Karena kami memutuskan bahwa kami akan membuat tinta, Ferdinand memulai kuliahnya tentang pembuatan ramuan.
“Bahan-bahan yang bisa didapatkan dari makhluk
fey seperti feyplant dan feybeast memiliki sifat elemental. Hijau adalah warna untuk Air, dan elemen
lainnya juga cocok dengan warna suci para dewa. Kau sudah tahu semua ini, ku rasa?”
“Ya, diajarkan di kelas tulis tahun pertamaku,” jawabku.
Seperti yang Ferdinand katakan, hijau adalah
warna untuk Air. Ada juga warna biru untuk Api, kuning untuk Angin, merah untuk
Bumi, putih untuk Kehidupan, hitam untuk Kegelapan, dan emas untuk Cahaya.
Tahun-tahun pertama mempelajari semua ini bersama dengan nama-nama dewa, tetapi
aku telah mengetahuinya bahkan sebelum itu berkat membaca Alkitab. Aku
membayangkan bahwa kebanyakan orang mengetahuinya sebagai hal yang biasa,
mengingat keterkaitannya dengan musim kelahiran.
“Benar,” kata Ferdinand setelah ku beri
penjelasan lengkap. "Selanjutnya, anugerah dari bahan-bahannya juga
terhubung dengan para dewa."
"Ini materi tahun kedua, kan?" Aku
bertanya. “Aku mempelajari semuanya sambil membuat buku pelajaran.”
Terkait dengan elemen-elementnya, Air dapat memberi penyembuhan, pembersihan, dan perubahan; Api dapat
memberikan serangan, penguat, dan pertumbuhan; Angin bisa memberikan pertahanan, kecepatan,
dan pengetahuan; dan Tanah dapat memberi ketabahan, ketahanan, dan difusi. Anugerah terkait
dengan spesialisasi dewa masing-masing.
Telah ditulis di buku pelajaran bahwa Tanah dapat dicampur
dengan elemen lain, jadi itu digunakan untuk mencampur elemen yang jika tidak,
tidak akan benar-benar menyatu dengan baik dengan sendirinya. Sebaliknya, Kehidupan umumnya menjadi
bumerang ketika dicampur dengan elemen lain, jadi sulit digunakan jika dikombinasikan.
Seperti beberapa hal sepele tambahan, dengan cara yang sama bahwa seorang individu dapat memiliki beberapa elemen dalam diri mereka, beberapa materi mengandung beberapa elemen. Lebih mudah untuk menggabungkan elemen yang umumnya tidak kompatibel jika seseorang sejak awal hanya menggunakan bahan yang mengandung kedua elemen.
“Bahan yang berbeda memiliki kapasitas mana yang berbeda, yang mempengaruhi seberapa banyak mana yang dapat digunakan saat menyeduh dengannya. Jika kamu ingin mendapatkan bahan-bahan berkualitas tinggi dengan banyak elemen dan kapasitas mana yang tinggi maka kamu harus mengumpulkan dari makhluk fey dengan mana melimpah, seperti yang kamu tahu.”
Aku mengangguk, mengingat kembali para
feybeast kuat yang dulu kami lawan saat membuat jureve. Aku tahu
bahwa kualitas feystone sangat berbeda tergantung pada kekuatan makhluk yang
dikalahkan.
“Tinta yang akan kita buat akan membutuhkan
bahan dengan elemen dan kapasitas yang diperlukan untuk menyerap manamu
sepenuhnya. Akibatnya, karena semua tinta sihir berada di bawah Dewi
Kebijaksanaan, itu lebih harus mengandung Angin,” Ferdinand menjelaskan sambil
mengobrak-abrik kotak untuk mencari sesuatu. Rupanya, peramuan akan berbeda dari
apa yang direncanakan untuk tali.
“Kita akan menambahkan bahan biru penguat efek
ke bahan kuning yang kaya mana jika memungkinkan; kemudian, kita akan
menambahkan bahan merah untuk meningkatkan daya tahannya...” Ferdinand
melanjutkan dengan bergumam sambil merapikan akar-akaran kering, bubuk, dan cairan, tak satupun
yang kukenal. Aku tidak tahu masing-masing elemen mana atau fungsi apa yang
mereka miliki.
