Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 13; 7. Pengikutku dan Memasuki Asrama

Lingkaran teleportasi dipenuhi dengan mana sebelum bersinar dengan cahaya hitam dan emas, batu permata yang tertanam di brosku yang bersinar bersamanya. Aku melihat udara di depanku mulai berkilauan, dan untuk sesaat, aku merasa pusing. Rihyarda pasti memperhatikan kepalaku yang goyah, karena dia mengulurkan tangan dan memelukku ke arahnya.
 

Saat aku menghela nafas lega, aku menyadari bahwa bentuk orang-orang yang berdiri di depanku mulai berputar seolah mereka terperangkap dalam pusaran air. Pemandangan itu membuatku berkedip kaget dan kemudian menggosok mataku saat aku mencoba mencerna apa yang terjadi. Beberapa detik berlalu, dan pada saat penglihatanku kembali normal, semua orang yang berkumpul untuk melepasku sudah tidak ada.

“Selamat datang di Akademi Kerajaan, Lady Rozemyne. Ini Asrama Ehrenfest,” terdengar sebuah suara.

Di depanku ada sepasang pintu yang terbuka lebar dengan dua ksatria berdiri di kedua sisi untuk memantau lingkaran sihir. Lingkaran teleportasi di bawahku sama seperti sebelumnya dan ruangan itu terlihat cukup mirip, tapi aku tahu ini bukan tempat yang sama dengan kursi yang diposisikan di dekat para ksatria, berbagai macam alat sihir di dekatnya, dan fakta bahwa semua orang yang telah melihat kepergianku tidak lagi ada.

“Jika anda tidak enak badan, Lady, mari bergegas ke kamar anda,” kata Rihyarda, meletakkan tangan di punggungku dan dengan lembut membimbingku keluar dari ruang teleportasi. "Lord Wilfried tidak bisa berteleportasi sampai para pelayan membawa barang-barang ke kamar anda."

Begitu melewati pintu, aku mendapati diriku berdiri di ruang tunggu yang mirip dengan yang ada di kastil. Di sinilah mereka yang ingin menggunakan lingkaran teleportasi akan membawa barang-barang dan menunggu giliran, meskipun sekarang hanya Angelica dan Cornelius yang ada di sini, datang untuk menyambutku.

“Senang melihatmu tiba dengan selamat, Lady Rozemyne.”

Kami meninggalkan ruang tunggu bersama-sama dan melangkah ke koridor berjajar dengan pintu. Itu terlihat sangat mirip dengan salah satu lorong kastil sehingga aku benar-benar ragu apakah aku benar-benar telah berteleportasi ke Akademi Kerajaan.

“Asrama Akademi Kerajaan dibuat menggunakan sihir penciptaan archduke yang telah lama berlalu, sehingga estetika asrama kadipaten tertentu cenderung menyerupai kastilnya,” jelas Rihyarda. Asrama masing-masing kadipaten tampaknya memiliki gaya tersendiri, ada yang mewah, ada yang sederhana, ada yang bulat dan elegan, ada yang tajam dan kasar, dan sebagainya. “Karena itu, anda tidak bisa memasuki asrama kadipaten lain, anda hanya akan melihat bagian luarnya ketika terbang dengan highbeastmu.”

Tampaknya bros yang diberikan kepada kami selama upacara pemberian hadiah adalah alat sihir khusus untuk kadipaten kami masing-masing, sehingga bahkan jika dicuri, itu tidak dapat digunakan untuk memasuki asrama kadipaten lain.

“Lewat sini, Lady Rozemyne. Teh anda sudah disiapkan,” kata Cornelius.

"Angelica, Cornelius, kemana tepatnya kita akan pergi sekarang?" Aku bertanya.

“Ruang rehat telah disiapkan untuk menyambut siswa baru.”

Mereka yang berteleportasi dari kastil ke asrama tidak dapat memasuki kamar sampai pelayan mereka selesai menyiapkannya, jadi mereka menunggu di ruang rehat untuk sementara. Di sini, para siswa senior yang kamarnya sudah disiapkan, akan menyambut juniornya.

