13. Festival Panen Hasse
Pada pagi hari Festival Panen, Ella, Rosina, Nicola, dan Monika meninggalkan gereja dengan kereta yang penuh dengan makanan, pakaian ganti, dan kebutuhan pokok lainnya. Kereta untuk pelayan dan barang-barang Eckhart dan Justus juga segera berangkat.
Demi alasan kesehatan, Ferdinand akhirnya memutuskan bahwa aku akan bepergian ke Hasse dengan highbeast. Damuel dan Brigitte akan memimpin dengan Eckhart dan Justus mengikutiku dari belakang, yang artinya hanya Fran yang akan naik bersamaku. Dia dan aku akan menghabiskan seluruh Festival Panen bersama-sama karena dia membawa ramuan Ferdinand.
“Rozemyne, pastikan untuk tidak memaksakan diri,” kata Ferdinand, setelah mengundangku makan siang karena koki pribadiku sudah berangkat.
"Oke," jawabku.
Eckhart dan Justus juga bersama kami, dan setelah kami selesai makan siang dan mendengarkan peringatan terakhir Ferdinand, kami segera berangkat.
“Eckhart, Justus—aku mengandalkan kalian. Jangan alihkan pandangan kalian dari Rozemyne meski untuk sesaat.”
"Siap laksanakan!"
Aku mengeluarkan Pandabus-ku, membuat Eckhart dan Justus mundur.
“Rozemyne, apakah itu highbeastmu?”
“Tentu, Eckhart. Bukankah dia manis?” kataku sambil tertawa.
Eckhart membuat suara tersedak, dengan cepat melihat antara Lessy dan aku. "Maksudku... Apakah itu bukan grun?"
“Tidak, itu bukan grun. Itu Pandabus.”
"Begitu ya..." jawab Eckhart, wajahnya berkedut. Reaksinya sangat mirip dengan reaksi Ferdinand ketika dia pertama kali melihat Pandabus mengingatkanku betapa buruk pandangan sebagian besar bangsawan terhadap Lessy.
Well, mereka pada awalnya mungkin tidak menyukai penampilannya, tapi dia lucu dan nyaman. Pada akhirnya semua orang akan mengerti.
Sedangkan untuk Justus—matanya berseri-seri dengan kegembiraan saat dia melihat pintu masuk terbuka untuk aku dan Fran. “Lady Rozemyne, bolehkah aku bertanya bagaimana menjalankan highbeast ini? Aku pasti akan senang mengendarainya.”
“Justus, apa kamu gila?! Simpan ide-ide bodoh itu untuk dirimu sendiri dan perlihatkan highbeast-mu,” Ferdinand membentak.
Mendengar itu, Justus mengangkat bahu dan mengeluarkan highbeast-nya. Itu adalah binatang yang belum pernah kulihat di Ordo Ksatria—sesuatu seperti sapi dengan sayap, dengan beberapa tanduk di kepalanya yang benar-benar menarik perhatian. Satu tanduk panjang dan tajam seperti tanduk unicorn, sementara dua sisanya panjang dan terbentang seperti tanduk rusa, dan keduanya sangat besar sehingga aku benar-benar khawatir Justus tidak akan dapat melihat dengan baik saat berkendara. Kakinya seperti kaki singa atau harimau—tebal dan berotot dengan cakar tajam menonjol dari cakarnya.
"Sama seperti grun-mu, highbeast Justus meniru feybeast yang dikenal sebagai bahelm," kata Ferdinand.
"Highbeast-ku bukanfeybeast!"
“Itu tampak seperti feybeast bagi semua orang yang melihatnya, tapi itu tidak ada hubungannya sekarang. Kalian harus segera berangkat. Festival Panen tidak dapat dimulai tanpa kalian,” jawab Ferdinand, mendesak Damuel dan Brigitte untuk pergi dengan lambaian tangan.
Highbeasts mereka melesat ke udara, dan aku segera mengikuti dengan Pandabus. Fran berada di kursi penumpang hari ini, dan meskipun dia awalnya memucat dan bersiap untuk mati setiap kali dia masuk, dia sekarang hampir tidak bereaksi sama sekali.
