Update cookies preferences

Ascendance Of A Bookworm Vol 10; 3. Awal Sosialisasi Musim Dingin

 

 Prolog




Aku bisa merasakan musim dingin semakin dekat. Setiap hembusan angin seperti ratusan belati dingin yang menusuk kulitku, dan bahkan dengan perapian menyala, aku berjuang untuk meninggalkan selimutku di pagi hari.

Akhir-akhir ini, aku telah melihat kereta demi kereta melewati gereja, melewati Gerbang Bangsawan ke Area Bangsawan. Para bangsawan jelas bergerak ke sana dalam persiapan untuk bersosialisasi musim dingin sekarang setelah Festival Panen musim gugur usai. Aku tidak memperhatikan mereka sama sekali tahun lalu, karena aku dulu berada di kamar direktur panti asuhan, tetapi ada jendela di ruang Uskup Agung yang memberiku pandangan yang jelas tentang Gerbang Bangsawan.

“Jadi, Fran—seperti apa jadwal musim dinginku?” Aku bertanya. "Apakah Ferdinand sudah memberitahumu kapan aku akan pergi ke kastil?"

“Anda akan bergerak ke kastil setelah pembaptisan musim dingin selesai,” jawab Fran.

Zahm, yang datang ke kamarku untuk menyampaikan pesan dari Ferdinand, mengangguk. “Perjalanan antara gereja dan Area Bangsawan akan sulit dengan turunnya salju. Harap jaga kesehatan anda baik-baik.”

Telah diputuskan bahwa begitu Ferdinand selesai secara intensif melatih para pendeta biru, dan dengan demikian mengamankan pengganti Zahm, dia akan mengirim Zahm untuk menjadi pelayanku. Begitulah hasil aku memberi tahu Ferdinand bahwa aku menginginkan salah satu pelayan terampilnya, karena Fran sangat sibuk akhir-akhir ini.

Untuk beberapa waktu sekarang, Zahm membantu Fran dengan pekerjaannya setiap kali dia mampir dengan berita dari Ferdinand. Untuk alasan itu, Fran telah meyakinkanku bahwa dia akan sangat membantu setelah dia secara resmi ditugaskan untuk menjadi pelayanku. Sepertinya, dengan Gil yang selalu ada di workshop, kamarku kebanyakan diisi oleh perempuan, jadi Fran secara tak terduga senang mendapat rekan kerja laki-laki.

Di samping pekerjaan gereja, Ferdinand menggunakan waktu yang dia hemat untuk tidak pergi ke Ordo Ksatria dan kastil untuk melatih para pendeta biru dan abu-abu. Pelatihan ini cukup intens sehingga para pendeta abu-abu sering mengatakan siapa pun yang melayaninya suka atau tidak akan berubah menjadi pelayan kelas satu.

Ferdinand tidak perlu bergantung pada ramuan untuk menjaga dirinya akhir-akhir ini, dan sebenarnya tampak sangat hidup. Dia terus melanjutkan tugas apa yang harus diberikan kepada mereka selanjutnya, dan aku senang melihatnya bersenang-senang menyiapkan rencana belajar. Namun, dia bukan satu-satunya yang memberikan instruksi intens—para pelayannya bekerja keras untuk melatih para pelayan generasi berikutnya. Sungguh mereka benar-benar bisa diandalkan.

Bahkan Kampfer dan Frietack —pendeta biru yang aku rekomendasikan— menjadi sangat berkaca-kaca melihat betapa melelahkannya pelatihan Ferdinand, tetapi jumlah yang mereka bayarkan untuk pekerjaan mereka lebih dari cukup untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan, jadi mereka tetap bekerja keras. Omong-omong, pelayan mereka juga dilatih bersama mereka; mereka bangkit dan memperdalam ikatan mereka untuk menghadapi musuh bersama yaitu Ferdinand, dengan tuan dan pelayan sepenuhnya menyerahkan diri pada setiap tugas.

Meskipun itu mengharukan untuk dilihat, aku tidak bisa hanya duduk diam dan menonton mereka atau aku sendiri akan dilimpahi pekerjaan, jadi aku selalu harus melakukannya diam-diam.

“Lady Rozemyne, kiriman dari Perusahaan Gilberta telah tiba,” kata Fran sambil melirik ke arahku.