“Aku serahkan Lady dalam pengawalanmu,” kata Rihyarda ketika kami sampai di tangga; kemudian dia pergi untuk menyimpan barang bawaan yang dibawa oleh para pelayan.

“Lady Rozemyne ​​telah tiba,” para ksatria pengawalku mengumumkan, mendorong beberapa pelayan magang kakak kelas untuk mulai menyiapkan teh dan menyajikan kudapan untukku. Ketika aku melihat sekeliling, aku melihat beberapa siswa baru lainnya yang setahun denganku menyeruput teh mereka sendiri dengan gugup.

“Silakan duduk di sini, Lady Rozemyne,” kata Brunhilde dengan mata kuning menyipit dalam senyum hangat, rambut merahnya sedikit berkibar saat dia datang. Dia berusia sembilan tahun ketika aku pertama kali debut di ruang bermain musim dingin, jadi dia sekarang adalah siswa berusia dua belas tahun di tahun ketiganya. “Ya… Pakaianmu sangat luar biasa. Ini memainkan tren mode Akademi Kerajaan saat ini sambil menggabungkan ornamen bunga dari desain anda sendiri. ”

“Itu dibuat berdasarkan informasi yang kamu berikan, Brunhilde. Bantuanmu sangat dihargai, karena aku tidak terbiasa dengan tren Akademi Kerajaan. ”

“Saya berharap semoga desain pakaian dan hiasan rambut anda semakin populer di sini di Kedaulatan. Saya ingin mode Ehrenfest mendominasi setidaknya untuk waktu yang singkat semasa saya berada di Akademi Kerajaan,” jelas Brunhilde. Sebagai bangsawan modis yang tetap mengikuti tren, dia tampaknya merasa sangat memalukan jika kadipaten keluarganya dianggap katrok.

“Aku yakin tren yang anda bangun di Ehrenfest berpotensi sama populernya di Kedaulatan,” lanjutnya. “Aku sebelumnya bertanya kepada pasangan archduke apakah aku bisa menyebarkannya, tetapi mereka melarang tindakan seperti itu sampai Anda menghadiri Akademi Kerajaan. Saya telah menanti dengan sangat sangat sangat bersemangat kedatangan anda. Tahun ini pasti menjadi tahun terbaik.”

Senyum Brunhilde tetap seterang dia membicarakan menyebarkan kudapan dan mode di seluruh Kedaulatan, matanya menyala dengan ambisi telanjang yang sama yang sering kulihat dari mata Elvira. Sejujurnya, aku merasa agak berlebihan—aku hanya membuat sesuatu ketika pikiran itu muncul atau ketika aku membutuhkan sesuatu yang khusus, jadi segala sesuatu tren selama ini jauh di luar jangkauanku.

“Lady Brunhilde, Kau tidak boleh hanya berbicara tentang minatmu sendiri. Bagaimana Kau bisa mengharapkan Lady Rozemyne ​​untuk bersantai?” seorang gadis menegur saat dia melangkah maju dalam diam. Kunci rambut hijau zamrud membingkai wajahnya, dengan sisanya diikat ke dalam kepang panjang yang bersandar di bahunya. Dia sedikit lebih pendek dari Brunhilde, dan fakta bahwa aku tidak ingat berbicara dengannya menunjukkan dia mungkin sudah masuk Akademi pada saat aku bergabung dengan ruang bermain.

“Benar sekali, Lieseleta. Maafkan saya, Lady Rozemyne. Sepertinya saya terlalu gembira hingga lupa diri.”

“Jangan dipikirkan, Brunhilde. Aku paham betul bahwa Kau bertekad untuk memperkuat pengaruh Ehrenfest. Itu adalah sifat penting untuk dimiliki setiap archnoble,” kataku meyakinkan.

Brunhilde melangkah mundur dengan napas lega, pada saat itu Lieseleta melangkah maju untuk menggantikannya. “Saya minta maaf karena menyela, Lady Rozemyne. Silakan menikmati hari anda,” katanya dengan senyum sopan sebelum pergi dengan tenang.