Saat kami berlari di udara di belakang kuda bersayap Damuel, aku mengingatkan Fran tentang pekerjaan penting yang harus dia lakukan. “Fran, jangan lupa menghubungi Richt selama Festival Penen.”
“Ya, putri. Aku perlu memberi tahunya secara tidak langsung bahwa kita tidak akan mengirim Pendeta ke Hasse untuk Doa Musim Semi, dan bahwa, sementara Kau berusaha menenangkan Pendeta Agung, dia tetap marah pada mereka. Benar kan?"
“Tidak secara tidak langsung. Aku ingin Kau berterus terang dengannya,” jawabku.
Itu karena kami telah menggunakan eufemisme tradisi bangsawan dalam surat kami kepada walikota sehingga dia masih tidak menyadari kematian Bezewanst. Lagipula dia hampir tidak bisa disalahkan—kalimat “mendaki tangga yang menjulang tinggi” cukup ambigu, dan rakyat jelata mana pun pasti akan menganggap dia baru saja mendapat promosi atau semacamnya. Dulu di Bumi, itu seperti coba menyampaikan kematian seseorang dengan mengatakan bahwa mereka telah "menjadi udara" atau "meninggalkan publik"; tidak ada yang akan mengerti kecuali mereka tahu apa makna frasa sebelumnya.
Fran sedikit mengernyitkan alisnya dan menurunkan pandangan, lalu berkata “Dimengerti” dengan nada keras yang memperjelas ketidaksenangannya.
“Aku tahu walikota dekat dengan mantan Uskup Agung. Aku mengerti kemarahan Ferdinand terhadap sikap lancang walikota, dan rasa hormatmu padanya juga membuatmu marah. Tapi aku tidak ingin semua warga Hasse mati bersamanya.”
“Tapi mereka adalah warga yang menyerang biara. Anda terlalu lembut pada mereka,” kata Fran sambil menghela nafas.
Dan dia mengatakannya, tapi aku membutuhkan seorang walikota brengsek itu untuk memahami bahwa Bezewanst sudah mati sebelum dia menyerang Ferdinand lebih jauh dan membuat pekerjaanku lebih sulit daripada yang sudah dia lakukan.
“Baiklah, Fran. Aku akan mengulanginya untukmu.” Aku berdeham, lalu menirukan nada suara Ferdinand, memastikan untuk mengerutkan alisku dan membuat cemberut mungkin. “Dengan memberi tahu walikota bahwa satu-satunya sekutu pihaknynya—mantan Uskup Agung—telah mati dan tidak ada Pendeta yang akan dikirim ke Hasse pada musim semi, kita akan membuat dia dan seluruh warga Hasse gemetar ketakutan, membekukan hati mereka dan mendorong mereka semua ke dalam lembah keputusasaan. Mengerti, Fran?”
Aku melihat ke arah Fran saat aku berbicara, bertekad untuk tidak selembut mungkin, dan melihatnya mati-matian menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa.
"Sesuai kehendak Anda, putri."
___________
Di pusat Hasse, ada sebuah bangunan besar berbentuk U yang mirip dengan sekolah dasar era lama yang pernah aku baca di buku-buku sejarah modern. Salah satu sisinya adalah estate walikota dan sisi satunya terhubung dengan workshop pertukangan dan workshop, tetapi di ujung terjauh adalah mansion musim dingin yang, seperti namanya, hanya dipakai saat musim dingin. Para petani dari kota-kota terdekat akan berkumpul di sana untuk menghabiskan bulan-bulan yang bercuaca dingin.
Alun-alun di tengah U tampaknya cukup besar untuk dipakai sebagai lapangan olahraga, tetapi hari ini digunakan untuk ritual keagamaan kami. Di sana kerumunan besar sudah berkumpul. Suasana meriah dan penuh dengan kegembiraan, sama sekali tidak seperti kota yang biasanya selalu lengang.
