Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 15; 13. Upacara Wisuda Angelica



Upacara kelulusan akan berlangsung sehari setelah Turnamen Antar Kadipaten. Pasangan archduke memiliki kamar di asrama, tetapi semua orang tua lainnya harus kembali ke Ehrenfest untuk bermalam.
 

Itu menjelaskan mengapa begitu sedikit yang datang untuk menyaksikan turnamen.

Berturut-turut melakukan teleportasi selama beberapa hari membutuhkan banyak mana. Untuk alasan ini, wali mednoble dan laynoble tidak akan datang kecuali mereka sudah tahu bahwa seorang kerabat akan memiliki posisi kehormatan atau jika kerabat mereka ingin menikahi seseorang dari kadipaten lain.

Ayah Angelica lebih peduli melihat tarian pedangnya di upacara kelulusan daripada permainan ditter, jadi dia akan datang besok setelah mengambil cuti kerja. Omong-omong, ibu Angelica bertugas sebagai pelayan Florencia, jadi dia melihat permainan hari ini bersama Ladynya. Lieseleta telah mengatakan bahwa dia akan libur besok.

Angelica benar-benar satu-satunya ksatria di dalam keluarga pelayan yang sangat baik...

Upacara kelulusan akan dimulai pada bel ketiga; akan ada pertunjukan dedication whirling dan tarian pedang, dan kemudian Uskup Agung Gereja Kedulatan akan datang untuk memberikan berkah. Itu juga merupakan upacara hari dewasa, meskipun itu diperlakukan hanya sebagai bagian dari acara hari itu. Pada sore hari, para wisudawan berkumpul di aula untuk upacara wisuda sambil mengenakan pakaian terbaik mereka.

“Aku juga akan tinggal di rumah untuk itu, kan?” Aku bertanya pada Ferdinand di ruang rehat setelah makan malam. Dia telah mengatakan bahwa dia akan menginap di Akademi Kerajaan semalaman, jadi aku berasumsi besok dia juga akan mengawasiku.

“Anggota penting yang sama yang menghadiri turnamen akan menghadiri upacara. Kehadiranmu akan membuat semua yang kita lakukan hari ini sama sekali tidak ada artinya. Atau apa, apa kamu tidak puas membaca buku di asrama?”

Aku tahu aku tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam upacara kelulusan setelah melewatkan turnamen, tapi tetap saja, aku benar-benar penasaran untuk melihat dedicatian whirling Eglantine dan tarian pedang Angelica dengan kekuatan maksimum, yang terakhir belum pernah aku lihat karena tarian pedang dipraktekkan di lokasi yang terpisah dari whirling. Fakta bahwa ini adalah tarian sekali seumur hidup hanya menambah semangatku.

“Aku cukup senang membaca, tetapi aku ingin melihat dedication whirling Lady Eglantine dan tarian pedang Angelica. Kalau saja kita punya (kamera video)...”

"Dan apa itu, tepatnya?"

“Sesuatu yang akan merekam pertunjukan dan kemudian memungkinkan kita untuk melihatnya lagi nanti. Hm... Ingat alat sihir yang Profesor Hirschur pakai dalam kuliahnya? Anggap saja seperti itu, tapi itu juga menangkap gerakan.”

Ferdinand sedikit mengangkat alis. “Hirschur memang memiliki alat sihir perekam; dia memakainya sekali selama kuliah, aku ingat, tetapi butuh jumlah mana yang konyol sehingga dia menyimpannya segera setelah itu. Jika Kau memindahkan manamu ke feystone dan mengaktifkannya, mungkin itu akan bertahan cukup lama untuk tarian pedang dan dedication whirling.

"Sungguh?!" seruku. Aku tidak percaya sudah ada alat sihir yang berfungsi seperti kamera video!

Aku menatap Ferdinand dengan mata penuh harap, mendorongnya untuk mengeluarkan ordonnanz feystone-nya dengan seringai tidak senang. “Masalahnya adalah, melakukan ini akan memberi tahukan kehadiranku kepada Hirschur,” katanya, “walaupun kurasa itu tidak bisa dihindari jika itu demi membuatmu tetap patuh. Alirkan manamu ke dalam feystones ini; rekaman akan terputus di tengah jalan jika Kau tidak menyediakan cukup mana.”

