Update cookies preferences

Eighty Six Vol 10; Chapter 9; FIDO


Jika diperkenankan, izinkan aku berbicara sedikit tentang diriku.

Aku adalah kecerdasan buatan dengan nama Prototipe 008. Tapi anak penciptaku—dan tuan terakhirku—memberiku panggilan Fido.

__________________

Tempat "kelahiran"-ku adalah sebuah lab di sebuah estate di pinggiran ibu kota Republik San Magnolia, Liberté et galité. Aku melayani sebuah keluarga. Sang ayah adalah peneliti kecerdasan buatan yang menciptakanku. Sang ibu adalah seorang wanita cantik, sangat anggun. Mereka memiliki dua anak: anak yang lebih tua, yang sudah duduk di bangku sekolah menengah, dan anak yang lebih muda, yang dibesarkan dengan penuh kasih dari sekelilingnya.

______________________

Saat itu, aku diberi kontainer yang terbuat dari bahan lembut seperti adonan yang dibuat dalam bentuk anjing ras besar. Aku dirancang sedemikian rupa sehingga bahkan jika anak bungsu memelukku dengan seluruh kekuatannya atau memperlakukanku dengan sembarangan, dia tidak akan dirugikan dengan cara apa pun.

Ketika ayah dari keluarga itu menyelesaikan final test-nya dan sedang sibuk menyusun laporan, aku bisa mendengar derit pintu terbuka. Itu diikuti oleh langkah kaki ringan, hanya cukup keras untuk ditangkap oleh sensor audioku.

Sebagian besar anggota keluarga, kecuali nyonya rumah, berjalan dengan langkah kaki yang sangat ringan dan nyaris tak terdengar. Dengan kata lain, fakta bahwa orang ini hampir tidak membuat langkah kaki tidak banyak mempersempit daftar kandidat, tetapi karena kepala mereka tidak sampai meja ayah...

"Ayah."

Ya. Itu adalah anak yang lebih muda.

“Shin. Berapa kali aku harus memberitahumu untuk tidak menyela studiku? Aku sedang bekerja,” kata tuan.

Tetapi bahkan dengan mengatakan itu, dia mengambil anak itu dan mendudukkannya di atas lututnya. Dia tahu, mungkin, bahwa si adik tidak akan mengindahkan tegurannya.

"Apakah robotnya sudah siap?" tanya anak itu.

“Hmm, itu bukan robot; itu AI... Yah, sudahlah. Ya, sudah siap. Dan yang satu ini benar-benar bergerak. Itu hanya bisa bermain-main di dalam rumah.”

Wajah adik kecil itu berseri-seri karena gembira. Dia memiliki mata merah indah ibunya, yang berkilauan seperti batu rubi.

"Nama! Bolehkah aku memberinya nama?”

Temannya, Henrietta mulai memelihara hewan peliharaan baru-baru ini (ayam, tampaknya, yang mungkin merupakan pilihan hewan peliharaan khas untuk seorang wanita muda. Pengetahuanku agak terlalu kurang untuk menyimpulkan jika itu masalahnya...). Jadi, anak itu juga menginginkan hewan peliharaannya sendiri.

"Lakukan. Tapi pikirkan baik-baik dan beri nama yang bagus—”

"Kalau begitu aku akan menamainya Fido!"

Tuan terdiam selama lima detik penuh.

“Hmm, Shin. Fido adalah nama anjing. Itu bukan nama yang harus kamu berikan kepada seorang teman... Hah?”

Tetapi setelah melihat layar holo terminal informasinya, tempat layar statusku dipasang, dia terdiam selama lima detik.

“Aaah, sial... Itu barusaja mengenali apa yang kamu katakan sebagai perintah input.”

Tidak.

Itu tidak benar, master. Penciptaku. Aku hanya senang. Sejak awal sejarah, umat manusia telah menganggap anjing sebagai sahabat dan teman yang setia. Tak habis pikir bahwa aku dianggap sama dengan makhluk semacam itu tidak memberi aku apa-apa selain kegembiraan. Aku sangat terhormat.

