Rihyarda melesat keluar dari kamar. Bahkan dia terlihat sakit dan pucat; tidak ada keraguan bahwa Wilfried telah melakukan sesuatu yang sepenuhnya tidak terpikirkan. Keheningan berat menyelimuti ruangan, dan semua orang menatap lantai dengan alis berkerut.
Itu adalah Wilfried sendiri, masih dijepit ke lantai oleh Angelica, yang akhirnya berbicara. “Lamprecht! Apakah kamu bukan ksatria pengawalku?!” serunya. "Apa yang sedang kamu lakukan?! Bantu aku!"
Lamprecht menggertakkan gigi dengan frustrasi, lalu perlahan menggelengkan kepala. “Sejak musim gugur tahun lalu, kamu berhenti melarikan diri, dan kamu telah mengambil studi dan pelatihanmu dengan serius. Aku benar-benar bangga melihatmu mendedikasikan diri, menjadi seseorang yang cukup layak untuk menjadi archduke berikutnya. Lantas... kenapa? Mengapa Kau melakukan ini?” dia bertanya, berbicara mewakili semua orang yang melayani Wilfried. Mereka tampak sedih, frustrasi, dan dipenuhi penyesalan yang tak tertahankan.
“Mengapa dan kapan Kau melakukan ini? Kami tidak dapat membebaskanmu sampai kami mengetahuinya.”
"Apa?! Lamprecht, apakah pertemuanku dengan Nenek benar-benar seserius itu?” Wilfried bertanya, matanya melebar tak percaya. Tatapannya mengalir di sepanjang pengikutnya saat dia tetap lekat di lantai, dan mereka semua mengangguk dengan ekspresi sedih di wajah mereka.
"Ya."
Rihyarda segera kembali bersama Sylvester, Karstedt, Ferdinand, dan Eckhart, semuanya menunjukkan ekspresi datar yang tidak menunjukkan emosi apa pun. Sylvester melihat antara Wilfried yang masih dijepit dan pengikut yang memucat, lalu ke arah Charlotte dan aku, jamuan teh kami berakhir dengan tiba-tiba.
"Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi," katanya. “Maaf, Rozemyne, tapi kami akan memakai ruangan ini. Oswald, panggil semua pengikut Wilfried. Eckhart... bawa pelayan Rozemyne dan Charlotte ke kamar Wilfried dan tetap di sana sampai diskusi ini selesai. Kamu tetap disini, Rihyarda.”
Di bawah arahan Eckhart, pelayan kami keluar dari ruangan. Hanya ksatria pengawalku yang diizinkan untuk bertahan di ruangan, ditugaskan untuk berjaga-jaga. Damuel dan Brigitte berdiri di luar, sementara Cornelius tetap di dalam bersama Angelica, yang masih menjepit Wilfried.
Dengan perginya para pelayannya dan Sylvester terlihat begitu intens, Charlotte tampak sangat ketakutan. Aku memberi isyarat padanya, dan dia mengangguk kecil sebelum duduk di sebelahku. Sementara itu, Rihyarda sedang terburu-buru, melakukan persiapan yang diperlukan agar semua orang duduk dan berbicara. Aku menghela nafas saat melihat jamuan teh kami berubah menjadi area pertemuan untuk diskusi serius.
Menyia-nyiakan jamuan teh yang bagus.
"Permisi."
Saat Rihyarda menyelesaikan persiapan, Florencia tiba, mungkin sedang sibuk dengan beberapa pekerjaan lain. Dia menatap Wilfried di lantai dalam diam, lalu ke Sylvester.
“Rozemyne, lady, ini tempat dudukmu. Lady Charlotte, ini untuk anda,” kata Rihyarda, menuntun kami ke kursi kami di sekitar meja bundar.
Ferdinand, Sylvester, dan Florencia duduk dalam urutan itu, dengan aku berada di sebelah kiri Ferdinand dan Charlotte di sebelah kanan Florencia. Ada kursi lain antara Charlotte dan aku, sedikit lebih jauh dari yang lain. Itu mungkin untuk Wilfried, tapi dia masih dijepit.
