Aku mengawasi kursus cendekiawan saat persiapan Turnamen Antar Kadipaten sedang dilakukan, tetapi Hartmut-lah yang benar-benar memberikan instruksi sebagai archscholar tahun keenam. Sementara itu, aku mengawasi pekerjaannya dan membuat catatan agar aku bisa berguna tahun depan. Cara dia membagikan tugas dengan sigap dan memeriksa orang lain memberiku perasaan bahwa dia mencontoh Ferdinand dan Justus, dan ketika aku menyebutkan itu kepadanya, dia tersenyum sangat senang.
“Tahun lalu, Lord Ferdinand dan Lord Justus
memberiku banyak nasihat,” katanya. “Aku sangat senang seseorang yang mengenal mereka berdua dengan
baik akan membuat perbandingan semacam itu.”
Persiapan berjalan sangat lancar berkat
Wilfried, Charlotte, dan aku yang mengawasi kursus masing-masing. Aku bisa
fokus pada cendekiawan magang tanpa berpikir terlalu banyak tentang hal lain,
dan itu adalah pengalaman belajar yang berharga, karena aku bisa mengevaluasi
pengikut saudaraku dan melihat seberapa terampil mereka dibandingkan dengan pengikutku
sendiri.
Kesimpulannya:
cendekiawan magangku berada di level mereka sendiri karena
cambukan
Ferdinand.
Tentu saja, terampil berarti menanggung beban yang lebih berat, tetapi pengikutku
tetap jauh
lebih berguna daripada pengikut Wilfried dan Charlotte. Misalnya Philine yang
hanyalah laynoble, dia biasanya berada di sisi Hartmut dan berusaha menahan diri untuk
tidak terlalu menonjol. Meski begitu, terlihat jelas seberapa jauh perkembanganya; dia dengan mudah menemukan tugas
yang perlu dilakukan hanya dengan mengamati sekeliling dan berhasil
menyelesaikan dokumen dengan sangat cepat.
Roderick, sebagai pengikut baruku, mengawasi
Philine dengan cemas; dia masih dalam
pelatihan untuk menjadi penerus Hartmut, namun tidak secepat dia. “Aku
akan mengejarinya semampuku,” katanya, penuh motivasi. Aku melontarkan beberapa
kata semangat dan mengatakan bahwa dia akan diperintahkan untuk mengejar
ketinggalan begitu dia juga mulai bekerja dengan Ferdinand.
Karena ini adalah tahun pertama Charlotte di Akademi
Kerajaan, dia sangat memperhatikan saran yang dia terima dari pengikutnya,
Brunhilde, dan yang lain. Sementara itu, Wilfried berusaha keras untuk membenahi Charlotte dan
ksatria pengawalku, yang tidak dapat berpartisipasi dalam pelatihan atau pertemuan. Semua berjalan lancar,
dengan satu-satunya jeda adalah pertemuan sesekali untuk mempercepat persiapan.
____________
“Sekarang, mari kita mulai membawa semuanya ke
venue,” kataku. "Ikuti prosedur yang kita diskusikan kemarin."
Hari Turnamen Antar Kadipaten telah tiba dalam
sekejap. Kami menyelesaikan sarapan pagi-pagi sekali dan kemudian langsung
bekerja, dengan semua orang bergerak mematuhi arahanku.
“Bagaimana keadaannya?” Aku bertanya pada
Brunhilde.
“Mereka baik-baik saja, Lady Rozemyne. Kue pon
Perusahaan Othmar telah tiba dari Ehrenfest, dan dapur mengirimkan kudapan yang
baru dipanggang satu demi satu.”
Benar, seluruh asrama dipenuhi dengan aroma manis yang nikmat. Charlotte
sibuk memeriksa cangkir teh dan mengarahkan penempatan masing-masing
item, dan saat itulah aku menyadari bahwa para ksatria
magang tidak terlihat di mana pun. Aku memutuskan untuk menanyakan tentang
mereka, dan Cornelius dengan cepat menjawab.
“Lord Wilfried menjelaskan kelemahan feybeast yang paling mungkin
muncul di turnamen dan strategi terbaik untuk mengalahkan mereka. Dia juga
mendistribusikan ramuan peremajaan untuk memastikan bahwa setiap orang dapat
memulihkan mana.”
"Apakah kamu tidak harus menghadiri itu
juga, Cornelius?" Aku bertanya.
"Aku akan baik-baik saja," jawabnya
dengan seringai meyakinkan. “Aku sudah berlatih lebih dari cukup dan mengingat semua informasi. Yang sekarang
perlu kulakukan adalah menyerang saat diinstruksikan.”
“Oh, jadi ini bualan romantis. Yang kau maksud
adalah Kamu dan Leonore sekarang sangat dekat sehingga Kamu dapat memprediksi
instruksinya dan karena itu tidak perlu menghadiri pertemuan itu.”
"Tidak! Bagaimana kamu bisa sampai pada kesimpulan itu ?!” Eeh? Tapi aku benar-benar
bisa melihat hati di matamu.
Aku pergi ke venue Turnamen Antar Kadipaten bersama para cendekiawan,
dengan Cornelius menemaniku sebagai ksatria pengawal dan Rihyarda sebagai
pelayan. Itu diadakan di arena pelatihan terbesar di gedung khusus
ksatria—struktur hebat yang dirancang untuk mengakomodasi monster terbang,
sangat mirip dengan arena tempat
aku memainkan ditter tahun lalu. Meskipun di luar dan
langit besar di atas berwarna abu-abu dan hujan salju, aku sama sekali tidak
bisa merasakan cuaca. Itu seolah arena ditutupi dengan kubah transparan.
Dibandingkan dengan arena yang aku kenal,
bagaimanapun juga, arena ini jauh lebih besar. Bentuknya juga lebih elips—sementara yang lain
sebagian besar melingkar, yang ini terdiri dari dua lingkaran bersama-sama. Ada
tribun penonton yang mengelilinginya, jauh lebih tinggi dari lantai arena dan
benar-benar datar, sangat mirip dengan lokasi kami bermain ditter. Saat itu, aku merasa
aneh melihat tribun tidak diposisikan miring— tentunya ini membuat sulit bagi
semua orang yang tidak berada di barisan depan untuk melihat apa yang sedang
terjadi—tetapi sekarang aku mengerti bahwa ini sebenarnya adalah area di mana
orang-orang akan bersosialisasi dan mempublikasikan penelitian.
“Lady Rozemyne, ruang Ehrenfest dari sini sampai garis itu,” kata
Cornelius, menunjuk garis merah yang membentang di sepanjang lantai gading saat
kami melihat para cendekiawan melakukan
persiapan dengan gerakan berpengalaman. Dinding setiap
ruang didekorasi dengan kain berwarna yang menyatu dengan jubah kadipaten yang dimaksudkan
untuk menggunakannya.
“Aku melihat kadipaten peringkat atas memiliki
tempat yang lebih besar dan lebih sentral yang lebih mudah untuk melakukan pengamatan,”
kataku.
“Sekarang Ehrenfest naik ke peringkat
kesepuluh, tempat kita jauh lebih luas dan secara umum lebih baik dari yang kita terima tahun lalu.
Faktanya, ketika aku masih tahun pertama, kami duduk di sana,” kata Cornelius
dengan senyum masam dan menunjuk ke kerumunan orang-orang dari kadipaten
rendah. Ruang yang ditentukan seseorang didasarkan pada peringkat, dan
sepertinya kami telah menerima sangat sedikit ruang untuk diri kami sendiri
ketika kami berada di peringkat kadipaten menengah di antara kadipaten rendah.
