Aku memiliki pertemuan yang dijadwalkan sore ini dengan Richt—walikota Hasse—jadi kami meninggalkan gereja setelah makan siang. Yang akan menemaniku adalah Fran, Monika, dua ksatria pengawalku, dan Ferdinand, yang dirinya sendiri ditemani oleh Eckhart si ksatria pengawal dan Justus si cendekiawan.
“Saya sangat menantikan untuk menaiki highbeast Anda, lady.”
"Sayangnya, Justus, kamu tidak akan ikut denganku hari ini."
“Guh?! Mengapa tidak?!"
Justus jelas tidak menduga penolakanku; kepalanya berputar ke arahku, dengan ekspresi wajahnya yang benar-benar terperangah. Tapi aku tidak lupa betapa menyebalkan dirinya terakhir kali dia berada satu kendaraan bersamaku.
"Kamu berceloteh tanpa henti, yang membuatnya sangat sulit untuk fokus."
"Lady, maafkan ketidaksopanan saya, tetapi bahasa Anda sedikit kejam..."
“Ku pikir itu diperlukan, jika tidak, kau akan berusaha menggeliat untuk mendapatkan apa yang kau mau, bukan? Aku telah belajar bagaimana menghadapimu.”
Dia tampak terluka oleh ucapanku, tetapi dia sendiri salah karena enggan patuh kecuali jika kamu bersikap kasar padanya.
Pada titik inilah Ferdinand menyela. “Dia menolakmu, Justus. Menyerah dan naiki highbeastmu sendiri.”
“Aah, tapi harapan dan impianku…” Justus mengerang, menatap Pandabus-ku dengan sedih.
Ferdinand menggelengkan kepala, menggumamkan sesuatu tentang Justus yang bodoh sebelum mengeluarkan highbeast. “Justus, kamu bisa mengeluarkan highbeastmu atau kembali ke Area Bangsawan. Cepat pilih. Sementara itu, Rozemyne, kita bisa pergi begitu kamu siap.”
Perjalanan ke Hasse dengan highbeast cukup singkat. Setibanya disana, kami menemukan Richt dan para kepala kota tetangga sedang berlutut di depan pintu. Itu layak dipuji, mengingat mereka semua sibuk dengan panen musim gugur yang akan datang.
Setelah bertukar salam panjang, kami melangkah masuk. Menunggu kami di ruang tamu adalah dupa, bunga, dan jus segar, yang diuji racunnya oleh Fran. Aku kemudian bertukar pandang dengan Ferdinand, yang memegang gelas.
Yah, sepertinya mereka sama sekali tidak mengerti apa arti kalimat “Kami akan menyiapkan persembahan buah-buahan manis dan bunga-bunga indah untukmu” sebenarnya...
“Richt, bagaimana hasil bumi tahun ini? Apa melewatkan Doa Musim Semi memiliki dampak yang nyata?”
"Benar. Semua pasti akan sangat sulit bagi kami, seperti yang diperkirakan. Saya hanya berharap kami bisa mengadakan Doa Musim Semi yang layak tahun depan,” kata Richt, menundukkan kepala dengan sedih bersama para kepala kota. Tidak peduli seberapa hati-hati seseorang mengolah ladang, tanah itu tidak akan menghasilkan hasil yang cukup besar tanpa berkah. Mereka hampir tidak bisa mengharapkan panen yang baik tanpa bantuan Doa Musim Semi.
“Aku datang untuk menyampaikan berita tentang dekrit gereja,” saya mengumumkan. "Kami akan mengirim dua pendeta abu-abu untuk tinggal di Hasse musim dingin ini, untuk memastikan tidak ada bara pemberontakan yang tersisa."
Kepala Richt terangkat seolah-olah dia disambar petir, ekspresinya membuatnya lebih dari jelas bahwa dia tercengang kami masih tidak percaya padanya. Aku bisa berempati dengan apa yang dia rasakan, karena dia dan seluruh kota bekerja bersama sekarang, akan tetapi ketika bicara dengan bangsawan dia tidak sepantasnya menunjukkan emosinya secara terbuka.
“Jaminan itu tentu saja penting,” aku melanjutkan, “tetapi tujuanku yang sebenarnya ada di tempat lain.”
"Tujuan anda yang sebenarnya?" tanya Richt, mengerjap bingung.
Aku mengangguk seserius mungkin. "Ya. Para pendeta abu-abu akan menggunakan musim dingin ini untuk mengajari warga Hasse cara berinteraksi dengan benar dan menulis surat kepada para bangsawan. Sepertinya pemerintahan lama Uskup Agung sebelumnya telah membuatmu mengembangkan beberapa praktik yang sangat tidak normal.”