Rambut Lieseleta dikepang rapat sehingga tidak menghalangi saat dia bergerak, dan matanya yang hijau tua bersinar dengan cahaya cerdas. Semua warnanya berbeda, tapi dia sangat mirip Angelica. Mereka pasti bersaudara, atau setidaknya sepupu.

Aku berbalik untuk melihat Angelica, yang berdiri di belakangku. “Lieseleta jelas mirip denganmu, bukan?”

“Ya, dia adik saya. Dia sangat kompeten, tidak seperti saya, jadi orang tua kami selalu memujinya.”

Lieseleta tampaknya cerdik dan bijaksana: dia sedang melaju di sekitar ruangan, mempersiapkan kain lembab bagi anak-anak yang tangan mereka telah kotor dengan kudapan, mengalirkan teh segar bagi siswa yang baru tiba, dan sebagainya. Dia menahan diri, hanya mengatakan apa yang diperlukan saat ia bekerja dengan senyum tak tergoyahkan. Itu semua menunjukkan seberapa baik dia dibesarkan. Meski dia sangat mirip Angelica, cara dia berbicara dan bertindak sangat berbeda..

Apakah itu "garis keturunan pelayan terampil" yang disebutkan orang tuanya sepenuhnya terkonsentrasi ke Lieseleta?

“Well, Angelica, bukankah kau hanya memiliki ketertarikan yang buruk untuk pekerjaan pelayan? Kau ksatria yang sangat baik, bukan?”

“Itu benar sekali, Lady Rozemyne,” tiba-tiba terdengar suara, berbicara membela Angelica. Aku mengerjap karena terkejut, sementara Angelica sedikit mengernyit.

"Lady Judithe..." katanya, terdengar gelisah.

Judithe adalah salah satu gadis yang pernah kulihat di ruang bermain tiga tahun lalu, dan sepertinya aku ingat dia satu tahun lebih tua dariku. Dia memiliki mata ungu yang berkilauan dan rambut oranye terang yang halus yang diikat menjadi ekor kuda seperti rambut Angelica.

“Lady Angelica adalah ahli dalam sihir peningkatan meski seorang medknight, dan dia sangat terampil sampai-sampai bahkan Lord Bonifatius mengakui bakatnya dan mengambilnya sebagai murid. Dia luar biasa. Selain itu, dia menerima bantuan anda, Lady Rozemyne, dan manablade-nya memiliki pikiran mandiri. Pedang itu bahkan mampu berbicara. Manablade mana yang mampu melakukannya?” Judithe berkata, memuji kebaikan Angelica panjang lebar. “Aku ingin meningkatkan manablade saya sendiri, tapi saya tidak punya mana untuk itu, dan saya juga tidak bisa melakukan sihir pengingkatan.”

Sungguh menyenangkan mendengar ksatria pengawalku menerima pujian sebanyak itu. Aku pun menyimak sambil tersenyum sebelum menyuarakan persetujuan. “Ya, sungguh menakjubkan Angelica belajar memakai sihir peningkatan dengan sangat baik, bukan? Lord Bonifatius memberi tahu aku bahwa dia telah tumbuh banyak saat aku tidur.”

"Tepat! Saya ingin menjadi cukup kuat bagi Lord Bonifatius untuk mengakui usaha saya juga. Lady Angelica adalah panutan saya.”

Well, well, well... Sepertinya Judithe adalah anggota dari sekte Angelica. Dia cukup banyak memujanya.

"Lady Judithe, tolong hentikan itu..." Angelica menyela.

"Anda benar. Lady Rozemyne ​​tidak bisa santai seperti ini. Tak habis pikir anda bahkan memenuhi tugas anda dengan sempurna, Lady Angelica! Saya harus banyak belajar dari anda. Jika diperkenankan.”

Aku berpikir bahwa Judithe secara aktif menafsirkan kata-kata dan tindakan Angelica dengan cara yang terbaik dan paling nyaman. Aku mendongak untuk melihat bahwa Angelica berusaha untuk tidak melakukan kontak mata dengan Judithe, sementara Cornelius hampir tidak bisa menahan tawa. Sepertinya dia sangat tidak terbiasa menerima pujian sehingga dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap hujan pujian itu.

