Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 15; Berkah pada Upacara Wisuda





Hari ini adalah upacara kelulusan Akademi Kerajaan. Dengan dedication whirling pagi hari dan tarian pedang selesai, semua orang menuju ke ruang untuk makan siang. Sebagian besar pergi ke pintu asrama mereka, tetapi para wanita yang dikawal oleh orang-orang dari kadipaten lain undur diri untuk sesaat ke ruang jamuan teh yang digunakan untuk pertemuan dan gladi, karena bahkan orang-orang dari kadipaten lain dapat memasukinya. Karena Anastasius yang mengawalku, aku pergi ke ruang jamuan teh Klassenberg.
 

“Selamat datang kembali, Lady Eglantine.”

Pengikutku menyambutku, setelah kembali lebih awal untuk tujuan yang jelas ini. Ada lebih sedikit yang berkumpul dari biasanya.

“Kalau saja aku bisa memegang tangan ini selamanya, Dewi Cahayaku,” kata Anastasius sambil mencium ujung jariku, enggan untuk melepaskannya. Dia mulai melakukan tindakan yang penuh perhatian ini secara teratur sejak mendapatkan restu kakek dan pamanku. Aku memintanya berulang-kali untuk menghentikannya, karena aku selalu berjuang untuk tetap tenang dan menyembunyikan wajah meronaku, tetapi dia menolak.

Seperti biasa, pengikutku terengah-engah. Aku bisa merasakan tatapan mereka padaku, dan pipiku mulai memanas karena malu. Anastasius sering kali merusak ketenanganku seperti ini, dan tentu saja mau tak mau bahwa pakaiannya yang dibuat dalam gambar Dewa Kegelapan terlihat lebih mewah dari biasanya. Aku, sejujurnya, benar-benar berada di luar diriku sendiri.

“Anda terlalu berani, Pangeran Anastasius,” protesku lemah sambil menarik tanganku, tapi dia hanya tersenyum.

"Aku akan menjemputmu lagi sore ini," katanya, lalu berbalik untuk pergi.

Mengejar dan menegur keluarga kerajaan berada diluar jangkauanku, jadi aku hanya bisa melihatnya pergi. Mungkin mataku sedikit lebih tajam dari biasanya, tapi tidak ada yang bisa kulakukan saat menghadapi senyum cerianya. Sekali lagi, protesku berubah menjadi debu ketika aku mendapati diriku sama sekali tidak dapat menahan amarah.

Begitu Anastasius menghilang dari pandangan, para pengikutku mulai cekikikan di antara mereka sendiri seolah-olah mereka tidak bisa menahan diri lagi. "Dia pasti sangat gembira hari ini, mengingat betapa keras dia berusaha untuk mendapatkan izin aub dan kakekmu," kata salah seorang. "Pangeran Anastasius benar-benar jungkir balik untuk anda, Lady Eglantine."

"Anda benar-benar luar biasa," tambah yang lain. "Siapa yang bisa mendapatkan rayuan sepanas itu dari keluarga kerajaan selain anda?" Pelayan ketiga mengangguk setuju. “Kalian berdua sangat sersasi. Ketika kalian melakukan whirling bersama sebagai Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya, entah mengapa, saya tidak bisa berpaling dari penampilan kalian.”

Referensi mereka yang berulang-ulang tentang romansa penuh gairah Anastasius membuat pipiku terbakar, dan aku segera mendapati diriku gelisah tak tertahankan.

"Ayo kita bergegas ke ruang makan," kataku. "Kakek dan yang lainnya sedang menunggu." Aku dengan cepat berjalan ke pintu asrama sambil menekan tanganku ke pipiku yang panas.

Setelah memasuki ruang makan untuk makan siang, aku menemukan bahwa kakekku; suami-istri archduke; sepupuku, aub berikutnya; istrinya; dan pengawas asrama kami, Profesor Primevere, sudah mulai makan. Kakek menunjuk ke meja padaku, dan dengan itu aku pindah untuk duduk di kursi antara dirinya dan Profesor Primevere. Pelayanku bertugas membantuku makan, menempatkan semangkuk sup hangat kepadaku. “Eglantine, dedication whirlingmu hari ini sungguh luar biasa.”

“Terima kasih banyak, Kakek. Aku pikir aku melakukan whirling yang sangat baik hari ini, jadi senang mengetahui orang lain berpendapat sama.”

Selama pusaran dedikasiku di panggung, aku merasa untuk sesaat bahwa mana dalam diriku telah diterima oleh para dewa. Itu adalah perasaan yang sangat aneh memang. Mungkin itu karena penontonnya lebih banyak daripada saat aku latihan? Atau mungkin itu karena panggung khusus dan dibuat untuk memuji para dewa. Apapun itu, rasanya seolah-olah whirling-ku telah berakhir lebih cepat dari biasanya. Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diri di saat ini dan mencapai fluiditas luar pikiran.