"Ferdinand, bagaimana Kau bisa tahu bahan
mana yang mengandung masing-masing
elemen?"
“Gunakan alat sihir ini,” jawab Ferdinand. Dia membawa piringan yang terbelah
secara radial menjadi warna elemen, di tengahnya ada pelat logam misterius
berdiameter sekitar lima sentimeter yang bersinar dengan ketujuh warna. Itu
juga memiliki lingkaran konsentris yang digambar pada interval tiga sentimeter
dari pusat, membuatnya terlihat cukup mirip dengan papan dart. “Kamu hanya
perlu menaruh
bahan-bahan disini. Cobalah."
Seperti yang diinstruksikan, aku memotong
sebagian kecil dari akar kering dan meletakkannya di atas alat sihir berbentuk
piringan.
Begitu akar menyentuh pelat tengah, cahaya mulai memenuhi bagian kuning alat itu. Pada saat yang sama,
sebagian kecil dari bagian biru juga bersinar.
“Eep! Itu mulai bersinar?! Um... Jadi, apakah ini
berarti bahannya kuat dengan Angin dan mengandung Api juga?”
"Ya. Seseorang juga dapat mengukur
kapasitas mana untuk setiap elemen berdasarkan seberapa jauh cahayanya,” Ferdinand menjelaskan. Jika cahaya berhenti di
lingkaran terkecil, bahan tersebut tidak memiliki kapasitas yang cukup besar
untuk elemen tersebut. Tetapi semakin jauh cahaya terbentang melewati titik itu,
semakin besar kapasitasnya.
Fakta bahwa cahaya kuning telah merentang
hampir ke ujung piringan berarti bahwa bahan tersebut memiliki kapasitas yang sangat besar
untuk menyimpan Mana Angin.
"Ini menyenangkan. Jadi, bagaimana dengan
yang ini?” tanyaku, meraih beberapa serbuk, akan tetapi Ferdinand melepaskan tangannya dan meraih pergelangan tanganku
untuk menghentikanku.
“Tunggu, Rozemyne. Piringan harus dibersihkan
setiap saat
agar pengukurannya akurat,”
katanya. “Berhati-hatilah, ekstra hati-hati untuk selalu mengingatnya. Kau memiliki
kecenderungan untuk tidak memperhatikan detail semacam itu.”
Justus mengeluarkan schtappe dan membersihkan piringan tengah untuk kami
saat itu juga,
dan baru kemudian dikembalikan ke disk.
“Ferdinand, aku ingin belajar mantra
pembersihan,” pintaku. “Sepertinya praktis.”
“Kamu sendiri sudah berusaha melakukan terlalu
banyak hal. Kau
dapat mempercayakan pembersihan kepada pelayan; jangan curi pekerjaan orang-orang di
sekitarmu.”
“Apakah kamu tidak melakukan pembersihan diri
ketika kamu mengurung diri di workshop penelitianmu?” tanyaku, menggembungkan pipi sebagai protes. Sepertinya aku ingat Justus mengatakan bahwa
bahkan dia tidak bisa masuk ke dalam.
Ferdinand melambaikan tangan, tampak sangat
kesal. “Semua ksatria tahu mantranya; minta Damuel mengajarimu lain waktu. Kita tidak punya waktu
untuk itu sekarang.”
“Em, Lord Ferdinand. Anda ingin saya mengajarinya?” tanya Damuel khawatir.
Ferdinand menjawab dengan anggukan cepat.
"Dia hanya memiliki dua ksatria pengawal bersamanya sekarang, dan
mengingat siapa satunya, seharusnya jelas mengapa itu harus kamu."
"Benar. Damuel luar biasa. Dia juga sudah mengajari kelas tulisku,” kata Angelica,
pipinya memerah dengan sedikit rasa malu saat dia memujinya. Sekilas, dia
terlihat sebagai gadis muda yang hatinya mulai berdebar melihat gurunya, namun
bukan itu masalahnya; dia hanya berusaha keras untuk menghindari melakukan
pekerjaan yang tidak dia kuasai.