Sekarang, apapun itu, kami adalah peringkat yang jauh lebih tepat untuk status kami dan memiliki banyak
hal untuk dibanggakan.
Siswa dari kadipaten lain juga sudah mulai
berdatangan ke arena, dan kami juga bisa melihat mereka sedang bersiap-siap.
Itu benar-benar pemandangan yang penuh warna, menyaksikan kesibukan jubah berwarna berbeda
bermunculan masuk dan keluar. Ada juga satu ton ordonnanze terbang. Rupanya, banyak yang menggunakannya
untuk tetap terhubung dengan asrama mereka.
Saat aku menatap kawanan ordonnanze sibuk beterbangan, satu meledak
dari kerumunan
dan membubung ke arahku. Cornelius menjulurkan tangan di depanku, dan burung
itu dengan cepat mendarat di atasnya sebelum menyampaikan pesan dengan suara
Lieseleta.
“Lady Rozemyne, Aub Ehrenfest telah tiba. Dia
mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganmu sebelum turnamen. Mohon segera kembali ke
asrama,” kata burung itu tiga kali dan kemudian kembali ke wujud feystone. Aku
mengetuknya dengan schtappe dan mengirim balasan persetujuan.
“Hartmut,” kataku begitu ordonnanz kembali terbang,
“aub memanggilku untuk kembali ke asrama. Tolong bantu pelayan setelah Kamu
menyelesaikan persiapanmu sendiri.”
"Sesuai kehendak anda."
Kembali "segera" mustahil dilakukan dengan berjalan kaki begiku, jadi setelah
meninggalkan arena, aku masuk ke dalam highbeast dan terbang ke udara. Halaman Akademi
Kerajaan sangat luas sehingga aku tidak sepenuhnya yakin di mana asrama kami
berada, jadi aku bersyukur membawa Rihyarda yang siap memberiku petunjuk.
“Dulu di zamanku, terbang di atas tanah merupakan hal normal
berkat treasure-stealing ditter,” dia menjelaskan. Asrama cukup jauh dari gedung ksatria, jadi aku senang membawa highbeast. Itu
jauh lebih cepat daripada berjalan ke pintu masuk gedung pusat, dan aku juga
tidak lelah.
"Lady Rozemyne, aub ada di sebelah
sini," kata salah satu pelayan Sylvester saat aku tiba dan menuntunku ke ruangan tempat dia menunggu. Florencia, Ferdinand, Wilfried, dan Charlotte juga hadir, dan
perhatianku langsung teralih kepada Ferdinand. Hari ini, dia mengenakan salah satu jubah kuning
tua Ehrenfest di atas pakaian bangsawannya.
“Ini pertama kalinya aku melihatmu mengenakan
jubah warna kadipaten kita,
Ferdinand,” kataku. "Ini seperti melihat dirimu yang
baru."
“Itu karena aku menerima jubah ini hanya hari
ini.”
"Maaf?"
Ternyata, Ferdinand telah mencoba untuk
menghadiri turnamen mengenakan jubah biru yang biasa. Sylvester segera
menghentikannya setelah melihat itu dan mengatakan sesuatu seperti, “Tunggu. Apakah Kamu benar-benar
berencana untuk menggunakan jubah itu? Orang-orang akan mengiramu dari Dunkelfelger.
Setidaknya kenakan warna kadipaten kita, meskipun hanya untuk hari ini.”
“Sayangnya, aku tidak memiliki jubah Ehrenfest,” Ferdinand menjawab. “Ibumu
mengambil jubah yang diberikan Ayah padaku saat upacara pemberianku, mengatakan
bahwa seorang pendeta tidak membutuhkan pakaian semacam itu.”
"Kamu harus memberitahuku hal-hal semacam ini!"
"Bukannya kamu yang memberitahuku untuk menahan diri dari membicarakan ibumu?"
Dan dengan begitu, Ferdinand memperoleh jubah baru. Dia
menggerutu tentang betapa dia merasa tidak nyaman memakainya, karena tidak
memiliki semua lingkaran pelindung yang biasa dia pakai, tapi bagiku dia tampak
sedikit lebih bahagia dari biasanya; dia pasti senang mendapatkannya, terlepas
dari apapun yang terjadi. Selain itu, tampaknya Justus tetaplah mengemasi jubah
biru itu bersama dengan barang bawaannya.
"Jadi, apa yang kita diskusikan?" Aku
bertanya.
“Aku mendengar dari Wilfried bahwa kalian
bertiga membagi kursus di antara kalian sendiri,” kata Sylvester, memberi
isyarat kepada saudara-saudaraku dan aku.
“Itu benar, dan itu berhasil. Hasilnya,
semuanya berjalan dengan sangat lancar.”
“Itu mungkin berhasil untuk fase persiapan,
tetapi kandidat archduke mestinya bersosialisasi selama Turnamen Antar Kadipaten."
Yang membuatku terkejut, tugas kami ternyata adalah bertemu
dengan archduke kadipaten lain, dan semua kandidat dimaksudkan untuk bersosialisasi
satu sama lain. Aku menghubungi Hartmut dengan ordonnanz untuk mengatakan bahwa
Wilfried, Charlotte, dan aku perlu mulai bersosialisasi serempak, dan aku akan menyerahkan
tanggung jawab para cendekiawan magang padanya. Itu mungkin akan berhasil.
“Sekarang, tentang kursi kandidat archduke...”
Sylvester memulai. Tahun lalu, Wilfried dan suami istri archduke hanya membagi mereka dan
menangani pengunjung berdasarkan status. Namun, tahun ini, kami diperkirakan akan menerima perhatian lebih banyak—terutama dari kadipaten peringkat atas.
Kami harus mampu menangani sosialisasi pria dan wanita sekaligus, dan dengan
pemikiran itu, Sylvester berkata, “Aku pikir Wilfried dan Rozemyne bisa menjadi
satu tim, dan Charlotte dan Ferdinand bisa menjadi tim satunya. Ini pasti memaksimalkan berapa
banyak orang yang bisa kita ajak bicara sekaligus.”
“Rozemyne dan aku?” Wilfried bertanya,
terdengar agak cemas.
Florencia tampak merenung sejenak dan berkata,
“Kalian
sekarang bertunangan, jadi menyatukan kalian berdua dalam acara sosial sangat
penting. Yang artinya, Wilfried...apakah kamu yakin bisa bersosialisasi dengan Rozemyne?”
"Aku..." Wilfried menatapku lagi
dengan khawatir dan kemudian menunduk, berjuang untuk mencari jawaban.
“Jujurlah di sini, Wilfried,” kata Florencia
sambil tersenyum lembut.
“Keberhasilan dan kegagalan sama-sama akan
memiliki implikasi jangka panjang di Turnamen Antar Kadipaten.” Benar, ini berbeda dari sosialisasi normal di Akademi Kerajaan, yang
dilakukan sepenuhnya oleh anak-anak. Di sini, aub dari kadipaten lain juga akan
menonton.
Setelah berpikir beberapa saat, Wilfried memberikan respon—walaupun dengan
sedikit ragu.
"Aku akan berusaha ... selama buku tidak terlibat."