Jika memungkinkan, aku ingin melakukan whirling seperti itu sekali lagi dalam hidupku.

Persiapan pernikahanku akan dimulai besok, dan begitu menikah, aku pasti tidak akan punya waktu untuk melakukan whirling. Akan tetapi bahkan mengetahui hal itu, penampilanku sangat menyenangkan sehingga aku tidak bisa menahan keinginan untuk merasakannya lagi.

“Harus ku katakan, aku merasa sedikit simpati untuk Dewi Cahaya tahun depan,” kata pamanku. “Dengan ini, dia akan dibanding-bandingkan denganmu.”

“Itu akan menjadi kandidat archduke Drewanchel, kurasa?” istrinya menjawab.

Aku mempertimbangkan kandidat archduke mana yang akan lulus tahun depan. Biasanya kandidat dari bangsawan berstatus tinggi yang memainkan peran sebagai Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya, jadi seperti yang pamanku katakan—dewi tahun depan kemungkinan besar adalah Adolphine.

“Pangeran Anastasius pasti berlatih sangat keras,” kata kakekku. "Dia berhasil melakukan whirling tanpa terlihat lebih buruk darimu."

"Itu hal yang sangat lancang untuk dikatakan," jawabku.

"Itu benar. Aku ragu ada orang yang pernah berlatih dengan penuh semangat sepertimu. Aku mengasihani semua orang yang harus melakukan whirling di dekatmu. ”

Semua orang di sekitarku tersenyum melihat sikap pilih kasih Kakek yang jelas, meskipun aku tidak. Aku menerima banyak tekanan darinya saat tumbuh dewasa, diberitahu untuk tidak mempermalukan statusku sebagai putri pangeran ketiga dan keterampilanku harus sesuai untuk seorang putri ketika aku kembali ke kerajaan.

“Kau sudah dewasa dan mendapatkan pertunangan dengan Pangeran Anastasius,” lanjutnya. "Orang tuamu tidak diragukan lagi menghela nafas lega dari tempat mereka beristirahat di khayangan nan jauh dari para dewa, di atas tangga yang menjulang tinggi."

Aku pindah ke Klassenberg sebagai anak pra-baptis pasca pembunuhan orang tuaku. Di hari yang menentukan itu, aku makan malam di ruang bermain atas instruksi pengasuhku dan kemudian pergi ke ruang makan tempat semua orang makan untuk mengucapkan selamat malam, seperti biasanya. Aku ingat merasa sangat iri pada kakak laki-lakiku, yang makan di ruang bermain bersamaku hanya beberapa musim sebelumnya, dan tidak mendambakan apa pun selain dibaptis sepertinya.

Semua orang sangat gembira melihat perang yang cukup besar yang akhirnya berakhir; orang tuaku dan pengasuh memasang ekspresi cerah, dan udara di ruang makan sangat damai. Aku mengucapkan selamat malam kepada orang tua dan kakakku, seperti biasa... Tidak pernah dalam mimpi terliarku, aku tidak akan berpikir itu akan menjadi yang terakhir kalinya aku melihat mereka. Bagiku, besok tidak lebih dari kelanjutan hari ini; Aku percaya bahwa hari-hari yang sama akan terus berlanjut tanpa akhir dan tanpa gangguan.

Akan tetapi hidupku lenyap dalam sekejap. Kakakku, yang semula tersenyum sangat cerah kepadaku, tiba-tiba muntah dan jatuh pingsan di depan mataku. Mereka yang berkumpul mulai berteriak, dan keributan memenuhi ruang makan. Kakak perempuanku pingsan setelahnya, kemudian pelayan yang menguji makanan, dan kemudian ibuku, yang sedang dalam proses menyuruhku kembali ke ruang bermain.

Pengasuh menjemputku dan melarikan diri dari ruang makan, mengulangi dengan suara gemetar bahwa semuanya akan baik-baik saja... akan tetapi aku tidak pernah melihat keluargaku lagi.

Permainan petak umpet yang menakutkan berlanjut sepanjang malam. Akhirnya, aku dipaksa untuk tinggal di tempat yang tidak aku ketahui sama sekali bersama orang-orang yang belum pernah aku temui. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan tak lama kemudian aku akan mengetahui mengapa aku tidak bisa menyapa ayah dan ibuku seperti biasanya, atau mengapa kakak laki-laki dan perempuanku tidak lagi mengunjungi ruang bermain untuk mengadakan jamuan teh.

Tidak peduli seberapa Kakek dengan bangga menyatakan bahwa ia telah membalas kematian keluargaku dan mengalahkan lawan kami, aku hanya melihat lebih dan lebih banyak kematian. Aku tidak sedikit pun bersukacita dalam tindakannya; terlepas dari apakah seseorang menang, segala sesuatu yang dicapai melalui perang adalah pembangunan gunung mayat. Dalam hatiku terbakar bahwa konflik semacam itu harus dihindari, berapapun harganya.

