Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 19; 9. Merencanakan Pesta Teh

Aku berasumsi bahwa Ferdinand akan kembali ke Ehrenfest tepat setelah pertemuan, akan tetapi dia dan Justus pertama-tama memeriksa persiapan para cendekiawan mengenai Turnamen Antar Kadipaten dan kemudian mulai memberi mereka instruksi untuk menambahkan penelitian baru ke presentasi mereka.



"Penelitian baru apa, tepatnya?" Aku bertanya.

“Penelitian sederhana tentang doa-doa Alkitab,” jawab Ferdinand. “Kurasa Profesor Hirschur akan mendatangimu saat aku pergi, meminta dokumen tentang Alkitab sehingga dia bisa mempelajari itu lebih jauh. Kamu harus mengusirnya dan memberi tahu dia bahwa detailnya akan disajikan di Turnamen Antar kadipaten. Aku tidak ingin dia memanggilku berulang kali.”

Ferdinand kemudian mulai memberi instruksi kepada Hartmut. Tampaknya untuk memecahkan masalah yang akan datang, mereka mengutak-atik catatanku agar lebih terlihat seperti hasil penelitian.

Mereka mulai sebagai catatan acak yang aku buat saat menyalin dan membandingkan salinan Alkitab. Aku tidak percaya itu sekarang layak untuk dipresentasikan di Turnamen Antar kadipaten. Aku rasa dia memang ilmuan gila—hidup di dunia yang sepenuhnya berbeda.

Bisakah aku melihatnya?” Aku bertanya.

Penelitiannya adalah tentang doa-doa yang bahkan bisa dilihat oleh seorang pendeta biru, dan itu meliputi Air, Api, Angin, dan Bumi. Rupanya, waktu yang ideal untuk mempresentasikan ini adalah tahun depan, ketika aku memulai kursus cendekiawan, tetapi karena kami tidak dapat menunjukkan dengan tepat Alkitab Uskup Agung di Turnamen Antar Kadipaten, dia memilih bagian teraman transkripsi.

“Tetap saja, kepada siapa kita akan menghubungkan penelitian ini?” Aku bertanya. “Aku mengerti aku adalah pilihan yang paling baik, karena aku besar di gereja. Rata-rata bangsawan tidak pernah memasuki gereja dan tidak akan memiliki banyak kesempatan untuk melihat Alkitab yang ditranskripsikan.”

"Hartmut, tentu saja," jawab Ferdinand. “Penelitian ekstensifnya tentang legenda seputar Santa Ehrenfest akan terbukti sangat berguna, dan jika kita mengklaim bahwa dia baru memulainya setelah menjadi pengikutmu, itu akan menjelaskan kesederhanaan dan kekasaran relatif dari hasilnya.”

Ternyata, kualitas dan kuantitasnya terlalu kurang untuk dijadikan dokumen penelitian utama seorang siswa yang lulus. Namun, karena Hartmut telah menyiapkan beberapa penelitian lain, itu dapat disematkan ke gelar tambahan. Satu-satunya masalah adalah dia akan dianggap sebagai orang aneh yang karena suatu alasan sering mengunjungi gereja.

"Tapi itu tidak akan banyak berarti bagiku, karena aku sudah dikenal sebagai pemuja Lady Rozemyne," kata Hartmut, menyampaikan berita tidak menyenangkan itu dengan senyum menyenangkan yang tidak menyenangkan.

"Um, kapan kamu dikenal karena itu ?!" Aku bertanya.

"Selama tidur panjangmu, Lady Rozemyne."

Tampaknya setelah berkah tidak disengaja saat aku memainkan harspiel pada debutku, Hartmut segera mulai menyebarkan legenda santaku di Akademi Kerajaan. Kisah-kisah besar ini didasarkan pada penjelasan Sylvester untuk dipahami oleh para bangsawan.

Oke, pantas saja Pangeran Anastasius mencurigaiku saat pertama kali kami bertemu! "Tapi pada saat itu kamu bukan pengikutku, kan?" Aku bertanya.

“Ibuku memarahiku karena bertindak terlalu berlebihan dan menyuruhku untuk tenang—berpikir hati-hati sebelum bertindak. Aku akhirnya harus menunggu satu tahun, tetapi pada saat itu, hatiku sudah menjadi pengikutmu.”