"Benarkah? Praktik macam apa, tepatnya?” dia bertanya, tampak terganggu. Terlihat jelas bahwa dia tidak menyadari betapa anehnya perilaku mereka. Dia mungkin ingat bagaimana walikota sebelumnya gagal memahami ungkapan "mendaki tangga yang menjulang tinggi", kemudian menggali kuburnya sendiri dengan terus bersikap angkuh.
"Kamu tidak mengerti makna di balik frasa yang kamu gunakan untuk mengakhiri surat yang selalu kamu kirimkan padaku, kan?"
"Makna...?" Richt melirik di antara kami dengan gugup.
Ferdinand sengaja membuang muka, mengarahkan Richt ke bunga-bunga di ruangan itu. “Ungkapan yang kau gunakan dipahami oleh bangsawan bahwa kalian akan menyiapkan anggur, wanita, dan uang untuk kalian berikan sebagai imbalan atas bantuan kami,” dia menjelaskan.
"Apa?! K-Kami sama sekali tidak tahu menahu!” Seru Richt, darah langsung mengalir dari wajahnya. Aku bisa memahami reaksinya; siapa pun akan terkejut mengetahui bahwa kata-kata yang mereka gunakan selama ini sebenarnya memiki makna yang sangat kasar.
Disisi lain, para kepala kota membelalakkan mata karena terkejut, tidak percaya bahwa walikota Hasse yang baru kembali tidak menghormati kaum bangsawan. Mereka gemetar ketakutan akan hukuman baru apa yang sekarang menanti mereka, baru saja terbebas dari hukuman terakhir mereka.
Melihat semua itu, Ferdinand melambaikan tangan dengan waspada. “Tidak jarang kata-kata kehilangan makna selepas pergantian penguasa, dan tidak adanya anggur dan wanita memperjelas bahwa kalian tidak mengerti apa yang kalian tulis. Untuk alasan ini, kami tidak berniat menghukum kalian. Tapi bisakah kalian bayangkan bagaimana reaksi seorang bangsawan jika surat semacam itu adalah komunikasi pertama mereka denganmu?”
"Tentu. Saya meminta maaf dengan tulus,” kata Richt, berlutut dan menundukkan kepala. Para kepala kota dengan cepat mengikutinya.
“Kami berharap kamu bisa belajar dari pendeta abu-abu yang kami utus ke Hasse,” kataku. “Jika kau tidak memahami eufemisme bangsawan, masalah semacam ini hanya akan terus terjadi. Dan aku tidak ingin Hasse menderita lebih dari yang sudah ada.”
"Kami sangat tersanjung atas perhatian Anda, Uskup Agung, dan dengan senang hati akan menerima arahan dari pendeta Anda."
Baik Richt maupun para kepala kota menatapku dengan mata tergerak: mereka tampaknya memandangku sebagai santa yang sangat berbelas kasih. Aku benar-benar bukan santa, tapi kupikir setidaknya aku akan memakai kesempatan singkat ini untuk membuat mereka berjanji akan memperlakukan para pendeta abu-abu dengan baik.
“Para pendeta abu-abu yang dikirim ke Hasse akan menjadi wakilku. Jika kalian mengejek mereka dengan anak yatim atau memandang rendah mereka dengan cara apa pun, aku akan meminta mereka kembali ke biara saat itu juga,” aku menegaskan, berharap ancamanku akan mencegah tindak pelecehan apa pun. “Aku meminta kalian untuk memastikan semua warga kalian tahu bahwa pendeta abu-abu hadir untuk mengkonfirmasi kesetiaan kalian dan mengajari kalian cara berkomunikasi dengan bangsawan. Jika selama musim dingin tidak terjadi masalah apapun, aku yakin kita dapat menggelar Doa Musim Semi untuk kalian tanpa masalah. Yang harus kalian lakukan adalah tetap bekerja keras untuk sedikit lebih lama.”
"Kami sungguh berterima kasih," jawab Richt. Ketegangan terkuras dari bahunya, dan para kepala kota yang berkumpul juga tampak sedikit lega.
"Well—urusan apa yang kalian semua miliki dengan kami, Richt?"
“Seperti yang diminta dalam surat kami, kami akan sangat menghargai jika Anda dapat membeli beberapa anak yatim dari kami. Sejujurnya, kami sudah akan berjuang untuk melewati musim dingin, dan tidak ada yang mau membelinya saat archduke menghukum kami.”
Interaksi dengan Hasse dihindari oleh orang-orang saat mereka dalam masa hukuman, aku dapat dengan mudah membayangkan mereka dibungkam ke mana pun mereka pergi. Tentu saja aku merasa tidak nyaman dengan penjualan anak yatim, tapi aku tidak keberatan membelinya untuk membantu masalah yang sejak awal akulah yang menjadi penyebabnya.
“Aku tidak keberatan membeli anak yatim. Tapi begitu mereka memasuki panti asuhan gereja, mereka selanjutnya akan diperlakukan sebagai pendeta dan gadis gereja. Mereka tidak akan pernah kembali ke Hasse sebagai warga, jadi semakin muda, semakin baik.”