"Judithe tentu saja gadis yang baik, bukan?" Aku bilang.

"Tidak. Dia gadis aneh, bukan gadis yang baik,” jawab Angelica, mengoreksiku dengan ekspresi yang benar-benar bermasalah.

Aku tersenyum dan memindai ruangan. Sebuah karpet tebal tersebar di seluruh lantai dan dinding ditutupi dengan permadani, yang semuanya menyatu warna jubah kami. Saat aku sedang melihat-lihat dekorasi, aku melihat sekelompok siswa muda duduk di meja yang terisolasi. Mereka semua menunduk, dan selama beberapa saat mereka mendongak, aku bisa melihat kesedihan yang mendalam di mata mereka; mereka jelas ingin bergabung dengan yang lain, tapi ada sesuatu yang menghentikan mereka. Roderick, yang telah bekerja sangat keras untuk mengumpulkan cerita untukku, adalah di antara mereka.

"Cornelius, mengapa para siswa itu duduk di meja yang sangat jauh?" tanyaku, berbalik untuk menatapnya.

“Mereka adalah anak-anak bangsawan yang tergabung dalam faksi Veronica sebelumnya. Beberapa dari mereka termasuk di antara anak-anak yang menipu Lord Wilfried untuk mempermalukan dirinya sendiri saat turnamen berburu dua tahun lalu. Mereka dijauhkan agar tidak membahayakan kalian berdua.”

Banyak sekali orang yang pernah menjadi anggota faksi Veronica, dimana itu tidak mengejutkan mengingat faksi itu sempat menjadi faksi terbesar di kadipaten. Itu belum sepenuhnya runtuh bahkan setelah dua tahun penuh, dan seperempat siswa di Akademi Kerajaan sekarang dianggap layak untuk dicurigai. Ini berarti sekitar lima belas dari enam puluh lima siswa yang tinggal di asrama diisolasi. Itu demi keselamatanku, tentu saja, tetapi membiarkan mereka dikucilkan akan membuatku jauh lebih sulit untuk meningkatkan tingkat semua orang sekaligus.

"Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk membuat mereka memihak kita?" Aku bertanya.

“Sayangnya, begitulah fungsi faksi. Eckhart telah mengatakan kepadaku bahwa Ferdinand pernah dikucilkan dengan cara yang sama meskipun dia adalah salah satu putra archduke terdahulu, semua sebagai akibat dari faksi Veronica yang mengucilkannya. Sebelum Eckhart bergabung dengan Akademi, satu-satunya pengikut Ferdinand adalah mereka yang langsung diperintahkan untuk melayaninya oleh archduke terdahulu.”

Aku coba membayangkan Ferdinand duduk sendirian, menatap faksi Veronica dengan iri, tetapi gambaran mental itu tidak terlalu cocok untuknya. Dia hampir pasti berjalan di jalan sunyi seorang ilmuwan gila dengan gembira, senang orang-orang menghindarinya. Seperti yang telah dia sendiri sebutkan, dia menggunakan segala macam trik dan alasan untuk tinggal di Akademi Kerajaan, melakukan apa pun yang dia bisa untuk tetap berada di tempat dimana dia benar-benar bisa bebas.

Kastil tampaknya merupakan tempat yang mengerikan bagi Ferdinand, tetapi menurut Eckhart, dia cukup hidup di Akademi Kerajaan. Dia pasti menipu semua jenis orang untuk "berinvestasi di masa depan" seperti yang dia lakukan terhadapku.

“Lord Wilfried telah tiba,” terdengar pengumuman.

“Maaf sudah menunggu,” kata Wilfried saat dia masuk bersama para pelayannya. Para pengikutnya menyiapkan teh dan kudapan untuknya, dan saat mereka sibuk bergerak, dia duduk di kursi di sebelahku. “Jadi ini Akademi Kerajaan, ya? Jelas sangat mirip dengan kastil.” "Tentu saja," tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.