Guh... Itu sangat mirip dengan apa yang Roderick katakan tentang menjadi pengikutku sebelum menjadi pengikutku, tapi kenapa itu terdengar sangat berbeda?!

Ottilie, menurutku putramu tidak akan pernah tenang!

Setelah Ferdinand selesai menginstruksikan para cendekiawan magang tentang Turnamen Antar Kadipaten, dia mengumpulkan kandidat archduke beserta pengikut mereka. Sekarang, akan ada pertemuan tentang pesta teh-ku yang akan datang.

Aku lebih suka membaca di kamar, tapi kurasa itu mustahil.

Cih.

Rihyarda berusaha mengeluarkanku dari kamar untuk menjalani kehidupan bangsawan normal, sementara Brunhilde sangat senang akhirnya memiliki kesempatan untuk menyebarkan tren bersamaku, jadi aku harus menghadiri setidaknya pesta teh dalam jumlah minimum.

“Tapi bukankah buku-buku Ehrenfest menjadi topik hangat saat ini?” Aku bertanya. “Aku masih tidak yakin dengan kemampuanku untuk tetap sadar, jadi aku merasa lebih baik untuk menghadiri pesta teh sesedikit mungkin.”

Menanggapi poinku yang sangat masuk akal, Ferdinand memberiku kalung yang disematkan dengan beberapa batu feystone yang sangat besar. “Pakai ini saat menghadiri pesta teh,” katanya, “dan pergilah saat feystone ini setengah dicat. Kadipaten lain sudah tahu bahwa Kau sakit-sakitan dan pingsan tanpa peringatan. Jika Kamu mengatakan bahwa Kamu merasa tidak enak badan dan hampir pingsan, tuan rumah mana pun pasti akan mengizinkanmu pamit.”

Membiarkanku pergi lebih awal jauh lebih baik bagi yang lain daripada harus menanggung trauma melihatku pingsan di depan mata mereka. Selanjutnya, menurut Ferdinand, feystones yang berubah warna akan memudahkan pelayanku untuk mengevaluasi kesehatanku. Mana dalam feystone bahkan tidak akan terbuang percuma, karena kami bisa menggunakannya kembali untuk Doa Musim Semi dan Ritual Persembahan.

Astaga, aku benar-benar merasa seperti charger baterai.

"Namun, jika Kau pamit di tengah jalan, Kamu akan membutuhkan seseorang di sana yang dapat menindaklanjuti tanpa gagal," lanjut Ferdinand. “Untuk alasan itu, hanya hadiri pesta teh di mana Charlotte juga hadir. Jangan menghadari pesta teh selain itu."

"Paman, itu akan membebani Charlotte," kata Wilfried, terlihat tidak tertarik dengan gagasan itu. “Dia baru mulai menghadiri Akademi Kerajaan dan belum terbiasa bersosialisasi. Sebaliknya, bukankah kita harus meminta Rozemyne tidak menghadiri pesta teh sepenuhnya sampai Charlotte dapat mengumpulkan pengalaman yang cukup?”

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain menundukkan kepalaku. Pesta teh di perpustakaan adalah satu hal, aku tidak ingin memaksa pesta teh lain jika itu berarti membebani Charlotte.

Inilah sebabnya aku mengatakan aku ingin berdiam di kamar dan membaca. Biarkan aku menjadi lemah dalam damai.

Aku menghela nafas, diliputi kesuraman, pada saat yang sama ketika Ferdinand menghela nafas putus asa dan menatap Wilfried dengan mata dingin. "Seperti biasa, Kamu hanya memikirkan apa yang ada di depanmu dan tidak pernah memikirkan masa depan," katanya.

"Apa?!"