Ferdinand memberiku beberapa feystone kemudian mulai mengirim ordonnanz-nya ke Hirschur. Sementara itu, aku dengan patuh menjalankan tugasku sebagai baterai; Aku mencengkeram feystone satu demi satu dan mengisinya dengan mana. Itu adalah pekerjaan mudah, karena kegembiraanku membuat jalur mana didalam tubuhku.

Tralala. Tralalalala. Aku bisa melihat tarian pedang dan dedication whirling.

Saat aku mulai bertanya-tanya kapan kami akan mendengar kabar dari Hirschur, aku menerima jawaban. Namun, tanggapannya tidak datang melalui ordonnanz; dia membuka pintu asrama dan bergegas masuk, membawa alat sihir dan seikat dokumen di tangannya.

“Ferdinand, kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu ada di sini lebih awal?! Banyak sekali yang harus kita diskusikan tentang dokumen yang kau kirimkan padaku!”

“Aku sudah membayangkan kamu akan mengatakan itu dan meninggalkan Turnamen Antar Kadipaten, jadi aku memilih untuk tidak menghubungimu meskipun itu mungkin sangat lancang. Senang bertemu denganmu lagi, Profesor Hirschur. Apakah alat sihir itu masih berfungsi?” tanya Ferdinand. Nada suaranya lebih sopan dari biasanya, tapi dia tetap mengambil alat itu dari tangan Hirschur dan mulai mengutak-atiknya.

“Untuk apa kau membutuhkannya setelah sekian lama? Aku membuangnya sejak lama karena berapa banyak mana yang dibutuhkannya.”

“Ada desakan untuk merekam pertunjukan. Rozemyne akan memberikan mana, yang mengatasi masalah itu... Bagus, masih berfungsi. Aku menghargai dedikasimu yang berkelanjutan untuk melakukan perawatan alat sihir secara teratur. Andai saja anda mengirim laporan secara teratur...” Hirschur tidak menjawab; sepertinya dia telah mengabaikan segala sesuatu yang tidak nyaman baginya. Sebagai gantinya, dia mulai menyebarkan dokumen yang dia bawa ke atas meja.

“Kembali ke alat perpustakaan—ini semua adalah teori yang ku buat bersama banyak peneliti yang mendekatiku di Turnamen Antar Kadipaten,” jelasnya. “Beberapa dari mereka sedang meneliti alat sihir keluarga kerajaan di Kedaulatan dan familiar dengan apa yang mereka lihat, yang berarti bagian dari lingkaran sihir ini kemungkinan ada hubungannya dengan Dewa Kehidupan. Namun, lingkaran sihir yang mereka ingat tampaknya tidak sepenuhnya sesuai.”

"Hmm, menarik... Lingkaran sihir macam apa itu?"

Dan dengan begitu diskusi antara ilmuwan gila pun dimulai. Para cendekiawan menyimak dengan penuh minat, meskipun ekspresi mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti apa-apa tentang apa yang dikatakan.

Setelah aku selesai menuangkan mana ke feystone terakhir, aku dengan cepat keluar dari ruangan; Aku lebih peduli dengan buku-buku yang dibawakan Ferdinand untukku daripada ocehan tidak dapat dipahami mereka tentang lingkaran sihir. Aku kembali ke kamarku, membaca, mandi, lalu tidur.

__________



Aku menuju ke ruang rehat setelah sarapan keesokan harinya, hanya untuk menemukan Ferdinand dan Hirschur masih mendiskusikan berbagai hal dengan posisi yang sama seperti pada malam sebelumnya. Hanya peningkatan jumlah dokumen berserakan yang mengungkapkan berapa banyak waktu telah berlalu.

Eckhart sedang bersandar ke dinding didekatnya dengan seringai penuh tekad, mungkin karena begadang semalaman dengan mereka. Tampaknya bahkan ketika Ferdinand mengadakan pembicaraan penelitian semalam ini, ksatria pengawalnya terpaksa mengakomodasinya. Mungkin ini sudah menjadi kejadian biasa bagi mereka ketika mereka menghadiri Akademi?

“Ferdinand, Profesor Hirschur—selamat pagi untuk kalian berdua. Apakah kalian masih berbicara? Bukankah baiknya untuk setidaknya sarapan pagi?”

“Ah, Rozemyne. Sudah pagi, kalau begitu? Profesor Hirschur, hari ini adalah hari upacara kelulusan. Saya yakin kita harus mengakhirinya sampai disini untuk saat ini.”