"Kamu benar-benar seperti ibumu," kata Kakek dengan nada senang. "Dia juga memiliki seorang pangeran yang sangat membutuhkan tangannya."

Sepertinya bukan hanya aku yang mengenang masa lalu. Sejujurnya, bahkan aku berpikir bahwa aku mirip dengan ibuku; bagi orang luar, kami mungkin dikira kembar.

Kakek meminta potret orang tuaku untuk merayakan pernikahan ibuku dengan keluarga kerajaan. Kakakku juga memiliki potret, karena dia sudah cukup umur untuk memulai pembicaraan pernikahan. Itu tidak lengkap, tetapi dibawa ke Klassenberg, di mana ia tetap disana sampai hari ini.

Kakak laki-lakiku, bagaimanapun, tidak memiliki potret.

Wajahnya sudah samar bagiku... Meskipun dia pasti sama-sama berrambut pirang seperti rambutku, seingatku Ayah menepuk kepala kami dan mengatakan bahwa rambut kami berasal dari ibu kami.

Aku selalu diperlakukan di Klassenberg sebagai seorang tuan putri yang suatu hari akan kembali ke kerajaan melalui pernikahan. Semua orang memperlakukanku dengan baik, tetapi dibandingkan dengan kandidat archduke lainnya, aku merasa lebih seperti tamu daripada apa pun. Mustahil untuk menyangkal bahwa aku tidak cukup cocok dengan orang lain.

Itu juga karena sikap pilih kasih Kakek.

Orang tidak dapat mengatakan bahwa pasangan archduke saat ini dan aku sangat dekat satu sama lain. Mereka memperlakukanku dengan sopan, sebagai calon ratu, tetapi mereka tidak berinteraksi denganku sebagai keluarga seperti yang mereka lakukan dengan kandidat archduke lainnya. Dan sekarang, mengikuti kata-kata keras Anastasius bahwa dia ingin menghindari perang dengan Pangeran Sigiswald dengan menikahiku, hubungan kami menjadi lebih tidak nyaman dari sebelumnya. Kakek hanya peduli tentang kembalinya aku ke keluarga kerajaan, sementara aub percaya bahwa, tanpa aku menjadi ratu, Klassenberg akan segera dikalahkan Drewanchel.

Aku kira itu tidak dapat dihindari, karena aku adalah putri angkat aub sebelumnya daripada aub saat ini, tetapi setelah melihat hubungan dekat antara Lord Wilfried dan Lady Rozemyne dari Ehrenfest yang diadopsi, aku merasa sedikit iri.

“Jadi, apakah kandidat archduke dari Ehrenfest yang membuat jepit rambut yang sangat cocok denganmu itu lagi-lagi absen?” tanya aub, yang membuat semua mata tertuju pada jepit rambutku. Itu benar-benar indah, dengan penampilan luar biasa yang dibentuk dengan benang tipis yang ditenun dengan halus. Anastasius menghadiahkannya padaku di Akademi Kerajaan, jadi Kakek dan Paman pertama kali melihatnya di pagi Turnamen Antar Kadipaten.

Lady Rozemyne menerima banyak perhatian di Klassenberg—bukan hanya sebagai gadis Ehrenfest yang menelurkan tren baru, tetapi sebagai sosok yang telah mengubah Anastasius sedemikian rupa sehingga dia benar-benar bisa mendapatkanku. Pasangan archduke berusaha untuk bertemu dengannya lebih awal, tetapi tidak berhasil.

Profesor Primevere menatap mereka dan menghela nafas. “Dia memang sakit-sakitan yang bahkan sampai melewatkan Turnamen Antar kadipaten. Dia pasti masih belum sehat.”

"Hmm. Kami sebelumnya tahu bahwa dia meraih posisi teratas di kelas di antara tahun-tahun pertama, jadi kami pikir dia akan mendorong dirinya sendiri untuk menghadiri Turnamen Antar kadipaten. Tapi sepertinya bukan itu masalahnya.”

Jika seseorang akan memaksakan diri untuk menghadiri sesuatu meskipun sakit, itu pastinya adalah saat menghadiri pengumuman nilai, di mana semua suami-istri archduke berkumpul dan raja memberikan pujian langsung kepadanya.

“Lady Rozemyne jatuh pingsan bahkan saat pertemuan yang dipanggil Pangeran Anastasius. Dia tertidur selama tiga hari setelahnya, jadi kurasa dia baru bangun sekarang.” "Tiga hari?" terdengar suara-suara yang meragukan.

Aku tidak bisa menyalahkan kecurigaan mereka—normalnya tidak terpikirkan bagi seseorang untuk terus bersosialisasi setelah jatuh pingsan selama tiga hari penuh. Prosedur yang tepat adalah kembali ke kadipaten saat itu juga, di mana dokter pribadi akan menunggu mereka. Dan benar saja, Lady Rozemyne kembali ke Ehrenfest lebih cepat dari yang direncanakan karena penyakitnya.