“Jika kita tidak memanfaatkan masa-masa ini untuk membuat Rozemyne mendapatkan sebanyak mungkin pengalaman bersosialisasi di Akademi Kerajaan, bukannya kamu yang nantinya akan menderita lebih dari siapa pun? Kamu harus menghadiri Konferensi Archduke sebagai Aub Ehrenfest suatu hari nanti, dan pada tingkat ini, Kamu harus membawa istri pertama yang tidak mampu bersosialisasi. Charlotte tidak akan ada di sana untuk Kamu andalkan saat itu. Aku menghargai perhatianmu terhadap adikmu, tetapi jika akan menjadi archduke berikutnya, Kamu harus selalu mempertimbangkan gambaran lengkap. Kamu harus berlutut dan memohon bantuan Charlotte, jika diperlukan.” Sekarang, sudah waktunya bagi Wilfried untuk menundukkan kepalanya.

"Charlotte, aku yakin Kamu sangat dewasa dan bijaksana untuk usiamu, mungkin karena Kamu dibesarkan di bawah dua kakak yang sangat tidak bisa diandalkan," lanjut Ferdinand. "Aku mengerti ini akan membebanimu, tapi kumohon temani Rozemyne ke pesta teh mana pun."

“Aku akan merasa lebih sulit untuk menemukan tren baru dan memperkenalkan industri baru ke kadipaten seperti yang dilakukan kakakku, jadi akan kulakukan sebisaku,” kata Charlotte, menunjukkan senyum mempesona yang tampaknya memancarkan ambisi.

Pesta teh bangsawan dipenuhi dengan bahasa tidak langsung, dengan semua pihak saling selidik sedalam yang mereka bisa. Dalam situasi normal, sebagai kakak Charlotte, kami akan menemaninya ke pesta teh dan melindunginya saat dia mengumpulkan pengalaman. Namun sekarang, aku malah menjadi beban padahal aku adalah kakaknya.

Bukankah ini membuatku gagal sebagai seorang kakak?

Pikiran itu saja sudah membuat depresi. Aku ingin menjadi kakak yang dapat diandalkan seperti Tuuli, yang dulu selalu membawakan desain baru dan sangat bijaksana sehingga dia bahkan meramalkan bahwa aku akan menginginkan ban lengan tembahan. Tetapi tidak peduli seberapa keras aku berusaha, sepertinya itu tidak akan pernah terjadi padaku.

"Aku lebih suka tidak merepotkan Charlotte seperti ini," kataku, "jadi tolong izinkan aku untuk berdiam di kamar dan menghabiskan hari-hariku dengan membaca."

“Ya, itu akan meminimalkan masalah untuk saat ini,” jawab Ferdinand, “tetapi bukankah aku barusaja menjelaskan bagaimana itu akan menimbulkan lebih banyak masalah di masa depan? Apakah Kamu mendengarnya? Kamu tidak punya pilihan selain menghadiri sambil merencanakan ke depan.”

Tiba-tiba, Rihyarda dengan protektif melangkah di antara kami. “Aku harus bertanya apakah kamu mendengarkan, Nak! Berapa kali aku memperingatkanmu tentang ini? Kamu selalu menggunakan bahasa kasar, dan aku selalu memberitahumu untuk berpikir lebih hati-hati sebelum berbicara. Kamu dianggap terlalu kejam. Apakah Kamu sama sekali tidak mengindahkan saranku?”

Ferdinand tidak merespon. Sebaliknya, dia hanya melihat ke bawah ke lantai.

Setelah melihat ini, Rihyarda membiarkan ekspresinya melunak. “Ferdinand, Nak... Aku tahu kamu melakukan semua yang kamu bisa untuk Lady Rozemyne, membuat alat sihir dan memikirkan rencana untuknya, tetapi caramu berbicara terlalu kasar untuk seorang gadis yang bahkan tidak bisa menikmati berbicara tentang apa yang mereka suka dengan teman-temannya saat pesta teh,” lanjutnya dan kemudian memelototi Wilfried. “Dan aku bisa mengatakan hal yang sama padamu, Wilfried, anakku. Aku mengerti tidak mudah bagimu untuk terus membereskan kekacauan Lady, tetapi dia tidak pingsan karena dia bisa memilihnya. Wajar jika dia menjadi bersemangat ketika topik yang dia sukai diangkat. Bayangkan jika Kamu disuruh menekan kebahagiaanmu setiap saat, bahkan ketika Kamu memenangkan salah satu permainan gewinnen yang sangat kau tekuni. Dan bayangkan, setelah gagal menekan emosi, Kamu disuruh sepenuhnya berhenti memainkannya.”