“Wilfried,” kata Charlotte, “dengan begitu
banyak pengunjung dari kadipaten lain, kurasa topik semacam itu akan diangkat—dan cukup sering. Buku
dibahas hampir tanpa henti di pesta teh yang aku hadiri.”
Setelah mendengar itu, Wilfried hanya
mengerutkan kening ke arahku. Florencia menyimpulkan keadaan umum dari
ekspresinya, tersenyum, dan berkata, “Kalau begitu, mungkin kita harus
memasangkan Wilfried dan Charlotte, dan Rozemyne dengan Lord Ferdinand sebagai
walinya. Kita
ingin meminimalkan potensi masalah di Turnamen Antar Kadipaten, dan itu tampaknya pilihan paling aman bagiku.”
Tidak ada yang tidak setuju, jadi kelompok
kami diputuskan. Wilfried tampak lega karena Ferdinand akan mengawasiku seperti biasa,
dan sejujurnya, aku pun juga lega. Aku merasa jauh lebih aman bersamanya.
“Wilfried, Charlotte, teruslah membaca laporan
Rozemyne selama mungkin. Mereka merinci semua yang perlu kalian ketahui,” kata Sylvester
sambil menyerahkan laporan-laporan yang tampaknya telah ditranskripsikan oleh
cendekiawannya. Kedua saudaraku mengamati itu, lalu menatapku dengan kaget.
"Kamu yang menulis ini,
Rozemyne...?" tanya Wilfried.
“Aku diminta untuk mengirimkan laporan yang lebih
profesional, jadi aku memformatnya seolah
aku akan mengerjakan dokumen gereja. Jadi, bagaimana menurutmu, Ferdinand? Pekerjaan sempurna,
bukan begitu?” Kataku, dadaku membusung dengan bangga.
Ferdinand membiarkan dirinya tertawa pendek
dan berkata, "Ya, kamu melakukannya dengan baik." Sylvester dan
Karstedt, sementara itu, tersenyum masam.
"Ya, kami tidak bisa mengeluh,"
tambah Sylvester. “Laporan-laporan ini sangat berbeda dari laporan lama sampai-sampai pada awalnya
aku tidak percaya. Ini memberiku beberapa pemahaman nyata mengapa Ferdinand sebegitunya menghargai
bantuanmu di gereja. Bagaimana kalau kamu ikut melakukan beberapa pekerjaan di kastil juga?”
“Aku tidak punya waktu untuk bekerja lagi,”
jawabku. "Bahkan, kalaupun
ada, aku lebih suka Kamu mengurangi beban kerjaku."
Percakapan kami berlanjut sampai seorang pelayan
datang untuk menjemput para ksatria magang. Sudah waktunya bagi mereka untuk
pergi.
“Lady Rozemyne, aku memintamu memberkahiku
ksatria magang lain dan seperti yang Kamu lakukan dengan anggun tahun lalu,”
kata Cornelius. Dia dan ksatria lain berlutut di hadapanku, dengan dia di depan. Aku memberi mereka
perlindungan suci Angriff dan kemudian mengantar mereka pergi.
“Mengingat seberapa jauh gedung ksatria itu,
Rozemyne, aku sarankan Kamu pergi sekarang,” kata Ferdinand. "Aku akan
memimpin jalan."
"Pastikan untuk menjaganya untuk
kita," tambah Sylvester, dan dengan itu, kami memulai perjalanan.
_________
Ditter menandai dimulainya Turnamen Antar Kadipaten. Seorang
kandidat archduke dari Klassenberg membuat proklamasi mereka, dan kadipaten
pertama yang bermain dipanggil. Tampaknya babak pertama terdiri dari kadipaten rank bawah yang dipilih
secara acak — dan tahun ini, untuk pertama kalinya, Ehrenfest akan bermain di
babak kedua.
“Frenbeltag Kelimabelas!”
Kadipaten berikutnya dipanggil, dan tempatnya
di antara penonton segera meledak dalam sorak-sorai saat para ksatria magang
yang mengenakan jubah biru muda mulai memasuki arena dengan highbeast mereka.
Mereka berkeliling lapangan dan masuk ke posisi saat seorang profesor turun ke
lantai arena—juga dengan highbeast—dan mengalirkan mana ke dalam lingkaran sihir.
Tiba-tiba ada kilatan, dan seekor feybeast muncul. Itu besar, seperti kucing... dan sangat familiar.
"Apakah itu goltze?" tanyaku
sambil menatap Ferdinand.
“Tidak, itu siltze. Satu evolusi di bawahnya. Tapi itu tidak
penting. Duduklah, Rozemyne,” katanya sambil menyeringai ketika pertandingan akhirnya dimulai. Rupanya, tidak apa-apa untuk berdiri
ketika kadipatenmu sendiri sedang bermain, tapi sebaliknya, kandidat archduke harus
tetap duduk.
Aku
tidak bisa melihat permainan dari tempat kami duduk. Ini agak membosankan...
Aku mengerucutkan bibir, tapi aku tidak berani
mengeluh. Ini adalah awal Ditter dan Turnamen Antar Kadipaten, dan pengunjung sudah mulai
berdatangan. Para bangsawan yang gagal mendapatkan kue pon di turnamen tahun lalu datang berbondong-bondong, bertekad untuk tidak
ketinggalan lagi.
“Aku sudah menerimanya selama Konferensi Archduke,
tetapi aku sangat ingin mencoba rasa lainnya,” kata seorang tamu.
"Aku sudah menantikan ini selama beberapa
hari sekarang," tambah yang lain.
Mereka
berbicara dengan sangat anggun, tetapi
mereka memiliki kilatan semangat yang sama di mata mereka seperti wanita tua
yang berbondong-bondong ke barang obralan!
Mereka yang datang mencari kudapan diberi
beberapa dan diarahkan untuk kembali ke ruang kadipaten mereka sendiri,
sedangkan yang datang untuk urusan bisnis diaihkan ke Wilfried dan Charlotte. Satu-satunya
yang diizinkan untuk melihat Sylvester dan Florencia adalah suami-istri archduke lain dari kadipaten rank atas.
Aku sedang mengarahkan pelayanku ketika,
tiba-tiba, aliran orang yang mendekati kami berhenti, dan mereka yang tetap
mulai menyingkir untuk membuka
jalan. Awalnya aku bingung, tapi tidak lama kemudian,
semuanya masuk akal—mereka membuka sebuah jalan, dan berjalan di bawahnya
adalah sang Dewi Cahaya. Rambut emasnya, yang dia kenakan dalam kepang yang
rumit, menjadi berkilau elegan saat menangkap cahaya dan menghasilkan kontras
yang sangat menakjubkan dengan jepit rambut koralie merahnya. Dia mendekati
kami dengan senyum tenang, dengan halus menyapa orang-orang yang dia lewati di sepanjang jalan. Tidak dapat
disangkal bahwa dia terlihat lebih cantik dan dewasa dari yang aku ingat.
“Lady Eglantine!” seruku. “Oh, dan Pangeran
Anastasius. Aku merasa terhormat melihat kedatangan kalian.”
Ferdinand menusuk pahaku, mungkin menyadari
bahwa awalnya aku bahkan tidak memperhatikan Anastasius. Kami semua saling
bertukar salam bangsawan, akan tetapi saat kami hendak membimbing mereka ke suami-istri
archduke, Anastasius menggelengkan kepalanya dan malah duduk di meja kami.
"Kami ingin lebih dulu mengatakan sesuatu padamu,
Rozemyne," katanya saat Eglantine juga duduk.