Aku tidak memiliki opsi output audio, jadi aku tidak dapat mengungkapkanya, tapi...

Anak itu menatapku dengan mata besar dan kemudian memiringkan kepala.

“Itu terlihat bahagia bagiku,” katanya.

“Hah...” Master tampak terkejut, tatapannya berkeliaran di antara aku dan anak itu. "Kamu bisa mengatakan itu?"

"Ya." Anak itu mengangguk, seolah tidak yakin mengapa dia tidak bisa mengatakannya.

Master kemudian mengalihkan pandangannya ke si kakak, yang mengintip ke dalam laboratorium. Tidak seperti si adik, yang sangat mirip dengan Nyonya kecuali rambut hitamnya, si kakak adalah pemuda berpenampilan intelektual yang seperti master.

“Bagaimana denganmu, Rei?”

Si kakak memiringkan kepala, seolah mendengarkan sesuatu dengan seksama, dan kemudian menggelengkan kepala.

"Tidak. Aku tidak bisa mendengar apa-apa.”

“Aku mengerti... Hmm. Kurasa tidak, kalau begitu...?”

Menyadari dia diragukan, si adik tampak cemberut. Melihat itu, si kakak tersenyum tegang.

“Bukankah kamu membuat benda itu berdasarkan salinan pola gelombang otak Shin atau semacamnya?” Dia bertanya. “Aku tidak benar-benar tahu cara kerjanya. Dan itu melacak perilaku Shin dalam hal fitur pembelajaran emosinya. Mungkin itu ada hubungannya dengan itu?”

Tepat. Prosesor utamaku—atau lebih tepatnya, wadah pertamaku—adalah boneka yang akan dipeluk oleh si adik saat masih bayi. Sensor di dalamnya merekam pola aktivitas saraf si adik, di mana aku diciptakan. Aku belajar tentang tindakan dan emosi manusia dengan mengamati pertumbuhan si adik.

Dalam arti, aku diberikan kemampuan untuk melihat diriku sebagai "aku" oleh si adik. Dan karena itu, aku sangat...ya... terikat secara emosional dengannya. Sebagai bayangan si adik, aku akan melayani di sisinya dan mengawasinya selama yang dia inginkan ...

“Kamu bilang butuh beberapa saat sebelum dia bisa bergerak, tapi kamu membuat banyak kemajuan. Apakah itu...? Apakah itu? Model AI baru?”

"Ya!" kata master, matanya berbinar karena kegembiraan. “Model inovatif yang baru diterbitkan! Itu didasarkan pada penelitian Kerajaan oleh Amethystus generasi ini, tetapi itu didasarkan pada sistem saraf manusia dan suatu hari nanti mungkin sesuai dengan kognisi manusia yang sebenarnya—”

Master mungkin tidak memahami ini, tetapi kakak beradik itu tampaknya tidak tertarik dengan isi penelitiannya. Si kakak itu memalingkan muka seolah-olah mengatakan Mulai lagi ya..., sementara si adik sepertinya ingin bermain denganku sesegera mungkin. Sayangnya, pengisian dayaku belum selesai, jadi aku tidak bisa bergerak...

Akhirnya menyadari bahwa tak satu pun dari putranya mendengarnya, master tersenyum sinis dan memeluk putra bungsunya, yang gelisah di pangkuannya.

“Anak laki-laki seusiamu membuat model itu, Shin. Dia mengundang kita untuk datang dan bermain ketika keadaan sudah tenang di sana, jadi bagaimana kalau kita menerima tawaran itu? Kamu bisa mendapatkan teman baru. Padahal, dia sedikit ... anak yang unik. ”

"Apa Fido bisa ikut?" tanya si adik.

"Tentu saja."