Wilfried menatapku dengan malu-malu. “Maaf, Rozemyne. Aku tidak menyadari bahwa aku menjadi sangat tidak pengertian. Charlotte ada di sini tahun ini, dan sekarang aku tidak perlu menghadiri pesta teh untuk perempuan, jadi aku pikir akan lebih baik jika dia saja yang berurusan dengan mereka.

Aku mengangguk. Bahkan mengesampingkan potensi kebencian atau apa pun yang Kamu miliki, faktanya Ehrenfest memang akan jauh lebih damai jika aku tidak menghadiri pesta teh.

“Rihyarda, bukankah demi kepentingan terbaik semua orang bagiku untuk tetap berdiam diri di kamar?” Aku bertanya.

“Tolong jangan merasa sedih, Lady. Kami para pelayan bersalah ketika kami tidak dapat menyusun rencana ke depan dan memastikan bahwa Kamu dapat menikmati pesta teh sampai akhir.”

Kata-kata Rihyarda membawaku kembali ke dunia nyata. Alisku berkerut saat aku mencoba mencari alasan untuk berdiam di kamar, tapi di luar, aku pasti terlihat sedih karena tidak bisa menghadiri pesta teh.

“Aku tidak merasa sedih,” jawabku. "Aku paham betul bahwa kalian selalu bekerja keras dan mempertimbangkan setiap jalan yang kalian bisa."

"Kalau begitu, Lady, tolong beri kami lebih banyak kesempatan," kata Rihyarda, terdengar sangat serius. “Kami tidak punya pilihan selain mendapatkan pengalaman kami sendiri-bekerja mengidentifikasi kapan manamu mulai meluap, seberapa banyak luapan yang aman, dan apa yang dapat kami hindari untuk memastikan pesta teh berakhir dengan aman. Kamu jatuh pingsan di dua pesta teh, jadi aku mengerti keragu-raguanmu untuk mencoba lebih banyak. Namun, kita tidak bisa berkembang jika tidak diberi kesempatan. Bahkan selama pesta teh perpustakaan, ketika diskusi beralih ke pertukaran buku dan pemikiranmu tentangnya, kami menjagamu tetap stabil dengan memakai feystone. Maukah Kamu tidak mencoba menghadiri lebih banyak pesta teh dengan ini? kalung yang disiapkan Ferdinand dengan murah hati untukmu?”

Hatiku sedikit tergerak. Benar, bahkan di pesta teh kutu buku saja, semuanya berjalan cukup baik sampai perpustakaan istana muncul ke pembicaraan. Aku tentu saja terbuka dengan gagasan menghadiri pesta teh lain, selama aku tidak dilarang membicarakan buku.

Lagi pula, aku masih tertarik untuk mendengar cerita dari kadipaten lain dan apa yang orang pikirkan tentang buku secara umum.

Seolah memperhatikan celah didalam pertahananku, Charlotte menggenggam tanganku dan menatapku, mata nilanya penuh dengan kekhawatiran. “Kakak, aku sangat menantikan untuk menghadiri pesta teh denganmu. Bagiku, kepulanganmu dari Ehrenfest sangat layak untuk dirayakan, dan aku berharap kita bisa menghadiri pesta tehmu berikutnya bersama-sama.”

Itu sangat menggemaskan! Sebagai kakak, bagaimana mungkin aku tidak pergi ke pesta teh dengannya sekarang?!

"Baiklah. Kita bisa menghadiri pesta teh berikutnya bersama-sama,” kataku dan bertukar senyum dengan Charlotte.

"Kalau begitu," sela Ferdinand, "Aku sarankan Kau merencanakan pesta teh dengan Dunkelfelger.”

“Dunkelfelger?” aku mengulanginya.

“Kamu lebih dekat dengan kandidat archduke mereka daripada kandidat archduke lain kan? Lady Hannelore. Kamu bertukar buku dengannya, dia dapat mengikuti minatmu, dan dia telah menyaksikan Kamu pingsan di pesta teh lebih dari sekali. Seharusnya aman bagimu untuk membuat beberapa kesalahan kecil di hadapannya.”