“Upacara kelulusan, hm? Dan kita juga membuat langkah yang luar biasa...” kata Hirschur dengan ekspresi kesal yang tulus.

Ferdinand menggelengkan kepalanya, jengkel. “Anda harus puas hari ini. Anda menangis karena tidak memiliki penerus, tapi anda telah menemukan murid yang menjanjikan, bukan?”

"Benar. Butuh waktu lebih lama dari yang aku inginkan, tetapi ada siswa yang menjanjikan di angkatan kedua tahun ini. Sangat disayangkan mereka mednoble dengan mana yang sangat sedikit sehingga mereka hampir menjadi laynoble, tetapi dalam hal meningkatkan desain, mereka memang sangat bagus. ”

Ferdinand adalah jenius dalam hal menelurkan ide dan menemukan sesuatu untuk difokuskan, dan ini membuatnya mengembangkan segala macam alat sihir yang khas dan unik. Namun, karena dia memiliki banyak sekali mana, dia sering menemukan hal-hal yang hanya bisa dia gunakan sendiri. Murid potensial baru Hirschur saat ini sedang asyik meneliti apakah ada cara untuk mengurangi pengeluaran mana ini.

“Berkat magang ini, aku merasa seolah-olah aku telah kembali ke masa jayaku. Waktuku diisi dengan penelitian dan diskusi hidup. Kau mengatakan bahwa tidak ada yang lain selain kebosanan dan melankolis yang menunggumu setelah kelulusanmu, Ferdinand, tetapi memang begitu? Apakah kau menemukan setidaknya sedikit kegembiraan di Ehrenfest?” Hirschur bertanya, ekspresinya berubah dari ilmuwan gila menjadi guru yang perhatian pada muridnya.

Dalam perkembangan yang jarang terjadi, Ferdinand tersendat. Dia menatap ke kejauhan, tatapan nostalgia yang dalam di matanya, dan kemudian menjawab dengan sedikit kecut. “Hari-hariku cukup hidup sekarang. Sama sekali tidak membosankan.”

"Itu melegakan. Aku akan menunggu kabar darimu, baik tentang alat sihir baru, hasil penelitian, atau bahkan asmara,” kata Hirschur. Dia kemudian mengumpulkan dokumen dan dengan cepat pergi ke ruang makan. Sepertinya dia harus bergegas dan bersiap-siap untuk upacara kelulusan setelah sarapan.

Justus datang dari ruang makan, seolah bertukar tempat dengannya. "Apa yang akan anda lakukan sekarang, Lord Ferdinand?" Dia bertanya. "Apakah anda akan memprioritaskan tidur?"

"Ya. Bangunkan aku saat bel setengah dua.”

"Sesuai kehendak anda. Beristirahatlah dengan baik... Eckhart, bukankah kamu juga harus tidur? Aku sudah tidur lama karena terjebak dengan Traugott, tetapi pasti berat bagimu harus berurusan dengan keduanya lagi.”

Eckhart memelototi Justus dan kemudian mengikuti Ferdinand.

"Mengapa kamu meninggalkan ruang makan, Justus?" Aku bertanya.

“Aah. Aku sedang melayani Traugott ketika Profesor Hirschur masuk, jadi aku tahu diskusi penelitian mereka akhirnya berakhir.”

"Apakah itu berarti kamu meninggalkan Traugott di tengah makannya...?"

“Mau bagaimana lagi? Lord Ferdinand jauh lebih penting. Dia yang menjadi prioritas.” Setelah pernyataan santai itu, Justus tersenyum dan kembali ke ruang makan.

"Traugott hanya diperbolehkan satu pelayan dewasa di Akademi seperti orang lain, dan mereka memprioritaskan orang lain," bisik Judithe. "Aku mulai merasa agak tidak enak padanya, mengetahui bahwa makan dan mandinya diabaikan demi Lord Ferdinand."

Ketika siswa menyelesaikan sarapan dan mulai masuk ke ruang rehat, orang tua siswa yang lulus mulai berteleportasi. Pelayan magang yang telah menunggu mereka menuntun mereka ke kamar anak-anak mereka saat mereka keluar dari aula teleportasi. Orang tua perlu membantu anak-anak mereka mempersiapkan upacara kelulusan—atau lebih tepatnya, mereka ingin melihat sendiri bahwa semuanya beres.

"Ayah. Ibu." Lieseleta menyambut orang tuanya tetapi mereka mengabaikannya, bergerak untuk menyambutku bahkan sebelum berpikir untuk pergi ke kamar Angelica.