Setelah bergabung dengan gereja, tidak mudah untuk pergi. Pertimbangan utama di sini adalah bahwa anak-anak Hasse yang tinggal di panti asuhan kota diberi sebidang tanah ketika mereka tumbuh dewasa, tetapi itu tidak lagi berlaku bagi yang bergabung dengan gereja; mereka akan menjadi pendeta abu-abu dan gadis suci seumur hidup, menjalani sisa hidup mereka sesuai dengan keinginan para bangsawan.
"Anda tidak keberatan membeli anak-anak yang lebih muda?" Richt bertanya, matanya melebar karena terkejut. Anak yatim yang lebih muda jarang dipilih, karena mereka tidak dapat digunakan untuk bekerja sampai mereka tumbuh besar dan cukup kuat. Mereka hanya tidak bernilai uang.
“Aku lebih suka tidak merenggut masa depan mereka yang berada di ambang kedewasaan dan menerima tanah. Anak-anak yang lebih muda juga lebih cepat beradaptasi dengan kebiasaan baru, sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan biara. Aku diberi tahu bahwa Nora, salah satu anak yatim yang kami beli tahun lalu, sedang berjuang keras untuk beradaptasi dengan kehidupan gereja karena sudah sangat dekat dengan usia dewasa.”
"Jadi begitu..."
Mereka membawakan anak-anak yatim yang berusia di bawah sepuluh tahun kepada kami. Mereka semua cukup compang-camping, tetapi tidak seperti terakhir kali, mereka tidak dipenuhi lebam. Tampaknya tidak ada yang terluka, dan kebersihannya mereka semua terjaga. Aku menghela napas kecil, lega karena mereka tidak disakiti, lalu menatap Richt.
"Berapa banyak yang ingin kau jual?"
"Bolehkah saya meminta Anda setidaknya membeli empat anak?"
Saya setuju untuk membeli empat anak yatim sebelum dibaptis. Justus sang cendekiawan menulis dokumen untuk kami, lalu Ferdinand menandatanganinya sebagai wali, karena aku masih di bawah umur. Saat ini sedang dilakukan, aku tersenyum pada anak yatim, yang semuanya tampak gugup karena pindah ke biara.
"Jangan takut. Kalian tidak akan sendirian di biara: Nora dan yang lainnya akan berada di sana.”
Jadi, aku membawa anak-anak yatim yang baru ke biara dengan Lessy. Nora dan yang lainnya menyambut kami di sana, menyambut wajah-wajah baru. Kami telah menghubungi mereka sebelumnya, jadi tempat tidur, pakaian, dan yang lainnya sudah disiapkan. Sungguh melegakan melihat anak-anak sedikit rileks saat melihat orang-orang yang mereka kenal.
“Semuanya, anak-anak ini akan bergabung dengan kalian di biara. Ku harap kalian membantu mereka membiasakan diri dengan kehidupan gereja dengan Festival Panen. Kalian akan menghabiskan musim dingin di sini, tetapi mereka cukup muda sehingga kami akan memindahkan mereka ke Ehrenfest setelah festival. Harap ingat perjuangan kalian ketika kalian pertama kali tiba di sini dan bantu mereka tumbuh seperti yang kalian lewati.”
"Sesuai kehendak anda."
Dan dengan itu, biara Hasse menerima tambahan anak yatim.
______________
Setelah upacara hari dewasa musim panas dan upacara pembaptisan musim gugur selesai, segalanya akan menjadi sibuk dengan semua orang menyiapkan Festival Panen dan musim dingin mendatang.
Di tengah semua ini, aku harus memilih pendeta abu-abu mana yang akan pergi ke Hasse. Aku membutuhkan dua pendeta untuk mengajari etika pada Richt dan yang lainnya, dan empat pendeta untuk bertukar tempat personil biara selama musim dingin. Tapi sepertinya aku tidak mengenal setiap pendeta abu-abu di panti asuhan, termasuk kepribadian dan kemampuan mereka, jadi aku memutuskan untuk menyerahkan keputusan kepada mereka yang lebih tahu— Fritz, yang mengelola Workshop, dan Wilma, yang mengelola panti asuhan.
“Monika, kirim kabar. Aku akan pergi ke Workshop dan panti asuhan setelah makan siang.”
"Sesuai kehendak anda."
Setelah melihat Monika berjalan cepat, terlihat jelas bersemangat karena akan bertemu Wilma, aku menoleh melihat Brigitte. Ini sepertinya kesempatan yang bagus.
"Brigitte, maukah kau mengawalku dalam kunjungan sore ini?"