Pelayan kami mulai menyiapkan teh sementara aku
menguji racun kue pon dan kue kering kami—yang terakhir kami sajikan di sini
untuk pertama kalinya—dan kemudian menawarkan beberapa kepada tamu kami.
Anastasius lebih tertarik pada kue baru, jadi dia meraih kue
itu, sementara Eglantine meminta kue pon yang sudah familiar baginya.
Pelayannya menyiapkan sajian dengan gerakan terlatih.
"Rozemyne, apa-appan tentang penelitian
doa-doa Alkitab?" tanya Anastasius. "Itu sedang diterbitkan dengan
nama orang lain, tapi kurasa itu penelitianmu."
Aku melirik Ferdinand, dialah yang menyarankan
semua ini.
Mungkin lebih akurat untuk mengatakan itu
adalah penelitiannya daripada penelitianku. Ia tersenyum tipis pada Anastasius
dan sangat ala bangsawan dan berkata, "Kami harus menghalang-halangi
profesor ketika menyelidiki Alkitab, jadi kami berharap ini mengisi celah yang
kami tinggalkan untuk mereka."
“Jadi kau dalangnya, kalau begitu. House of
the Gods tampaknya mulai memanas bagi kami, tetapi sekarang, jarak antara kami
telah melebar, dan beberapa di antara mereka sedang menunggu doa santa sebagai gantinya. Bagaimana pendapatmu tentang ini?”
"Kami hanya mematuhi panggilan
raja."
“Kita lihat saja sampai berapa lama sikapmu
itu bertahan...” kata Anastasius dengan mendengus—tentu saja dengusannya anggun. Dia dan Ferdinand tampaknya
saling memahami dengan sempurna, tetapi aku tidak mengerti apa yang terjadi.
Aku mengabaikan diskusi mereka dan tersenyum pada Eglantine.
"Aku senang bertemu denganmu, Lady
Eglantine."
“Aku juga senang. Aku diberitahu bahwa Kamu menciptakan tren baru lagi, Lady Rozemyne.”
“Ya, ini adalah kue pon jenis baru, dibuat
dengan rohres yang aku terima dari Lady Hannelore dari Dunkelfelger. Apakah Kamu
ingin
mencicipinya?” Aku bertanya. Kami merendam rohres kering dalam minuman keras
sebelum menambahkannya ke dalam campuran. Menurut pendapatku, yang ternyata
sangat baik.
“Ini cukup enak. Harus kubilang, dengan
tingkat keahlian ini, aku yakin Kamu bisa membuat kue pon untuk setiap
kadipaten menggunakan produk lokal mereka. Aku tidak pernah menyesali kelulusan
lebih dari yang aku lakukan sekarang...” kata Eglantine. Tampaknya dia merasa
sangat kesepian sejak kelulusannya—perasaan yang sangat aku pahami, sejak kelulusanku
di dunia masa laluku.
Aku
tidak bisa pergi ke perpustakaan favoritku lagi tanpa izin, dan hanya
itu saja, serasa seperti kehilangan
orang yang dicintai...
“Omong-omong,” Eglantine melanjutkan, “Aku diberitahu bahwa Ehrenfest merilis buku yang sangat menghibur
tahun ini. Apakah Kamu membuat buku populer, Lady Rozemyne?”
“Ya, itulah tujuanku. Buku-buku itu dibuat di
Ehrenfest, tetapi orang-orang dari semua kadipaten juga bisa menikmatinya.
Kisah-kisah
cinta-lah
yang paling populer. Aku ingin Kamu menikmatinya juga, Lady Eglantine, tapi sayangnya sekarang tidak aku bawa...”
“Tenangkan dirimu...” gumam Ferdinand padaku.
Peringatan tiba-tibanya membuatku duduk tegak, dan setelah melihat itu, Eglantine tertawa
kecil.
"Dan Kamu adalah Lord Ferdinand, kurasa?" dia bertanya
dan kemudian dengan tenang menambahkan, "Salah satu dari sekian banyak
legenda..."
Aku menatap Ferdinand dengan takut-takut. Dia tersenyum ala bangsawan standar, tapi aku bisa
merasakan kemarahan di mata keemasannya.
Ah,
sial. Aku lupa tentang menyebarkan semua legenda di sekitarnya ...
“Rumor sering kali melebih-lebihkan
kebenaran,” kata Ferdinand. “Aku tidak menyarankan untuk mempercayainya.”
Eglantine mengangguk, lalu tiba-tiba menatapku
khawatir. "Aku tidak yakin seberapa benar rumor tentangmu, Lady Rozemyne,
tapi... Aku khawatir kamu sedang dipermainkan oleh Dewi Waktu."
“Lady Eglantine?”
“Berhati-hatilah. Kumohon."
Anastasius dan Eglantine kemudian berkata
bahwa mereka harus pergi ke tempat lain dan melenggang pergi.
"Apa yang dia maksud dengan itu?" Aku
bertanya-tanya dengan keras, karena tidak benar-benar memahami peringatan itu.
"Kurasa perkataannya mengacu pada apa yang dikatakan Pangeran Anastasius," jawab Ferdinand. "Apakah kamu tidak
mendengarnya?"
"Aku tidak benar-benar mengerti apa yang
dia katakan, jadi aku mulai mengabaikannya."
Ferdinand menghela nafas dan memberikanku alat
sihir peredam suara. Kemudian,
setelah dia memastikan bahwa aku memegangnya, dia berkata, “Perbandingan
Alkitab telah memperlebar celah yang ada antara kerajaan dan Gereja Kedaulatan,
dan beberapa anggota kependetaan mulai mengatakan bahwa Kamu, Santa Ehrenfest,
harus dipanggil untuk melakukan Upacara Starbind mereka sebagai pengganti Uskup
Agung Kedaulatan. Pangeran Anastasius jelas bertanya kepada kita apa yang ingin kita lakukan.” Cara dia
berbicara membuat seluruh pergantian peristiwa terdengar sangat genting, tapi dia
berbicara dengan ekspresi datar yang aku tidak tahu pasti.
"Erm... Itu masalah besar, kan?" Aku
bertanya.
“Di mata kerajaan, mungkin, tetapi rajalah yang mengumpulkan
kita dan
mengizinkan Alkitab untuk diperiksa. Apapun konsekuensinya, Ehrenfest tidak
bertanggung jawab. Aku berasumsi suka
tak suka Kamu akan terseret kesana.”
“Tunggu... Kenapa kau bisa setenang itu? Sebagai
waliku, Kamu terlibat dalam seluruh situasi ini seperti halnya diriku.”
“Panik
tidak akan ada gunanya. Semua tergantung pada kata-kata
raja, jadi kita tidak bisa berbuat
apa-apa,” kata Ferdinand sambil melambaikan tangan memprotesku. Tatapannya
yang tenang kemudian berubah menjadi seringai. “Sebaliknya, fokuslah untuk menghadapi mereka. Mengingat tumpukan
kertas yang mereka miliki, mereka pasti akan mendatangimu.”
Seringainya menghilang secepat datangnya, kembali ke
senyum ala bangsawan. Aku mengikuti tatapannya dan melihat satu skuadron lebih dari tiga
puluh jubah biru datang ke arah kami. Hannelore adalah satu-satunya yang
kukenal di antara mereka, dan dia terus-menerus melirik pria yang sangat besar
yang memegang setumpuk kertas di sampingnya. Aku hanya bisa berasumsi dia
adalah Aub Dunkelfelger, kemungkinan besar memegang hasil terjemahan modern
buku sejarah mereka.