Damuel telah belajar untuk tidak tertipu oleh
ekspresi indah Angelica saat mengajarinya, jadi dia hanya menghela nafas,
mengatakan untuk tidak khawatir dan bahwa dia akan mengurusnya.
“Ferdinand, cairan apa ini? Apa itu minyak?”
tanyaku, sedikit menggoyangkan salah satu botol dan mengamati saat cairan kental di dalamnya
tumpah. Jika kecurigaanku benar dan kualitasnya sangat tinggi, mungkin ada
baiknya memasok workshop tinta dengan beberapa.
"Ya. Ini minyak feyplant kurhaize,” jawab
Ferdinand.
“Apakah kurhaize mungkin merupakan bentuk
evolusi dari tanaman eise?”
“Benar, tapi bagaimana kamu tahu eises? Sebagai tahun pertama, Kau mestinya
tidak menyeduh atau mengumpulkannya, jadi mengapa Kau tahu tentang feyplant
yang seingatku tidak pernah aku ajarkan?”
Eise adalah salah satu minyak yang kami
gunakan di masa lalu untuk membuat tinta berwarna. Karena kurhaize adalah
bentuk evolusinya, ia mungkin memiliki sifat yang sama, jika tidak juga
kapasitas mana yang sama.
“Eise kuat dengan angin, bukan?”
"Ada apa?"
"Itu pasti berarti biji rami adalah Api,
mische adalah Air, dan pedgen adalah Bumi, kan?"
“Aku tidak mengerti apa yang Kau maksud di
sini. Jika ada sesuatu yang ingin Kau katakan, katakan saja dengan lebih langsung,” tegas Ferdinand
dengan tatapan tajam.
Aku melanjutkan untuk memberi tahunya tentang tinta berwarna
yang dibuat Gutenberg di workshop tinta. Bahan-bahan yang kami gunakan tidak
menghasilkan warna yang kami harapkan, dan hanya setelah perjuangan panjang kami
berhasil menguasai berbagai hal.
"Jadi begitu. Masalah-masalah itu tidak
diragukan lagi disebabkan oleh elemen-elemennya. Kami memakai kata 'fey' ketika membicarakan makhluk-makhluk yang
memiliki mana dalam jumlah besar dan dapat memberikan feystone, tetapi semua makhluk
yang hidup di atas tanah yang diliputi mana mengandung mana, sekecil apapun
jumlah sebenarnya. Rakyat jelata tidak terkecuali, dan inilah tepatnya mengapa
sihir kontrak memakai darah, yang mengandung kepadatan mana tertinggi.”
"Oh begitu."
Singkatnya, jika kita bisa memberi Heidi dan
yang lain alat sihir untuk menyelidiki elemen, penelitian mereka kemungkinan
besar akan berkembang lebih cepat.
"Ferdinand, berapa harga alat sihir
ini?" Aku bertanya.
“Tidak dijual. Jika menginginkannya, buat saja sendiri.”
“Tunggu, jadi kamu membuat alat ini juga?! Kalau
begitu... buatkan satu untukku juga, kumohon.”
"Ogah. Sangat sulit untuk secara hati-hati
mencocokkan kualitas feystone, mengekstraksi elemen murni darinya, dan
mempersiapkan semua elemen untuk bereaksi terhadap jumlah mana yang mikroskopis
seperti itu. Aku akan ajari cara membuatnya, tetapi Kau harus melakukannya sendiri,” kata Ferdinand.
Aku memutuskan untuk menyerah bahkan sebelum aku
mulai; sesuatu yang cukup rumit sampai membuat Ferdinand menyebutnya 'sangat
sulit' hampir pasti berada jauh di luar jangkauanku. Akan menyenangkan untuk memilikinya, tetapi apapun itu penelitian
tinta masih dapat berkembang.
Maaf, Heidi. Kurasa aku tidak akan mampu untuk membuat alat
sihir sesulit itu.