Selama ini, aku hanya pernah membawa Damuel ke Workshop, untuk menghindari kebocoran informasi yang tidak perlu tentang keuntungan kami dan semacamnya kepada bangsawan lain. Sekarang setelah kami mendirikan Workshop pembuatan kertas di Illgner dan melibatkan mereka dalam industri percetakan, bagaimanapun juga, tidak perlu menyembunyikan apa pun dari Brigitte.
“Sekarang Illgner memiliki Workshop sendiri, tidak ada yang perlu aku sembunyikan di Workshop kami darimu,” aku melanjutkan. “Ku pikir akan lebih baik bagi adik Giebe Illgner untuk melihat semuanya secara pribadi.”
Brigitte melebarkan mata, lalu tersenyum dan berlutut di depanku. “Saya merasa terhormat, Lady Rozemyne. Saya tentu saja ingin menemani anda.”
Jadi, setelah makan siang, Brigitte dan aku pergi ke Workshop. Kebanyakan bangsawan tidak suka bepergian ke ruang bawah tanah tempat rakyat jelata bekerja, tetapi menilai dari bagaimana pola kehidupan di Illgner, aku ragu dia akan keberatan.
“Terima kasih sudah datang, Lady Rozemyne.”
Aku memasuki Workshop dan menemukan semua orang berlutut menunggu, dan Fritz pelayanku memberikan salam adat sebagai perwakilan mereka. Itu salam bangsawan, yang aku terima dengan anggukan.
“Fritz, tolong minta semua orang melanjutkan pekerjaan mereka. Aku ingin Brigitte melihat apa yang kita lakukan di sini. Apakah kau ingat bahwa Illgner adalah provinsi yang sedang dikunjungi Gil dan Lutz? Brigitte adalah keluarga Giebe Illgner.”
"Dimengerti. Semuanya, lanjutkan pekerjaan kalian.”
Seperti yang diperintahkan, semua pekerja kembali ke pekerjaan masing-masing. Beberapa sedang mengocok bubur di suketa, sementara sisanya bekerja di mesin cetak, yang membuat suara pukulan keras disela hanya oleh dentingan menyenangkan dari cetak huruf logam yang dipindahkan.
"Fritz, bisakah kamu ikut denganku ke panti asuhan ketika punya waktu?"
“Saya bebas selama Anda di sini, Lady Rozemyne. Kita bisa pergi segera setelah Lady Brigitte selesai melihat-lihat,” jawabnya, dengan senyum damai saat berbicara. Seperti yang diharapkan, pelayanku adalah citra kompetensi yang memukau; dia meminta salah satu anak kecil di Workshop untuk pergi dan memberi tahukan kunjungan kami yang akan datang kepada Wilma, lalu memberikan instruksi kepada beberapa pendeta abu-abu lainnya.
“Brigitte, di sinilah kertas itu dibuat. Di sana ada mesin cetaknya,” aku menjelasakan. “Sepertinya mereka telah menemukan jenis kertas baru di Illgner, jadi kita juga harus segera mulai mencetak di sana.”
Saat dia menyimak, Brigitte melihat suketa diayunkan dengan penuh minat. "Mereka membuat jenis kertas baru di Illgner?" dia bertanya sambil tersenyum.
Kami berada disana dan melihat Workshop beroperasi untuk sesaat, tetapi ku pikir sebaiknya kami segera pergi agar tidak mengganggu para pekerja. "Bagaimana kalau kita pergi ke panti asuhan, Brigitte?" Aku memanggil.
Dia dengan menyesal melihat sekeliling untuk terakhir kalinya ketika semua orang berhenti sejenak dari apa yang mereka lakukan untuk berlutut. Aku mengitari lantai Workshop untuk berbicara dengan mereka semua.
“Aku senang memiliki kesempatan untuk melihat kalian bekerja hari ini. Silakan lanjutkan pekerjaan kalian.”
Fritz memandu kami melewati ruang bawah tanah gedung perempuan, tempat para gadis magang abu-abu berhenti membuat sup untuk bersandar di dinding dan berlutut. Mereka tidak tampak terkejut melihat kami karena anak yang telah dikirim terlebih dahulu untuk memberitahu mereka.
“Berkat usaha kalian semua para penghuni di panti asuhan bisa makan sup hangat. Kurasa sulit membuat makanan untuk orang sebanyak ini, tapi tolong lanjutkan kerja keras kalian,” kataku, menawarkan kata-kata penyemangat kepada mereka. Aku memastikan untuk melanjutkan dengan cukup cepat, karena menghentikan pekerjaan gadis suci terlalu lama dapat menyebabkan sup hangus.
Kami menaiki tangga dan memasuki ruang makan, di mana kami menemukan Wilma sedang berlutut menunggu. "Monika memberitahu saya bahwa anda memiliki sesuatu untuk didiskusikan," katanya.