Kami membuat highbeast kami turun ke mansion musim dingin seperti saat Doa Musim Semi. Beberapa orang melihat kami dan menunjuk ke atas, bergeser untuk memberi ruang bagi kami untuk mendarat. Segera, jalan setapak terbentuk di antara kerumunan, menuju ke panggung tepat di sebelah gedung yang dimaksudkan untuk acara keagamaan. Ada meja dan kursi untuk pendeta dan petugas pajak di sisi kiri, pengaturan serupa untuk pejabat Hasse di sebelah kanan, dan sebuah altar untuk melakukan ritual di tengah.
Damuel memimpin, dengan Brigitte dan Fran mengikuti di belakang. Aku digendong oleh Fran, karena semua orang menolak gagasan bahwa aku berjalan sendiri. Eckhart dan Justus mengatakan sebaris kata, "Kami memutuskan bahwa ini adalah pendekatan terbaik berdasarkan bagaimana anda berjalan selama pembaptisan anda dan Upacara Starbind," menambahkan bahwa, "Tidak ada yang bisa mentolerir kecepatan berjalanmu."
Jadi, aku maju ke panggung dalam pelukan Fran. Kerumunan menatap dengan penasaran, dengan beberapa orang di sana-sini memperlihatkan ekspresi cemas. Mereka mungkin adalah orang-orang yang telah mendengar desas-desus Mark.
Eckhart melangkah ke sisiku, berdiri sehingga orang banyak tidak bisa lagi melihatku. Ekspresinya tegang, dan aku bisa melihatnya menatap orang-orang yang berkumpul tanpa menurunkan kewaspadaan sedikitpun.
"Silahkan, Lady Rozemyne," kata Fran, setelah menurunkanku dan menarik kursi. Begitu aku duduk, Eckhart dan Justus duduk di kiri dan kananku, sementara Fran dan dua ksatria pengawalku berbaris di belakangku.
Berada di atas panggung membantuku melihat banyak penonton; orang-orang yang dibaptis, genap berusia dewasa, dan orang-orang yang menikah semuanya berdandan dan berkumpul di hadapanku. Anak-anak yang akan dibaptis mengenakan setelan putih yang disulam dengan warna suci musim gugur, sementara orang-orang yang mencapai usia dewasa mengenakan pakaian sederhana yang dibuat dengan kain yang juga sesuai dengan warna suci musim gugur. Pasangan yang akan menikah tampaknya mengenakan pakaian buatan orang tua mereka, dilihat dari bagaimana beberapa orang dalam balutan ornamen mewah dan bordir yang ditambahkan dari waktu ke waktu, sementara sisanya polos dan bersih seolah-olah baru dibuat. Para wanita juga mengenakan mahkota renda yang dijahit dengan tanaman dan buah musim gugur.
Di sini, semua upacara diadakan di musim gugur. Artinya, tidak seperti di Ehrenfest, bahkan saudara kandung yang lahir di musim yang berbeda dapat mengenakan pakaian mewah yang sama. Ini juga alasan mengapa semua orang mengenakan pakaian bertema warna suci musim gugur.
Pandangan sekilas ke kerumunan memberi tahuku bahwa anak-anak di sini tidak terlalu berbeda dari anak-anak di Ehrenfest, dan meskipun warga tidak terlalu menarik perhatianku, aku merasa bahwa para pria dan orang tua dari kota-kota pertanian sedikit membungkuk, mungkin karena bertahun-tahun bekerja di pertanian.
“Festival Panen sekarang akan dimulai. Kirim anak-anak untuk dibaptis,” walikota mengumumkan, menandai dimulainya Festival Panen dengan sorak-sorai dan tepuk tangan meriah dari kerumunan.
Di tengah semua ini, anak-anak yang dibaptis tahun ini naik ke atas panggung. Ada sekitar selusin dari mereka secara total, dan ada perbedaan ukuran yang cukup besar antara mereka yang baru berusia tujuh tahun dan mereka yang akan berusia delapan tahun.
Meskipun aman untuk mengatakan aku masih lebih kecil dari mereka semua.