Aku tersenyum dalam antisipasi; hari ini adalah hari dimana Ibu dan Tuuli akan mengantarkan jepit rambut yang akan aku pakai selama debut musim dinginku. Aku akan pergi ke ruang tersembunyi setelah bel kelima untuk menerimanya, tetapi disela-sela itu, aku perlu menghafal untaian kata doa baptisan musim dingin. Aku tidak sabar untuk melihat mereka, karena aku telah menyiapkan hadiah untuk Tuuli dan Kamil.

"Lady Rozemyne, bisakah saya meminta anda untuk berkunjung ke ruang direktur panti asuhan?" Fritz bertanya, memanggilku ketika saatnya tiba. Dia adalah pria yang tampak tenang dengan rambut dan mata cokelat hangus yang baru saja menjadi pelayanku beberapa hari yang lalu.

Beberapa tahun yang lalu, Fritz telah berhasil melayani seorang pendeta biru yang cukup agresif di dalam gereja tanpa masalah, setelah mengembangkan ketenangan dan kesabaran yang mengesankan dalam prosesnya. Dengan kata lain, dia pada dasarnya tidak pernah emosional. Selalu Fritz yang turun tangan untuk menengahi ketika Gil dan Lutz berselisih, jadi dia telah menjadi pilar pendukung di workshop untuk beberapa waktu.

Tetapi meski sekarang adalah pelayanku, Fritz tetap pergi ke workshop setiap hari dengan Gil, jadi aku biasanya hanya melihatnya saat pagi dan saat laporan malam. Belum lagi, dia adalah salah satu pendeta abu-abu yang pikirannya telah dirusak oleh propaganda santa; dia selalu terlihat sangat gugup di depanku, berbicara dengan kaku dan dengan senyum yang sama kakunya.

“Monika, Fritz—cermati baik-baik kecepatan berjalannya. Juga, jangan sampai lupa itemnya,” perintah Fran.

"Dimengerti."

Dan aku pun pergi menuju ruang direktur panti asuhan bersama Monika, Fritz, dan ksatria penjagaku. Setibanya disana, Gil kembali dari gerbang depan bersama Lutz, Ibu, dan Tuuli.

"Saya minta maaf sudah membuat anda menunggu, Lady Rozemyne."

“Kita mungkin berbicara di ruangan lain. Monica, tolong serahkan kotak itu kepada Gil,” kataku, sebelum melihat ke arah Damuel. Dia mengangguk pada instruksi diamku, pada saat itu Brigitte mundur selangkah. Monika kemudian melakukan hal yang sama begitu dia memberikan kotak itu kepada Gil.

Kami melangkah ke ruang tersembunyi, dan sesaat setelah pintu benar-benar tertutup di belakang kami, Lutz dengan hati-hati meletakkan kotak di atas meja dan membukanya. "Ini kiriman anda," katanya. "Silakan diperiksa."

Lutz jauh lebih baik dalam mengambil tusuk rambut kali ini daripada sebelumnya, jadi bisa kutebak bahwa dia telah berlatih bersama Tuuli. Tongkat rambut itu sendiri dihiasi dengan bunga-bunga besar yang berwarna merah tua agar sesuai dengan warna suci musim dingin. Itu digabungkan dengan renda menjadi karangan bunga, seperti yang kupesan, dan dihiasi dengan bulu burung putih bercahaya, warna suci musim dingin lainnya. Kedua warna ini akan cocok dengan pakaian yang rencananya akan aku kenakan saat debut musim dinginku.

Desain merah dan putih pakaian itu membuatku terlihat seperti Santa. Aku mengerti mengapa musim dingin memiliki dua warna suci , tetapi apakah itu benar-benar harus dua warna dari semua warna?

Pakaianku sebagian besar berwarna merah, dengan bulu putih di leher dan pergelangan tangan untuk kehangatan. Aku ingin menolak desainnya, sejujurnya, tetapi Rihyarda terlihat sangat bersemangat saat memilihnya sehingga aku benar-benar kehilangan kesempatan untuk berbicara. Lagipula, tidak ada orang yang akan paham dengan keraguanku.

"Persis seperti yang diperintahkan," kataku. "Bolehkah aku memintamu untuk memakaikannya padaku?"