Aku duduk di kursi yang ditawarkan kepadaku, menatap Fritz dan Wilma. “Kumohon pilih dua pendeta abu-abu untuk dikirim ke mansion musim dingin Hasse, dan empat pendeta untuk bertukar tempat dengan para pendeta di biara. Dua pendeta yang dikirim ke mansion musim dingin akan mengajari eufemisme bangsawan dan semacamnya kepada pengurus menulis surat dan dokumen, jadi idealnya adalah pelayan yang berpengalaman, terampil dalam mengajari orang lain, dan cukup ramah untuk bekerja sama dengan baik.”
Siapa pun yang mereka pilih akan terjebak di tempat asing dengan budaya asing sepanjang musim dingin. Itu akan menjadi tantangan tersendiri, dan semua hanya akan lebih sulit jika dua orang terpilih tidak akur.
“Tolong pilih dua pria dan dua wanita untuk biara. Itu bisa termasuk magang. Aku akan menghargai jika mereka sudah berhubungan baik dengan Nora dan yang lainnya.”
"Sesuai kehendak anda."
Setelah urusanku di sana selesai, aku kembali ke kamar Uskup Agung, menyeruput teh yang telah dituangkan untukku oleh Nicola saat aku berbicara dengan Brigitte. "Jadi, apa pendapatmu tentang Workshop?"
“Saya tidak menyangka ada yang mampu membuat kertas seperti itu. Itu cukup mengejutkan.”
"Apakah itu sudah semuanya...? Apakah kau tidak memiliki pendapat tentang pendeta abu-abu?”
Brigitte meletakkan tangan kontemplatif di pipinya, ekspresinya berpikir. “Saya pikir mereka adalah pekerja keras yang mengejutkan; Saya tidak melihat seseorang yang hanya mengobrol.”
"Benar. Mereka semua sangat berdedikasi. Tapi bukan hanya itu yang aku ingin kau lihat,” kataku, memberinya tatapan yang lebih serius. “Kamu tahu bahwa aku akan mengunjungi Illgner selama Festival Panen untuk menjemput anggota Perusahaan Plantin, ya? Well, Ferdinand juga akan menemaniku. Dia adalah waliku, dan dia ingin melihat status dan hasil dari Workshop percetakan pertama yang dibangun di provinsi bangsawan.”
“Itu akan menjadi kehormatan besar,” kata Brigitte sambil tersenyum.
Sebagai putri angkat archduke, aku akan memberikan dukungan kepada Illgner, mendirikan industri pembuatan kertas di sana sebelum melakukannya di provinsi lain. Selain itu, saudara tiri Archduke, Ferdinand, juga akan berkunjung. Setiap bangsawan akan menganggap itu sebuah kehormatan.
“Dengan mengingat hal itu, kau perlu menginstruksikan Giebe Illgner untuk mendidik orang-orangnya dalam rangka mempersiapkan kunjungan kami.”
"Mendidik warganya, Anda bilang...?" Brigitte bertanya dengan bingung.
"Ya. Warga Illgner cukup dekat dengan giebe dan keluarganya, bukan? Meskipun aku secara pribadi menyukai jiwa bebas mereka, aku tidak bisa membayangkan Ferdinand akan sependapat denganku.”
“Illgner benar-benar provinsi pedesaan, yang jarang dikunjungi bangsawan lain. Mereka mungkin bersikap sedikit terlalu akrab dengan kaum bangsawan, tetapi mereka tidak bermaksud buruk.”
“Tetapi apakah kau tidak setuju bahwa niat mereka tidak relevan? Satu kota dapat dihancurkan hanya karena tidak tahu cara bersikap dengan benar terhadap bangsawan. Tentunya kau belum melupakan apa yang terjadi di Hasse.”
Brigitte memucat dalam sekejap, setelah melihat seluruh insiden Hasse dari awal hingga akhir sebagai ksatria pengawalku. Selama ini, aku bisa berasumsi dia hanya bersimpati dengan rakyat jelata yang tinggal dekat dengan Area Bangsawan, tapi Illgner akan berakhir dalam situasi yang sama jika bangsawan mulai berkunjung. Ketidaktahuan tidak akan menjadi alasan yang cukup kuat bagi mereka.
“Illgner telah melakukannya dengan baik sampai saat ini karena minimnya bangsawan yang berkunjung, tetapi itu akan segera berubah. Kukira banyak giebe lain yang akan mengembangkan ketertarikan pada provinsimu setelah mengetahui bahwa kau membuat kertas lebih dulu daripada tempat lain. Aku dapat memprediksi mereka ingin melihat bagaimana Workshop beroperasi, berapa banyak keuntungan yang mereka peroleh, dan sebagainya. Apa yang akan terjadi jika rakyat jelata mendekati mereka dan bersikap tanpa rasa hormat yang pantas?”
“Tapi mendidik mereka semua…? Apakah itu benar-benar masuk akal?”