Tetap
saja, rombongan mereka tampaknya terlalu besar untuk hanya terdiri dari
Hannelore dan para pengikutnya...
Saat aku memperhatikan mereka dengan bingung,
aku menyadari bahwa individu-individu yang tampak seperti ksatria di antara
mereka jelas-jelas melihat ke arah Ferdinand daripada aku. Saat itulah aku
ingat diberi tahu tentang pengalamannya menghancurkan Dunkelfelger hingga
berkeping-keping semasa dia masih
siswa.
Oh
tidak... Mungkinkah? Apakah ini akan sangat menyiksa?!
Aku melihat ke meja Sylvester untuk meminta
bantuan, tetapi mereka sibuk berbicara dengan seorang pria yang aku duga adalah
Aub Drewanchel, berdasarkan jubahnya. Aku kemudian berbalik penuh harap ke
Wilfried dan Charlotte, tetapi mereka dikelilingi oleh bangsawan yang tidak aku
kenal dan sama tidak tersedianya untuk membantu.
“Pria yang bersama mereka itu adalah
Heisshitze,” gumam Ferdinand. “Sungguh merepotkan...”
"Siapa dia?" tanyaku, tidak asing dengan nama itu.
"Temanmu?"
“Bukan teman; dia adalah pemilik asli jubah
biruku.”
Heisshitze tampaknya menyerahkan jubahnya
sebagai bukti kekalahan dan kemudian menantang Ferdinand untuk bertanding ulang
yang tak terhitung jumlahnya sebagai upaya untuk merebutnya kembali, membuatnya
jauh lebih menyiksa daripada Rauffen. Pada akhirnya, Heisshitze tidak pernah
sekalipun mengalahkan Ferdinand sebelum kelulusan mereka, jadi dia tidak pernah
berhasil merebut kembali jubahnya.
“Aku tentu berharap dia tidak menantangku lagi sekarang...” kata
Ferdinand tepat saat skuadron Dunkelfelger berbaris di depan meja kami. Pria
yang aku duga sebagai aub mereka melangkah maju. Dia tinggi, berotot, dan
terlihat sangat kuat—pemimpin yang sangat cocok untuk ksatria Dunkelfelger,
jika Kamu bertanya kepadaku.
“Apakah Kamu Lady Rozemyne, kandidat archduke
yang bertanya kepada Hannelore apakah bisa menerbitkan terjemahan modern dari
sejarah kadipaten kami?” Dia bertanya.
Aku hampir tersentak dan berkata, "Ya,
itu aku!" tanpa berpikir, tapi untungnya, Ferdinand kembali menjentikkan
pahaku sebelum aku benar-benar bisa menjawab, membuatku kembali tersadar. Nyaris saja. Kami menghadapi aub dari
kadipaten besar di sini—aku harus tetap bermartabat dan sopan.
"Benar. Aku Rozemyne. Apakah kamu berkenan memberi izin?” tanyaku,
berusaha terdengar seanggun mungkin.
Aub Dunkelfelger menyeringai. "Tentu.
Jika Kau menang. Tapi jika kami yang menang, kami akan mengambil sendiri naskah ini dan menerbitkannya di
Dunkelfelger.”
“Um...?”
“Kami menantangmu untuk bermain ditter!”
katanya, membanting naskah itu ke meja kami.
"Ayah, apa yang kamu katakan tiba-tiba
?!" Hannelore berteriak, tetapi suaranya ditenggelamkan oleh ooh dan aah para ksatria di
sekitarnya. Rupanya, martabat dan keanggunan tidak penting bagi orang-orang
dari Dunkelfelger—yang terpenting hanyalah ditter.
Aku menatap aub, mulutku menganga. Apa yang harus aku lakukan...? Bagaimana aku
harus merespon hal semacam
ini?!
Tentu saja, aku bukan satu-satunya yang
terkejut dengan apa yang terjadi. “Ayah, apakah Ibu tahu tentang tantangan ini?
Aku akan segera menghubunginya,” kata Hannelore, air mata mengalir di matanya
saat dia buru-buru mengeluarkan ordonnanz-nya. Mungkin ini Aub Dunkelfelger
yang mengamuk sepihak.
Aduh.
Hannelore pasti benar-benar kesulitan... Tunggu, sekarang bukan waktunya memikirkan itu.
Sosialisasi Turnamen Antar Kadipaten seperti
medan perang bagi kandidat archduke, jadi aku harus mennanganinya dengan cara
yang sesuai dengan statusku. Yang artinya, kelas etiket istanaku tentu saja tidak membahas apa yang harus dilakukan ketika aub dari kadipaten peringkat atas melewatkan salam dan langsung menantangmu
ke pertandingan ditter. Aku juga tidak tahu bagaimana harus menghadapi Dunkelfelger.
Oh,
benar—Ferdinand kan bisa, kurasa!
Dia diceritakan memiliki sejarah panjang dengan ksatria
Dunkelfelger, jadi dia pasti sudah terbiasa dengan situasi semacam ini. Aku
menatapnya, berharap dia akan melompat untuk menyelamatkanku di saat aku
membutuhkannya... tetapi sebaliknya, dia sepenuhnya menghindari kontak mata
dengan para ksatria, membuatnya sangat jelas bahwa dia bermaksud untuk duduk
dan melihat bagaimana aku menangani situasi.
Ferdinand,
dasar bodoh ... di momen seperti ini kamu
seharusnya menolongku!
Dari apa yang aku lihat, Hannelore
satu-satunya yang berjuang melawan Aub Dunkelfelger dan menunjukkan
pertimbangan atas penderitaanku. Dan kemudian terpikir olehku—mungkin ini
adalah ujian para wali kami untuk melihat bagaimana kami para kandidat archduke
akan bereaksi terhadap skenario diluar
dugaan. Bahkan kelas etiket istana telah memasukkan banyak trik jahat untuk mencari kesalahan siswa.
Mungkin Turnamen Antar Kadipaten pun sama, dan pengunjung sengaja merekayasa situasi semacam ini.
Motivasi tiba-tiba muncul dalam diriku, dan aku
segera teringat dengan apa yang dikatakan Hannelore tentang terjemahan di perpustakaan dan
pesta teh kami. Tentunya ada beberapa solusi yang tidak harus menerima tantangan.
Aku akan
lulus ujian Aub Dunkelfelger dan mendapatkan hak atas buku itu!
Aku menegakkan punggungku dan tersenyum pada
Hannelore. “Bukankah dikatakan bahwa aub kita perlu mendiskusikan buku sejarah
di antara mereka sendiri? Sepertinya itu bukan keputusan yang bisa aku ambil sebagai kandidat
archduke.”
Hannelore cepat dalam mengambil alih, seperti
yang diharapkan dari kandidat archduke dari kadipaten besar. Dia menyadari
bahwa aku menyarankan agar kami menyerahkan masalah membingungkan itu kepada
para archduke, membalas senyumku, dan kemudian berkata, “Benar, Ayah! Ini
seharusnya didiskusikan antara aub. Bagaimana bisa Kamu mengharapkan Lady
Rozemyne bereaksi terhadap Kamu yang tiba-tiba menyapanya seperti ini?