“Kami datang karena panggilan mendesak Oswald. Ini tempatnya, kan?” Pengikut Wilfried lainnya bertanya ketika mereka semua memasuki ruangan. Mata mereka melebar saat melihat tuan mereka dijepit ke tanah, dan mereka segera bergerak untuk berlutut di dekat meja, menelan ludah melihat betapa seriusnya pasangan archduke itu. Aku bisa merasakan ketegangan di udara semakin berat dengan setiap orang baru yang datang.
Setelah Oswald memastikan bahwa semua orang hadir, Sylvester, yang telah dengan hati-hati menatap Wilfried selama ini, mengalihkan pandanganya ke arahku. “Rozemyne, bisakah kamu membebaskan Wilfried? Aku perlu berbicara dengannya.”
Seperti yang diminta, aku memerintahkan Angelica untuk melepaskannya. Dia menurut dengan anggukan kecil, lalu berjalan ke pintu untuk melanjutkan tugas jaganya.
"Wilfried, duduk," Sylvester memerintahkan.
Wilfried berdiri perlahan, mengangguk, lalu duduk di kursi yang telah ditarik Rihyarda untuknya. Dia tampak kesal.
Selama beberapa saat, keheningan kembali mendominasi ruangan, disertai dengan rasa tidak nyaman yang menusuk. Aku mengepalkan tanganku erat-erat di pangkuanku, dan saat itulah Ferdinand berbicara.
“Semua yang terlibat dalam suatu peristiwa melihat sesuatu dari sudut pandang mereka tersendiri. Seseorang harus memperjelas perspektif ini sebelum mengambil keputusan. Ketahuilah bahwa kedustaan adalah dosa.”
Sylvester dengan tenang mengamati barisan pelayan dan ksatria pengawal Wilfried. Matanya berhenti di ujung baris, di mana Oswald si kepala pelayan sedang berlutut.
“Oswald, sudah cukup lama sejak terakhir kali aku menerima laporan tentang Wilfried yang melarikan diri untuk menghindari tugasnya. Kapan kamu kehilangan dia?"
“Tidak sekali pun kami kehilangan Lord Wilfried saat bertugas. Selama setahun terakhir, dia mendedikasikan diri dalam pekerjaannya dengan ketekunan yang mengagumkan. Laporan kami benar seutuhnya,” jawab Oswald, mengangkat kepalanya untuk menatap mata Sylvester sementara rekan-rekannya mengangguk setuju. “Faktanya, sayalah yang benar-benar penasaran. Bagaimana Lord Wilfried mengelabui kami?”
"Aku tidak mengelabui siapa pun!" Wilfried berteriak marah, membuat Sylvester menatapnya dengan alis berkerut.
“Jika tidak mengelabui dan tidak berbuat kesalahan, Wilfried, maka Kau dapat menjawab tindakanmu dengan jujur. Kapan kau bertemu dengan nenek?”
“Selama turnamen berburu, Ayah,” jawab Wilfried penuh semangat.
Ekspresi semua orang berubah dalam sekejap, tapi aku tidak mengerti. Mengapa itu mengejutkan?
“Um, apa turnamen berburu itu?” Aku bertanya. "Aku tidak familiar dengan itu."
“Kau mungkin tidak menyadarinya karena menghabiskan masa-masa itu dengan berkeliling kadipaten untuk Festival Panen,” Ferdinand memulai. “Dari namanya, para bangsawan berkumpul untuk berburu di hutan kastil. Itu turnamen berskala besar yang digelar sebelum sosialisasi musim dingin. Mangsa yang diburu menjadi makanan untuk musim dingin, dan penghargaan diberikan kepada pihak yang berburu paling banyak, jadi ini adalah waktu terpenting dalam setahun bagi para ksatria Area Bangsawan yang ingin unjuk kebolehan.”
Itu adalah event yang diadakan bersamaan dengan Festival Panen, berfungsi sebagai cara kastil untuk mengisi kembali cadangan makanannya sebelum musim dingin. Ksatria, cendekiawan, dan pelayan semuanya bisa bergabung, dengan para peserta bersaing untuk berburu feybeast paling banyak. Disisi lain, wanita (tidak termasuk ksatria wanita) dan anak-anak akan memberikan dukungan sambil menikmati jamuan teh yang tenang dan anggun.