Si kakak menatapku dengan bingung dan kemudian bertanya:

“Dengar-dengar Republik sedang mengembangkan senjata tak berawak berdasarkan model yang sama yang dipakai Kekaisaran. Namun, senjata Kekaisaran mungkin lebih keren.”

“Oh, maksudmu Nn. Zelene...,” kata master, senyumnya sedikit memudar. “Yah, dia seorang tentara, jadi dia punya banyak alasan dan kewajiban untuk melakukan apa yang dia lakukan, tapi aku pribadi tidak ingin melakukan hal semacam itu...”

Dengan mengatakan itu, dia meraih boneka mainan tua — wadah asliku — dan menepuknya dengan penuh kasih.

“Manusia sudah sibuk bertempur melawan sesama. Sungguh menyedihkan memikirkan bahwa bertemu tipe kecerdasan baru hanya akan membuat kita menciptakan lebih banyak musuh untuk diri kita sendiri.”

"Hmm ..." Si kakak bersenandung acuh tak acuh dan berbalik. “Yah, baiklah... Baiklah, Shin. Fido sedang...um...makan sekarang, jadi mainkan nanti saja. Ayo kita cari camilan. Ayah, datanglah ke ruang tamu saat tehnya sudah siap, oke?”

"Oke." Si adiku mengangguk.

"Dimengerti," kata master.

Si adik terhuyung-huyung ke si kakak dan mengulurkan tangan, yang diterima si kakak. Dari keluarga mereka, si kakak sangat menyayangi adiknya, membuat anak itu sedikit manja.

Master menghadap ke terminalnya lagi dan melanjutkan laporannya. Melihat wajahnya, aku akan mengatur alarm, tahu dia mungkin lupa waktu.

______________________

Hari-hari pelayananku yang penuh sukacita kepada master dan keluarganya tiba-tiba berakhir di suatu malam.

Setiap kali aku mencoba memutar ulang ingatanku tentang malam itu... Ya, kurasa itulah yang disebut manusia tidak ingin mengingat. Data memori itu penuh dengan noise, dan sulit untuk diputar ulang.

Suara sepatu bot militer menyerbu ke dalam kediaman. Berteriak. Lambang lima warna tentara. Moncong senapan otomatis diacungkan ke arah mereka. Master dan si kakak, dijepit di lantai.

Tangisan lembut si adik saat nyonya memeluknya, melindungi matanya dari pandangan ...

Aku ingin sekali memberitahunya untuk tidak menangis, tetapi karena aku tidak memiliki fitur output audio, aku tidak dapat melakukannya.

Dalam sekejap mata, master dan keluarganya dibawa pergi. Estate itu tetap kosong, seolah-olah badai baru saja berhembus melewatinya, meninggalkan aku sendiri untuk mempertanyakan pada diriku sendiri berulang kali.

Saat itu di penghujung hari, dan aku telah diperintahkan untuk tetap dalam mode siaga. Tapi meski begitu, kenapa? Mengapa aku tidak melakukan sesuatu? Bukankah seharusnya aku berdiri membela master, nona, kakak beradik itu? Bukankah seharusnya aku bertarung?

Aku memiliki larangan tegas yang diperintahkan untuk selalu aku patuhi—tidak pernah menyakiti manusia. Itu adalah keinginan master, yang membentukku menjadi seorang teman setia dan pendamping manusia. Itu adalah tujuanku. Aku tidak bisa menodainya.

Dan tetap saja. Tetap saja, apakah aku tidak bisa berbuat apa-apa? Apakah tidak ada yang bisa aku lakukan untuk membantu mereka, bahkan sekarang?

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk pergi mencari mereka. Untungnya, aku diberi izin untuk terhubung ke jaringan publik sebagai bagian dari kemampuan belajar mandiriku. Tidak butuh waktu lama untuk mencari tahu mengapa mereka dibawa pergi — meski alasan di baliknya di luar kemampuan pemahamanku.

Aku juga tahu ke mana mereka dibawa.