Aub Dunkelfelger hanya mengangkat alis sebagai
respon,
tampak geli. Seperti yang diharapkan, tidak masalah bagiku untuk menghindari
tantangan ditter sepenuhnya.
“Sekarang, izinkan aku memanggil Aub
Ehrenfest,” kataku dan berdiri. Tapi saat aku menikmati kesempatan ini untuk
menyerahkan segalanya pada Sylvester, Ferdinand bangkit di depanku, meletakkan
tangan di bahuku untuk membuatku tetap duduk, dan menatap para ksatria
Dunkelfelger sambil tersenyum.
"Tidak, Rozemyne, itu tidak diperlukan,"
katanya. “Kamu sendiri yang menulis naskah itu, bukan? Aku, di sisi lain, tidak
ada hubungannya dengan masalah ini, jadi aku
yang akan memanggil aub dan memintanya untuk
menggantikanku.” Dia telah menutup rute pelarianku dalam satu gerakan cepat,
dan setelah itu, dia berjalan ke Sylvester, gerakannya secepat dan anggun
seperti aliran air.
Tidak!
Ini tidak adil! Ferdinand baru saja mencuri jalan keluarku!
Setelah erangan singkat, aku menegakkan diri
dan bertukar salam dengan aub sebelum menawarkannya tempat duduk. Pada saat
ini, aku tidak perlu mencemaskan ditter—kami hanya akan bersosialisasi. Brunhilde segera membawakan kue
pon rohre,
jadi aku mencicipinya dan merekomendasikan agar tamu kami mencobanya, berharap
bisa mengulur waktu sampai Sylvester datang.
“Ini kue pon yang dibuat dengan rohres yang
diberikan Lady Hannelore kepadaku tempo hari. Tolong beri tahukan pendapatmu.”
"Ya ampun..." katanya. “Aku sangat
berterima kasih kepadamu. Aku akan melakukan hal itu.”
Hannelore dan aku menyesap teh sambil
membicarakan hidangan khusus; jika Kamu bertanya kepadaku, kami adalah kandidat
model archduke. Ternyata, bahkan Aub Dunkelfelger pun menyukai kue pon rohre—meskipun
tampaknya dia lebih tertarik pada topping rumtopf daripada kue itu sendiri.
“Rasa ini tidak ada di Konferensi Archduke,”
katanya padaku.
“Kami tidak membuat rumtopf terlalu banyak,
jadi tahun lalu kami sudah kehabisan waktu.”
Saat kami melanjutkan pembicaraan, Sylvester
akhirnya datang, ditemani Ferdinand. Dia menyapa sesama aub, duduk, lalu menatapku dengan
menuntut penjelasan sambil berkata, “Aku diberitahu bahwa
Dunkelfelger ingin mendiskusikan terjemahan modern dari sejarah mereka.”
Aku memberitahunya tentang pesta teh kutu buku
dan permintaan yang baru saja
diajukan Aub Dunkelfelger, pada saat itu dia menyilangkan
tangan dengan cemberut.
"Menyerahlah pada manuskrip itu,
Rozemyne," katanya. “Tidak mungkin Kamu bisa mengalahkan Aub Dunkelfelger
dalam pertandingan ditter—Kamu memiliki waktu yang cukup sulit untuk melewati pesta teh tanpa
pingsan. Belum lagi, meskipun Kamu mungkin tidak memahami ini karena minimnya
pengalamanmu, Dunkelfelger hanya memanfaatkan tantangan ini sebagai alasan
untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Bahkan jika Kamu telah menghabiskan
satu tahun penuh untuk menyatukan naskah itu bersama pengikutmu, menentang
kadipaten besar bukanlah pilihan. Dunkelfelger sudah memiliki versi tersendiri, jadi kurasa versimu berisi catatan tambahan atau semacamnya?
Karena kita hanya kadipaten Kesepuluh, kita tidak punya pilihan selain memahami kehendak kadipaten
besar dan mematuhinya. Aku benci mengatakannya, tapi... Kau harus merelakan mereka
memilikinya.”
Saat Sylvester mencoba menghiburku dengan
suara ramah, dua pengunjung kami dari Dunkelfelger yang tampaknya paling
terkejut. “Oh, tidak, tidak,” kata Hannelore. "Itu sama sekali tidak
benar."
“Aub Ehrenfest, itu sama sekali bukan niatku,”
Aub Dunkelfelger
melanjutkan. “Aku meminta permainan ditter, bukan naskah. Kamu menempatkan seluruh
situasi menjadi hal yang buruk.”
Dan begitulah, tetapi siapa pun yang melihat pria berotot dan gempal seperti dia
menantang seorang gadis kecil untuk bermain ditter akan berpikir dia
mengancamku. Namun, terlepas dari niatnya—seperti yang Sylvester katakan, kami
telah memberinya salinan bersih, meski terjemahan aslinya tetap ada di tangan kami. Dunkelfelger jelas tidak keberatan
menerbitkannya di dalam kadipaten mereka sendiri, tetapi mungkin itu berisi
informasi yang mereka tidak ingin kadipaten lain ketahui. Aku mulai
bertanya-tanya apakah aku harus berhenti menyebarkannya melalui pencetakan dan
hanya membuat catatan kasar menjadi sebuah buku yang akan aku nikmati sendiri.
Karena,
maksudku, permainan ditter tetap terdengar seperti sangat
mengerikan bagiku.
"Dimengerti." Aku mengangguk pada Sylvester dan
kemudian kembali menghadap Aub Dunkelfelger. “Jika Kamu ingin menjadikannya sebuah buku
di kadipatenmu sendiri, Ehrenfest akan menyetujuinya tanpa protes.”
"Tidak, tunggu," jawabnya. “Bukan
itu yang kami inginkan. Kamu memasukkan banyak sekali biaya dan tenaga ke dalam manuskrip
ini — cara apa yang lebih baik untuk menegaskan kepemilikanmu selain dengan
permainan ditter?”
Dan kemudian, sebuah pemahaman membuatku terkejut. Naskah itu
adalah proyek menggairahkanku, dan bagian terjemahan yang sebenarnya tidak
menghabiskan uangku, tetapi jika Aub Dunkelfelger memahami nilainya, aku ingin
dia setidaknya mengembalikan uang yang telah aku habiskan untuk kertas dan
tinta. Bagaimanapun juga, itu semua berasal dari kantongku sendiri, jadi
gagasan aku menyerahkan pekerjaanku tanpa mendapatkan imbalan apa pun tampaknya
sama sekali tidak masuk akal.
“Kau benar-benar bijaksana, Aub Dunkelfelger,”
kataku. “Seperti yang Kamu katakan, manuskrip ini menghabiskan banyak uang,
karena aku perlu membayar pengikutku dan semacamnya. Bisakah aku mengusulkan untuk
mendapatkannya bukan dengan
memamerkan otoritas, tetapi dengan membelinya?”
Aku menatap Aub Dunkelfelger, berharap untuk
mendapatkan ganti rugi setidaknya setengah dari investasiku, sementara Sylvester menyuarakan
dukungannya terhadap gagasan itu. “Rozemyne membuat terjemahan itu untuk
bersenang-senang,” katanya, “artinya dia membayar semuanya sendiri. Mungkin
tidak banyak dari sudut pandang kadipaten besar, tetapi bagi Rozemyne, itu cukup mahal. Aku dengan rendah hati memohon pertimbanganmu
dalam hal itu.”