Aku berbalik untuk melihat seorang wanita langsing, tampak serius memperlihatkan senyum tenang. Dia tampak berusia antara tiga puluh lima dan empat puluh lima tahun, dan pikiran pertamaku saat melihatnya adalah dia mengingatkanku pada seorang ilmuwan, hampir pasti karena kacamata berlensa yang menutupi mata kirinya.

“Aku Hirschur, pengawas asrama di Asrama Ehrenfest,” katanya.

Ternyata Hirschur dulunya adalah bangsawan Ehrenfest akan tetapi pindah untuk bekerja di Kedaulatan setelah mendapatkan tingkat yang cukup tinggi.

Dia sekarang menjadi profesor di Akademi Kerajaan, tempat dia mengajar alat-alat sihir.

“Ferdinand menghubungiku untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Sepertinya Kau adalah murid berharganya, Lady Rozemyne. Aku cukup tertarik untuk melihat keajaiban apa yang akan ditunjukkan oleh seorang jenius ajaib yang diajari oleh pria yang menerima tingkat sempurna dalam kursus archduke, kursus ksatria, dan kursus cendekiawan sekaligus kepadaku.”

"Murid yang berharga"? "Jenius ajaib"? Um, kapan istilah-istilah itu pernah digunakan untuk menggambarkan aku? Dan bagaimana aku bisa memenuhi harapan setinggi itu?

Bahkan sebelum aku bisa mempertimbangkan bagaimana menanggapinya, Hirschur tersenyum kepadaku dan berjalan ke tengah ruangan, di mana dia mulai menjelaskan peraturan asrama kepada siswa baru.

Kamar perempuan berada di lantai tiga, kamar laki-laki berada di lantai dua, dan ruangan umum seperti ruang makan dan ruang rehat berada di lantai pertama. Anak laki-laki dilarang naik ke lantai tiga, dan ksatria magang akan bergiliran mengawasi tangga karena alasan ini.

Kamar-kamar di ujung terjauh lantai dua dan tiga masing-masing untuk archduke dan archduchess. Ini dipakai ketika mereka berkunjung untuk menghadiri Konferensi Archduke, yang diadakan di sini di Akademi Kerajaan.

“Jika Kau gagal dalam ujian dan terpaksa menghabiskan musim semi di Akademi Kerajaan, pasangan archduke itu akan mengingat kalian karena semua alasan yang salah,” Hirschur memperingatkan. “Berhati-hatilah, semuanya.” Oh tidak, Angelica... Oh tidak...

Lantai perempuan dan laki-laki masing-masing memiliki tiga kamar untuk kandidat archduke. Sudah menjadi tradisi bagi archnoble untuk menggunakan kamar lebih jauh ke belakang sementara laynoble menggunakan kamar yang paling dekat dengan tangga, tetapi pengikut dikecualikan dari aturan ini, karena mereka selalu satu kamar dengan tuan mereka. Laynoble dan mednoble biasanya harus berbagi kamar, tetapi jika memiliki tabungan yang cukup bisa menyewa kamar pribadi.

Makanan disantap di ruang makan di lantai pertama, dengan semua siswa diberitahu saat ruangan itu terbuka. Kami juga diharapkan untuk menyiapkan kamar mandi kami sendiri di kamar kami sendiri, seperti di kastil.

“Upacara kenaikan tingkat dan pertemuan akan diadakan dua hari dari sekarang, dan kelas dimulai lusa. Kalian memiliki waktu sampai saat itu untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan asrama dan memastikan diri kalian siap untuk mengikuti kelas. Ingat-persiapan adalah esensi untuk semua hal. Ada pertanyaan?"

"Aku punya pertanyaan!" seruku, segera mengangkat tangan. Hirschur melihat ke arahku, seperti yang dilakukan orang lain. "Apakah asrama memiliki ruang buku?" aku bertanya dengan penuh semangat.