“Lady Rozemyne, senang bertemu dengan anda. Pada hari ini, kami—”

Aku melambaikan tangan untuk menyela mereka. “Tidak perlu salam formal. Tidak ada banyak waktu hari ini. Lieseleta, pandu orang tuamu ke kamar Angelica—kemalasan anak itu pasti akan membuatnya malas dalam persiapannya, dan dia akan membutuhkan kehadiran kalian bertiga untuk membuatnya tetap melakukannya dengan baik. Ini perintah dariku.”

Persiapannya untuk tarian pedang mungkin sempurna, tapi dia akan mengendurkan pakaian formalnya untuk upacara kelulusan dan memilih gaya rambut polos untuk dansa tanpa mempertimbangkan untuk terlihat mencolok. Dia hanya tidak bisa dipercaya untuk mempersiapkan dirinya sendiri. Namun, dengan pengawasan orang tua dan adiknya sebagai tiga pelayan terampil, dia bahkan tidak bisa lolos dari kemalasan.

"Dimengerti." Lieseleta setengah tersenyum padaku dan kemudian membawa orang tuanya keluar dari ruang rehat. Itu memecahkan masalah Angelica. Aku mengangguk pada diriku sendiri, hanya untuk entah bagaimana Damuel memasuki ruang rehat. Dia melihat sekeliling, berjalan ke arahku, dan kemudian berlutut.

"Damuel... kenapa kamu di sini?" Aku bertanya.

"Lord Ferdinand mengirim permintaan mendesak tadi malam— karena sebagian besar pengikut anda pergi ke upacara kelulusan, dia meminta saya untuk bertugas sebagai pengawal anda hari ini."

Tampaknya Ferdinand telah merencanakan untuk tidur siang setelah menghabiskan sepanjang malam mendiskusikan penelitian dengan Hirschur sejak awal.

“Sekarang Damuel sudah ada di sini, kalian semua bisa bersiap-siap untuk upacara kelulusan,” kataku kepada pelayanku. Mereka harus mengerjakan tugas masing-masing, dan setelah melepas mereka pergi, aku kembali ke Damuel. “Bagaimana keadaan kastil? Apakah Kakek baik-baik saja?”

Matanya berubah kosong dan senyum menghilang dari wajahnya seolah-olah dia telah mengingat sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. "Ya," jawabnya setelah jeda. “Lord Bonifatius sangat, sangat bersemangat. Dia menyerang Ordo ksatria dan berbicara dengan para petinggi tentang melatih para rekrutan. Aku membayangkan para magang akan memiliki musim semi yang cukup menyiksa.”

Damuel berbicara dengan simpatik, tetapi aku senang Bonifatius sangat termotivasi. Aku bisa mengharapkan hal-hal baik dari ini.

Bel setengah dua adalah ketika semua siswa, kecuali wisudawan dan pendamping mereka, akan meninggalkan asrama bersama-sama. Mereka akan mempersiapkan aula sebelum siswa yang lulus tiba. Di tengah kerumunan pelayan yang melihat Lord dan Lady mereka pergi, aku melihat Justus menghilang untuk membangunkan Ferdinand. Seperti yang diharapkan, dia memprioritaskan dia daripada melihat Traugott.

“Rihyarda, ini terlalu menyedihkan,” kataku. “Bisakah kamu membantu Traugott sebentar?”

“Sayangnya tidak. Mengesampingkan bahwa anda tidak memiliki pelayan lain saat ini, saya tidak dapat meninggalkan anda dengan begitu banyak orang yang lewat,” Rihyarda menjelaskan, dengan tegas menolak gagasan itu. Aku mengangguk singkat; jika dia menolak, apa boleh buat.

Beberapa saat setelah para siswa pergi, Ferdinand tiba kembali di ruang rehat. Dia bersama Justus dan Eckhart, dan yang mengejutkanku, Eckhart mengenakan pakaian formal yang tidak aku kenal.

“Itu pakaian yang tidak biasa untuk kau kenakan dalam tugas mengawal, Eckhart...” aku mengamati. "Apakah terjadi sesuatu?"

“Aku tidak bisa memakai armorku saat mendampingi Angelica, kan?”

“Apa?! Kau mendampingi Angelica?!” Aku membelalakkan mataku karena terkejut, yang membuat Eckhart melebarkan matanya secara bergantian.