Fran mengeluarkan medali putih rata yang kami bawa dan melangkah maju ke depan anak-anak. Satu per satu, dia mencap darah mereka pada medali, seperti yang dilakukan para pendeta dengan anak-anak di festival pembaptisan rakyat jelata saat aku masih Myne.
Aku menurunkan pandangan, membuang muka sampai darahnya keluar. Melihat darah orang lain selalu membuatku merasa tidak nyaman.
Guuuh. Semoga segera berakhir.
Setelah itu datanglah kisah-kisah Alkitab, tapi kali ini Fran membacanya dari salah satu buku bergambarku sambil menunjukkan ilustrasinya kepada anak-anak. Dia yang membaca dan bukan aku karena suaranya terdengar lebih baik.
Semua anak-anak mencondongkan tubuh ke depan saat mereka menyimak, mungkin belum pernah melihat buku bergambar seumur hidup mereka. Melihat mata mereka yang bersinar menegaskan padaku bahwa kami benar-benar ingin mendirikan sekolah umum untuk membantu meningkatkan angka melek huruf.
Hanya kota Ehrenfest yang memiliki gereja, jadi mendirikan sekolah di sana tidak akan meningkatkan angka melek huruf keseluruhan kadipaten. Alangkah baiknya jika kita punya uang untuk membangun sekolah, tapi tidak, dan aku tidak bisa membayangkan Ferdinand akan cukup antusias untuk mengadakan konser amal lagi. Oh, tapi mungkin aku bisa mengirim pendeta abu-abu ke mansion musim dingin seperti yang ada di kota ini? Mereka dapat membuka kelas musiman, versi musim dingin saja dari kelas yang kita buka di gereja. Mengingat bahwa anak-anak dan orang dewasa akan menghabiskan hari-hari mereka dengan bosan di dalam karena terjebak salju, mungkin mereka akan bersemangat untuk belajar... Meskipun, rencana itu akan mengharuskanku untuk meningkatkan status sosial para pendeta terlebih dahulu.
Seperti yang terjadi sekarang, pendeta abu-abu diledek sebagai anak yatim, dan aku tidak akan berani mengambil risiko menahan mereka di mansion musim dingin bersama warga yang memandang rendah mereka. Mereka hampir pasti akan menerima perlakuan buruk, dan meskipun mereka bisa menggunakan otoritasku sebagai tameng sampai tingkat tertentu, itu tidak akan membuat status mereka sebagai yatim menghilang.
“Apakah kalian semua mengerti bagaimana berdoa pada para dewa sekarang? Sekarang kita akan menginjak acara berkah Uskup Agung,” Fran mengumumkan, membuatku kembali ke kenyataan.
Aku berdiri dan berjalan ke tengah panggung, merasakan semua mata tertuju padaku baik dari alun-alun maupun panggung. Kemudian, setelah aku melangkah ke stand yang telah disiapkan, aku menarik napas dalam-dalam. "Aku Rozemyne, diamanahi sebagai Uskup Agung musim panas lalu oleh archduke."
Aku melihat ke arah anak-anak saat memperkenalkan diri. Mereka semua berkedip karena terkejut, tidak diragukan lagi terkejut dengan kenyataan bahwa aku, Uskup Agung, lebih kecil dari mereka. Sepertinya mereka mengira aku hanya ikut-ikutan dengan Fran.
“Mari kita berdoa kepada para dewa agar kalian semua tumbuh menjadi kuat dan sehat. Segala puji bagi para dewa!”
Anak-anak semua menunjukkan ekspresi serius, sedikit goyah saat mereka masuk ke pose doa yang telah diajarkan Fran kepada mereka. Melihat mereka mencoba yang terbaik sangat lucu sehingga senyum muncul di wajahku saat aku mengalirkan mana ke dalam cincinku.
“Well, aku akan memberi kalian semua berkah dari para dewa,” kataku. "Tolong berlutut di tempat."
Anak-anak menyaksikan Fran berlutut, lalu menirukan posturnya.