Hirschur memaksakan senyum. “Tidak ada ruang buku di asrama, sementara Akademi Kerajaan memiliki perpustakaan lengkap. Ngomong-ngomong, perpustakaan akan terbuka ketika kelas dimulai. Siswa baru akan diajarkan bagaimana menggunakannya sesuai urutan kadipaten, dan baru setelah itu mereka diizinkan untuk masuk dengan bebas.” Dia pasti bisa mengetahui betapa kerasnya jantungku berdebar di dadaku, saat ekspresinya semakin bingung. “Anda tentu bersemangat dengan studi-anda, Lady Rozemyne. Saya yakin kandidat archduke yang menunjukkan dedikasi tersebut akan mendorong orang lain untuk ikut kerja keras. Semoga saya bisa melihat apa yang akan Anda capai.”

Jadi maksudmu, sebagai kandidat archduke, bacaanku akan membuat orang lain membaca juga? Oh Tuhan! Aku kira tugasku adalah membaca sepanjang waktu itu!

Rihyarda mendatangiku setelah Hirschur menyelesaikan penjelasannya. "Kamar anda sudah siap, Lady," katanya sambil mendesakku. Koridornya cukup panjang sehingga aku disuruh memakai highbeast, jadi aku mengeluarkan Pandabus dan naik ke dalamnya.

“Ini adalah sejauh yang aku bisa,” kata Cornelius ketika kami tiba di tangga ke lantai tiga. Dia tidak bisa melewati lantai dua, karena dia laki-laki, jadi Angelica akan menjadi satu-satunya ksatria pengawalku mulai saat ini dan seterusnya..

Ketika kami mencapai lantai tiga, aku mendapati diriku di koridor panjang yang dilapisi dengan pintu di kedua sisi. Kamarku berada tepat di belakang, yang jauh lebih jauh dari yang ku perkirakan; Aku mungkin akan pingsan di tengah jalan seandainya aku harus menaiki tangga dan berjalan terus tanpa Lessy.

"Ini kamar anda, Lady."

Interiornya tidak jauh berbeda dengan kamarku di kastil. Aku bisa membayangkan ini dilakukan dengan sengaja agar aku merasa lebih nyaman, dan agar Rihyarda lebih mudah bergerak.

“Sekarang, Lady, mari kita putuskan pengikut anda. Apakah ada orang tertentu yang menarik perhatian anda hari ini? Silakan pilih mereka dari daftar ini.”

Aku duduk di meja kerjaku—walaupun secara teknis itu meja belajarku di Akademi Kerajaan—dan melihat sudah ada beberapa lembar kertas berjejer untuk kuperiksa. Di atasnya terdapat daftar siswa yang telah Cornelius siapkan untukku, dan di samping setiap nama ada satu dari tiga tanda yang menunjukkan kecocokan setiap orang untuk menjadi salah satu pengikutku. Yang ditandai dengan lingkaran benar-benar diterima, orang-orang dengan tanda tanya bisa kupilih akan tetapi tidak selalu ideal karena berbagai kebiasaan keluarga atau status, dan yang ditandai dengan tanda silang yang sebaiknya dihindari karena tidak dapat dipercaya. Ada juga siswa dengan Wilfried atau inisial Charlotte samping nama mereka, yang menunjukkan bahwa mereka sudah melayani sebagai pengikut mereka.

“Mari kita lihat.. Brunhilde, lingkaran.... Lieseleta, lingkaran.... Judithe, lingkaran.... Philine, tanda tanya..... Roderick, silang....” Aku menggumamkan nama-nama yang kukenal sambil melihat ke bawah daftar .

"Roderick termasuk di antara anak-anak yang menipu Lord Wilfried, jadi dia sama sekali tidak cocok untuk melayani anda, Lady."

“Bukankah mungkin dia hanya melakukan apa yang orang tuanya perintahkan tanpa menyadari implikasinya? Ku pikir kita harus membicarakan hal ini dengannya untuk mengetahui apakah dia pantas mendapatkan kesempatan kedua, seperti yang kita lakukan terhadap Wilfried.”

“Intinya tetap bahwa kita saat ini tidak cukup mengenalnya, jadi dia tidak bisa dipercaya sebagai pengikut anda,” kata Rihyarda, langsung menolak saranku dengan argumen yang tidak bisa aku bantah. “Saya akan mengatur agar yang lain menjadi pelayan anda. Mungkin Brunhilde dan Lieseleta sebagai pelayan magang, dan Judithe sebagai ksatria pengawal magang. Jika menginginkannya, anda juga dapat memasukkan Philine sebagai cendekiawan magang—meski karena dia laynoble, anda akan membutuhkan seorang archsholar magang untuk melatih dan mendukungnya. Saya akan sarankan Hartmut, Lady, jika anda tidak keberatan.”