“Kau tidak tahu? Bukankah semua orang di asrama sempat bergosip tentang siapa yang mendampingi siapa?”

“Lieseleta sepertinya tahu, tapi tidak dengan yang lain. Kami semua coba menebak siapa yang akan melakukannya, tetapi Angelica hanya menatap kami dengan pandangan bingung ketika kami bertanya, jadi kebanyakan dari kami hanya menyimpulkan bahwa orang tuanya telah membuat keputusan untuknya tanpa memberitahunya. Kapan kalian berdua sedekat ini?”

Eckhart datang ke asrama bersama Ferdinand kemarin, tapi dia tidak pernah mengobrol dengan Angelica sejak saat itu, mereka juga tidak saling bertukar pandang. Tidak peduli bagaimana Kau melihatnya, mereka tidak terlihat seperti pasangan yang sedang jatuh cinta.

“Kami tidak melakukannya. Kakek telah berpikir untuk menikahkan Angelica dengan seseorang dalam keluarga sejak dia mengambilnya sebagai murid. Dia belum mengambil keputusan sebelum batas waktu, jadi dia (she) mungkin tidak benar-benar tahu siapa yang terpilih. Dia (she) hanya berkata kepada Bonifatius, 'Aku akan menyerahkannya padamu, guru.'”

Aah... Tentu saja dia menyerahkan segalanya pada Bonifatius dan kemudian sepenuhnya berhenti memikirkanya.

"Musim dingin ini benar-benar perjuangan, sungguh melihat Kakek yang menuntut agar Angelica menikah dengan keluarga kita..." Eckhart menghela nafas.

Menikah dengan salah satu keturunan Bonifatius berarti menikah dengan keluarga yang terkait erat dengan keluarga archduke. Itu kehormatan besar dalam sebagian besar keadaan, tetapi itu juga status yang jauh lebih tinggi daripada yang biasanya diterima oleh mednoble seperti Angelica —belum lagi, meskipun dia kuat sebagai seorang ksatria, dia benar-benar tidak memiliki kepribadian dan keterampilan bersosialisasi yang diharapkan dari istri pertama seorang archnoble. Orang tuanya dengan putus asa mencari segala cara untuk menghindari pernikahan itu, tetapi jauh di luar jangkauan mereka untuk membatalkan keputusan dari seseorang seperti Bonifatius.

Lelah, kalah, dan cemas akan masa depan putri mereka, mereka menyarankan Elvira agar Angelica menjadi istri kedua dari salah satu cucu Bonifatius yang cukup umur. Mereka awalnya mencoba mendorongnya untuk menjadi istri ketiga, tetapi Bonifatius tidak mentolerir gagasan itu; dan pada akhirnya, setelah beberapa negosiasi yang melelahkan, dia mendapatkan tempat sebagai istri kedua.

"Pertanyaannya adalah, dia akan menjadi istri kedua siapa?" Eckhart melanjutkan.

Rencana awalnya adalah dia menjadi istri kedua Traugott. Angelica sendiri tidak memiliki pemikiran untuk menikah—dia adalah wanita muda yang muram dan cantik yang hanya peduli untuk bertambah kuat—dan orang tuanya berpikir dia akan lebih baik dengan seorang anak laki-laki yang lebih muda yang tidak akan segera menikahinya, tidak seperti pria dewasa. Traugott juga telah direncanakan untuk menjadi ksatria pengawalku, yang akan membuat mereka menjadi pasangan yang baik.

Sayangnya, Traugott telah mengundurkan diri dari pengikutku, dan tidak dalam keadaan yang menyenangkan, mengingat aku telah cukup memecatnya. Dia mendapatkan kemarahan Bonifatius yang kemudian kehilangan kesempatan untuk menikahi murid kesayangan Bonifatius, Angelica.

“Kami tidak hanya harus membicarakan masa depan Traugott di konferensi keluarga; dengan upacara kelulusan yang membayangi kami, kami juga harus memikirkan kembali pasangan pernikahan Angelica. Itu akhirnya sampai pada keputusan antara saudara laki-lakiku dan aku. ”

“Mengingat mereka menginginkan seseorang yang lebih muda, kurasa Lamprecht dan Cornelius adalah pilihan pertama?” Aku bertanya. Eckhart pasti berada di urutan terakhir, mengingat usia Angelica.