“Awalnya dia sakit-sakitan, tapi tidur di jureve selama dua tahun tidak banyak membantunya,” aku menjelaskan. “Sepertinya sejak awal sudah direncanakan agar dia menyelesaikan kelasnya dengan cepat dan kembali ke rumah. Kurasa rencana ini adalah untuk memastikan dia bisa menghadiri Turnamen Antar Kadipaten meski kesehatannya buruk. Pingsan di jamuan teh tidak diragukan lagi merupakan tragedi yang tidak terduga bagi Ehrenfest.” Ini hanya kesimpulanku, tetapi bagiku sepertinya wali Lady Rozemyne telah merencanakan untuk meminimalkan beban pada dirinya, yang malah berakhir gagal memprediksi sejauh mana tren Ehrenfest akan menyebar. Beban itu pasti terlalu berat untuk mereka pikul.

"Aku sependapat dengan Lady Eglantine," kata Profesor Primevere. “Jika normal baginya untuk pingsan begitu tiba-tiba, seseorang akan menyatakan keprihatinan tentang dia yang menjelajah ke Aula Terjauh untuk mendapatkan schtappe. Namun, kami tidak menerima peringatan seperti itu dari pengikut Lady Rozemyne atau pengawas asramanya, Hirschur, jadi sejak awal kami tidak memiliki keraguan. Aku percaya ini adalah masalah sementara dan tidak biasa.”

Kakek saling bertukar pandang dengan yang lain. “Ehrenfest kemarin dipenuhi dengan lebih banyak orang dari biasanya kan?” Dia bertanya. “Lady Rozemyne ini mendapat banyak perhatian. Aku ingin bertemu dengannya lebih cepat daripada nanti, tetapi kurasa apa boleh buat.”

“Seperti yang Ayah katakan, akan lebih baik menjalin hubungan sebelum kadipaten lain melakukannya, akan tetapi mereka juga tidak bisa bertemu dengannya. Bukannya Klassenberg tertinggal; sebenarnya, mengingat hubungan Eglantine dengan Lady Rozemyne, kita sebenarnya berada di depan kadipaten lainnya,” aub setuju. Dia kemudian melihat ke arah kami untuk penekanan. “Primevere, Eglantine—aku diberitahu bahwa Lady Rozemyne tidak banyak bersosialisasi dengan orang-orang dari kelasnya karena dia menyelesaikan kelasnya sangat cepat dan kembali ke rumah, tetapi apakah itu berubah setelah dia kembali? Apakah kandidat archduke Ehrenfest lain bersosialisasi dengan kadipaten lain secara khusus?”

Profesor Primevere mengangguk. “Hanya itu yang bisa kami katakan tentang Lady Rozemyne. Lord Wilfried bersosialisasi dengan berbagai kadipaten lain, namun memberi kesan luas tanpa kedalaman—dia beberapa kali bertemu dengan masing-masing kadipaten, tanpa menjalin hubungan dalam. Jika anda meminta saya untuk menempatkan satu di atas yang lain, aku mungkin akan mengatakan bahwa dia paling sering bertemu dengan orang-orang Dunkelfelger. Selain itu, saya telah mendengar dari pengawas asrama mereka bahwa ada jamuan teh antar sepupu yang dihadiri oleh Ehrenfest, Ahrensbach, dan Frenbeltag.”

“Ahrensbach dan Frenbeltag, hm?” ulang aub. “Hubungan darah membuat ikatan yang lebih dalam lebih mudah terbentuk. Kita harus mengawasi mereka.”

“Lady Rozemyne absen pada waktu itu, dan tampaknya Lord Wilfried menjawab semua pertanyaan tentang jepit rambut dan rinsham bahwa ia tidak terlibat dengan semua itu. Profesor Fraularm menyebutkan bahwa tidak ada nilai yang dipelajari di sana,” kata Profesor Primevere.

Jika dia benar, maka aku tidak diragukan lagi adalah kandidat archduke dengan hubungan terdalam dengan Lady Rozemyne. Namun, aku ingat bahwa ada kandidat archduke lain yang ingin dia ajak bersosialisasi.

“Omong-omong, Lady Rozemyne ​​mengatakan di jamuan teh bahwa dia ingin berteman dengan Lady Hannelore dari Dunkelfelger. Meskipun dia pingsan beberapa saat kemudian, dan jamuan teh segera berakhir, jadi saya tidak tahu apa yang terjadi dengan permintaan ini.”

“Dunkelfelger, katamu...? Kurasa mereka memiliki kandidat archduke perempuan tahun pertama. Kita tidak ingin semua produk yang menerima begitu banyak perhatian di Turnamen Antar Kadipaten ini mengalir ke mereka daripada kita.”