Ibu memasukkan tongkat rambut sambil tersenyum, dan ketika aku bertanya apakah itu terlihat bagus untukku, Tuuli mengepalkan tangan dan berseru, “Tentu saja!” Tetapi ketika senyum nostalgia mulai menyebar di wajahku, Damuel berdeham, mendorong Tuuli untuk buru-buru mengoreksi.

"Ini terlihat sangat bagus untuk anda, Lady."

"Tentu saja. Apa pun yang kamu buat terlihat bagus untukku, Tuuli,” kataku sambil tersenyum.

Mendengar itu, Tuuli balas tersenyum—senyum yang sangat jelas terlihat seperti, “Benar, kan?”

“Lady Rozemyne, suami saya sangat senang karena telah ditugaskan untuk mengawal para pendeta di Hasse,” kata Ibu. “Dan berkat bonus anda, sepertinya para prajurit di gerbang sering berebut siapa yang harus dipilih untuk menemaninya.”

“Dia juga mengatakan bahwa makanan di biara sangat enak,” tambah Tuuli, dia dan Ibu mengawasi ekspresi Damuel saat mereka bicara. Aku senang mendengarnya bahkan berita sekecil itu.

“Aku senang mereka menikmatinya. Para pendeta akan kembali ke Hasse pada musim semi, jadi aku akan meminta para prajurit untuk kembali menjaga mereka ketika saatnya tiba,” jawabku.

Mereka terus membicarakan Ayah, aku membicarakan anak yatim, dan kemudian percakapan secara alami mengarah ke pertumbuhan Kamil. Dia tampaknya berada di tengah perjuangan sengit, mencoba memancingnya berdiri. Satu-satunya ingatanku tentang Kamil adalah tentang dia tidur di rumah dan digendong di depan pintu gereja, jadi cepatnya dia tumbuh benar-benar mengejutkanku. Di sisi lain, aku mendengar dari Wilma bahwa Dirk telah mengambil langkah pertamanya beberapa hari yang lalu, jadi masuk akal jika Kamil juga akan membuat kemajuan.

"Gil,,,,"

"Ini, Lady Rozemyne?" tanya Gil, sebelum meletakkan kotak yang diberikan Monika ke meja dan membukanya. Di dalamnya berisi hadiah untuk Tuuli dan Kamil.

Aku mengeluarkan bola kain yang ku buat bersama Delia dan Wilma, lalu memantulkannya di atas meja. Ketika aku melakukannya, lonceng yang diletakkan di dalamnya mulai bergemerincing.

“Bola ini memiliki lonceng di dalamnya, jadi kupikir bahkan bayi pun bisa bersenang-senang dengan memainkan itu,” kataku. “Itu terbuat dari kain dan seharusnya lebih mudah untuk diambil dan juga mengurangi risiko potensi cedera. Apakah kalian pikir itu akan terjual di Perusahaan Gilberta?”

Seingatku, kami masih memiliki beberapa lonceng sisa di rumah. Aku berpura-pura bola ini adalah contoh pekerjaan Tuuli, tetapi pada kenyataannya, itu adalah hadiah untuk Kamil. Ibu segera menerimanya, setelah menebak niat asliku.

“Selanjutnya, sebagai ucapan terima kasih atas tusuk rambutnya, aku ingin memberikan ini padamu, Tuuli. Silakan baca ketika Kau punya waktu,” kataku, menyerahkan satu jilid buku bergambar ketiga kami kepada Tuuli. Itu sedikit lebih tebal dari biasanya berkat surat yang aku selipkan di dalamnya, yang Tuuli sadari segera setelah mengambilnya. Dia tidak membuka buku itu, akan tetapi bibirnya sedikit melengkung ke atas saat dia memasukkannya ke dalam keranjang jinjing lamaku bersama dengan bola kain.

Saat aku melihat keranjang, terkejut bahwa mereka masih menggunakannya, aku melihat Ibu menatapku. Dia mengulurkan tangan, akan tetapi menariknya kembali dengan ekspresi mendung sebelum tersenyum canggung.

“Lady Rozemyne, musim mendatang akan dingin dan keras. Harap perhatikan dan jaga kesehatan anda agar tidak terbaring di tempat tidur karena demam,” katanya.

"Terimakasih. Semoga Kau dan keluargamu sehat selalu.”