"Tetap saja, terlepas dari seberapa
rendah kualitas bahanmu, sangat mengesankan bahwa rakyat jelata mampu melakukan
penelitian yang sukses dan menghasilkan hasil yang dapat diandalkan."
“Ehehehe. Gutenbergku memang hebat,” jawabku puas.
"Aku diberitahu bahwa tinta milik Heidi, pengrajin
tinta Gutenberg, seperti buku untuk Lady Rozemyne," tambah Justus sambil
tersenyum kecil. “Gutenberg yang dibesarkan oleh Lady Rozemyne adalah eksentrik yang
semuanya adalah spesialis di bidangnya masing-masing."
"Begitu..." gumam Ferdinand. “Jadi
masih banyak para Rozemyne, semuanya dengan obsesi unik. Dimengerti." Dia… baru saja menerimanya?!
“Sudahi
obrolannya; mari kita mulai membuat tinta. Apa yang akan kita buat sekarang adalah
produksi ulang tinta yang dijual ke pedagang biasa untuk kontrak sihir,” kata Ferdinand.
Tampaknya tinta yang digunakan Benno untuk tujuan ini dibuat saat seorang
pembuat ramuan memindahkan mana mereka ke feystone dan memurnikannya dari
elemen dan warna, sehingga akan bereaksi bahkan terhadap sedikit jumlah mana
dalam darah orang biasa.
“Kelihatannya sangat membosankan,” aku
mengamati, dan setelah diberitahu bahwa kami para bangsawan tidak membutuhkan
tinta ini karena kami bisa menulis dengan pena sihir, aku tiba-tiba menyadari
sesuatu. "Tidak bisakah aku menulis di kain langsung dengan pena alat sihir
daripada memakai tinta?"
"Tidak. Kita ingin manamu mengisi kain sebanyak mungkin untuk meningkatkan
efektivitasnya. Lingkaran sihir tidak akan terbentuk jika dibuat dengan mana
yang sama dan akhirnya bercampur menjadi satu.”
Penjelasannya tidak masuk akal bagiku, tapi
sepertinya kami perlu membuat tinta yang sangat kental agar mana tidak
bercampur. Pada saat yang sama, kami membutuhkan kepadatan mana dari tinta lebih tinggi dari pada
kain.
"Aku tidak bisa mengatakan aku
benar-benar mengerti, jadi aku akan mengikuti instruksimu."
Saat membuat tinta sihir, proses dasarnya sama
dengan membuat jureve—masukkan bahan-bahan ke dalam panci dengan urutan
tertentu, lalu aduk rata dengan tongkat penyeduh. Yang artinya, tidak seperti ketika kami membuat jureve, aku
mengubah schtappe-ku menjadi alat pembuatan seduhan daripada memakai alat sihir
pembuatan seduhan apa pun.
“Iris ini menjadi potongan-potongan kecil
dengan pisau. Kau sudah belajar untuk mengubah schtappe kan? Aku harap Kau tidak melupakan apa yang diajarkan dalam pelajaranmu di Akademi Kerajaan,” kata Ferdinand
dengan tatapan tajam.
"Tentu saja," jawabku, sembari mengeluarkan
schtappe. “Messer.”
Setelah mengubah schtappe menjadi pisau, aku
mulai memotong akar menjadi potongan-potongan seperti yang diinstruksikan. Aku
sedikit gugup untuk mencoba memotong akar kering seperti itu, tapi mungkin
karena faktanya aku benar-benar memotongnya dengan mana, tidak ada banyak resitensi. Aku mulai
dengan antusias memotong, Angelica mengintip dengan penuh ketertarikan.
“Anda benar-benar hebat, mengingat ini adalah pertama kalinya anda menyeduh.”
“I-Ini bukan pertama kalinya bagiku. Aku dulu pernah membantu
Ferdinand.”
“Anda
tidak hanya membantu dalam
mengerjakan dokumen, tetapi dengan menyeduh juga? Itu luar
biasa."
Kau tau, aku memang membantu membuat jureve. Tapi aku belajar bagaimana
memotong bahan dari memasak semasa
aku di Bumi dan kota bawah.