Wilfried tiba-tiba berdiri, ekspresinya keras. “Kamu salah paham terhadap Lady Hannelore, Paman. Dia sama sekali tidak terbiasa dengan pingsannya Rozemyne. Bahkan terakhir kali, dia sangat terkejut sehingga dia—”

"Dia adalah wanita Dunkelfelger," jawab Ferdinand, melambaikan tangan dengan acuh. “Kita bisa bermaksud untuk mengeksploitasi ini untuk keuntungan kita, tetapi kita dapat mengatakan dengan pasti bahwa dia memiliki sesuatu yang diperlukan untuk melakukan hal yang sama.”

Hannelore tidak terlihat seperti orang yang licik bagiku, tetapi sejarah menunjukkan bahwa wanita Dunkelfelger adalah ahli strategi yang cukup cakap, jadi mungkin sikap sopannya hanyalah sandiwara.

Setelah menjelaskan rentetan beberapa instruksi lagi, Ferdinand kembali ke Ehrenfest dengan rombongannya. Para cendekiawan magang sangat sibuk dengan beban kerja mereka yang tiba-tiba meningkat, tetapi Hartmut tampak sangat bersemangat, dan Philine sangat ingin belajar sebanyak yang dia bisa. Jika Roderick ditambahkan ke dalamnya, mereka tampak seperti sedang bersenang-senang.

_____________

Kami berkonsultasi dengan Dunkelfelger tentang pesta teh dan menerima tanggapan positif. Merekalah yang akhirnya mengundang kami, karena mereka ingin mendiskusikan terjemahan modernku dari buku sejarah mereka.

Aku akan melakukan yang terbaik agar mereka mengizinkanku untuk mencetaknya, dan agar aku dapat meminta untuk meminjam buku yang aku miliki saat ini untuk beberapa saat lebih lama!

Setelah mengenakan kalung yang diberikan Ferdinand kepadaku dan memastikan kami membawa cerita ksatria Ahrensbach kami, yang telah kami cetak di workshop gereja setelah Aurelia membagikannya, aku pergi ke pesta teh Dunkelfelger dengan Charlotte.

Ruang pesta teh Dunkelfelger sangat sederhana: skema warnanya adalah kombinasi sederhana dari biru dan putih, dan tidak ada ukiran hiasan atau dekorasi mewah. Meja utama panjang dengan ujung yang tajam, dan di sudut terdapat patung highbeast dengan seorang ksatria di atasnya, kira-kira sebesar anak kecil. Itu terbuat dari kristal biru jernih dan diukir dengan sangat indah sehingga aku hampir mengiranya akan hidup setiap saat.

Mm... Sederhana dan modern, tetapi stylish dengan cara yang tampak berbeda dari mode Klassenberg. Meskipun, harus aku akui, desain kontemporer semacam ini terasa agak tidak biasa, karena Dunkelfelger memiliki sejarah yang kaya untuk ditarik.

Saat aku melihat seisi ruangan dengan penasaran, Hannelore tersipu malu. “Biasa-biasa saja kan? Kadipaten kami sangat sedikit memusatkan perhatian pada dekorasi, dan jika digabungkan dengan warna kami menjadi biru dan musim yang sangat dingin...” Dia terdiam dan bergumam tentang bagaimana suasana dan dekorasi terasa sangat dingin di musim dingin—sangat kontras dengan musim panas, saat para ksatria memenuhi ruangan dengan kegemparan yang menyenangkan.

"Menurutku itu mencerminkan kepraktisan Dunkelfelger dengan cukup menarik dan efisien," kataku. “Ini mungkin tidak memancarkan keindahan yang cenderung disukai para gadis, tetapi pertemuan para ksatria akan terasa seperti di rumah sendiri di sini. Dekorasinya memancarkan kekuatan secara positif, artinya itu sangat cocok dengan kadipatenmu.”

Hannelore mengerjap kaget, melihat sekeliling ruangan, lalu mengangguk beberapa kali. Tempat duduk disiapkan untukku, pada saat itu Hannelore menyesap teh dan kemudian menggigit kudapan. Sebagai gantinya, aku memakan salah satu kue Ehrenfest yang kami bawa.