Wadah yang diberikan master padaku hanya dimaksudkan untuk beroperasi di dalam kamarku. Itu tidak dimaksudkan untuk melakukan perjalanan jarak jauh. Jadi aku dengan menyesal memutuskan untuk membuangnya dan mencari sesuatu yang lain yang akan berfungsi sebagai wadahku.

Aku akan berangkat mencari master. Kali ini, aku akan melindungi mereka.

_____________________

Aku mentransfer seluruh data konfigurasiku ke mesin transportasi yang disebut Scavenger dan berjalan ke medan perang. Aku menghabiskan bertahun-tahun berkeliaran di daerah itu, mematuhi tugasku untuk mendukung unit saat aku mencari mereka. Dan begitulah, aku melihat kematian banyak orang.

Kematian pertama yang aku lihat adalah seorang pria seusia dengan master. Kematian kedua adalah seorang wanita seusia Nyonya. Kemudian anak laki-laki dan perempuan yang tak terhitung jumlahnya seusia dengan si kakak. Satu demi satu, satu demi satu, berkali-kali. Mereka berjuang dan mati.

Menonton ini, aku dipaksa untuk mencapai kesadaran tertentu. Aku sendiri tidak melihatnya. Tapi master, nyonya, kakak laki-laki, dan adik laki-laki yang ingin mereka lindungi. Tak satu pun dari mereka mungkin selamat dari medan perang neraka ini.

Terperangkap dalam Scavenger yang hancur dan terdampar, aku bingung harus berbuat apa. Para master yang harus aku dukung sekarang adalah tentara dibawah umur dari unit-unit ini, tetapi mereka semua tewas dalam pertempuran. Tak satu pun dari Scavenger lain tampaknya selamat. Jika aku tetap terjebak dan diam seperti sekarang, takan lama sebelum Legiun akan datang, membongkarku, dan membawaku ke pabrik daur ulang mereka.

Akhir yang pas untukku, pikirku. Lagi pula, aku tidak dapat menemukan atau melindungi master dan keluarganya.

Tapi kemudian suara lembut puing-puing yang runtuh menyadarkanku dari lamunan. Aku pasti sangat teralihkan, karena aku tidak mendengar atau menangkap suara langkah kaki yang mendekat sedikit pun.

Seorang tentara dibawah umur melangkahi puing-puing dan mendekatiku. Dia benar antara si kakak dan si adik dalam hal usia. Fisiknya masih terlalu kekanak-kanakan untuk dilihat sebagai orang dewasa, dan keliman seragam lapangannya terlalu panjang untuknya.

Mungkin si adik yang menggemaskan itu suatu hari nanti akan menjadi setua itu. Seandainya dia selamat, dia pasti akan terlihat seperti anak ini. Benar, berapa tahun telah berlalu sejak itu?

Aku tidak akan pernah melihatnya lagi. Dan pikiran itu membuatku merasa sangat... hampa.

Anak ini kemungkinan adalah orang terakhir yang selamat dari skuadron yang dimusnahkan ini. Wajah prajurit dibawah umur itu terlihat sangat letih, Wajahnya, seragamnya, dan bahkan rambut hitamnya yang alami semuanya menghitam karena jelaga. Dibandingkan dengan saudara laki-laki dan perempuan yang lebih tua, tatapannya dingin dan tajam, dan dia mendekatiku tanpa kata-kata dengan langkah yang tidak bersuara.

Aaah, wadahku masih utuh, dan dia membutuhkan paket amunisi dan energi. Mohon tunggu. Ini semua agak terlalu berat untuk diekstraksi oleh anak manusia ...

“Whoaa—”

Saat aku menggerakkan lengan derek operasionalku yang tersisa, anak itu mundur karena terkejut. Dia mungkin mengira aku sudah hancur. Keterkejutannya tampak lebih kecil dan lebih jinak dibandingkan dengan senyum jujur si kakak atau si adik. Itu adalah reaksi lelah dan letih dari seseorang yang telah melihat terlalu banyak orang mati di hadapannya. Seseorang yang telah mematikan emosinya.