“Sangat disayangkan bahwa Lady Eglantine, yang paling dekat dengannya, sudah lulus. Apakah ada kandidat archduke wanita lain yang akan mulai menghadiri Akademi?” tanya istri aub, berpikir serius bersama suaminya tentang hubungan masa depan, tetapi Kakek hanya menggelengkan kepalanya.

“Lady Rozemyne ​​ini masih tahun pertama, jadi kita tidak perlu terburu-buru; waktu akan memberi tahu betapa penting dia sebenarnya. Semakin banyak yang kita ketahui tentang jepit rambut dan rinsham, semakin baik, tetapi kita tidak perlu mencemaskan sedikit pergeseran hubungan antar kadipaten.”

Sebuah peta akan menunjukkan bahwa Klassenberg dan Ehrenfest berbatasan satu sama lain, tetapi peta tidak menceritakan semuanya. Sejatinya, perbatasan itu terkubur dalam salju, dan hanya untuk sesaat di musim panas itu bisa dilalui. Alhasil gerbang perbatasan antara kadipaten kami tetap tertutup selama hampir sepanjang tahun.

Ujung Klassenberg itu pernah menjadi bagian dari kadipaten yang dikenal dengan Eisenreich, dan di wilayah yang dikenal sebagai Eisen hingga hari ini, pernah ramai dengan lalu lintas karena pegunungan yang dipenuhi tambang di sana. Tetapi begitu tambang terkuras habis, tanah itu tidak lagi bernilai, dan karenanya secara umum ditinggalkan. Jarak antar kota sangat signifikan, dan karena itu adalah lokasi di mana feybeast kuat muncul dengan mudah, bahkan pedagang keliling pun menghindarinya.

“Tempat itu sulit untuk dihadapi, karena sangat jauh dari Area Bangsawan kita…” Kakek merenung keras-keras.

“Tapi kita ingin menjalin hubungan diplomatik dengan Ehrenfest dan membuat jepit rambut ini di dalam Klassenberg juga, bukan? Nak, bagaimana kalau kita menyelidiki Lady Rozemyne tentang bertunangan denganmu?” tanya aub, mengalihkan perhatiannya ke putranya dan penerus masa depan.

Sepupuku dan istrinya berpikir dengan ekspresi serius. Tidak dapat dihindari bahwa dia akan menjadi istri kedua, akan tetapi tetap saja, pertanyaan mendadak semacam itu memerlukan beberapa pertimbangan.

“Mempertimbangkan usianya dan status kadipatennya, dia mungkin sesuai sebagai istri keduaku—jika mananya cocok dengan manaku” aub masa depan akhirnya berkata dengan senyum penuh arti.

Semua orang mengangguk dengan sadar. Sangat tidak mungkin bahwa kandidat archduke dari kadipaten peringkat tiga belas akan memiliki cukup mana untuk menandingi kandidat archduke dari Klassenberg yang Pertama.

“Benar, itu akan tergantung pada pertumbuhannya di masa depan, tetapi dia mengalahkan kandidat archduke Drewanchel untuk menjadi yang teratas di kelas. Kurasa dia akan berhasil. Untuk saat ini, aku akan menyelidiki Ehrenfest di Konferensi Archduke tahun ini,” kata aub.

Dengan rencana Klassenberg selesai, makan malam berakhir, dan aku mendapat izin untuk pamit. Aku harus bergegas dan bersiap untuk upacara kelulusan sore ini.

“Tolong nantikan dengan santai,” kataku sambil pergi.

“Lakukan yang terbaik—baik sebagai kandidat Archduke Klassenberg dan sebagai calon istri keluarga kerajaan.”

"Aku akan berusaha memenuhi harapanmu, Kakek."

Saat aku kembali ke kamarku setelah meninggalkan ruang makan, aku menghela nafas lelah. Mungkin karena betapa menyenangkannya jamuan tehku baru-baru ini dengan Anastasius, itu tidak terasa seperti makan siang perayaan kelulusan; diskusi itu sangat membosankan.

Aku menyesuaikan rambut dan riasanku, yang menjadi sedikit acak-acakan karena penampilan whirling-ku, dan menggantinya dengan gaun merah yang baru di buat. Kakek meminta penyesuaian pada sulaman beberapa kali, dan di antara desain Klassenberg ada bakat kecil yang digunakan ayahku, sang pangeran. Tampak bagiku bahwa mengenakan desain keluarga kerajaan pada pakaianku agak tidak sopan—aku telah dibaptis sebagai kandidat archduke Klassenberg dan dengan demikian aku sendiri bukan keluarga kerajaan—tetapi Kakek bersikeras.

“Jepit rambut itu terlihat bagus untuk anda, Lady Eglantine. Pengrajin Ehrenfest memang hebat. Sangat serasi dengan pakaian anda sehingga seolah-olah dibuat bersama,” kata pelayanku, memuji penampilanku.

Aku melihat diriku di cermin. Karena riasanku dan fakta bahwa aku menata rambutku, aku merasa jauh lebih dewasa dari biasanya. Aku juga tahu betapa cocoknya koral merah itu dengan gaunku.