Ini mungkin perburuan yang Sylvester katakan "terlalu membosankan" saat dia menyamar sebagai pendeta biru.
“Apakah kau tidak bersama Florencia selama turnamen berburu?” tanya Sylvester.
“Ya, tetapi beberapa temanku dari ruang bermain musim dingin datang di tengah jalan, jadi kami pergi bermain.”
“Aku yakin Kau bersama Oswald saat itu. Aku menginstruksikannya untuk tidak membiarkanmu hilang dari pandangannya,” kata Florencia, menatap pelayan itu dengan hati-hati.
“Tidak ada yang janggal selama saya di sana,” Oswald menjawab, “dan saya menemaninya sampai Linhardt datang untuk membebastugaskan saya.”
Linhardt dengan putus asa berlari kesana kemari coba mengejar Wilfried dan teman-temannya, tetapi pada satu titik, dia tersandung dan jatuh cukup keras sampai melukai kakinya. Selagi Linhardt dirawat, Wilfried dijaga oleh pelayan teman-temannya.
“Kami bermain petak umpet saat Linhardt sedang disembuhkan, menyelinap keluar dari lokasi pesta teh dan bersembunyi di bawah meja sehingga orang dewasa tidak akan menemukan kami. Saat kami lewat di bawah sebuah meja, kami mendengar bangsawan membicarakan banyak hal. Mereka mengatakan bahwa Nenek dan Paman ditangkap karena Rozemyne dan Ferdinand.
"Siapa yang bilang?"
“Semua orang di sana. Pria, wanita—semuanya.”
Ferdinand, yang dengan cepat mencatat semua yang disebutkan dalam pertemuan itu, bergumam pada dirinya sendiri. “Sepertinya anak-anak membawanya ke sana dengan sengaja, bukannya terjadi begitu saja pada pertemuan mantan bangsawan faksi Veronica....”
Aku menunduk, mengingat saat Rihyarda memberiku peringatan tentang orang tua yang mengambil tindakan melalui anak-anak mereka. Sulit dipercaya bahwa anak-anak diharapkan untuk menaruh perhatian pada rencana politik bahkan ketika bermain atau petak umpet dengan teman-teman mereka. Bahkan, aku yakin bahwa aku sendiri akan jatuh kedalam trik yang sama jika aku berada di posisi Wilfried. Tidak pernah terpikir olehku bahwa semua orang dewasa di sana kemungkinan merupakan bagian dari faksi terdahulu, dan aku mungkin akan mempercayai perkataan mereka, hanya karena banyak sekali dari mereka yang mengatakannya.
Di dunia lain, aku akan menjadi orang yang duduk di mana Wilfried sekarang...
Satu-satunya alasan aku belum membuat kesalahan seperti ini adalah karena aku menghabiskan sebagian besar waktuku di gereja dan jarang terlibat dengan urusan kastil. Seandainya aku perlu mempelajari hubungan bangsawan yang serius seperti Wilfried, aku pasti juga akan kacau.
“Wilfried, terlepas dari perintahku bahwa tidak ada bangsawan dari kadipaten lain yang diizinkan masuk ke kota, paman buyutmu mendorong nenekmu untuk menggunakan segel resmiku tanpa izin untuk memberikan izin masuk ke bangsawan. Dia dihukum karena memalsukan dokumen resmi dan tidak mematuhi perintah langsungku. Aku sebelumnya sudah menjelaskan ini kepadamu. Apa kau tidak dengar?” Sylvester bertanya dengan cemberut. Dia sedang memeriksa apakah Wilfried telah mempercayai bangsawan lain daripada ayahnya sendiri, tetapi Wilfried menggelengkan kepalanya keras sebagai tanggapan.
“Aku melompat keluar dari bawah meja dan memberi tahu mereka apa yang Kau katakan kepadaku, tapi... mereka mengatakan bahwa meskipun Nenek memang telah melakukan tindak kejahatan, sejak awal insiden itu adalah kesalahan Rozemyne. Kemudian mereka mengatakan bahwa Ferdinand menarik tali dari bayang-bayang. Mereka memberitahuku bahwa Rozemyne dan Ferdinand mencoba mengambil alih Ehrenfest....”