“Wahai Schutzaria, Dewi Angin, tolong dengar doaku. Kami persembahkan pikiran, doa, dan rasa terima kasih kami kepadamu, sehingga Kau dapat memberkati anak-anak yang baru lahir ini dan memberi mereka perlindungan sucimu,” kataku, dan cahaya kuning keluar dari cincinku sebelum menghujani kepala anak-anak. "Astaga!"
"Woah, itu bersinar!"
Anak-anak berdiri di tempat dan mulai melambai-lambaikan tangan mereka, coba mengoleskan bedak ringan sebanyak mungkin pada mereka. Itu persis seperti yang akan dilakukan oleh anak-anak kecil, tetapi Fran tampaknya lengah karena dia hanya mengenal anak yatim yang dibesarkan dengan baik di gereja. Matanya terbelalak, dan dia benar-benar membeku di tempat.
“Demikianlah berkatku untuk kalian. Silakan turun dari panggung sehingga orang dewasa baru dapat bangkit. ”
"Tentu! Baik!"
“Uh cukup menakjubkan untuk seseorang yang sangat kecil!”
Anak-anak berlarian dari panggung dengan mata berbinar, langsung kembali ke keluarga mereka. Orang dewasa datang menggantikan mereka.
___________
Setelah selesainya pembaptisan, upacara hari dewasa, dan pernikahan, tiba saatnya acara besar lainnya dari rangkaian Festival Panen. Sederhananya, itu adalah turnamen olahraga akbar lintas kota—sebuah kompetisi yang meniru pertempuran antara musim gugur dan musim dingin, yang pemenangnya dijamin akan mendapatkan panen yang baik tahun depan.
Mengingat bahwa aku hampir tidak pernah meninggalkan rumah, ini adalah pertama kalinya aku melihat acara olahraga secara langsung. Aku dengan bersemangat mendengarkan penjelasan walikota, ingin melihat permainan seperti apa itu, ketika Eckhart dengan sigap berdiri.
"Lady Rozemyne, saya sarankan kita kembali ke biara."
“Um... Tentu saja. Jika Kau bersikeras...?"
Apa? Aku pikir aku bisa bertahan di festival sampai bel ketujuh. Bel kelima berbunyi beberapa detik yang lalu kan?
Eckhart menyinggingkan senyum yang menunjukkan bahwa dia tidak akan menerima jawaban tidak, jadi aku meraih tangannya dan berdiri, memiringkan kepalaku dengan bingung.
“Fran, lihatlah penampilan tahun ini bersama Justus. Damuel, jaga mereka saat mereka melakukannya. Brigitte dan aku akan kembali ke biara bersama Lady Rozemyne, sebagai pengawal.” “Aku serahkan sisanya padamu, Fran,” kataku.
Setelah dengan cepat memberikan instruksi, Eckhart mengangkatku dengan mudah dan mengeluarkan highbeast-nya ke atas panggung. Dia melompat ke atasnya, dan sedetik kemudian kami terbang melintasi langit, dengan Brigitte mengikuti tepat di belakang kami.
"Eckhart, kenapa bisa begini?"
“Sepertinya ada banyak orang mencurigakan di Hasse. Sepertinya anda tidak dalam bahaya, tetapi apa pun bisa terjadi selama festival yang semarak. Lebih baik aman daripada menyesal dalam situasi ini.”
Oh, maksudnya Richt.
Sebenarnya aku telah menyadari bahwa Richt melirik ke arahku sejak kedatanganku, sepertinya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denganku. Namun, dengan berlangsungnya semua upacara dan Eckhart, Justus, dan Fran mengelilingiku, dia tidak punya kesempatan. Tapi tatapannya yang berulang-ulang saat dia menunggu kesempatan tampaknya membuatnya terlihat mencurigakan di mata Eckhart.
“Aku menantikan festival itu, kau tahu.”
“Festival akan berlanjut selama beberapa hari lagi; Kau akan melihat lebih dari cukup apakah Kau mau atau tidak. Kokimu bekerja ekstra keras hari ini untuk memberi penghargaan kepada orang-orang di biara yang tidak bisa pergi ke festival, bukan? Itu harus dilakukan untuk hari ini.”