__________________

Setelah upacara hari dewasa musim gugur berakhir, pada suatu pagi di mana salju mulai menumpuk di jalanan, upacara pembaptisan musim dingin dimulai. Keluargaku tidak terlihat, karena aku telah mengatakan kepada mereka untuk tidak datang jika Kamil sakit, akan tetapi Lutz menyebutkan bahwa Kamil sangat bersemangat bermain dengan bola kain barunya, jadi aku sudah lebih dari puas.

Setelah upacara pembaptisan musim dingin selesai, Ferdinand dan aku memberi tahu para Pendeta biru di gereja apa yang akan mereka lakukan saat kepergian kami. Kampfer dan Frietack terengah-engah saat melihat tumpukan pekerjaan menggunung di depan mereka, tetapi tekanan diam yang Ferdinand pancarkan memaksa mereka menerimanya.

Kami dengan cepat menyelesaikan persiapan kami, dan sudah waktunya bagiku untuk pergi ke kastil. Begitu Ella dan Rosina naik kereta mereka, aku naik ke keretaku dan berbalik untuk melihat para pelayan yang datang untuk mengantar keberangkatanku.

“Gil, Fritz—tolong jaga panti asuhan bersama Wilma. Dan terutama pastikan untuk memasukkan semua yang kalian miliki ke dalam cetakan yang akan Kau lakukan sebagai hasil kerajinan musim dingin.”

"Lady Rozemyne, err... semoga bisnisnya sukses?" kata Gil.

Aku tersenyum dan mengangguk. Aku akan menjual bahan ajar kepada semua anak bangsawan, apa pun yang terjadi.

“Lady Rozemyne, tolong pertimbangkan kesehatan anda di atas segalanya, dan berhati-hatilah untuk tidak memaksakan diri,” tambah Fran.

“Terima kasih, Fran. Aku harap kalian semua juga menjaga kesehatan kalian.”

Sementara itu, Ferdinand memberikan instruksi yang tepat kepada pelayannya. “Kampfer dan Frietack sedang mempersiapkan Ritual Persembahan, tetapi mereka akan membutuhkan bantuan kalian,” katanya.

"Dimengerti," jawab pelayannya.

Pada titik tertentu, mesing-masing pelayan Ferdinand telah menerima diptych. Tampaknya semuanya dimulai ketika Zahm meminta Fran, yang kemudian dipesan dari Lutz melalui Gil. Sejak itu diptych menjadi alat penting tidak hanya untuk pelayanku, tapi juga untuk Ferdinand, Kampfer, dan Frietack.

“Itu saja untuk sekarang,” Ferdinand menyimpulkan.

"Kami menunggu kepulangaan anda dengan selamat."

Jadi, saat salju turun di Ehrenfest, tempat tinggalku pindah dari gereja ke kastil.

“Selamat datang kembali, Lady Rozemyne. Selamat datang kembali, Tuan Ferdinand.” Norbert, kepala pelayan Sylvester, menyambut kedatangan kami, sebelum membawa kami ke ruang tunggu terdekat di gedung utara. Di sana kami menemukan Rihyarda, yang kemudian memberi tahu aku dan Ferdinand tentang jadwal kami sambil minum teh.

“Upacara pembaptisan akan dilakukan tiga hari dari sekarang, pada Hari Bumi,” katanya.

Pembaptisan musim dingin menandai awal sosialisasi musim dingin, diikuti dengan debut anak-anak yang telah dibaptis tahun itu. Dan saat semua bangsawan berkumpul, anak-anak yang akan segera bergabung dengan barisan mereka akan diundang untuk bergabung.

“Upacara Pembaptisan? Apa juga aku akan melakukan yang itu?”

“Tidak, karena upacara pembaptisan musim dingin bertabrakan dengan debut, aku yang akan menggantikannya,” kata Ferdinand. “Namun, perhatikan baik-baik, karena Kau akan melakukannya tahun depan sebagai Uskup Agung.”

Jadi Pendeta Agung yang akan melakukan pembaptisan menggantikan Uskup Agung? Aww... Jika dia tidak melarang aku menjual ilustrasi dirinya, aku bisa menghasilkan banyak uang. Sayang sekali.

“Rozemyne, aku tahu dari raut wajahmu bahwa kamu sedang merencanakan hal busuk,” Ferdinand mengamati, menatapku dengan mata menyipit.

“Well, itu bukan rencana yang bisa aku lakukan, jadi tidak perlu khawatir. Huft..."