Dengan banyaknya bangsawan asing yang mengerumuninya, aku bisa mengerti jika Wilfried mungkin gugup. Dia mungkin akan memprotes jika mereka menyebut Sylvester pembohong, tetapi sebaliknya, mereka setuju dengannya, hanya untuk memberikan lebih banyak informasi tentang situasinya. Kata-kata mereka tidak diragukan lagi meluncur langsung ke dalam pikirannya tanpa pernah dia pertimbangkan kebenarannya.
Untuk memperumit masalah lebih lanjut, tidak semua perkataan para bangsawan itu tidak benar. Cukup adil untuk mengatakan bahwa aku adalah alasan Veronica melanggar hukum, karena niat spesifiknya adalah menjualku kepada Count Bindewald, dan argumen pasti dapat dibuat bahwa Ferdinand menarik tali dari bayang-bayang, karena dia sudah lama telah bekerja untuk menyingkirkan Uskup Agung. Dari sudut pandang Bezewanst, dia melakukan suatu kejahatan sederhana, hanya untuk membuat Ferdinand menjatuhkan daftar pelanggaran yang sangat besar padanya—pelanggaran yang sangat kecil sehingga bahkan Bezewanst sendiri telah melupakannya. Akan lebih sulit untuk berpikir bahwa Ferdinand tidak memancingnya ke dalam jebakan.
“Kemudian salah satu dari mereka mengatakan bahwa aku bisa berbicara sendiri dengan Nenek dan menanyakan siapa yang benar,” lanjut Wilfried.
Sylvester memejamkan matanya. Intriknya cukup licik, jika Kau bertanya kepadaku: Wilfried pada dasarnya sejak lahir dibesarkan oleh neneknya, jadi masuk akal jika dia akan lebih menyayangi dan menganggapnya lebih dapat dipercaya daripada ibu kandungnya, yang baru saja diberi kesempatan untuk berinteraksi secara teratur dengannya. Veronica memiliki kepercayaan tanpa syarat, dan masuk akal bahwa dia akan terbuka dan menerima perkataannya dalam situasi seperti ini.
“Salah satu pria mengatakan Nenek dipenjara di Menara Gading, dan ketika aku menyakan lokasinya, seorang wanita memberi kami petunjuk dan menyarankan agar kami pergi melihatnya sendiri. Kami hanya pergi untuk mencari tahu.”
Wilfried mengikuti petunjuk bersama teman-temannya, berulang kali mengatakan bahwa dia hanya mencaritau untuk memeriksa apakah menara itu benar-benar ada di sana. Dan pada akhirnya, mereka benar-benar menemukannya.
Seorang pria yang berdiri di pintu masuk telah memberi tahu mereka bahwa hanya archduke dan anak-anaknya yang dapat membuka pintu untuk masuk ke dalam. Semua orang mencoba dan gagal, lalu menatap Wilfried dengan mata penuh harap. Dia akhirnya membukanya, hanya karena penasaran.
“Tidak ada orang lain yang bisa membuka pintu, tapi aku bisa. Itu terbuka untukku begitu aku menyentuhnya.”
“Tidak mengejutkan. Jadi, apakah Kau memasuki menara? Apakah ada orang lain yang masuk bersamamu?” Sylvester bertanya tanpa semangat, kehabisan energi. Dia hanya meminta keterangan: semua orang tahu bahwa Wilfried masuk, jika tidak, dia tidak akan mengatakan bahwa neneknya telah memberitahunya banyak hal.
“Aku masuk sendirian; mereka mengatakan bahwa orang lain tidak diperbolehkan masuk, dengan cara yang sama seperti tidak ada orang lain yang bisa membuka pintu. Nenek benar-benar ada di menara. Dia memberitahuku segalanya. Kebenarannya,” kata Wilfried, memelototi Ferdinand dan aku. "Nenek terpenjara di menara, menderita, semua karena Rozemyne dan Ferdinand."