Jadi tentu saja, dia tidak akan memperdulikan alat inhuman sepertiku—

"Kamu masih hidup?"

Aku mengarahkan sensor optikku padanya dengan terkejut, menemukan bahwa dia, memang, melihat ke dalam sensorku. Tatapannya dingin, beku, dan lelah, tetapi di dalamnya, ada sesuatu yang masih tertinggal. Kesepian, dan mungkin... rasa rindu.

“Tidak ada yang tersisa. Skuadron, teman-temanmu, mereka semua mati. Apa kau mau kembali bersamaku...?”

Mata prajurit dibawah umur itu... Mata merahnya yang indah, merah seperti darah dan seindah cahaya malam. Sama seperti si adik —

_________________

Dan begitulah aku datang untuk mengabdi pada tentara dibawah umur itu, Master Shinei Nouzen.

Aku berutang banyak padanya karena telah menyelamatkanku, tentu saja, tetapi maksud penciptaku adalah agar aku melayani sebagai teman setia dan teman bagi manusia. Anehnya, dia membaptisku dengan nama panggilan yang sama seperti yang diberikan si adik padaku bertahun-tahun silam, dan dia juga memiliki mata merah yang sama. Dan meskipun aku tahu aku hanya tumpang tindih dengan si adik itu, aku tidak bisa memaksa diri untuk berpisah dengannya.

Yang terpenting, Master Nouzen adalah—terlepas dari penampilannya—seseorang yang cukup berbelas kasih. Cukup sampai-sampai hanya berada di dekatnya mengilhami keinginanku untuk melayaninya.

Empat tahun telah berlalu sejak aku memasuki dinasnya. Saat ini, Master Nouzen telah berafiliasi dengan Spearhead, satuan pertahanan pertama dari kawasan pertama front timur. Karena pemadaman listrik yang diberlakukan pada malam hari, aku harus berangkat kerja pagi-pagi sekali. Dan ketika matahari yang terik mulai terbit, aku berangkat untuk pekerjaan pemulihanku ketika aku kebetulan Master Nouzen meninggalkan barak.

Dalam empat tahun sejak kami bertemu, Master Nouzen telah bertambah tinggi, suaranya semakin dalam, dan fitur wajahnya telah menyerupai seorang pria dewasa. Dia kira-kira seusia dengan si kakak ketika terakhir kali aku melihatnya.

Aah, gawat. Aku seharusnya tidak terpesona dengannya sampai mengabaikan salamku, bahkan jika aku masih tidak memiliki fungsi audio verbal.

Pi.”

Selamat pagi, master Nouzen.

“Mm? Oh, selamat pagi, Fido.”

Ya, Master Nouzen juga telah menamaiku Fido. Dia membaptisku dengan nama ini tidak lama setelah aku memasuki dinasnya. Itu mungkin hanya kebetulan, tapi tetap menyenangkan.

Setelah itu, aku menyapa wakil kapten skuadron, Master Shuga.

Pi.”

Selamat pagi, Master Shuga.

"Hah? Oh, hai, Fido.”

Ini hanyalah kesanku tentang berbagai hal, tapi Master Nouzen sepertinya selalu memahamiku, sejak pertama kali kami bertemu. Terlepas dari itu, tidak pernah terasa seperti aku dapat melakukan percakapan yang jelas dengan Master Shuga dan yang lain.

Master Nouzen dan Master Shuga tetap diam, tidak bertukar kata. Tatapan mereka mengarah pada matahari terbit di langit timur, ekspresi mereka kaku saat mata mereka tertuju pada wilayah Legiun di bawahnya.

Baru-baru ini, aku mendapat kesan bahwa Master Nouzen dan Master Shuga, serta rekan seregu mereka — yang sekarang berjumlah kurang dari sepuluh — dan awak meintenance, semuanya sedikit gelisah. Dan alasannya adalah...