Aku telah berpikir untuk memasukkan ilustrasi ke dalam laporan keuangan untuk konser harspiel, tetapi Ferdinand langsung menolak gagasan itu. Dan ketika aku menanyakan apakah aku dapat mendistribusikannya secara gratis, dia hanya menyebutku bodoh.

“Lady, anda tidak perlu memikirkan itu sekarang. Tolong fokus pada perkataan saya,” sela Rihyarda. “Selama debut, anda akan mempersembahkan sebuah lagu kepada para dewa, memanjatkan doa perlindungan di masa depan dan rasa terima kasih atas pertumbuhan yang telah anda lewati. Urutannya sedemikian rupa sehingga bangsawan dengan status lebih rendah tampil lebih dulu, sementara yang berstatus lebih tinggi bermain nanti.”

“Kalau begitu, aku akan bermain sebelum Wilfried.”

Hirarki sangat penting bagi bangsawan. Wilfried adalah putra dan penerus archduke, jadi sebagai bangsawan yang menjadi putri angkat, aku akan dianggap di bawahnya secara sosial. Itulah mengapa aku berasumsi bahwa aku akan bermain terlebih dahulu, tetapi Rihyarda menggelengkan kepala.

“Tidak, anda akan tampil terakhir, untuk mengumumkan bahwa anda telah diadopsi oleh archduke. Akan ada bangsawan yang berkumpul di sini di musim dingin yang tidak hadir untuk pembaptisan musim panasmu.”

“Itu masuk akal,” kata Ferdinand dengan anggukan, tapi itu membuatku semakin bingung.

"Tapi kenapa? Bukankah menyelisihi hierarki adalah hal yang buruk?”

"Secara resmi, tidak ada hierarki di antara anak-anak bangsawan," jawab Ferdinand. “Itulah sebabnya, dalam situasi normal, penerus belum dipilih.”

“Tapi meski begitu, bukankah anak angkat berada di level yang berbeda dari anak normal?”

“Kau harus belajar membaca bagian tersirat. Dengan memperkenalkanmu di saat-saat terakhir, kita menghindari Wilfried bermain setelahmu dan jikalau tidak cukup hebat saat dibandingkan dengan penampilanmu. Apa aku benar, Rihyarda?” tanya Ferdinan.

Rihyarda tidak punya pilihan selain mengangguk. “Anakku, Lord Wilfried telah berkembang sangat pesat sampai anda tidak akan percaya. Tapi dia bahkan belum berlatih selama satu musim, sedangkan Kau sudah berlatih selama bertahun-tahun, Lady. Semua orang akan melihat betapa lebih mahirnya anda dalam memainkan harspiel daripada dia.”

“Oh, itu maksudmu. Sekarang aku mengerti."

Setelah Rihyarda menjelaskan apa yang akan terjadi selama pembaptisan dan debut, Ferdinand memberitahukan rencana Ritual Persembahan kami. Bepergian antara gereja dan kastil akan membatasi berapa banyak waktu yang aku miliki untuk pertemuan dan menghabiskan waktu bersama anak-anak lain.

“Kurasa akan ada banyak permintaan untuk bertemu dengan Rozemyne, tetapi memprioritaskan kesehatannya di atas segalanya. Aku percaya Kau membuat pengaturan yang tepat,” kata Ferdinand.

"Sesuai kehendak anda, Ferdinand, anakku."

Setelah diskusi selesai, Ferdinand berdiri untuk menuju ke estatenya di Area Bangsawan. Aku berasumsi bahwa dia akan segera pergi, tetapi dia malah memelototiku dan mulai melontarkan peringatan.

“Aku akan meninggalkan ramuan kepada Rihyarda, tetapi berhati-hatilah dalam menjaga kesehatanmu. Jangan pergi ke ruang buku sendirian; sebagai gantinya jangan lupa membawa bukumu. Jangan berbicara langsung dengan bangsawan yang tidak Kau kenal; mintalah pelayanmu yang berbicara kepada mereka menggantikanmu. Lebih-lebih lagi-"

“Itu sudah cukup, Nak,” sela Rihyarda, bertepuk tangan beberapa kali. “Aku sendiri bisa memberinya instruksi kecil semacam itu. Selain itu, jika Kau mengatakan semuanya sekaligus, dia tidak akan mengingatnya.”