Florencia memejamkan matanya rapat-rapat, dengan ekspresi sedih di wajahnya.
"Ayah, kumohon," lanjut Wilfried. “Kau harus menolong Nenek—”
“Diam! Jangan lanjutkan kalimat itu!” Sylvester berteriak, menampar meja. "Memprotes keputusanku tidak kurang dari bentuk pengkhianatan terhadap archduke!"
Mata Wilfried melebar melihat betapa kerasnya dia diinterupsi. "Ayah...?"
“Aku adalah orang yang menemukan kejahatan nenekmu dan menjatuhkan hukuman tahanan. Bukan Rozemyne. Bukan Ferdinand. Aku. Aub Ehrenfest.”
Wilfried tersentak kaget, setelah menghabiskan begitu banyak waktu menyuarakan neneknya dengan menuduh Ferdinand dan aku. Sepertinya dia tahu dia telah dipenjara karena melakukan kejahatan, tetapi ayahnya sendiri tidak menghukumnya. Dia mungkin berpikir bahwa Ferdinand dan aku yang melakukannya, mengingat dia terus menyalahkan kami.
"Apa kau ingin bergabung dengan faksi pemberontak, menentang aku dan ibumu Florencia?" Sylvester bertanya dengan ekspresi tegas.
Wilfried buru-buru menggelengkan kepala, ekspresinya dipenuhi kecemasan. "Aku tidak mencoba menentang kalian berdua!"
“Tapi itulah yang terjadi ketika Kau membela nenekmu dan angkat bicara menentang keputusanku. Kau harus memikirkan apa yang Kau katakan. Berapa kali aku menyuruhmu untuk berpikir sebelum berbicara...?”
"Tapi..." Wilfried terdiam, memelototi Ferdinand dan aku sambil menggigit bibirnya dengan frustrasi.
Pada titik inilah Florencia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah Wilfried, membelai pipinya dengan senyum sedih. “Kamu diberi tahu bahwa nenekmu, Lady Veronica, percaya bahwa itu benar, tetapi tidak ada kebenaran tunggal di dunia ini. Seperti yang Ferdinand katakan, setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing. Kebenaran yang aku tahu adalah bahwa Rozemyne adalah korban dalam semua ini — bukan dia, tetapi Lady Veronica yang menyusun siasat dan membawa kekacauan ke kadipaten.”
"Apa yang kamu katakan, Ibu ?!" Wilfried berteriak tak percaya, menggelengkan kepala seolah ingin menyingkirkan kata-kata itu dari benaknya.
Florencia memeluknya, suaranya bergetar. “Lady Veronica mencurimu dariku tepat setelah kamu lahir. Aku tidak diizinkan untuk menyentuh atau bahkan memelukmu. Dan sekarang, dia bahkan tidak puas dengan itu, dia telah menuntunmu untuk melakukan kejahatan seserius itu. Itu adalah kebenaran dari sudut pandangku.”
Wilfried membeku, berkedip karena terkejut ketika dia menatap Florencia, yang hampir menangis. "Aku melakukan kejahatan...?" Dia bertanya.
"Benar," jawab Sylvester. “Itu adalah menara untuk mengurung anggota keluarga archduke yang telah melakukan kejahatan tak termaafkan. Mereka yang memasukinya tanpa izinku sebagai aub dianggap pengkhianat, baik merencanakan pemberontakan atau mencoba membebaskan para tahanan di dalamnya.”
"Apa...? Tidak ada seorang pun di sana yang mengatakan hal seperti itu..." kata Wilfried lemah, paling tidak ketika dia menyadari betapa serius situasinya. Darah juga mengalir dari wajahku; Aku tidak menyadari bahwa Veronica dipenjarakan di suatu tempat sepenting itu. Aku berasumsi dia hanya dikurung di suatu mansion atau semacamnya, dan berbicara dengannya bukanlah bentuk kejahatan serius.