Mengubah perilaku seseorang secara tiba-tiba bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, dan tentu saja akan sulit mendidik rakyat jelata sebanyak itu sebelum Festival Panen. Tapi Brigitte tidak punya pilihan lain jika dia ingin menjaga keselamatan mereka.
“Illgner merangkul industri percetakan untuk mendapat perlindunganku; tidak ada jalan mundur sekarang. Warganya harus belajar untuk bersikap semestinya agar tidak membuat marah para bangsawan yang berkunjung. Tidak ada cara lain untuk melindungi mereka.”
Brigitte berdiri, darahnya telah benar-benar terkuras dari wajahnya. Aku dengan lembut meraih tangannya dengan tanganku.
“Seperti yang kau lihat, orang-orang di Workshopku tahu bagaimana bersikap di hadapan bangsawan. Aku hanya memintamu memberi tahu giebe apa yang terjadi di Hasse, dan setidaknya para pekerja di estate dan Workshopnya belajar etika. Aku tidak ingin melihat pengulangan dari apa yang terjadi di Hasse,” kataku, mengingat kembali betapa damainya provinsi Illgner.
Brigitte mengangguk, air mata mengalir di matanya. “Saya sangat berterima kasih atas nasihat berharga Anda, Lady Rozemyne. Saya akan segera membicarakan masalah ini dengan kakak,” katanya, ekspresi kerjanya yang serius berubah menjadi keputusasaan.
Para pendeta abu-abu yang akan dipindahkan ke Hasse pun dipilih, dan aku mengirim pesan ke Perusahaan Plantin meminta mereka untuk mengurus berbagai persiapan. Hari-hari berlalu dengan kecepatan mengkhawatirkan, dengan diskusi tentang Festival Panen mendatang dan pengumpulan ruelle muncul lagi dan lagi.
Tak lama kemudian, sudah hampir waktunya Festival Panen. Fritz memberi tahuku bahwa pendeta abu-abu yang dipilih sedang bersiap untuk pergi, jadi aku pergi ke panti asuhan untuk memberikan kata-kata penyemangat. Fran dan Zahm membawa kotak-kotak besar, sedangkan Monika membawa kotak yang tidak terlalu besar.
Semua pendeta abu-abu yang akan berangkat menuju Hasse berkumpul di ruang makan panti asuhan. Wilma memperkenalkan mereka satu per satu, lalu mengakhiri salam bangsawan.
Aku pertama-tama berbicara dengan dua pendeta dan dua gadis gereja magang yang berangkat ke biara Hasse. “Aku telah menerima kabar dari Ingo bahwa biara sekarang memiliki mesin cetak sendiri. Saat ini hanya ada sedikit warga di sana, dan tidak satu pun dari mereka yang tahu cara mencetak. Aku menantikan hasil kerja keras kalian musim dingin ini.”
Kami membutuhkan tambahan orang di Hasse untuk terlibat dalam industri percetakan, dan aku sangat ingin mereka berusaha sebaik mungkin di sana.
"Dimengerti," jawab mereka.
Aku mengangguk pada mereka dan kemudian melihat ke Fran, yang membuka kotak yang dipegangnya dan membagikan isinya kepada mereka berempat. Sama seperti terakhir kali, mereka masing-masing menerima diptych sebagai hadiah.
“Ini adalah hadiah untuk kalian yang akan bekerja keras di Hasse. Aku kira kalian semua sudah tahu dari pelayanku bagaimana menggunakannya. Setiap diptych adalah milik pribadi masing-masing dan bukan sesuatu yang perlu kalian gunakan bersama orang lain. Berhati-hatilah untuk tidak lupa menuliskan nama kalian di atasnya.”
"Kami merasa terhormat," jawab mereka serempak. Para pendeta abu-abu berbicara dengan senyum lembut, sementara para gadis suci magang menyeringai lebar.
Setelah selesai, aku menoleh ke dua pendeta abu-abu yang pergi ke mansion musim dingin Hasse. “Achim, Egon—aku mempercayakan kalian berdua dengan diptych juga. Kukira kalian berdua akan bekerja keras lebih dari siapa pun, harus menghabiskan musim dingin di tempat yang sepenuhnya berbeda dari tempat kalian yang biasa, tetapi aku percaya kalian berdua akan berhasil.”
“Lady Rozemyne...”
“Kalian punya dua pekerjaan, yang pertama adalah mengajarkan semua ini kepada walikota dan rekan-rekannya,” kataku, menunjuk ke arah kotak yang dibawa Zahm. Di dalamnya ada tumpukan papan yang merinci semua yang aku ingin Hasse pelajari, termasuk eufemisme dan format huruf yang pasti akan diketahui oleh bangsawan mana pun.
Ngomong-ngomong, ini adalah papan yang sama yang telah disiapkan dengan baik oleh Fran untukku ketika aku masih rakyat jelata. Aku berencana mengatur pelajaran dan menyusun buku teks pendidikan begitu harga buku cukup terjangkau untuk dibeli oleh rakyat jelata.