"Ah iya. Aku lupa bahwa ada orang lain yang bisa mengikatnya,” gumam Ferdinand sebelum meninggalkan ruangan. Kali berikutnya kami akan bertemu adalah untuk upacara pembaptisan dalam waktu tiga hari. Akhirnya, aku bisa menghabiskan waktu bersantai tanpa dia terus-menerus menyela untuk mengatakan satu atau lain hal.

Beberapa saat setelah diskusi, aku berganti pakaian dan pergi untuk memeriksa Wilfried, atas saran Rihyarda.

“Lord Wilfried mengalami kemajuan yang mengejutkan dengan sangat pesat, meski dia tampaknya menjadi sedikit sombong akhir-akhir ini, yang membawanya kembali ke kemalasan. Dia benar-benar mirip Lord Sylvester,” kata Rihyarda dengan senyum konflik namun nostalgia. Dia sudah meminta janji temu dengan Wilfried, jadi aku langsung diizinkan masuk ke kamarnya.

“Wilfried, kudengar kamu berkembang pesat. Bisakah aku melihat daftar tugasmu?”

“Tentu, lihatlah. Mengesankan, kan?” kata Wilfried, dengan bangga menyodorkan kertas itu. Hampir semua yang ada dalam daftar itu telah ditandai, dan aku tahu bahwa dia telah bekerja cukup keras. Tetapi pada saat yang sama, jelas bahwa menjadi sedekat ini dengan penyelesaian membuatnya agak apatis; semua orang mungkin mengatakan kepadanya bahwa dia telah melakukannya dengan baik untuk bisa sampai sejauh ini, dan baik selesai atau tidak bukanlah masalah.

Tetapi meskipun ini jelas mengesankan bagi mereka yang terbiasa dengan perilaku Wilfried di masa lalu, daftar tugas adalah hal minimum yang harus dia selesaikan sebagai putra archduke. Tidak menyelesaikannya akan dianggap gagal, tidak peduli seberapa dekat dia dengannya.

“Ya ampun, kurasa kamu benar-benar berusaha keras. Tapi sepertinya kau tidak akan berhasil,” komentarku.

Masih ada lima tugas yang belum dicentang, yang berarti peluang keberhasilannya sangat seimbang antara mungkin dan tidak mungkin. Tapi aku tidak mengatakannya dengan keras, dan malah dengan sengaja membingkainya seolah-olah dia sudah gagal.

“Memang memalukan, tapi jangan merasa terlalu sedih, Wilfried.”

Kata-kataku menyebabkan mata Wilfried terbuka lebar karena marah, dan kehebohan menyebar di antara para pelayan.

"Apa?! I-Ini belum berakhir! Masih ada waktu sebelum debut!” protes Wilfried.

“Tiga hari, maksudmu? Bisakah kamu benar-benar merampungkan semua ini secepat itu?”

"Tentu saja!" Wilfried menyatakan. "Ayo lakukan, Moritz!"

Tampaknya ledekanku menyalakan kembali motivasinya, dan dia memanggil Moritz sebelum mulai belajar dengan sungguh-sungguh seperti biasa. Aku melihatnya untuk sesaat, lalu diam-diam keluar dari ruangan bersama Rihyarda.

Begitu aku kembali ke kamar, barang-barang dari gerejaku terseimpan sementara aku dengan santai membaca buku yang Rihyarda bawakan untukku dari ruang buku. Kemudian, saat makan malam, Oswald melaporkan bahwa Wilfried telah menyelesaikan salah satu tugasnya. Laporan ini disambut dengan segunung pujian oleh Sylvester dan Florencia.

Wilfried membusungkan dada dan menatapku. “Lihat, Rozemyne? Aku bisa melakukannya jika berusaha.”

“Oh ya, itu sangat mengesankan. Dan seperti yang baru saja Kau katakan, Kau tidak akan mendapatkan apa-apa jika tidak berusaha. Menyadari hal ini adalah langkah paling penting yang bisa kamu lakukan,” kataku untuk mengejeknya lebih jauh.

Kata-kataku membuat Sylvester mengerutkan kening, yang dengan cepat memprotes. "Dengar, Rozemyne—kau harus melakukan sesuatu terhadap Ferdinand."

"Apa maksudmu?"

