu menyisir lagi hutan dari feybeast yang harus diburu," kata
Ferdinand. “Jika cendekiawan kita benar-benar menjadi beban di saat krisis, kita tidak ingin mengambil
risiko munculnya feybeasts kuat.”
Dan diputuskan bahwa Knight Order akan
menghabiskan beberapa hari untuk
menyisir hutan, memungkinkan para murid untuk beristirahat
beberapa hari dari pelatihan.
_________
"Apa...? Kita akan berpartisipasi juga?”
tanya Philine, memucat saat aku menjelaskan
rencana kami untuk meminta cendekiawan bergabung dengan ksatria magang dalam
pelatihan.
Aku mengangguk. “Kamu tidak akan mengikuti
aturan yang sama, tapi mengingat berapa kali riwayat aku diserang, kemungkinan
besar pengikutku akan mendapati diri mereka terseret dalam situasi berbahaya kedepannya.
Karena alasan itu, penting bagi kamu dan Hartmut untuk belajar melindungi diri sendiri. Bahkan sekedar melarikan diri
membutuhkan kecekatan pikiran tertentu yang tak satu pun dari kalian perlihatkan di hutan.”
“Dimengerti...” Philine menyerah setelah jeda,
terlihat tidak sehat. Dia kemudian menerima tepukan meyakinkan di punggung dari
Judithe, yang menyarankan agar dia menyiapkan banyak ramuan peremajaan.
“Mengingat Philine tidak bisa membuat ramuan
peremajaan, kurasa baiknya kita membuatnya
bersama-sama untuknya. Mari kita
gunakan workshop kastil selagi ksatria magang istirahat,” kataku. Itu juga merupakan kesempatan ideal bagiku
untuk mendemonstrasikan mendidihkan larutan dalam panci, yang kemudian akan membantuku
mengajari pengikutku langkah keempat metode kompresi.
Kami mendapat izin untuk meracik di workshop kastil
dengan syarat pengawasan Ferdinand, yang berarti aku dapat menunjukkan proses merebus kepada
pengikutku. Sebagai bangsawan, mereka tidak pernah memasak untuk diri mereka
sendiri, yang berarti pekerjaan itu benar-benar baru bagi mereka.
“Ferdinand, mengapa bangsawan yang lebih tua
seperti Hartmut tidak tahu merebus saat Profesor Hirschur menyebutkan di sekolah bahwa dia memvisualisasikan merebus ramuan?” Aku bertanya.
“Ada beberapa ramuan yang menjadi lebih
efektif saat direbus, tetapi ini tidak terlalu umum,” dia menjawab. Di Akademi Kerajaan
rupanya hanya diajari cara memasukkan bahan-bahan ke dalam panci pembuatan ramuan dan mengaduknya
dengan mana. Dari sudut pandang bangsawan, Ferdinand tidak biasa untuk
melampaui pelajaran itu dan menggunakan segala macam teknik tambahan, sementara
Hirschur bahkan lebih tidak biasa karena mencoba mengajar tahun pertama dengan
metode pembuatan ramuan yang tidak jelas.
Padahal,
yah... dia hanya menawarkan pendekatannya sendiri kalau-kalau ada orang lain
yang menganggapnya berguna.
Tak lama kemudian, semua pengikutku telah
mencapai dan mengadopsi langkah keempat metode kompresi mana. Bagi Philine, ini
berarti juga mempelajari tiga langkah pertama. Dia harus bekerja cukup keras
mulai sekarang, karena memiliki mana paling rendah dari semua pengikutku.
Meskipun Philine mendapatkan cukup uang di Akademi
Kerajaan untuk membayar metode kompresi, sihir kontrak yang menyertainya agak
bermasalah. Kontrak di seluruh negara terlalu mahal untuk digunakan seorang
diri, jadi kami memutuskan bahwa kami akan membuatnya meneken kontrak dengan
kelompok orang berikutnya, seperti yang telah kami lakukan dengan Damuel.
Sementara itu, kami memakai kontrak seluruh Ehrenfest, yang mencegahnya
mengajarkan metode tersebut kepada orang lain sampai kami dapat memintanya meneken
kontrak seluruh negeri selama sesi pengajaran kelompok berikutnya. Aku sangat
ragu dia akan mengungkapkan rahasia
itu, tetapi penting bagi kami untuk mengambil pendekatan
yang setara terhadap semua orang.
Hari-hari berikutnya pun tidak jauh berbeda.
Para pengikutku bergantian menjalani pelatihan dan membuat ramuan dengan bahan
yang mereka kumpulkan, sementara aku berlatih harspiel, menyulam pakaian
Schwartz dan Weiss bersama Lieseleta dan Brunhilde, menjawab berbagai pertanyaan dari Hartmut
tentang berkah, dan melakukan rehabilitasiku. Tanpa
kusadari, Konferensi Archduke telah berakhir.
Post a Comment