“Aku yakin tidak ada masalah yang akan muncul di mansion musim dingin, tetapi mereka mungkin memandang rendah kalian sebagai anak yatim. Bahkan dengan segala kemurahan hati kalian, jika suatu saat kalian merasa perlakuan mereka terhadap kalian sudah tak tertahankan, segera pergi ke biara. Aku tidak akan marah pada kalian, dan walikota Hasse telah diberitahu.”
Aku kemudian melihat ke arah Monica. Di dalam kotak itu ada kartu remi, karuta, dan buku bergambar untuk hiburan.
“Menurut pemahamanku, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk bersenang-senang di mansion musim dingin, tapi ku harap kalian bisa menjembatani dengan membacakan buku bergambar ini kepada anak-anak, bermain kartu dengan orang dewasa, dan sebagainya,” aku melanjutkan. “Aku harus tekankan bahwa buku-buku itu sangat mahal, jadi jangan biarkan orang lain mengurusnya. Jika terjadi sesuatu pada mereka, Hasse harus menanggung biayanya.”
"Dimengerti."
Mereka yang dibesarkan di panti asuhan telah dilatih secara menyeluruh untuk menangani segala hal dengan hati-hati, jadi tidak ada dari mereka yang pernah merusak apa pun sejauh ini. Tetapi apakah ini juga akan terjadi di Hasse, aku tidak bisa mengatakannya. Buku-buku ini cukup mahal yang bahkan beberapa bangsawan ragu untuk membelinya, dan aku tidak ingin mereka diperlakukan dengan kasar. Karuta dan kartu remi akan baik-baik saja, karena terbuat dari kayu, tetapi buku-buku itu bisa segera robek berkeping-keping, yang dengan mudah akan membuatku lebih marah daripada kelancangan mantan walikota. Itu tidak perlu diragukan.
Aku selanjutnya memberi isyarat kepada Monika untuk mengeluarkan tinta dan buku catatan dari kotaknya, yang terakhir terbuat dari kertas tak terpakai. Dia menyerahkan keduanya kepada Achim dan Egon.
“Dan sekarang untuk pekerjaan kedua kalian,” lanjutku. "Kalian harus mengumpulkan dan mencatat cerita dari warga Hasse."
“Cerita?”
"Ya. Sama seperti bangsawan yang memiliki cerita tentang ksatria dan gereja yang memiliki cerita tentang para dewa, rakyat jelata memiliki cerita dimana hanya mereka yang tahu. Hasse mungkin memiliki cerita dari pedagang keliling, atau cerita lokal yang telah tersebar luas di kota-kota pertanian selama beberapa generasi. Itu semua suatu hari nanti akan menjadi bahan untuk buku-bukuku, jadi aku meminta kalian untuk menggunakan kesempatan ini untuk menuliskannya. Sebenarnya, pekerjaan ini lebih penting dari apapun.”
Ini adalah tujuanku yang sebenarnya, yang ku ungkapkan kepada Ferdinand maupun warga kota yang memujaku sebagai santa yang sangat berbelas kasih. Apa yang benar-benar ku inginkan dari ini adalah kumpulan cerita yang hanya diketahui oleh rakyat jelata. Dan nama rencanaku? Operasi Grimm. Aku akan mengumpulkan cerita-cerita dari seluruh negeri—kisah-kisah turun temurun dari mulut ke mulut.
Hasse hanyalah permulaan. Dengan asumsi itu semua akan berhasil di sana, aku akan mengirim pendeta abu-abu ke seluruh mansion musim dingin, dengan kedok mengajari rakyat jelata bagaimana berbicara dengan benar kepada bangsawan. Aku kemudian akan mengumpulkan cerita dari provinsi yang dipimpin bangsawan sambil menyebarluaskan Workshop percetakan. Para pekerja pasti akan melompat untuk mengumpulkannya untukku jika segepok uang ditawarkan kepada mereka. Kemudian, setelah Ehrenfest ditaklukkan, aku akan melanjutkan untuk mengumpulkan cerita dari kadipaten lain juga. Ambisiku tidak ada habisnya.
Ku harap ini berjalan dengan baik. Operasi Grimm... Eheheh.
Rencanaku adalah meningkatkan tingkat melek huruf di antara rakyat jelata disela-sela itu, tetapi buku yang terlalu mahal untuk mereka beli benar-benar membuatnya menjadi sulit. Ada juga kemungkinan bahwa lebih dari beberapa orang akan menemukan kesenangan membaca, hanya untuk menjadi gila karena tidak memiliki akses ke buku baru. Itu adalah perasaan yang sangat aku mengerti—perasaan yang terlalu menyedihkan untuk dialami orang lain. Dari lubuk hati, aku berharap membuat buku cukup tersedia sehingga bahkan rakyat jelata dapat segera menyiapkan ruang buku untuk mansion musim dingin mereka.