Aub Dunkelfelger menatap antara Sylvester,
manuskrip itu, dan aku, mengerutkan kening sangat dalam sehingga alisnya hampir menyatu di
hidungnya. "Dia melakukan ini untuk bersenang-senang...?” dia mengulangi. “Berapa
harganya?” “Rozemyne. Berapa harganya?" tanya Sylvester.
Aku meluangkan waktu sejenak untuk secara
mental mengalikan biaya selembar kertas dan jumlah halaman dalam naskah. “Aku tidak akan
dapat memberikan jumlah pasti dalam waktu sesingkat itu,” kataku, “tetapi jika seseorang
menyertakan salinan kasar dan penelitian, kertas dan tinta saja akan berharga
lebih dari lima belas emas besar. Ditambah biaya yang aku bayarkan kepada pengikutku, dan kurasa totalnya sekitar delapan belas emas besar.”
"De-Delapan belas emas besar ?!" seru
Hannelore, berkedip cepat. "Erm, apakah normal menghabiskan uang sebanyak
itu untuk kepentingan seseorang?"
Itu bukan jumlah yang bisa dibelanjakan oleh
kandidat archduke biasa, tetapi ketika itu adalah buku, aku tidak mengeluarkan
biaya. Aku bisa melihat Sylvester menekan dahinya dari sudut mataku, meskipun aku pura-pura tidak melihatnya.
“Kertas baru Ehrenfest lebih murah daripada
perkamen,” aku menjelaskan, “jadi sebenarnya, itu bisa saja lebih mahal.
Kekhawatiran utamaku adalah apakah ada kesalahan dalam terjemahan atau
peristiwa apa pun yang salah kutafsirkan. Aku cukup mencemaskan kesalahan semacam
itu, jadi jika Kamu ingin memberi tahukan terjemahan yang tepat atau kebenaran
dari situasi tertentu padaku, aku akan anggap itu sebagai biaya informasi dan
memangkas biayanya.”
Aub Dunkelfelger bergumam dan menatapku
dengan cermat. “Mengapa Kamu menghabiskan uang sebanyak itu untuk sebuah buku
tentang sejarah Dunkelfelger yang akan dibuat di Ehrenfest? Tidak masuk akal
jika Kamu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk itu.”
“Well, apakah bukumu bukan sesuatu yang menakjubkan? Seperti yang mungkin telah Kamu dengar
dari Lord Lestilaut, aku terkesan dengan
kekayaan sejarah kadipatenmu dan riwayat panjangnya, sedemikian rupa sehingga aku
ingin membuatnya lebih mudah untuk dikonsumsi dan disebarluaskan. Sayang sekali aku tidak
akan pernah diizinkan melakukan itu...” jawabku dan menjatuhkan bahu.
Seringai geli muncul di bibir Aub
Dunkelfelger. “Kalau begitu, mari selesaikan ini dengan permainan ditter.
Pemenang berhak menjual buku tersebut. Aku akan mengembalikan naskah itu segera
setelah Kamu menyetujuinya.”
Hatiku bergejolak. Mengamankan hak untuk
menjual manuskrip ini akan memberiku pedoman untuk menegosiasikan hak buku
dengan kadipaten lain, karena aku hanya bisa mengatakan, “Ini sudah merupakan syarat
di mana kami berbisnis dengan Dunkelfelger.”
“Apakah hak-hak ini berlaku untuk buku-buku
masa depan yang kami pinjam dari kadipatenmu dan transkrip?” Aku bertanya.
“Jika demikian, kami bersedia memberikan manuskrip, mengirimkan salinan dari
setiap judul yang telah selesai, dan membayarmu sebagian dari (royalti) yang
diperoleh.”
Ehrenfest yang akan menerjemahkan dan memproduksi produk akhir,
jadi tentu saja, kami tidak dapat membayarkan semua royalti kepada mereka. Namun, dengan menawarkan sebagian royalti kepada mereka,
mungkin akan lebih mudah bagi kami untuk mendapatkan buku dari kadipaten lain.
“Jadi, Ehrenfest benar-benar berniat menjual
buku-buku itu?” tanya Aub Dunkelfelger. Dia tidak lagi memperlihatkan seringai
geli seperti ketika dia mengusulkan permainan ditter. Sebaliknya, dia menatapku
lekat-lekat
dan penuh perhitungan — ekspresi seorang archduke yang telah mendeteksi bahwa
kami berada pada titik kritis dalam negosiasi.
Aku melirik ke samping; sekarang adalah
kesempatan Sylvester untuk turun tangan dan menyelesaikan masalah dengan ramah.
Dia memahami tatapanku, duduk tegak, dan tersenyum ketika dia berkata, “Kami
dari Ehrenfest bermaksud menjadikan buku sebagai ekspor utama kami. Kali ini
tahun depan, seluruh negara akan terkejut dengan apa yang telah kami capai.”
Keduanya saling tatap sampai, akhirnya, Aub Dunkelfelger
menyeringai. "Menarik. Jika kalian menang, aku akan memberikan Ehrenfest hak untuk menjual transkripsi buku
apa pun yang kami pinjamkan kepada kalian.”
“Itu benar-benar proposal yang bagus, tetapi
kami tidak memiliki cukup tenaga untuk bermain ditter untuk saat ini. Namun,
jika Kamu bersikeras tidak ada cara lain untuk menyelesaikan ini, maka aku
setidaknya memintamu menjadikannya pertandingan pribadi.”
Sylvester tidak ingin menyetujui pertempuran
gila berskala besar dan mempertaruhkan ksatria kami akan kehabisan mana tepat sebelum mereka
berpartisipasi dalam turnamen. Ehrenfest juga berada dalam situasi yang jauh
lebih genting daripada Dunkelfelger yang lebih padat penduduknya, karena kami
baru saja mengalahkan Lord of
Winter dan sebagai hasilnya kami kekurangan ramuan
peremajaan. “Kalau begitu, aku memilih Lord Ferdinand sebagai lawan kami.”
"Aku akan berbicara dengannya,"
jawab Sylvester dan berdiri, mendorong para ksatria Dunkelfelger untuk mengaum
dan bersorak. “Namun, aku tidak dapat menjamin bahwa dia akan setuju; Ferdinand
bukan orang yang berpartisipasi dalam pertempuran, dia tidak mendapatkan
apa-apa darinya. Jika dia menolak, aku akan meminta komandan ksatria kami untuk berpartisipasi.” Dia
kemudian merendahkan suaranya menjadi bisikan yang hanya bisa kupahami dan
berkata, “Jika kamu ingin kami benar-benar memenangkan ini, gunakan lidah
perakmu dan yakinkan Ferdinand untuk bertarung. Ingat—buku dipertaruhkan,
Rozemyne.”
Dan dengan itu, Sylvester menepuk-nepuk kepalaku dan pergi.
Ferdinand merespon dengan seringai yang sangat mencolok ketika dia mengetahui situasi
kami, tetapi dia dengan cepat menyamarkan perasaannya yang sebenarnya dengan tersenyum dan kembali kepada kami.
“Ferdinand... Apa kau kan setuju? Kumohon?" pintaku, menatapnya dengan mata penuh harap. Aku
bisa merasakan bahwa para ksatria Dunkelfelger melakukan hal yang kurang lebih
sama.