"Itu benar. Tapi kami tidak ingin melibatkan Lamprecht selama sesuatu dengan Ahrensbach masih berjalan, dan sebelumnya Cornelius telah mengatakan bahwa dia tidak ingin mendampingi Angelica karena dia memiliki perasaan untuk orang lain. Itu akhirnya jatuh padaku, si duda.”

Setelah bertahun-tahun berpegang teguh pada prinsip tidak mengambil istri sampai Ferdinand melakukannya, tampaknya Eckhart akhirnya akan menikah. Sudah waktunya untuk menanggung konsekuensi... atau lebih tepatnya, mungkin tidak? Kenyataan mengejutkanku.

“Dan karena Angelica tidak berniat menikah untuk beberapa waktu, kamu dapat menghindari Ibu mengganggumu tentang pernikahan tanpa harus mengambil tindakan sendiri.”

"Tepat," jawabnya sambil tersenyum. Jelas bahwa dia masih tidak berniat menikah selama bertahun-tahun yang akan datang, jadi di satu sisi, dia dan Angelica adalah pasangan serasi. Satu-satunya masalah adalah Eckhart telah menyetujui sebagian besar untuk keuntungan pribadinya sendiri, sementara Angelica kemungkinan besar setuju tanpa menghabiskan waktu sedetik pun untuk memikirkannya.

“Lord Eckhart. Terima kasih telah menunggu." Orang tua Angelica kembali ke ruang rehat bersama Angelica yang sudah berias di belakangnya. Dia mengenakan Leidenschaft biru untuk melambangkan kekuatannya, dan meskipun orang lain mungkin mengiranya mengenakan rok pada pandangan pertama, dia sebenarnya mengenakan kulot —pakaian yang sama yang digunakan untuk perlengkapan berkuda. Ujungnya cukup panjang untuk menyembunyikan sepatunya, karena dia sudah cukup umur.

Aku sedikit menolak, terutama ketika aku melihat rambutnya yang dibundel dengan gaya yang dikenakan wanita dewasa. Angelica, dengan manfaat tambahan dari lapisan riasan tipis, tampak begitu memukau sehingga bahkan aku, seseorang yang telah menghabiskan begitu lama menikmati kecantikannya, tidak dapat memercayai mataku.





“Kurasa mereka telah membuatmu cukup cantik. Aku menantikan tarian pedangmu,” kata Eckhart santai.

“Semoga saya bisa menampilkan tarian pedang terbaik,” jawab Angelica, tersenyum lembut saat Eckhart meraih tangannya. Pada saat itu, mereka tampak seperti ksatria heroik dan putri yang lugu dan pemalu. Tapi tidak peduli seberapa sempurna mereka tampak di luar, bagian dalamlah yang benar-benar aku khawatirkan.

"Apakah kau yakin baik-baik saja dengan Eckhart?" Aku bertanya sebelum hal lain.

Angelica mengangguk tanpa ragu-ragu. “Saya berkata bahwa saya akan mempercayakannya kepada guru, dan inilah yang telah dia atur. Saya percaya penuh padanya. Meskipun saya merasa kasihan pada Lord Eckhart—dia bisa menjadi siapa saja untuk semua yang kupedulikan, selama saya bisa terus melayani anda, Lady Rozemyne.” Sungguh sesuatu yang blak-blakan, memang seperti itulah Angelica...

Aku sama-sama terkesan dan jengkel, akan tetapi aku menerima alasannya. Orang tuanya, bagaimanapun, menjadi pucat. “Apa maksudmu, dia bisa menjadi siapa saja untuk semua yang kau pedulikan?! Itu sangat tidak sopan kepada Lord Eckhart!”

Setelah mencercanya saat itu juga, mereka memohon Eckhart untuk memikirkan kembali mendampingi seseorang yang sangat tak tahu malu. Mereka sepenuhnya putus asa untuk mengeluarkan Angelica, tapi Eckhart mengabaikannya dengan senyum santai.

“Itu akan membuat Kakek marah padaku. Belum lagi, gadis yang begitu tidak tertarik pada cinta dan romansa adalah pasangan yang sempurna untukku saat ini,” jawabnya.

Pada bel ketiga, Eckhart mengantar Angelica keluar dari asrama. Mereka membawa alat sihir kamera video yang dibuat Ferdinand dan feystones yang telah aku kemas penuh dengan mana.

"Tolong ingat untuk merekam penampilan Angelica dan Eglantine, kakak," aku mengingatkannya saat mereka pergi.