Setelah formalitas pembukaan selesai, aku mencoba kudapan yang Hannelore rekomendasikan padaku. Yang satu tampak menyerupai anggur kering yang dilapisi yogurt rasa madu.

"Apakah ini khas Dunkelfelger?" Aku bertanya.

"Benar. Buah-buahan ini disebut rohres. Aku lebih suka yang kering, meskipun orang dewasa cenderung lebih menikmatinya saat sudah diubah menjadi vize. Kami biasanya menyajikan rohres bergula saat berada di Akademi Kerajaan dan Kedaulatan, tetapi mengingat kue dan kue kering milik kadipatenmu, kami pikir Kamu mungkin lebih menyukai yang ini.”

Aku senang mengetahui Hannelore telah mempertimbangkan preferensiku saat memilih kudapan dan mengangguk sambil tersenyum. “Ya, rohres kering ini cukup enak. Aku mengembangkan rasa yang cukup untuk mereka. Kurasa bisa menjadi pelengkap sempurna untuk kue apa pun.”

"Kakak," tambah Charlotte, "Aku yakin itu bisa digunakan untuk membuat kue pon yang enak."

"Astaga. Rohres dalam kue pon? Kedengarannya lezat,” kata Hannelore dengan senyum melamun. Aku mengangguk setuju, dan dia menginstruksikan pelayannya untuk memberikan beberapa rohres kering padaku setelah pesta teh kami selesai.

“Tolong bagikan kreasi barumu dengan kami setelah selesai.” "Ya, tentu saja," jawabku.

Kamu punya tugas baru, Ella.

"Nah, Lady Rozemyne," kata Hannelore, "tentang terjemahan modern sejarah kadipaten kami yang kamu buat..."

“Apakah aku melakukan kesalahan besar?” Aku bertanya.

“Ah, tidak tidak. Itu ditulis dengan sangat baik. Kakakku bahkan membacanya beberapa kali. Dia, ahem, cukup mabuk dengan kemegahan sejarah kami, jadi...”

Aku hanya tahu Lestilaut sebagai atlet antagonis, jadi sangat mengejutkan mengetahui bahwa dia adalah pembaca yang cukup rajin untuk membaca naskah yang sama beberapa kali. Bahkan jika hasrat ini lebih diilhami oleh patriotisme terhadap kadipatennya, aku turut senang mengetahui dia sangat menyukainya.

Itu satu poin bagusku untukmu, Lestilaut!

"Bagaimanapun, aub meminta agar kami diizinkan untuk menyalin buku itu untuk tujuan kami sendiri juga," lanjut Hannelore. “Emm, bagaimana menurutmu? Detailnya dapat didiskusikan selama Turnamen Antar Kadipaten atau mungkin di Konferensi Archduke.”

Aku membuka mulutku, siap untuk setuju di sini dan sekarang, tetapi Charlotte berbicara lebih dulu. "Kami akan mendiskusikan ini dengan aub kami juga," katanya sambil tersenyum. “Aku yakin akan ideal bagi mereka untuk menyelesaikan masalah di antara mereka sendiri di Turnamen Antar Kadipaten.”

“Aku sangat berterima kasih padamu.”

Oh. Kurasa aku memang tidak seharusnya langsung memberikan persetujuanku. Yah, aku bahkan tidak mendapat kesempatan untuk berbicara, jadi aku masih aman.

Dari sana, percakapan beralih ke berbagi pemikiran kami tentang Kisah Asmara Akademi Kerajaan. Hannelore memiliki banyak hal untuk dikatakan: pemikirannya luar biasa, dia ingin seorang pria seperti karakter khusus ini untuk menawarkannya sebuah feystone, dan dia menyukai pilihan cerita itu. Hal yang paling mengejutkan adalah cerita favoritnya adalah tentang Sylvester dan Florencia.

“Pertama-tama, seseorang tidak bisa tidak mendukung seorang pria yang mengejar seorang wanita yang lebih tua darinya dan dari kadipaten berstatus lebih tinggi,” katanya. “Aku hanya bisa memimpikan seseorang suatu hari nanti akan mengungkapkan cinta mereka kepadaku dengan penuh semangat.”

Aduh.  Bisa-bisanya Hannelore dimabuk Sylvester. Itu tidak terduga.