“Ini adalah rencana orang-orang yang membawamu ke menara, tapi tetap saja, kaulah yang melakukan kejahatan itu,” Florencia menjelaskan. “Hanya menyebarkan desas-desus dan memberi tahumu lokasi menara bukanlah hal yang benar-benar dapat dibebankan kepada bangsawan.” Yang mereka lakukan hanyalah bergosip di jamuan teh.
Yang mereka lakukan hanyalah menjawab pertanyaan yang diajukan.
Yang mereka lakukan hanyalah menemani Wilfried bermain, bergabung dengannya dalam sebuah petualangan tanpa bahaya.
Dan ketika mereka mendapati bahwa menara itu benar-benar ada di sana, yang mereka lakukan hanyalah memintanya untuk membukakan pintu. Semua ini tidak akan terjadi jika Wilfried tidak masuk ke dalam. Yang lain tidak memaksanya masuk, mereka sendiri juga tidak masuk.
“Dari semua yang terlibat, hanya kau yang bisa didakwa melakukan kejahatan, Wilfried. Dan jika kamu terbukti bersalah karena bersekongkol dalam pelarian seorang penjahat besar yang dipenjara oleh archduke, kamu tidak hanya akan kehilangan hak waris... kamu akan sekali lagi diambil dariku, meskipun kita akhirnya bisa bersama..." bisik Florencia , air mata menetes dari matanya.
Aku melihat ke arah Sylvester. Terlihat jelas bahwa dia berusaha mati-matian memikirkan cara untuk membantu, tetapi Wilfried telah mengakui kesalahannya sendiri. Dengan kejahatannya yang sudah sekentara ini, melindunginya tidak akan mudah.
“Astaga... Parah sekali. Bukankah ini sebabnya aku sebelumnya mengatakan untuk mencabut hak warisnya?” kata Ferdinand datar.
Wilfried tersentak mendengar pernyataan itu. "Tapi, tapi... Rozemyne merencanakan semuanya..."
Ferdinand berhenti menulis dan mendongak. “Fakta ada sebanyak buih dilautan. Rozemyne, katakan yang sebenarnya pada Wilfried. Kamu kehilangan banyak hal karena neneknya, bukan?”
Dia terkesiap dan melihat ke arahku. “Kebenaran Rozemyne? Tidak... Tidak, Rozemyne yang merencanakan semuanya..."
“Bukan itu yang aku lakukan, Wilfried.”
Meskipun aku tidak begitu yakin apa yang dipikirkan Ferdinand di sini, aku melanjutkan dan memberi tahu Wilfried latar belakang samaranku. Aku menjelaskan bahwa aku diam-diam dibesarkan di gereja; mantan Uskup Agung telah salah mengiraku sebagai orang biasa dan menyebarkan desas-desus palsu di antara para bangsawan; dia meminta kakaknya, Veronica untuk menyelundupkan bangsawan asing ke Ehrenfest dengan tujuan menjualku; ksatria pengawal dan pelayanku terluka saat melindungiku; dan, akhirnya, aku diadopsi oleh Sylvester untuk menjamin keamananku dari bangsawan asing yang memburu manaku.
Wilfried terlihat sangat terkejut. Dia tahu bahwa neneknya telah melakukan kejahatan, tetapi dia tidak benar-benar tahu bagaimana aku terlibat dengan itu semua. “J-Jadi, apa yang hilang darimu, Rozemyne?” dia tergagap.
Keluargaku, jawabku dalam hati, menurunkan mata.
“Aku kehilangan kebebasanku, Wilfried. Sebelum itu, aku membuat buku bersama warga kota bawah. Tapi sekarang aku tidak dapat mengunjungi kota bawah, dan aku tidak dapat berbicara secara bebas dengan rakyat jelata. Aku juga harus menjalani didikan yang ketat agar aku tidak mempermalukan keluarga archduke. Aku didesak ke posisi Uskup Agung segera pasca pembaptisanku untuk menutup paceklik mana. Kau mengerti betapa melelahkannya pekerjaan itu, kan?”
“Tapi... jelas bukan itu yang Nenek katakan...” gumam Wilfried, menggigit bibirnya dan menunduk menatap lantai. Dia adalah orang polos dan berhati tulus. Sungguh. Meskipun dia berulang kali mengatakan bahwa aku adalah seorang konspirator jahat, dia benar-benar mendengarkanku dan mencoba memahami situasi.