Dan dengan siswa terakhir yang lulus dari asrama, sudah waktunya bagiku untuk momen indah membacaku. Sementara itu, Damuel sedang mengurus beberapa dokumen, dalam proses pengerjaan sampai ke tulang oleh Ferdinand.

Semua orang kembali setelah bel keempat. Mereka makan siang, dan kemudian para wisudawan yang pergi ke upacara wisuda memeriksa pakaian untuk memastikan semuanya beres. Angelica, setelah melakukan tarian pedang, harus pergi dan mengenakan pakaian yang lebih formal. Dia akan pergi begitu dia selesai berganti pakaian.

“Well, Eckhart—tunjukkan padaku tarian pedang dan dedication whirling,” aku bertanya, karena dia sepertinya tidak melakukan apa-apa saat dia menunggu.

Namun, alih-alih melakukannya sendiri, ia menyerahkan alat itu kepada Ferdinand; memutar video tampaknya membutuhkan banyak mana.

“Aku tidak bisa menyisihkan mana sekarang, mengingat aku harus mendampingi Angelica di upacara kelulusan,” Eckhart menjelaskan.

"Jadi aku harus menunggu, kalau begitu?"

"Tidak," jawab Ferdinand, mengutak-atik alat itu. “Itu tidak harus mana Eckhart—kamu dapat menampilkan gambar dengan manamu sendiri, jika kamu mau. Cukup alirkan mana ke feystone ini saat sudah siap.”

Sepertinya beberapa persiapan perlu dilakukan sebelum aku bisa menggunakan alat sihir itu. Saat dia mengerjakan itu, sekelompok siswa yang lulus mulai berangkat ke upacara. Para siswa pendamping dari kadipaten lain akan menemui mereka di ruang jamuan teh.

"Angelica, selamat atas kelulusannya."

“Berkat Anda saya lulus, Lady Rozemyne. Saya harus menunjukkan rasa terima kasih. Terima kasih banyak,” kata Angelica, menundukkan kepalanya dan berlutut di depanku. Orang tuanya dan Lieseleta melakukan hal yang sama.

“Seluruh keluarga kami mengucapkan terima kasih, Lady Rozemyne. Berkat bantuan anda dan rekan Angelica, dia berdiri di sini hari ini,” kata mereka. Tampaknya orang tua Angelica sangat tersentuh dengan kelulusannya, karena mereka telah menguatkan diri untuk melihatnya dikeluarkan.

“Eckhart, berhati-hatilah dalam mendampingi Angelica dengan benar dan jangan biarkan ada celah yang terlihat. Aku yakin Kau akan tahu apa yang harus dilakukan, kakak.”

Dia mengacak-acak rambutku; kemudian dia memegang tangan Angelica dan mereka berdua melanjutkan perjalanan. Wisudawan lainnya pergi setelah mereka, dan begitu wali dan pasangan archduke pergi, hanya siswa yang tidak terkait dengan upacara kelulusan yang tersisa.

"Ferdinand, apakah alatnya sudah siap?" tanyaku sekembalinya ke ruang rehat. Dia mengangguk cepat sebagai tanggapan. Beberapa siswa terdekat sedang mengintip alat sihir kamera video, karena mereka belum pernah melihat sesuatu semacam itu sebelumnya.

“Rekaman ditampilkan di papan ini, jadi posisikan dengan cara yang mudah Kau lihat. Kemudian mulailah mengalirkan mana,” dia menjelaskan. Ada papan logam halus seukuran selembar kertas A4 yang berkilau semua warna pelangi ketika tersentuh cahaya. Itu terlihat mirip dengan kartu guild yang aku miliki.

Aku dengan bersemangat mulai menuangkan manaku ke dalam alat itu, dan rekaman dimulai di papan logam. Penonton siswa yang berkumpul semuanya membuat suara kagum.

"Itu tarian pedang," kata seseorang. "Menakjubkan. Aku belum pernah melihat alat sihir seperti ini sebelumnya.”

"Tunjukkan juga padaku, Rozemyne," kata Wilfried sambil mendorong lebih dekat untuk melihat lebih baik. Dia dan semua pengikut kami berhimpitan di belakangku.

Sejujurnya, kualitas videonya agak buruk—ada warna, tetapi tidak ada suara dan resolusi yang diinginkan. Namun, aku senang melihat dua pertunjukan yang aku lewatkan.

"Apakah itu Stenluke?" Aku bertanya.