Charlotte menyimak dengan senyum samar-samar tidak nyaman, sadar bahwa ceritanya adalah tentang orang tuanya, dan kemudian berkata, “Aku pribadi sangat menyukai cerita ini, yang tentang ksatria magang. Tidak banyak pria yang akan tetap bertahan setelah gagal berkali-kali, dan mereka juga tidak akan terus berjuang penuh semangat seperti itu untuk mendapatkan cinta sejati mereka.”

Kali ini, Hannelore yang memasang senyum tidak nyaman. Itu mungkin cerita Dunkelfelger, dan mungkin dia tahu cerita asli dari kisah tersebut.

Meskipun, dalam hal ini, mereka terus kalah sampai akhir.

Omong-omong, aku sangat senang diizinkan untuk meminjamkan buku Ehrenfest kepada orang lain,” kata Hannelore, mengangkat peminjaman buku. “Aku sekarang juga dapat mendiskusikannya dengan teman-temanku yang lain.”

"Baca juga cerita ini," kataku, langsung beralih ke topik baru. “Ini adalah kisah tentang ksatria, yang diajarkan kepadaku oleh seorang wanita Ahrensbach yang menikah dengan Ehrenfest. Aku membawanya dengan harapan kita dapat memperpanjang pertukaran kita. Kamu mengembalikan bukuku, Lady Hannelore, tapi sangat disesalkan bahwa aku belum selesai menyalin buku yang aku pinjam darimu.”

Philine menawarkan buku baru kami ke salah satu cendekiawan magang Hannelore, yang meminta respon dari lady mereka. Hannelore mengangguk singkat, lalu menoleh ke arahku dan berkata, “Kamu sungguh tidak perlu seperhatian itu, Lady Rozemyne, tapi aku akan menerimanya dengan senang hati.”

Oke, jadi aku bisa terus meminjam buku. Yey!

Saat aku membuat pose kemenangan didalam hati, Rihyarda dengan ringan meletakkan tangan di bahuku. Aku menatap kalungku dan melihat feystone Ferdinand sedikit berubah warna, artinya sudah saatnya bagiku untuk pamit.

Bah. Padahal aku masih merasa baik-baik saja.

Ketika aku memikirkan bahwa aku tidak terlalu ingin pergi, Charlotte juga memperhatikan betapa kalung itu telah berubah warna. Dia meletakkan tangan di pipi, mata nilanya gemetar karena khawatir, dan berkata, “Kamu tampak agak pucat, kakak. Apakah kamu tidak apa-apa?"

“Lady Hannelore, aku sungguh minta maaf, tapi aku yakin aku harus pamit untuk hari ini...” kataku, meletakkan tangan di kalungku tanpa berusaha menyembunyikan kekecewaanku. "Aku, erm, tidak ingin pingsan dan menyusahkanmu lagi."

Ekspresi Hannelore diselimuti kekhawatiran. "Tentu saja. Aku tidak ingin Kamu memaksakan diri. Semoga Kamu beristirahat dengan baik dan segera membaik.”

“Hari ini benar-benar menyenangkan,” kataku. “Tolong bagikan pemikiranmu tentang buku-buku itu denganku lagi kapan-kapan. Charlotte, aku serahkan sisanya padamu.”

"Benar, Kakak," jawab Charlotte. “Kamu bisa mengandalkanku.”

Aku mengucapkan perpisahan, berdiri, dan kemudian kembali ke asrama, menyerahkan sisanya ke Charlotte. Aku berhasil kembali ke kamar tanpa pingsan dan menghela nafas lega. Pengikutku melakukan hal yang sama, meskipun mereka tampak lebih lega dariku.

“Tidak kusangka Lady Rozemyne bisa mendiskusikan buku tanpa langsung pingsan setelahnya...” Lieseleta merenung.

Benar,” kata Rihyarda dengan senyum bangga. “Dia menghadiri pesta teh dengan teman terdekatnya dan pulang tanpa cedera. Pertemuan dengan Drewanchel harus berlanjut dengan baik, Lady.”

Aku senang kalian berdua turut bahagia, tapi pesta teh membuatku tertekan karena sepenuhnya alasan lain...

Post a Comment