Kami beralih ke ruang jamuan teh, di mana aku duduk di kursi morbin yang sudah dihangatkan oleh pelayanku. Morbin adalah batu yang sangat baik dalam menahan panas, sehingga duduk di atasnya mengisinya dengan kehangatan menggelitik. Aku sangat menyukainya; rasanya keteganganku mencair saat duduk di atasnya.

“Lady Eglantine, Pangeran Anastasius tiba,” salah satu pelayanku mengumumkan.

“Aah, Dewi Cahayaku benar-benar cantik. Rambut sutramu bersinar di bawah cahaya seperti matahari, dan setiap saat, hatiku bertarung dengan dorongan yang tumbuh untuk membelai setiap helai. Koralies berfungsi untuk lebih menonjolkan kecantikanmu. Sebagai Dewa Kegelapanmu, aku—”

“Itu akan berhasil, Pangeran Anastasius. Bagaimana kalau kita beranjak ke aula?”

"Aku percaya bahwa pujian tanpa akhir pun tidak akan memberikan keadilan bagimu, tetapi aku kira sudah waktunya untuk pergi." Anastasius meraih tanganku dengan seringai kecil. Mata abu-abunya begitu penuh dengan kebaikan saat dia menatapku sehingga aku dikejutkan dengan kegelisahan yang tidak biasa dan keinginan untuk tidak pernah meninggalkannya.

Kami keluar dari ruang jamuan teh dan melangkah ke aula, di mana kami menemukan siswa yang lulus berbaris dengan pasangan sesuai dengan peringkat mereka. Karena Anastasius akan masuk terlebih dahulu sebagai keluarga kerajaan, kami berjalan ke depan barisan dengan semua mata tertuju pada kami.

“Dengan restu para dewa, orang dewasa yang lulus dari Akademi Kerajaan sekarang akan masuk. Anastasius Sohn Zent Trauerqual, dan kemudian, Eglantine Tochter Adotie Klassenberg.”

Kami masuk ketika nama kami dipanggil. Di depan kami ada tangga tinggi yang dihiasi dengan patung-patung gading para dewa yang sepertinya terus berlanjut sampai ke langit-langit. Mungkin karena jendela di tingkat atas tangga, sinar matahari yang masuk membuat feystone dan instrumen dewa logam bersinar seolah-olah memancarkan cahaya. Di bagian bawah tangga terdapat persembahan kepada para dewa—bunga, buah, dupa, dan sejenisnya. Aku tidak tahu arti dari masing-masing jenisnya, tetapi aku bisa membayangkan Lady Rozemyne ​​tahu.

Uskup Agung Kedaulatan berdiri di depan tangga dengan Alkitab di tangan. Jubah putihnya menonjol di antara jubah biru para pendeta di sekitarnya. Aku turut bersimpati kerapa mereka; kami akan melanjutkan untuk berbaris di atas panggung di depan mereka untuk upacara, tetapi mereka harus berdiri di depan gereja para dewa seharian.

Aula besar dipenuhi orang, dan mereka bertepuk tangan untuk menyambut kami para siswa yang lulus. Aku menurunkan mataku dengan malu-malu sebelum menatap Anastasius. Tidak diragukan lagi hatinya juga dipenuhi dengan badai emosi. Dia menatap ke seberang aula dengan ekspresi mengenang dan kelegaan lalu menatapku.

Dia mengangguk kecil, jadi aku melangkah maju. Kami maju perlahan, ketika tiba-tiba cahaya keemasan mulai jatuh di depan mata kami tanpa peringatan.

"Apa?!" Anastasius langsung menarikku ke arahnya dan mengeluarkan schtappe. Aku melihat ke langit-langit untuk mencari asal cahaya yang jatuh, tetapi tidak seperti yang terdapat di puncak gereja tangga, jendela aula berada di sepanjang dinding, dan tidak ada tempat untuk cahaya turun dari atas. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi; itu tampak sepenuhnya seolah-olah hujan dari langit-langit gading itu sendiri.

Hujan ringan hanya terjadi beberapa saat, tetapi itu lebih dari cukup waktu untuk mencuri mata dan kata-kata dari para penonton di aula. Sorak-sorai dan tepuk tangan yang merayakan kelulusan kami berhenti, dan udara dipenuhi dengan keheningan yang memekakkan telinga saat semua orang mencari-cari sumber kejadian aneh itu.

"Apa-apaan ini...? Apa yang terjadi?"

“Itu tampak seperti cahaya berkah bagiku.”

Gumaman mulai memenuhi aula. Aku sendiri tidak melihat cahaya itu dengan baik, karena telah menghujani diriku, tetapi sepertinya itu terlihat seperti berkah skala besar dari sudut pandang luar—seperti yang diberikan saat menyapa yang lain.