"Hanya dua pekan lagi sampai misi Pengintaian Khusus ..."

Misi Pengintaian Khusus—misi pengintaian ke kedalaman wilayah Legiun tanpa tenggat waktu. Master Nouzen dan rekan-rekannya diperintahkan untuk berangkat menuju kematian mereka dalam waktu setengah bulan.

"Jadi, kamu akan mengambil yang ini, ya?" Master Shuga melirik Master Nouzen.

“Ya...,” kata Master Nouzen samar-samar, dan kemudian dia mengalihkan mata merah darahnya padaku. “Fido. Apa kau mau...?"

Dia berhenti, sepertinya ragu-ragu. Sebenarnya, Master Nouzen tidak membenci apa pun selain melihat kematian orang lain.

"Apa kau mau ikut mati bersama kami?"

Pi.”

Ya. Tentu saja akumau,Master Nouzen. Aku akan mengikutimu, orang kedua yangmenamaiku, master terakhirku, ke mana pun Kamu pergi.

_________________

Misi Pengintaian Khusus. Itu adalah perjalanan yang menyenangkan bagi Master Nouzen dan rekan-rekannya, yang bahkan tidak pernah memiliki kebebasan untuk meninggalkan lingkungan mereka. Nasib yang sangat suram akan berlama-lama di latar belakang jeda yang menyenangkan seperti itu ...

Persediaan semakin menipis. Akumulasi kelelahan. Kewaspadaan dan ketegangan mereka dilarang mengibaskan. Sangat jelas bahwa setiap hari yang berlalu melemahkan Master Nouzen dan yang lain.

Dan itulah mengapa tidak dapat dihindari bahwa itu akan terjadi. Mereka akan kehabisan kekuatan, kehabisan amunisi, dan kalah dari Legiun.

Gunslinger Lady Kukumila. Laughing Fox Master Rikka. Snow Witch Lady Emma. Wehrwolf Master Shuga. Mereka aus dan rusak berat, meninggalkan Undertaker Master Nouzen sebagai satu-satunya Juggernaut yang tersisa.

Legiun yang telah mengalahkan Master Shuga dan yang lain mengejar Master Nouzen, yang seorang diri melawan beberapa Löwe. Situasinya sama sekali tidak menguntungkan mereka. Sensor optik Undertaker melirik ke arah Legiun yang mendekat. Master Nouzen sadar, mungkin, bahwa dia tidak punya waktu luang untuk berurusan dengan mereka lagi. Ada suasana ketidaksabaran untuk gerakan itu, serta pengunduran diri dan tekad.

Terlepas dari semua itu, tidak ada satu pun moncong yang tertuju padaku. Legiun memang mengenali Scavenger sebagai musuh, tetapi karena kami tidak bersenjata, kami ditetapkan sebagai ancaman dengan prioritas rendah. Legiun tidak akan mengarahkan senjata mereka padaku sampai semua Juggernaut...sampai Master Nouzen dan semua rekannya terbaring mati.

Pengetahuan itu selalu membebaniku.

Banyak sekali orang yang telah meninggal di sekitarku selama bertahun-tahun. Aku selalu meninggalkan mereka, terlepas dari kenyataan bahwa jika aku mengorbankan diriku sendiri, setidaknya salah satu dari mereka bisa selamat.

Aku melakukan semua itu untuk menemukan master pertamaku. Dan aku melakukan semua itu untuk melayani Master Nouzen sampai akhir.

Dan itulah mengapa sekarang...Aku tidak punya alasan untuk menjaga hidupku sendiri jika itu berarti kehilangan masterku untuk kedua kalinya.

xxx

Pada saat yang sama dia menyadari bahwa dia tidak bisa menghindari serangan yang datang, Shin melihat Fido menabrak sayap Löwe yang menyerang. Tekel itu mengalihkan garis tembakan musuh dari Undertaker. Dan pada saat itu, beberapa Legiun di daerah itu memusatkan perhatian dan pembidik mereka pada target baru.