Aku tidak tahu tentang ini, tapi Sylvester melanjutkan untuk menjelaskan bahwa dia telah mengirim beberapa pesan SOS kepada Ferdinand untuk meminta bantuan. Semua pesan itu tampaknya berakhir ditolak dengan cara yang sama: "Sayangnya, aku tidak dapat membantumu tanpa seizin Uskup Agung."

“Jadi aku sudah memberitahunya untuk meminta izin darimu, tapi dia hanya bilang kau tidak ada atau sibuk. Cukup jelas bahwa dia sama sekali tidak menghubungimu.”

Kau tahu, aku pikir aku bisa tau Ferdinand sedang memamerkan senyum jahatnya sekarang.

Tapi bagaimanapun juga, dengan mengizinkan Ferdinand kembali ke kastil untuk membantu, aku akan membiarkan semuanya kembali seperti semula.

“Dengan semua cendekiawan di kastil, aku yakin kamu bisa menangani semuanya sendiri. Alasan Ferdinand masuk ke gereja adalah untuk menandakan pengunduran dirinya dari kancah politik, jadi aneh kalau dia mengunjungi kastil dan membantu pekerjaanmu,” kataku menyanggah.

Tidak peduli seberapa diam-diam Ferdinand melakukan pekerjaan itu, sejak awal itu jelas bukan sesuatu yang harus dia lakukan.

“Ferdinand saat ini sedang menjalani proses pelatihan pengganti yang cukup menggembirakan di gereja,” lanjutku. “Aku dengar bahwa ada pembersihan besar-besaran yang sangat mengurangi jumlah bangsawan, akan tetapi Ehrenfest berakhir relatif tanpa cedera karena mempertahankan posisi netral selama perang saudara, benar kan? Sekarang adalah waktu terbaik bagi kami untuk melatih pendatang baru dan membangun kekuatan masa depan.”

Mereka saat ini sangat bergantung pada Ferdinand sehingga akan timbul banyak masalah jika sesuatu terjadi padanya.

"Jadi, dengan kata lain... kau tidak berniat menyerahkan Ferdinand?" tanya Sylvester.

“Ya ampun, bukan itu masalahnya. Kau dapat memberi tahu para cendekiawan bahwa mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan Ferdinand dapat mengunjungi gereja untuk meminta nasihat,” kataku, mengetahui bahwa tidak ada bangsawan yang akan mengunjungi gereja atas kemauan mereka sendiri kecuali situasinya benar-benar mengerikan. Yah, mungkin seorang bangsawan akan; Aku bisa bayangkan seseorang dengan riang gembira menyusup ke gereja untuk menjelajah.

“Rozemyne, kau pasti tahu Sylvester membutuhkannya,” Florencia memulai, tapi aku menggelengkan kepalaku.

“Florencia, ibunda, kekhawatiranmu tidak berdasar. Satu-satunya Aub Ehrenfest tidak akan pernah selemah ini sampai menyerah pada pekerjaannya sementara putranya sendiri berusaha keras agar suatu hari nanti menjadi archduke,” kataku, mendaratkan pukulan telak.

Sylvester mengalihkan pandangan dengan cemberut yang sama seperti putranya, yang pada saat itu Wilfried mendongak dengan kilatan di matanya dan dengan bersemangat mencoba melawanku.

"Ayah luar biasa, Rozemyne," katanya bangga. "Tidak mungkin dia lemah."

Dan sekarang akan lebih sulit baginya untuk lari dari pekerjaannya. Kerja bagus, Wilfried!

___________

Aku menghabiskan hari-hari latihan harspielku dengan Rosina dan memainkan peran sebagai saudara kandung yang meledek untuk memotivasi Wilfried, dan seketika itu, pagi pesta di mana semua bangsawan di Ehrenfest akan hadir telah tiba. Aku dibersihkan sedini biasanya sebelum upacara pembaptisan, memakan sarapan, dan kemudian menata rambut sambil mengenakan pakaian debutku.

Setelah semuanya siap, kami beralih dari bangunan utara ke sebuah ruangan di bangunan utama kastil yang dekat dengan aula pertemuan besar. Kami telah memastikan untuk berangkat lebih awal dengan memperhitungkan betapa lambat diriku dan untuk menghindari mata kebingungan yang pasti akan ditunjukkan siapa pun yang melihat highbeastku kepada kami.