“Okaay.”
Kami tidak tahu bagaimana Hasse akan berubah setelah desas-desus menyebar sepenuhnya, jadi orang-orang yang berada di biara telah diinstruksikan untuk tetap berada di dalam selama festival. Sebagai imbalannya, Ella dan Nicola memakai makanan yang dibawa Benno untuk membuat pesta mutlak bagi karyawan Perusahaan Gilberta, prajurit kota, pendeta, dan gadis suci.
Kami tiba di biara dan menemukan tempat itu ramai dengan aktivitas saat semua orang bersiap-siap untuk pesta dan menyiapkan tempat tidur mereka untuk malam itu. Sementara itu, para prajurit membawa kotak kayu dari Perusahaan Gilberta ke dapur dan barak berdasarkan arahan pendeta abu-abu. Sekilas aku melihat Ayah menuruni tangga ke dapur dengan sebuah kotak di tangan.
Nora dan Marthe mengeluarkan tempat tidur tidak terpakai di gedung putri, membawanya ke dapur sehingga Thore dan Rick bisa membawanya ke gedung putra. Monika tampaknya mengarahkan mereka, dan ketika dia melihat kedatanganku, matanya melebar dan dia bergegas mendekat.
“Lady Rozemyne?! Apa yang membuat anda kembali secepat ini? Apa anda sakit?”
"Tidak, aku membawanya kembali hanya demi keamanan," jawab Eckhart. “Lady Rozemyne, kita akan bermalam di estate walikota malam ini. Harap tunggu kami kembali besok pagi.” "Tentu," kataku dengan mengangguk.
Eckhart kemudian berbalik melihat Monika. “Pelayan, siapkan baju ganti untuk Lady Rozemyne. Sekian. Aku akan kembali ke festival.”
"Bersenang-senanglah mewakili kami," kataku.
Begitu dia pergi, aku melewati kapel bersama Monika, menuju ke kamar tersembunyiku di belakang. Kamar itu telah dilengkapi perabotan lengkap selama beberapa kunjunganku ke biara, dan sekarang menjadi kamar tidur lengkap yang siap untuk ku tiduri setiap malam kapan pun kuperlukan.
Dengan bantuan Monika, aku melepaskan jubah Uskup Agungku dan mengenakan pakaian tidur. Ella, Nicola, dan gadis suci abu-abu sibuk membuat makanan di dapur, sementara Rosina berada di gedung putri menyiapkan kamar untuk semua gadis, termasuk dirinya sendiri. Sebagai wanita bangsawan, Brigitte akan tidur di kamarku. Dia mengatakan bahwa dia tidak keberatan tidur di atas bangku, jadi kami hanya perlu membawakan kasur untuknya.
"Persiapan kami belum selesai, Lady Rozemyne, jadi silakan istirahat di kamar anda sampai makan malam siap."
“Terima kasih, Monika. Tidak usah memikirkanku. Aku tahu keadaan sedang sibuk di luar sana, tapi tolong lakukan yang terbaik.”
Jadi aku patuh, beristirahat di kamarku sampai batu feystone di dinding mulai bersinar. Itu artinya ada yang memanggilku. Brigitte membuka pintu, dan di sana Gil dan Lutz berdiri.
“Kami memiliki sesuatu yang ingin kami laporkan, Lady Rozemyne.”
Mereka melangkah masuk dan pintu tertutup. Karena Brigitte ada di sini, mereka berdua mempertahankan suasana formalitas yang ketat, dan aku juga menjaga punggungku tetap tegak saat mendengarkan mereka.
“Kami telah selesai membuat lem kulit sesuai perintah, Lady Rozemyne. Saat ini di workshop, dan setelah mengering selama musim dingin, itu akan siap digunakan,” kata Gil.