"Berkah...?" Anastasius bergumam pada dirinya sendiri, bingung. Dia menurunkan schtappe tetapi terus memindai area itu dengan sorot mata tajam sambil menjaga tubuhku menempel padanya.

“Jika itu berkah, apakah Uskup Agung melakukan sesuatu?” terdengar suara dari suatu tempat.

Uskup Agung Gereja Kedaulatan mengelus dagunya dengan serius atas tuduhan itu. Namun, aku telah melihatnya dari depan, jadi aku tahu apa yang dilakukan beberapa orang lain—dia lebih terkejut dengan cahaya itu daripada yang lain dan telah melihat ke seberang aula untuk mencari sumbernya seperti yang orang lain lakukan.

Aku ingin tahu apakah dia akan mencuri kemuliaan ini.

Saat aku merenungkan situasinya, Uskup Agung Kedaulatan berbicara dengan para pendeta biru di dekatnya dan kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi ke udara. Itu adalah isyarat untuk diam, dan aula itu dengan mantap kembali menjadi sunyi. Uskup Agung Kedaulatan berbicara begitu keheningan menguasai. Suaranya yang berat dan berat bergema di seluruh aula.

“Itu bukan berkahku. Tidak, cahaya itu adalah berkah dari dewa! Aku percaya bahwa dewa memberkahi kedatangan dan pernikahan Lady Eglantine.”

"Aku...? Bukan Pangeran Anastasius?” Aku bertanya. Itu adalah pernyataan yang bernyali untuk dibuat, dan bukan pernyataan yang langsung aku pahami. Apa yang sebenarnya Uskup Agung Kedaulatan katakan? Itu benar-benar tidak bertanggung jawab karena hampir pasti akan mengubah cara keluarga kerajaan memperlakukan kami, terlepas dari upaya kami untuk menjauhkan diri dari takhta.

Terlepas dari diriku sendiri, aku melihat ke tempat para keluarga kerajaan duduk. Aku tidak bisa melihat ekspresi mereka dari tempat kami, namun aku bisa membayangkan Pangeran Sigiswald sangat terganggu. Aku mencengkeram jubah Anastasius di depanku, tidak bisa menyembunyikan kecemasanku. Dia juga terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia pasti sama khawatirnya dengan masa depan kami sepertiku.

Atau begitulah yang ku pikirkan. Entah dari mana, dia menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Apakah Rozemyne yang melakukannya...?"

“Lady Rozemyne...? Apa hubungannya dia dengan ini?” Aku bertanya.

Anastasius memelukku lebih dekat dan berbisik ke telingaku. “Aku baru ingat Solange dan bahkan Rozemyne sendiri mengatakan dia menjadi tuan alat sihir perpustakaan dengan berkah yang tiba-tiba. Mungkin saja...?"

Semua ini tampak sangat tidak berhubungan sehingga aku awalnya sama sekali tidak bisa mengerti apa yang dia katakan. Tampaknya Lady Rozemyne telah memberitahunya bahwa dia telah melakukan berkah semacam itu di masa lalu.

"Dia seharusnya terbaring di tempat tidur, tetapi jika dia pernah membicarakan berkah semacam itu sebelumnya, ku kira itu adalah penjelasan yang lebih mungkin daripada itu merupakan berkah dari para dewa, seperti yang ingin kita dengar dari Uskup Agung Kedaulatan..." jawabku .

Aku sebelumnya mempertimbangkan untuk mengabdikan diri di gereja untuk menghindari pernikahan, jadi aku telah membaca dokumen yang berhubungan dengan gereja di ruang buku kastil. Klassenberg adalah kadipaten yang agak tua, jadi orang mungkin menganggapnya memiliki sejumlah besar dokumen berkaitan dengan gereja... tetapi kenyataannya, hampir tidak ada. Itu semua tampaknya berada di gereja.

Namun, beberapa dokumen yang dapat ditemukan di kastil mengatakan bahwa cahaya suci berkah akan turun setelah upacara suci. Aku pikir itu tidak lebih dari sebuah metafora, tetapi mungkin berkah semacam ini normal di masa lalu.

"Kurasa si kecil itu menyebabkan kekacauan bahkan saat tidak nongol," kata Anastasius. “Aku turut bersimpati kepada Aub Ehrenfest; Aku hanya bisa membayangkan bagaimana perasaannya menerima laporan dengan cara ini sementara tidak dapat mengganggu urusan Akademi.”

Seseorang tidak belajar untuk melakukan berkah berskala besar semacam itu selama kuliah Akademi Kerajaan. Mungkin Ehrenfest terus melanjutkan upacara kuno ini dengan cara yang sama seperti mempertahankan kebiasaan kuno kandidat archduke yang memasuki gereja. Jika demikian, masuk akal jika Aub Ehrenfest mengetahui hal-hal semacam ini.