"Uh huh. Angelica melakukan tarian pedang dengan Stenluke. Dia membiarkan percikan mana terbang dengan setiap ayunan saat pedang itu bersinar biru. Itu adalah pemandangan paling menakjubkan yang pernah ada,” kata Judithe kepadaku dengan senyum bahagia, cinta dan rasa hormatnya kepada Angelica mengalir keluar dari setiap kata. Tampaknya bahkan di Akademi Kerajaan, pengguna manablade tidaklah banyak. Baik menumbuhkan dan memakainya membutuhkan mana, jadi pada dasarnya tidak ada mednoble yang menggunakannya.

Ada ksatria wanita lain yang berpartisipasi dalam tarian pedang, tetapi Angelica jelas menonjol di antara mereka. Pemandangan seorang gadis cantik muda yang dengan bebas memanipulasi pedang bercahaya begitu memikat sehingga sulit untuk berpaling.

“Itu bagus sekali,” kataku dengan desahan sedih setelah tarian selesai, tetapi rekaman dedication whirling dimulai segera setelahnya. Sepertinya Eckhart ingin mempertahankan mana sebanyak mungkin, jadi tidak ada waktu bagiku untuk melamun.

Eglantine memulai pusaran dedikasi dengan gerakan tangan yang anggun. Aku bisa mendengar musik di kepalaku, mengingat aku sendiri telah berlatih whirling yang sama, dan mulai bersenandung saat aku melihat Anastasius bergabung dengannya dalam tarian. Dia pasti berlatih dengan cukup serius, karena sekarang mereka benar-benar terlihat seperti pasangan serasi.

Oho. Pangeran Anastasius jauh lebih baik dalam whirling sekarang.

Kupikir akan sedikit canggung jika ada kesenjangan keterampilan yang kentara antara mereka yang memainkan peran sebagai dewa Raja dan Ratu, jadi itu membuatku sangat senang melihat Anastasius telah bekerja keras untuk mengimbangi bakatnya. Mereka dengan hangat tersenyum satu sama lain ketika mata mereka bertemu di tengah whirling. Itu adalah pemandangan yang menghangatkan hati sehingga aku ingin memberkahi mereka dari sini.

Oke, aku akan memberkahi mereka berdua. Semoga senyum bahagia mereka langgeng selamanya.

“Rozemyne! Lepaskan tanganmu dari feystone!” terdengar teriakan.

"Apa?" Aku mendongak tepat pada waktunya untuk melihat Ferdinand berlari mendekat. Ada intensitas yang mengejutkan pada ekspresinya saat dia meraih pergelangan tanganku dan menariknya ke atas kepalaku, dalam posisi setengah dari pose berdoa. Cahaya berkah keluar dari cincinku dan terbang entah kemana.

"Apa yang kamu pikirkan...?" Dia bertanya.

“U-Um... Aku hanya berpikir akan menyenangkan jika kebahagiaan Pangeran Anastasius dan Lady Eglantine bertahan selamanya. Oh, dan aku memutuskan untuk memberkahi mereka.”

Berkahku, mungkin tidak mengejutkan siapa pun, menghilang ke arah aula. Aku bisa membayangkan cahaya tiba-tiba masuk dan menghujani pasangan itu di tengah upacara kelulusan. Itu mungkin membuat cukup kegemparan.

"Ferdinand... bisakah aku menarik kembali berkahnya?"

"Tentu saja tidak, bodoh."

"Sial. Apakah upacara akan jadi sedikit kekacauan?”

“Aku tidak tahu, tapi berpura-pura tidak tahu tidak peduli apa yang orang tanyakan padamu. Semua yang hadir sekarang, mengerti bahwa berkah ini tidak untuk dibicarakan. Kau akan mengalami nasib yang lebih buruk daripada kematian jika sampai bocor.”

Ekspresi serius Ferdinand yang mematikan memperjelas bahwa ancamannya sama sekali bukan lelucon. Para siswa, yang memiliki sedikit interaksi dengannya sebelumnya, gemetar di tempat saat mereka dengan penuh semangat mengangguk mengerti.

“Tak habis pikir akan berhasil menimbulkan masalah bahkan ketika pada dasarnya berada di bawah tahanan rumah. Astaga..." Ferdinand menekan-nekan pelipisnya dan menghela nafas dalam-dalam.

Maaf, Ferdie... Aku tidak bermaksud seperti itu.

Post a Comment