“Fido?!”

xxx

Setelah ditabrak dari arah yang tidak terduga, Löwe tampaknya sedikit terhuyung. Keterkejutannya bisa dimengerti. Tidak pernah ada Scavenger yang menyerang unit Legion. Baik Scavenger maupun aku tidak diciptakan untuk memberi kerusakan dan menghancurkan. Aku lahir dari keinginan untuk menjadi teman setia bagi umat manusia, dan keinginan itu adalah kebenaran mutlak bagiku. Itu adalah alasan keberadaanku, jadi aku tidak bisa membahayakan manusia.

Namun, hal yang sama tidak berlaku untuk Legiun. Mereka yang dibuat di tangan manusia untuk menentang manusia lain, hanya untuk ditelantarkan oleh tanah air yang memberi mereka perintah ini. Mereka tidak dan tidak akan pernah tahu persahabatanku.

Sistem Scavenger tidak memiliki kekuatan pemrosesan untuk menahan pertempuran, tetapi selama aku setidaknya bisa mengulur waktu, itu sudah cukup bagiku. Badan pesawatku yang berbobot sepuluh ton hancur seperti kulit telur melawan mesin tempur yang berbobot lima puluh ton ini. Aku mengerahkan semua alat di kontainerku untuk memisahkan reruntuhan Juggernaut dan Legiun untuk merobek baju besinya.

Namun, armor Löwe terlalu tebal dan tidak akan mudah ditembus. Tapi sebelum aku bisa melakukan itu, setelan tingkat ancaman mereka mungkin ditimpa, dan laras Löwe lain berbelok...ke arahku.

___________________

Ketika sistemku reboot, aku terbaring rusak di rumput kering di suatu tempat. Meskipun diaktifkan kembali, beberapa fungsi unitku sama sekali tidak merespon. Dan tidak hanya itu, tetapi sistem input sensorikku juga penuh dengan malfungsi. Namun di sana, aku melihat...

Master Shuga, menatapku dengan ekspresi pahit saat dia membuka bibir.

“Shin, ini—”

"Aku tahu. Tidak bisa kita perbaiki... Prosesor pusatnya terkena serangan.”

Ya, itulah yang aku curigai. Aku siap untuk ini, tetapi menghadapi kenyataan itu membuatku merasa sangat kesepian dan sedih. Aku tidak bisa lagi bergabung dengan mereka. Aku tidak bisa lagi berada di sisinya.

Untungnya, meskipun kehilangan Juggernaut, Master Shuga dan yang lain masih hidup dan sehat. Kelima tentara dibawah umur itu menatapku dengan ekspresi berbeda.

“Mati di tempat seperti ini, ya? Kamu hanya unit pengumpul sampah. Kerjakan tugasmu sampai akhir...”

Master Rikka... Kamu akan meneteskan air mata untukku? Aku tidak pantas...

"Tidak disini. Tidak setelah Kamu pergi sejauh ini bersama kami.”

"Maafkan aku. Kami tidak bisa membawamu lebih jauh.”

Lady Kukumila. Lady Emma. Kalian tidak harus menyentuhku. Tidak ketika aku rusak. Kalian bisa saja melukai tangan kalian.

“Terima kasih, Fido... Sejujurnya, kami mungkin tidak akan tertinggal jauh darimu.”

Master Shuga... Tidak. Kamu tidak boleh. Kamu harus bertahan, meski hanya satu hari lebih lama.

Dan terakhir, siluet ramping...sosok masterku, terlihat bahkan melalui sensor optikku yang gagal, berlutut di sampingku.

“Fido.”

Master Nouzen. Masterku. Masterku yang terakhir.

“Fido. Misi terakhirmu.”

Ya. Lanjutkan. Tanyakan apa saja padaku. Oh, tapi...Aku berharap ini adalah tugas yang bisa aku lakukan seperti sekarang...walaupun aku rusak dan tidak bisa mengikuti lagi...