Aku mengubah topik dengan tertawa, tapi semua
orang yang tahu asal-usul kota bawahku secara kolektif menatapku dengan tatapan tajam. Meskipun dia tidak benar-benar
mengatakannya dengan keras, aku yakin bahwa Ferdinand mengataiku bodoh.
Setelah memotong bahan-bahannya, aku
meneriakkan “rucken” untuk membatalkan transformasi schtappe-ku. Dari sana, aku mulai
menimbang bahan-bahan dengan timbangan. Setelah semuanya siap, kita bisa mulai menyeduh.
"Panci pembuat ramuan ini seharusnya cukup untuk hari ini," kata
Ferdinand, mengeluarkan panci yang terlihat mirip dengan panci kecil. “Kita akan mulai dengan
memasukkan bahan-bahan berkualitas tinggi, yang akan berfungsi sebagai
dasarnya.”
"Benar."
Aku menambahkan akar cincang terlebih dahulu; lalu,
aku meneriakkan "beimen" untuk mengubah schtappe-ku menjadi
tongkat pengaduk. Karena pengalaman-ku dulu, aku akhirnya membuatnya lebih tinggi dari diriku sendiri, yang
mendorong Ferdinand untuk menekan pelipisnya.
"Dasar bodoh. Tongkat pencampur sebesar itu tidak
akan pernah berguna untuk dengan panci sekecil ini. Pikirkan sesuatu yang lebih pendek dan lebih
mudah digunakan.”
"Benar..."
Aku mengomposisi ulang dan mencoba lagi,
membatalkan transformasi dengan merapal
"rucken" dan kemudian mengubahnya menjadi
tongkat pencampur dengan ukuran yang sesuai untuk panci kecil.
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Aduk, aduk, aduk, aduk...
“Aku hanya perlu memasukkan bahan berikutnya
saat bahan
pertama meleleh, kan?” Aku bertanya.
"Ya. Masukkan bahan-bahan ke dalam panci sesuai dengan urutan ini,” kata Ferdinand
sambil meletakkannya di atas meja kerja. Setelah akar yang akan menjadi alas, aku
menuangkan minyak kurhaize dan mengaduknya ke dalam campuran. Dari sana, aku
akan menambahkan serbuk biru untuk memperkuat mana dalam tinta, dan kemudian sedikit cairan
merah untuk mengamankan tinta ke kain. Yang terakhir adalah bubuk emas yang diperoleh dari
mengisi feystone dengan mana, yang akan digunakan untuk meningkatkan kepadatan
mana.
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Entah karena kualitas bahan atau peningkatan
efisiensi memakai schtappe sebagai tongkat pencampur, akar cincang larut dengan cukup cepat. Aku menuangkan
kurhaize dan terus mengaduknya.
Aduk, aduk, aduk, aduk... Aduk, aduk, aduk,
aduk...
Aku mencampur serbuk biru, kembali mengaduk lebih
jauh, menuangkan cairan, dan kemudian terus mengaduk. Aku bisa merasakan jumlah
mana yang mengejutkanku terkuras.
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Aduk, aduk, aduk, aduk...
"Ferdinand, aku mulai lelah bahkan dengan
sihir penguat..."
“Hampir siap. Kamu yang ngotot bikin tinta, jadi lakukan sampai selesai,” jawab Ferdinand.
Sedetik kemudian, permukaan ramuan itu bersinar terang.
"Apa itu?"
“Tidak, ada satu langkah lagi. Serbuk ini dibuat dengan
manamu; itu
harus dilakukan dengan baik untuk meningkatkan kepadatan mana.”
Aku mencampur debu emas seperti yang
diinstruksikan dan terus mengaduk sampai permukaan cairan kembali berkedip.
"Sekarang sudah selesai," kata
Ferdinand. “Pindahkan cairan ke dalam toples ini. Berhati-hatilah jangan sampai
menumpahkan apa pun.”
Sesuai instruksinya, aku mulai memindahkan
tinta yang sudah jadi, yang berakhir dengan warna biru seperti yang Benno gunakan
untuk kontrak sihir. Kegembiraanku untuk tinta buatanku meningkat.