Florencia menyaksikan dengan sedih, dengan lembut membelai rambut putranya. “Rozemyne sangat menderita karena tindak kejahatan yang Lady Veronica lakukan. Bahkan sekarang, apakah Kau akan mengatakan bahwa nenekmu tidak bersalah? Rozemyne melakukan semua yang dia bisa untuk membantumu saat Kau berisiko kehilangan hak waris, bukan? Bukankah itu kebenaranmu?”
Wilfried kembali tersentak, balas menatapku. “Maafkan aku, Rozemyne. Aku, eh... Aku bodoh. Kamu melakukan begitu banyak hal untukku, dan aku hanya…” Wajahnya memerah karena malu di depan mataku.
“Tidak apa-apa. Aku tidak terlalu menyukai Lady Veronica, mengingat kejahatan yang dia lakukan atas permintaan Bezewanst, tetapi aku belum pernah bertemu dengannya—bahkan, baru belakangan ini aku tahu namanya. Tapi bagimu, dia adalah anggota keluarga yang berharga. Wajar jika Kau akan lebih mempercayainya daripada aku.”
Seandainya aku perlu memutuskan antara mempercayai Wilfried atau Tuuli, aku akan memilih Tuuli tanpa berpikir dua kali. Aku akan mendukung keluargaku dengan keras kepala tidak peduli apa yang orang katakan, menolak untuk mendengarkan orang lain atau mempertimbangkan kembali keyakinanku seperti yang Wilfried lakukan sekarang.
Ketulusannya benar-benar mengesankan.
"Namun, kamu percaya nenekmu, mencemooh Rozemyne, dan memasuki menara terlarang," sela Ferdinand acuh. “Aku harap Kau siap menerima hukuman.”
"Hukuman..."
"Hukuman yang pantas adalah mencabut hak warismu dan mengirimmu ke gereja, atau sebagai alternatif, menguncimu di menara bersama nenekmu."
Florencia pada dasarnya mengatakan hal yang sama, tetapi ketika dia berbicara sebagai seorang ibu yang peduli dengan masa depan putranya, suara Ferdinand dingin dan tanpa emosi.
"Sylvester, apakah Wilfried akan didakwa melakukan kejahatan?" Aku bertanya. "Dia terang-terangan dikelabui untuk melakukannya, dan saat dia memasuki menara, dia tidak melakukan hal buruk."
Sylvester tidak menjawab, malah melirik Ferdinand. Meskipun dia secara pribadi tidak ingin mendakwa putranya dengan kejahatan, dia tidak punya pilihan jika ditekan dari luar. Dia perlu meyakinkan Ferdinand sebelum melakukan hal lain, dan aku bersedia melakukan apa yang aku bisa untuk membantu.
“Wilfried adalah korban muslihat,” lanjutku. “Andai aku berada di posisi Wilfried, aku mungkin akan melakukan hal yang sama. Karena, maksudku... Lady Veronica adalah neneknya yang berharga. Keluarganya...”
Aku tahu bahwa "Aku mungkin telah melakukan hal yang sama" adalah pembelaan konyol yang tidak akan menahan bendungan, akan tetapi aku berpikir tidak benar menganiaya karena hal ini. Perasaanku terhadap keluargaku sendiri membuatku rentan dengan cara yang persis sama.
Ferdinand menyeringai tidak senang. “Kau benar-benar lunak,” gumamnya, alisnya mengerut, sebelum melihat ke arah Wilfried. “Kamu sekarang telah mempelajari tiga kebenaran berbeda: kebenaran dari Nenekmu, mantan istri pertama; kebenaran dari ayahmu, Aub Ehrenfest; dan kebenaran dari Rozemyne. Aku ingin tahu pendapat dan perasaanmu tentang semua itu.”
Wilfried sedikit menurunkan mata, meletakkan tangan di dagu saat berpikir di hadapan tatapan Ferdinand. Kemudian, setelah berpikir sejenak, dia perlahan mengangkat kepala dan menatap Ferdinand secara langsung.
Post a Comment