_____________
Tiba saatnya kereta Perusahaan Plantin berangkat ke Hasse menjelang Festival Panen. Mereka yang menuju biara sedang memuat barang bawaan ke dalam kereta, dengan bantuan penghuni panti asuhan lainnya. Sementara itu, orang-orang yang pergi ke mansion musim dingin bersiap-siap untuk bepergian secara terpisah denganku, karena aku akan pergi ke festival itu sendiri.
“Kereta akan memiliki jumlah orang yang sama dalam perjalanan pulang. Tapi berhati-hatilah—anak yatim di Hasse termasuk anak-anak sebelum dibaptis.”
"Dimengerti. Ah... Sepertinya para prajurit telah tiba.”
Sementara para pendeta abu-abu sedang memuat kereta Perusahaan Plantin, para prajurit yang akan mengawal mereka tiba. Ayah berbaris dengan antusias di depan. Aku sudah lama tidak melihatnya. Aku tersenyum padanya, dan saat bertemu pandang denganku, dia balas tersenyum dan berlutut di depanku.
“Terima kasih sudah datang, Gunther. Kami lagi-lagi meminta bantuanmu.”
“Uskup Agung, Anda selalu dapat mengandalkan kami untuk membantu jika Anda membutuhkannya,” kata Ayah dengan nada sopan. Prajurit lain segera menindaklanjuti dengan tanggapan mereka sendiri.
"Saya akan bergegas ke sini lebih cepat dari, eh... Saya akan tiba lebih cepat dari komandan itu sendiri."
“Saya juga. Sampaikan saja permintaannya.”
“Diam, kalian berdua. Kalian tidak sopan,” kata Ayah, membungkam mereka dengan tatapan tajam.
“Aku lagi-lagi melihatmu ditemani oleh sekelompok prajurit yang bersemangat,” kataku sambil terkikik. “Berkat kalian semua aku bisa tenang, mengetahui pendeta abu-abuku akan tetap aman di luar tembok kota.”
“Benar. Saya menunggu kesempatan untuk melihat Anda lagi di biara.”
Jadi, setelah interaksi singkat, aku mengirim kereta ke Hasse. Dengan perginya Perusahaan Plantin, sudah waktunya bagiku mempersiapkan keberangkatanku sendiri. Aku berencana membawa beberapa buku ke Festival Panen tahun ini; aku tidak akan bisa bertahan dalam semangat yang panas untuk waktu yang lama tanpa beberapa cerita bagus untuk bersantai.
____________
"Lady, senang bekerja sama dengan anda lagi tahun ini."
"Oh, aku turut senang, Justus."
Justus ikut sebagai petugas pajak, sementara Eckhart dan Brigitte bertugas sebagai ksatria pengawalku. Ferdinand telah menginstruksikan bahwa Eckhart dan Damuel bertukar tempat untuk misi ini, karena Damuel dan Brigitte saja tidak akan mampu meredam amukan Justus.
“Eckhart, aku percayakan semuanya padamu. Kuharap kita bertemu lagi di Dorvan,” kata Ferdinand.
"Ya pak!" Eckhart menjawab, lalu berbalik untuk melihat Damuel. "Sampai saat itu, ku percayakan kau untuk menjaga Lord Ferdinand menggantikanku."
"Dimengerti."
Setelah menerima daftar peringatan yang tak ada habisnya dari Ferdinand yang terasa seperti selamanya, aku naik ke Pandabus yang sudah disiapkan. Achim dan Egon ada di dalam, begitu pula Fran, Monika, Nicola, Hugo, dan Rosina —dua yang terakhir menemaniku sebagai koki dan musisi pribadiku.
Ella tinggal di rumah untuk kali ini—perjalanan kami rencananya akan panjang, dan Hugo memiliki stamina lebih banyak. Sebaliknya, dia akan membuat makanan untuk anak yatim dan pelayanku yang lain saat aku pergi. Fritz dan Zahm juga tetap ditempat, yang terakhir dipercaya untuk menjalankan seluruh gereja disaat kepergian Ferdinand.
Siapa yang lebih sulit di antara kami? Itu tidak mungkin untuk dikatakan.
“Baiklah, Ferdinand, aku pergi. Semoga kita bertemu lagi di Dorvan.”
"Jangan coba buat masalah."
"Kita lihat saja nanti."
"Itu bukan jawaban," desahnya, menekan pelipisnya. Tapi aku hanya menghindari kontak mata dan mencengkeram kemudi Lessy. Aku mengalirkan mana ke dalamnya, menginjak pedal gas, dan kami melesat ke udara.
Maka dimulailah perjalanan panjangku untuk Festival Panen.
Post a Comment