"Ferdinand, bisakah aku mencoba
menulis dengannya?" Aku bertanya.
"Ya. Kita ingin melihat seberapa meluber.”
Aku keluar sebentar dari workshopku untuk
bertanya pada Fran apakah dia punya kain cadangan yang bisa kami gunakan untuk
percobaan menulis. Tidak ada yang bisa kami buang-buang dengan bebas, tetapi
dia membawa beberapa kain ketika aku meminta sesuatu yang juga bisa digunakan
sebagai lap.
Aku kembali ke workshop dan membentangkan kain
di atas meja; kemudian, aku mencoba menarik garis dengan tinta yang baru dibuat. Kelihatannya baik-baik
saja—bahkan, sangat bersih. Aku mengamatinya sebentar, dan tidak hanya tintanya
tidak meluber sama sekali, tapi sebenarnya sedikit menggembung. Itu seperti
jejak yang ditinggalkan oleh salah satu penanda basah yang pernah aku gunakan semasa Urano.
"Apa-apaan ini...?" Ferdinand berkomentar.
“Itu tidak meluber sedikit pun. Sepertinya kita tidak akan
membutuhkan resisting agent...” Semua pikiran di kepalaku meminta Lutz
untuk menyiapkan lilin lentur untuk pembatikan, membuat malam, dan mungkin mengembangkan lem
berasku sendiri semua menghilang ke dalam kabut sekaligus.
“Terlalu dini untuk mengatakannya. Kita baru bisa tahu dengan pasti setelah mencobanya pada kain yang
diresapi dengan manamu,” kata Ferdinand, alisnya berkerut dengan kerutan saat dia menatap garis itu.
"Kenapa kau terlihat sangat tidak
puas...?"
“Bukannya tidak puas; Aku hanya bingung, kau
tau kita tampaknya telah menciptakan sesuatu yang lain dari apa yang aku perkirakan.”
Aku akan menganggap tintaku yang baru dibuat berhasil selama garis membesar tidak putus meski dimakan waktu, namun Ferdinand tampaknya
tidak yakin sedikit pun.
“Rozemyne, warnai kain ini dengan manamu. Aku
ingin memeriksa apakah tinta akan berfungsi sama dengan kain yang diwarnai mana.”
“Aku memakai cukup sedikit dari mana yang aku
pakai untuk membuat tinta, jadi aku agak lelah,” jawabku. Sejauh yang aku
khawatir, kami telah mencapai apa yang kami butuhkan dan itu adalah waktu bagi
kami untuk melanjutkan. Ini pasti terlihat jelas di wajahku karena Ferdinand
menatapku diwarnai dengan keprihatinan. Namun itu hanya sesaat, dan menghilang
saat ia mengangkat alis ke arahku.
“Kalau begitu minum ramuan ini. Manamu akan pulih dengan
cepat.”
“Setelah dipikir-pikir, aku bisa melakukannya.
Aku bisa!" aku menyatakan. Mendorong diriku sedikit lebih keras yang itu jauh
lebih baik daripada tersiksa dalam dosis dari ramuan iblis-laknat itu.
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Aduk, aduk, aduk, aduk...
Aku terus mengaduk sementara Ferdinand melempar bahan demi bahan ke panci. Dia akhirnya menambahkan cairan
merah, yang membuat permukaan ramuan berkilau, dan kemudian mengambil dan memotong
setengah potong kain percobaan. Dia mencelupkan salah satu bagian ke dalam panci, dan disedot di
dalam cairan dalam sekejap.
“Eek?!”
Namun meski telah menyedot cairannya, kain itu
tidak berubah warna, juga tidak terlihat basah sama sekali. Itu terlihat persis
sama dengan kain yang baru saja kami tarik garis diatasnya.
"Sepertinya tidak ada bedanya... Apakah sekarang
itu benar-benar diwarnai dengan manaku?"
"Ya. Sekali sentuh akan menghapus keraguanmu.”
Aku mencengkeram kain itu dan kemudian
mengeluarkan "Wow!" Tidak lama setelah aku menyentuhnya, itu mulai
bersinar samar.