Penonton tidak percaya dengan kata-kata Uskup Agung Kedaulatan, akan tetapi suasana berubah untuk melanjutkan upacara kelulusan karena semua orang menyimpulkan itu kemungkinan adalah berkah dari dewa — semua orang kecuali Aub Ehrenfest, yang menarik perhatianku dengan bagaimana dia sendiri sedang menyilangkan tangan dengan kerutan yang sulit.

___________



“Aku tahu itu—kau adalah putri kerajaan dengan restu para dewa, Eglantine. Bagus sekali. Aku bangga telah melindungimu sampai akhir,” kata Kakek, menenggak anggur dan dengan bangga membicarakan berkah ketika aku kembali ke asrama.

"Kakek, apa yang kamu katakan ?!"

"Kami semua melihatnya," jawabnya. “Berkah itu jelas menguntungkanmu.”

Seolah-olah air sedingin es telah dituangkan ke atas kepalaku. Aku mengira Uskup Agung Kedaulatan hanya secara tidak bertanggung jawab menyebabkan konflik dengan kata-katanya, tetapi jika bahkan para penonton pun berpikir bahwa berkah itu untukku sama seperti halnya kesimpulan Kakek, maka keadaan kembali akan berubah.

“Tidak dapat disangkal berkah itu menguntungkanmu,” kata aub. “Tampaknya cukup jelas Pangeran Anastasius hanya diberkahi di pihak yang Kau pilih.”

Aku tiba-tiba dikejutkan oleh gelombang pusing. Aku pikir aku telah berhasil mencegah perang perebutan takhta setelah Anastasius mengumumkan bahwa dia akan menyerahkan tahta kepada Pangeran Sigiswald, tetapi pada tingkat ini, kemungkinan semuanya akan kembali ke keadaan yang bahkan lebih buruk dari sebelumnya.

Meski, tidak peduli apa yang Kakek katakan sekarang, baik raja maupun Pangeran Sigiswald tidak dapat membatalkan apa yang Anastasius nyatakan...

Tidak ada keraguan bahwa Klassenberg adalah kekuatan yang sangat besar sebagai kadipaten besar yang mendukung raja, tetapi kami tetap ditempatkan di bawah keluarga kerajaan. Jika kakekku tampak sama sekali tidak setia dalam usahanya untuk mendukungku, maka Dunkelfelger, tempat kelahiran istri ketiga raja, dan Drewanchel, kadipaten besar yang berencana untuk menikahkan Lady Adolphine dengan Pangeran Sigiswald, pasti akan mundur.

Dan Yurgenschmidt tidak membutuhkan perang lebih lanjut.

Berapa banyak bangsawan yang hilang dalam perang saudara beberapa tahun yang lalu? Tentunya tidak ada yang menyadari betapa hal itu telah melemahkan negara kami.

“Kakek, aku bukan putri kerajaan. Aku adalah kandidat Archduke Klassenberg.”

“Kamu akan mengatakan itu setelah dewa sendiri yang menyatakan dukungan mereka padamu? Kau tidak salah lagi seorang putri. Bukankah kau putri mendiang pangeran ketiga? Aku senang melampaui kata-kata bahwa Kau akan mendapat kembali status kerajaanmu melalui pernikahan.

Tidak peduli berapa kali dia menyebutku putri kerajaan, aku telah pindah ke Klassenberg sebelum pembaptisan dan dididik bukan sebagai keluarga kerajaan, namun sebagai kandidat archduke. Aku ingat perasaan bingung di masa lalu ketika aku pindah ke Klassenberg dari vila, dan tiba-tiba hidup dan pendidikanku sepenuhnya tidak seperti dulu. Kandidat keluarga kerajaan dan archduke dibesarkan secara berbeda.

Aku mungkin akan menerima beberapa pendidikan kerajaan karena pernikahanku dengan seorang pangeran, akan tetapi tidak ada hal baik yang akan datang dari mengharapkan keluarga kerajaan alami dari seseorang yang dibesarkan sebagai kandidat archduke sepertiku. Aku tidak setingkat dengan Pangeran Sigiswald atau Anastasius, yang sejak lahir dibesarkan sebagai keluarga kerajaan.

Namun, Uskup Agung Kedaulatan menyatakan secara langsung bahwa berkah itu berasal dari para dewa... Ini bisa menjadi masalah.

Akan lebih baik bagi Anastasius dan aku untuk menikah di luar sorotan, sementara Pangeran Sigiswald naik takhta setelah menikahi Lady Adolphine dengan dukungan kadipaten besar... namun aku memiliki firasat buruk bahwa berkah ini akan mencegah segalanya berjalan semudah itu. Mungkin itu bahkan akan menjadi pemantik perselisihan besar.

Dan aku ingin tahu apakah Lady Rozemyne ​​tidak akan menjadi pusat perselisihan itu...

Kecurigaan Anastasius bahwa Lady Rozemyne ​​adalah sumber berkah belum pasti kebenarannya. Namun, bahkan tanpa bukti, aku yakin tanpa keraguan bahwa itu benar.

Post a Comment