Aku bisa melihat dentingan logam tipis yang bergesekan dengan logam. Penanda kuburan korban perang, yang dibawa oleh Master Nouzen selama ini. Rekan-rekan yang telah berjuang dan gugur di sisinya, dia telah berjanji untuk dia bawa ke tujuan akhirnya. Bukti dari janji yang dibuat dan ditepati oleh Master Nouzen hingga hari ini.

“Ini ku tinggalkan padamu. Kamu adalah bukti bahwa kita berhasil sejauh ini. Tetap di sini dan penuhi tugasmu sampai kamu berubah menjadi karat.”

...

Ya. Ya, Master Nouzen. Tentu saja. Aku merasa terhormat menerima tugas ini. Ditugaskan untuk menjaga bukti janjimu... Diberi kepercayaan seperti itu. Itu adalah... hadiah terbesar yang bisa... aku terima... di... akhir... hayat...ku…

................................................

________________

Ketika aku sadar, aku menemukan diriku dalam kegelapan tanpa bentuk. Aku bertemu dengan wajah orang-orang yang pernah aku sayangi lebih dari apa pun. Aku tidak akan pernah salah mengenali mereka semua.

Master. Nyonya. Si kakak. Jadi mereka benar-benar sudah berada di pihak ini. Mereka datang untukku. Apakah mereka akan memaafkanku karena tidak dapat menemukan mereka? Tidak dapat melindungi mereka...?

Tapi kenapa? Kenapa si adik tidak ada? Apa maksud mereka ketika mereka menyuruhku untuk menjaga si adik mulai sekarang...?

___________________

Aku mendengar suara. Suara bernada tinggi seorang gadis, yang tidak terdaftar didalam databaseku.

“Hmm, masih tidak mau bergerak... Apa yang aku lewatkan?”

Maaf, tapi mayat tidak bisa bergerak. Bahkan jika Kamu memerintahkan aku untuk bergerak ... aku tidak bisa.

“Mungkin itu memang tidak mau bergerak. Dari perspektifnya, itu sudah menyelesaikan tugasnya dan mati.”

Ya, tepatnya. Jadi pergi dan buang saja aku.

“Mungkin begitu, tapi anak itu masih cukup tegang karena berada di negeri asing. Aku berharap jika teman akrabnya ini bisa kembali ke sisi Shinei, dia akan merasa tenang...”

Shinei?

Tapi itulah nama master terakhirku. Apa dia ada didekat sini? Apakah maksud mereka dia ... masih hidup? Dia yang memiliki nama yang sama dengan master pertamaku...yang memiliki warna mata yang sama...

...

Aaah.

Bagaimana aku tidak menyadarinya selama ini ...?

“Wah?! Apa yang sedang terjadi?!"

“I-itu aktif?! Tapi kenapa, tiba-tiba...?!”

_____________________

Berdiri dengan seragam berwarna baja yang tidak dikenal adalah Master Nouzen, terlihat sedikit lebih dewasa daripada terakhir kali aku melihatnya. Ya, anak manusia dewasa. Jadi bahkan adik kecil itu... tidak akan tetap kecil dan pemalu selamanya.

“Aku pikir aku memerintahkanmu untuk memenuhi tugasmu sampai Kamu hancur menjadi debu. Bagaimana dengan misimu?”

Pi...

Ya, tentang itu... Aku hanya bisa setuju dengan malu. Bagaimanapun, aku ingin kembali ke sisimu. Apa kau mau mengizinkan aku untuk melayanimu lagi?

Dihadapkan dengan tatapan malu-maluku, Master Nouzen tersenyum lembut —namun jelas.

“Tetap saja... aku senang bertemu denganmu lagi.”

Pi—

Ya, aku juga senang bertemu denganmu, Master Shinei Nouzen. Master pertama dan terakhirku. Kali ini, aku akan tetap bersamamu sampai akhir.

__________________


Post a Comment