“Itu sangat bereaksi terhadap manamu karena itulah yang
diwarnai. Tentu saja, itu juga akan bereaksi terhadap mana orang lain. Mewarnai
kain dengan cara seperti itu memudahkan mana seseorang mengalir kedalam sulaman, yang kemudian membuatnya lebih
efektif.”
"Bagus."
Tampaknya mewarnai kain dengan mana tidak
terlalu sulit. Baik Angelica dan Damuel tampaknya melakukannya dengan jubah
mereka di
satu titik.
“Sekarang, periksa apakah tinta itu masih berfungsi,” kata
Ferdinand.
Atas instruksinya, aku menarik garis yang sama
seperti sebelumnya. Tintabta
lambat laun membesar,
seperti yang terjadi sebelumnya, dan menarik garis di atasnya terasa persis seperti menarik garis di atas kain
biasa.
“Sepertinya tidak apa-apa.”
"Tapi kenapa?" Ferdinand bertanya, mengambil pena
dariku dalam kebingungan dan menarik garis dengan mananya sendiri. Garis itu tampaknya pecah di tepi, dan tinta tidak banyak membesar.
“Sepertinya tinta meluber ketika Kau menarik garis dengan itu,
Ferdinand. Kenapa ya?"
"Aku tidak tahu. Kemari, Eckhart. Cobalah.”
"Laksanakan!" kata Echart. Dia
menarik garis yang sama, tapi meluber jauh lebih banyak dan tidak membesar sama
sekali. Dia kemudian menyerahkan pena itu kepada Justus, yang sangat ingin
mencobanya, tetapi garis Justus juga meluber. Bahkan, tampaknya lebih meluber
daripada Eckhart.
Pada titik ini, Ferdinand telah berkembang
dari alis berkerut menjadi cemberut penuh. “Angelica, Damuel. Aku ingin kalian berdua mencobanya juga.”
"Laksanakan."
Dua ksatria pengawalku mencobanya setelahnya, dan
garis mereka melanjutkan tren dengan meluber lebih jauh daripada orang lain sebelumnya. Garis yang ditarik Damuel
adalah garis yang
paling buruk—seolah-olah dia baru saja menumpahkan tinta ke kainnya.
"Apakah itu mungkin berdasarkan jumlah
mana penulis?" aku menyarankan.
“Atau mungkin elemen dan kualitas... aku harus
meneliti
lebih lanjut untuk memastikannya. Rozemyne, bisakah aku
meminta tinta ini?” Ferdinand bertanya, tombol “ilmuwan
gila” sekarang sepenuhnya berada dalam mode “menyala”. Bahan-bahan itu sejak awal memang miliknya, dan selama itu tidak terlalu
mengganggu hidupnya, aku tidak melihat adanya alasan untuk menentangnya mengurung diri di workshop untuk
sementara waktu.
“Silahkan, jika Kau berjanji untuk meneliti hanya setelah makan dan meninggalkan workshopmu besok pada bel ketiga,” kataku.
Ferdinand memelototiku dengan jengkel, tapi aku tidak akan menghabiskan setiap
pagiku untuk menunggu dipanggil untuk menyeretnya keluar dari workshop. Aku
akan melindungi jam bacaku dengan sekuat tenaga.
"Baik," dia mengakui. “Justus, minta pelayan
menyiapkan makanan. Aku akan selesaikan pekerjaan sebisaku sebelum itu. Dan... Damuel. Aku akan mempercayakan pembersihan di sini
kepadamu.”
"Sir?!"
Meninggalkan Damuel dalam kebingungannya,
Ferdinand mengambil botol tinta dan segera keluar bersama Justus dan Eckhart.
"Tapi kenapa aku...?" tanya Damuel,
masih tercengang.
“Mungkin karena Angelica malah akan merusak semua itu,” saranku.
"Profesor Hirschur memang selalu
meneriakiku tentang itu, tapi mengapa Lord Ferdinand bisa sampai tahu?" tanya
Angelica. Aku membalasnya dengan tersenyum canggung, tidak ingin mengungkapkan bahwa siapa pun bisa
menebaknya hanya dengan mengawasinya selama sehari, dan kemudian menatap
Damuel.