Ferdinand menghela napas berat dan duduk
kembali di kursinya. “Dunkelfelger mengizinkan kami untuk menjual buku mereka
tidak ada artinya kecuali mereka terus meminjamkan buku baru, dan aku sudah
bisa membayangkan mereka menantang kita setiap kali kita meminta peminjaman
dari mereka. Aku tidak bisa memikirkan hal yang lebih menyusahkan, jadi, aku
menolak untuk berpartisipasi. Jika Kamu bersikeras mendesak dagelan ini, Rozemyne, maka bergabunglah dalam
pertempuran, terima kekalahan, dan amankan naskahnya. Dengan begitu, tidak
seorang pun kecuali Kamu yang akan menderita karena omong kosong ini.”
“Grr...” Aku juga yakin bahwa Aub Dunkelfelger
ingin menghadapi Ferdinand secara khusus, jadi tidak ada gunanya aku
berpartisipasi dan menderita kerugian langsung. “Ferdinand, game ini merupakan
langkah penting untuk memulai industri percetakan Ehrenfest. Kita tidak boleh kalah, kita juga tidak bisa
sepenuhnya menghindari situasi.”
"Dia benar!" terdengar teriakan dari
antara para ksatria Dunkelfelger, yang terlihat penuh harap seperti biasanya.
"Dengarkan dia!"
"Kumohon, Ferdinand. Pinjamkan kekuatanmu,” kataku. “Bukan untukku,
tapi untuk Ehrenfest.”
Harapanku adalah meyakinkan dia bahwa ini
lebih dari sekedar masalah pribadi —ini demi kadipaten kami— namun dia hanya
tersenyum bangsawan dan berkata, “Tidak ada yang bisa aku peroleh dari keributan
ini, jadi aku tidak punya alasan untuk berpartisipasi.” Nada suaranya dingin,
dan tatapannya sangat dingin hingga aku hampir menyerah di tempat, tapi apakah
dia berpartisipasi atau tidak pasti akan menentukan permainan. Dia jauh lebih
mungkin untuk mengamankan kemenangan daripada siapa pun, dan karena alasan itu,
aku meraih lengan bajunya dan dengan putus asa mulai memohon padanya.
"Aku akan memberimu salinan dari setiap
buku Dunkelfelger yang kami transkrip."
"Aku tidak menginginkannya."
"Kalau begitu aku akan, um... aku
akan..."
Saat mataku mulai berkaca-kaca, salah satu
ksatria Dunkelfelger melangkah maju dan berkata, “Aub Dunkelfelger, tolong
percayakan pertempuran dengan Lord Ferdinand ini kepadaku.” Pria itulah yang
ditunjukkan Ferdinand kepadaku—mantan teman sekelasnya, kurasa.
"Heisshitze," jawab aub,
"bisakah kamu membawa pria batu ini ke medan perang?"
"Ya pak!" Heisshitze mengumumkan.
Dia kemudian menatap mata Ferdinand dan berkata, "Satu buah
flammerzung."
Ferdinand tidak lagi menampilkan senyum
percaya diri seorang bangsawan; sekarang, dia tampak murni kontemplatif saat
memelototi musuh lamanya. Heisshitze menyeringai seolah yakin akan kemenangan, sementara rekan
ksatrianya menepuk punggungnya dan meneriakkan sorakan penyemangat.
Jadi ini
Heisshitze, ya? Wow! Rasanya dia benar-benar terbiasa memancing Ferdinand ke
dalam pertarungan!
Heisshitze telah berusaha untuk merebut kembali jubah
birunya berkali-kali, seperti yang diingat oleh Ferdinand dengan sangat
menyesal... yang berarti dia telah berhasil memancing Ferdinand ke dalam
pertandingan yang sulit dalam banyak kesempatan.
Ayolah,
Heisshitze—ini semua demi hak penerbitanku!
“Satu daun quellweide, satu winfalke hide...”
Heisshitze melanjutkan, masih mempertahankan kontak mata dengan Ferdinand. Aku
tidak tahu nama-nama itu, tetapi bisa ku tebak bahwa itu
adalah bahan ramuan yang sangat berharga. “Jika menang, Lord Ferdinand, Kamu
dapat memilih salah satu—”
"Semuanya," sela Ferdinand. “Dan
beberapa bubuk glanzring juga. Jubah itu sangat berharga, bukan?” Dia
mengangkat alis dan melepas senyum mengejek ke arah Heisshitze, yang seringai kemenangannya
berubah menjadi kerutan termenung—penampilan seorang pria yang mempertaruhkan
nyawanya, aku menyimpulkan.
Ferdinand,
jangan siksa dia! Kamu terlalu kejam...
"Well, Heisshitze?" tanya Ferdinand.
Heisshitze tidak punya pilihan. Dia mengangkat
kepalanya dengan ekspresi tekad dan berkata, “Sepakat. Kali ini, aku akan merebut kembali jubahku!”
"Baiklah. Adapun apa yang harus kita lindungi... Kurasa kita memiliki
kandidat archduke kita di sini, dan cukup bagus, usia
mereka juga sebaya. Bahkan akan memungkinkan Rozemyne untuk
berpartisipasi, sampai taraf tertentu, dimana itu berharga karena dialah yang ditantang
Aub Dunkelfelger.” Um... Apa?
“Jangan takut, Rozemyne—aku akan melindungimu dengan baik,” kata
Ferdinand, memasang senyum yang sangat cerah hingga itu jelas-jelas palsu. Dia jelas, pasti, licik secara terang- terangan ...
tapi karena ada hak penerbitan pada game ini, mempercayainya tetap merupakan pilihan
terbaikku. Tidak peduli apa yang dia rencanakan, aku harus mengikutinya.
“Ah... U-Um, kenapa kedengarannya seperti aku
juga terseret?!”
Hannelore tergagap.
“Kamu bisa tenang, Lady Hannelore. Aku akan
melindungimu,” kata Heisshitze.
“Mari kita kalahkan Ehrenfest, bersama-sama. Kamu
dulu pernah
mengalahkan Santa Ehrenfest, kan? Yah, aku memiliki harapan yang tinggi untuk pertunjukan
yang berulang.”
"Tidak. Heisshitze, apa yang kamu katakan
?!”
Hannelore mulai berlinang air mata saat semua
orang mulai mengerumuninya, tetapi para ksatria Dunkelfelger terlalu senang
dengan pertandingan ditter untuk mencemaskan kepanikannya. Di satu sisi, aku senang melihat Ferdinand sangat termotivasi, tetapi
di sisi lain... sebagian dari diriku ingin menangis.
Maafkan
aku, Hannelore! Maafkan aku! Aku tidak
bermaksud membuatmu terseret dalam salah satu
skema jahatnya!
Saat aku dalam diam memohon pengampunannya, Ferdinand dan
Heisshitze sedang merundingkan detailnya. Mereka terlihat
sangat cepat, dan
mereka menyampaikan ide-ide kompleks melalui frasa sederhana seperti
“Seperti biasa” dan “Di tempat latihan
Dunkelfelger.”
"Jadi, apakah kita akan melakukan ini
setelah upacara kelulusan?" Aku bertanya. Ferdinand mencibir. “Aku ingin
ini diselesaikan dengan cepat. Dunkelfelger dan Ehrenfest akan
berpartisipasi di paruh kedua Turnamen Antar Kadipaten, jadi kita akan menyelesaikan
semuanya sebelum itu.”
Saat itulah Justus membawa sebuah kotak kayu
yang mungkin berisi jubah biru. "Maaf membuatmu menunggu, Lord Ferdinand," katanya.
"Sekarang, mari kita pergi."
Post a Comment