Aku menjawab dengan mengangguk, tetapi jika Brigitte tidak ada di sana, aku akan memberinya tepukan di kepala dan pujian. Saat pikiran itu terlintas di benakku, Gil dan aku melakukan kontak mata. Dia pasti memikirkan hal yang sama sejak dia melirik ke arah Brigitte dan mengangkat bahu, dan aku membalasnya dengan tersenyum kecil pada interaksi bisu kami.
“Anak-anak yatim Hasse kecewa mendapati mereka tidak dapat bergabung dengan festival karena mereka telah menantikannya setiap tahun sebelumnya, tetapi sekarang mereka sangat senang dengan makanan di sini sehingga mereka melupakan semua itu,” Lutz dilanjutkan. “Lebih jauh lagi, tampaknya rumor tentang anda membayar ekstra pada para prajurit untuk masalah mereka telah menyebar, jadi kali ini para prajurit di gerbang sedang berjuang sekuat tenaga dalam mengawal kereta. Entah karena kata-kata anda atau pelatihan komandan mereka, para prajurit lebih kooperatif dengan para pendeta daripada yang terakhir kali.”
Ayah rupanya berdiri dan menyaksikan para prajurit berdebat tentang siapa yang akan mengawal kereta, karena aku sudah memilihnya sebelumnya. Selucu yang terdengar, Lutz mungkin memberi tahuku agar aku siap membayar ekstra lagi.
“Aku senang mendengar para prajurit menjadi lebih kooperatif. Kalau begitu, aku harus menyiapkan bonus lagi untuk mereka. Lutz, tolong tanyakan pada Benno apakah dia bisa meminjamkanku beberapa koin,” jawabku, tanpa membawa uang sendiri karena aku hanya di sini untuk Festival Panen. Lagipula aku bisa menangani pembelian apa pun dengan kartu guildku, jadi sepertinya itu tidak perlu.
Lutz menuliskannya dalam diptych.
"Bagaimana perkembangan rumor itu?" Aku bertanya.
“Para pedagang yang mendengar berita di Ehrenfest melaju kencang kedalam kota, memberi peringatan kepada semua yang mendengar di sepanjang jalan. Saat Tuan Benno dan Mark tiba di kota, beberapa warga setempat bahkan datang untuk menanyakannya. Semuanya berkembang seperti yang Mark perkirakan,” jawab Lutz.
“Sepertinya warga Hasse berhenti berbicara saat para petani mulai berdatangan, jadi meski warga kota mungkin tahu banyak hal, aku tidak berpikir para petani telah mendengar desas-desus itu,” lanjut Gil.
Mendengar itu mengingatkanku bagaimana Richt melihat ke arahku. "Dia mungkin berharap untuk menghentikan penyebaran kepanikan dan kebingungan..." aku merenung dalam. Jika para petani mengetahui bahwa Uskup Agung terdahulu telah meninggal dan tidak ada Pendeta yang akan dikirim ke Doa Musim Semi mendatang, mansion musim dingin tidak diragukan lagi akan panik. "Lutz, minta Mark untuk beralih ke tahap berikutnya rencana kita."
"Sesuai kehendak anda."
Tidak lama setelah kami menyelesaikan diskusi, Monika datang untuk memberi tahuku bahwa makan malam sudah siap. Aku menuju ke ruang makan, dan di sana aku mendapati semua orang berlutut di depan meja yang dipenuhi makanan.
“Hari ini adalah Festival Panen,” aku mengumumkan. “Seperti namanya yang sudah sangat menyiratkan, ini adalah festival, jadi aku minta kalian semua bersantai dan bersenang-senang.”
Semua orang tampak bingung, dan siapa yang bisa menyalahkan mereka? Mungkin tidak ada bangsawan lain yang akan mengatakan hal semacam itu kepada mereka. Tapi tetap saja, dengan hidangan besar yang diletakkan di atas meja, aku tidak akan bisa makan dengan nyaman mengetahui bahwa semua orang memperhatikanku dan dalam hati berteriak agar aku bergegas.
“Maksudku kita akan makan bersama-sama. Akan sia-sia membiarkan semua makanan hangat ini menjadi dingin. Panggil semua orang dari dapur sekalian. Meja harus dibagi antara bangsawan, pelayan, pendeta dan gadis suci, tentara, dan Perusahaan Gilberta, tapi kita semua tetap bisa makan bersama-sama.”