Aku bersama Rihyarda dan Rosina, yang terakhir membawa harspielku, dan akan menunggu di ruangan debut anak-anak sampai bel ketiga. Cornelius dan Angelica adalah pengawalku hari itu, dan keduanya mengenakan jubah kuning gelap yang diikat dengan bros. Aku melihat anggota Ordo Ksatria dengan jubah berwarna sama saat pemusnahan trombe tahun lalu.

“Kurasa kau dan Angelica mengenakan jubah yang serasi,” kataku pada Cornelius. "Apakah itu jubah ksatria?"

"Tidak, Aub Ehrenfest memberikan jubah dan bros ini kepada semua orang yang masuk Akademi Kerajaan, jadi semua orang yang kamu lihat memakainya hari ini adalah murid disana," jawabnya.

Itu tampaknya seperti seragam sekolah Akademi Kerajaan. Ketika aku meminta informasi lebih lanjut, aku diberitahu bahwa kuning keemasan yang mirip dengan oker adalah warna resmi Ehrenfest, dan siswa dari kadipaten lain akan mengenakan jubah yang merupakan warna kadipaten mereka.

"Kamu datang lebih awal, Rozemyne."

“Selamat pagi, Wilfried.”

Wilfried mendatangi ruang tunggu, dan tak berselang lama kemudian, bangsawan lain mulai berdatangan bersama anak-anak mereka. Kami duduk di ujung ruangan, sementara Rihyarda dan Oswald menyambut tamu. Anak-anak seusia kami, tapi kami telah diperintahkan untuk tidak berbicara dengan mereka; melakukan hal itu akan memiliki implikasi politik mengingat status orang tua mereka.

Oh, ada seorang gadis.

Aku tersenyum dan melambai, tapi dia hanya membalas dengan tatapan tidak nyaman; mungkin akan lebih baik bagiku untuk menahan diri. Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela, di mana aku melihat para bangsawan kelas atas yang mengenakan perlengkapan berkuda tiba satu per satu di samping gerbong.

Totalnya delapan anak yang datang ke ruang tunggu. Ada sekitar sepuluh anak rata-rata di tahun-tahun sebelumnya, jadi ini jelas lebih sedikit dari biasanya.

Pada bel ketiga, Wilfried berdiri dan mengulurkan tangan ke arahku layaknya pria terhormat, dengan ekspresi tegang di wajahnya. "Ayo berangkat, Rozemyne," katanya. Sepertinya dia akan mengantarku ke aula pertemuan.

Dia mulai memimpin, tetapi langkahnya yang cukup cepat memaksaku untuk berlari. Aku teringat kembali saat dia menarikku sampai jatuh pingsan, dan sedikit menarik lengannya untuk berusaha mencegah terulangnya sejarah.

"Wilfried, tolong jangan berjalan terlalu cepat."

“Jika Kau berpikir ini cepat, Kau membutuhkan latihan berjalan lebih dari Kau membutuhkan latihan harspiel,” katanya.

"Kamu mungkin benar. Tapi bagaimanapun juga, saat ini sudah terlambat untuk itu,” jawabku sambil mengangkat bahu. Dan pada kata-kata itu, Wilfried menyeringai seolah-olah semua kekhawatirannya telah mencair.

Ketika kami tiba, anak-anak semua berbaris di dekat pintu ke aula pertemuan. Sebagai putra archduke, Wilfried dan aku berdiri paling depan.

“Setelah masuk, silakan berjalan lurus sampai kalian mencapai altar,” kata Oswald. Wilfried, anak-anak lain, dan aku semua membalas dengan mengangguk, lalu Oswald dan Rihyarda membuka pintu ke aula pertemuan.

“Selamat datang, anak-anak baru Ehrenfest!” Ferdinand menyatakan dengan suara lantang dan bergema.

Kerumunan bangsawan yang lebih besar daripada yang pernah aku lihat sebelumnya menoleh serempak untuk melihat kami, mata mereka begitu penuh rasa ingin tahu dan penilaian sehingga aku untuk sesaat goyah dalam ketakutan. Dilihat dari ekspresinya, Wilfried sepertinya merasakan hal yang sama. Aku menelan ludah dengan susah payah dan sedikit mengencangkan cengkeramanku di lengannya, yang membuatnya kembali tersadar. Dia melihat ke arahku, dan mata kami bertemu.

"Ayo pergi," katanya. Dan setelah bertukar anggukan, kami berdua maju selangkah.

Post a Comment