"Siapa Hartmut itu?"

“Putra bungsu Ottilie. Dia pria muda yang ramah yang suka berbicara dengan orang. Sama seperti ayahnya, dia cukup piawai mengumpulkan informasi.”

Hartmut seusia Cornelius dan telah memasuki Akademi Kerajaan bahkan sebelum aku dibaptis, jadi aku tidak begitu mengenalnya, tetapi sebagai putra Ottilie dan mendapat rekomendasi dari Rihyarda berarti aku tidak punya alasan untuk meragukan kemampuannya.

“Dengan keputusan itu... akan bijaksana untuk memilih seorang ksatria magang untuk menggantikan Cornelius ketika dia lulus. Bagaimana dengan Traugott? Dia anak dari putriku dan putra Lord Bonifatius.” "Cucu kakek dan cucumu... Aku hanya bisa membayangkan betapa kuatnya dia."

“Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Cornelius, yang dilatih oleh Lord Bonifatius dan mengajarkan metode kompresi mana anda, jadi saya akan mengatakan bahwa dia masih memiliki jalan yang sangat panjang.”

Traugott sebelumnya dianggap melayani Wilfried, akan tetapi karena tidak ada yang tahu kapan aku akan mengizinkan ksatria pengawal Wilfried mempelajari metode kompresi manaku yang baru, dia tidak terlalu antusias tentang hal itu. Wilfried tampaknya sekarang berjuang untuk mendapatkan pengikut karena dia tidak lagi terjamin menjadi archduke berikutnya.

"Lanjutkan," lanjut Rihyarda. “Mengangkat Judithe menggantikan Angelica ketika dia lulus akan baik-baik saja, tetapi Angelica bukanlah seorang pendidik. Bagaimana menurut anda?”

“Rihyarda benar, Lady Rozemyne. Maafkan saya,” kata Angelica, meskipun dia sama sekali tidak terdengar kecewa.

Rihyarda mendesah. “Cornelius bisa mengajarinya, tapi ada banyak hal yang sebaiknya diserahkan kepada sesama wanita. Anda akan menginginkan kepala ksatria wanita, atau ksatria wanita magang yang dapat bekerjasama dengan Cornelius untuk mengajari Judithe. Apakah kau punya ide, Angelica?”

Angelica hanya memiringkan kepalanya. Sepertinya dia tidak mempertimbangkan masalah ini sedikit pun, dan dia juga tidak akan mulai mempertimbangkannya.

"Apakah ada ksatria magang wanita yang berpikir bisa menggantikanmu, Angelica?" Aku bertanya dengan senyum bingung. Ekspresinya menjadi serius dalam sekejap.

“Leonore berteman dengan Cornelius, dan menurutku dia pintar.”

"Kamu benar-benar tidak punya niat untuk memikirkan dirimu sendiri, kan?"

"Tidak. Tidak sama sekali."

Oh tidak... Sepertinya Angelica sudah menyerah menggunakan pikirannya lebih dari dua tahun lalu.

"Master, kamu benar-benar bodoh!" Stenluke menegur. “Tidak selalu ideal untuk memberikan jawaban yang blak-blakan seperti itu. Semakin banyak Anda belajar di bawah bimbingan tuan Anda, semakin Anda mengandalkan perasaan dan naluri daripada pikiran. Tren ini harus dibalik.”

Tidak ada yang perlu ku tambahkan dalam hal itu; kuliah ketat semacam ini sebaiknya diserahkan kepada para profesional seperti Stenluke dengan suara Ferdinand-nya.

“Mari kita bertanya pada Leonore dan kemudian melanjutkan lebih jauh jika dia mau menerima,” kataku.

"Sesuai kehendak anda, Lady."

Itulah kesimpulan pemilihan awal pengikut aku.

Post a Comment