Mungkin tanpa bir, tapi ada jus buah segar. Setelah mendentingkan cangkir bersama dalam sorak-sorai, semua orang mulai melahap makanan mereka.
Brigitte sendiri mengerutkan kening saat para prajurit di belakangnya meletus dalam percakapan heboh. Sebagai bangsawan, mungkin dia kesulitan mentolerir hal itu.
“Maafkan aku untuk semua ini, Brigitte, tetapi aku tidak bisa makan dengan santai dengan begitu banyak mata yang mengawasi. Kurasa kau tidak akan terlalu senang makan bersama pelayan dan tentara, tapi aku harap untuk hari ini Kau bisa mentolerirnya.”
“Ah, anda salah paham. Rumah keluarga saya, Illgner, adalah provinsi terpencil, dan kami sering makan bersama pelayan kami dan bercengkrama dengan para petani selama acara perayaan. Saya sudah terbiasa dengan hal semacam ini dan tidak merasa tidak senang sedikit pun. Saya hanya mencemaskan apa yang akan dipikirkan Lord Ferdinand jika dia mendengarnya,” kata Brigitte, meletakkan tangan di pipi dan melirik ke arahku. Tidak sulit membayangkan dia akan menggonggong dengan marah.
“Kita bisa melakukan ini karena bangsawan lain dan Fran tinggal di perkebunan walikota. Rahasiakan ini dari mereka, jika Kau mau berbaik hati,” kataku, meletakkan dua jari telunjukku di atas mulutku dalam bentuk X.
Brigitte tertawa dan meniru gerakanku, membentuk bentuk X di mulutnya. "Saya malah lebih jika Anda sampai kelepasan ngomong, Lady Rozemyne."
Setelah aku selesai makan, aku berjalan mengelilingi berbagai meja. Para prajurit menyekop makanan ke wajah mereka, tetapi ketika mereka melihatku mendekat, mereka semua buru-buru meletakkan apa pun yang mereka makan. Aku terkikik melihat mereka menatap penuh kerinduan pada makanan mereka, lalu berbicara kepada perwakilan mereka: Ayah.
"Apakah kalian semua bersenang-senang?"
"Tidak ada bir memang menyesakkan, tapi makanannya yang terbaik," jawab Ayah. “Benar kan, kalian semua?”
Semua prajurit mengangguk.
"Ya, aku belum pernah memakan makanan seperti ini sebelumnya," kata salah satu dari mereka.
“Makanan ini saja sudah membuat datang ke sini sepadan. Bir akan membuatnya benar-benar sempurna,” tambah yang lain.
Sementara mereka berusaha keras untuk berbicara dengan sopan, mata mereka terkunci pada makanan. Semua orang dalam diam memohon kepadaku untuk membiarkan mereka kembali makan.
“Aku senang mendengar kalian semua menikmatinya. Aku akan memberi tahu koki nanti,” kataku. "Lanjutkan saja."
Pada saat itu, para prajurit segera terjun ke piring mereka lagi. Sambil melihat mereka mengambil makanan dari satu sama lain dan semacamnya, Ayah berbisik kepadaku dengan suara yang cukup tenang untuk tersamar di antara semua keributan.
“Makanan hari ini rasanya sangat nostalgia. Itu mengingatkanku pada saat pertama kali salah satu putriku memasak untukku. Dia menggunakan banyak anggur yang aku simpan,” kata Ayah sambil tersenyum, membawa sesendok penuh anggur musiman ke mulutnya.
Kenangan saat aku memakai simpanan anggur madunya untuk memasak seekor burung, lalu menertawakannya dengan semua orang di meja melintas di pikiranku. Itu sangat nostalgia sampai-sampai air mata mengalir di mataku.
Aku tidak boleh menangis di sini, pikirku, mengambil napas dalam-dalam dan tersenyum sambil menahan air mata.
Post a Comment