“Dia pasti ingin kamu mengajariku sihir
pembersihan sekarang juga.”
“Ah, benar. Mungkin saja."
Dengan begitu, Damuel kemudian mengajariku mantra pembersihan saat kami berada di workshop. Itu sama
sekali tidak rumit; Aku hanya perlu mengeluarkan schtappe dan mengucapkan
"waschen" sambil mengalirkan mana.
“Dibutuhkan jumlah mana yang luar biasa jika
kamu tidak memiliki Air, akan tetapi kamu bahkan tidak perlu mempertimbangkan
masalah semacam itu,” kata Damuel sambil menggelengkan kepala. Tampaknya dia
telah kesulitan untuk membersihkan segala
sesuatu di masa lalu, meskipun meningkatnya kuantitas mana berarti
dia sekarang merasa jauh lebih tidak keteteran.
“Kurasa aku akan membersihkan semua peralatan
ini sekaligus,” kataku, menatap meja kerja sambil mengalirkan mana ke
schtappe. Aku kemudian meneriakkan, "Waschen!" dan dalam sekejap, seluruh workshop
dibanjiri air. Gelombang yang tiba-tiba menyapuku dari lantai dan memutarku sampai-sampai aku tidak
bisa lagi membedakan atas dan bawah. Mataku terbuka lebar, dan ketika aku benar-benar tenggelam
dalam kebingungan, air tiba-tiba menghilang.
Gravitasi tiba-tiba menyeret tubuhku yang tadinya
melayang kembali ke lantai, di mana Damuel berada di lokasi yang tepat untuk menghalau
kejatuhanku. Dia juga tersedot ke
dalam arus deras dan akhirnya berbaring telentang.
“Guh!” Damuel mendengus saat aku terbanting ke perutnya.
Fakta bahwa dia masih mengajukan pertanyaan yang sopan, "Apakah anda
terluka?" di sela-sela batuknya yang keras kembali mengingatkan bahwa dia
adalah teladan ksatria pengawal yang berbudi luhur.
"Uhuk uhuk!"
Angelica juga berbicara tergagap saat ia pulih
dari serangan air dadakan, dia berkedip cepat dengan terkejut. Air sudah lenyap, dan kami semua
kering, namun
sensasi tenggelam masih terasa. Aku mengalaminya sendiri tidak lama yang lalu.
"Lady Rozemyne, mengapa anda memanggil air
sebanyak itu?" tanya Damuel. Aku mengalihkan pandanganku saat aku menyandarkan tubuhku ke tubuhnya, tidak ingin bertemu dengan tatapan lelahnya.
“Baru sekarang aku mengerti sejauh mana jumlah
mana yang digunakan akan mengubah jumlah air,” kataku. "Aku akan lebih
berhati-hati lain kali."
Mungkin sihir pembersihanku ditakuti ...
__________
“Rozemyne. Maaf, tetapi jika Kau tidak punya
rencana sore ini, bisa aku datang ke workshopmu?” tanya Ferdinand saat aku membantunya mengurus dokumen keesokan
harinya.
"Apa?"
Sepertinya dia menghabiskan waktu semalaman
terkunci di workshopnya, bereksperimen dengan menggunakan tinta pada semua
jenis kertas, kain, dan kertas kayu, hanya untuk mengetahui bahwa semua garis
telah menghilang ketika dia kemudian bangun dari tidur siang. Apresiasiku karena dia
menepati janjinya dengan meninggalkan workshopnya pada bel ketiga langsung memudar.
Sebenarnya, dia sudah tidak sabar menunggu untuk melihat apa yang terjadi
dengan garis pada kain yang kami tinggalkan di workshopku.
“Tintanya hilang? Aku tidak keberatan Kau
mengunjungi workshopku, tapi ... jika itu benar-benar hilang, bukankah itu
tidak dapat digunakan?”
“Jika tinta itu tidak dapat digunakan, Kau hanya perlu
menghentikan perjuangan sia-siamu dan menyulam lingkaran seperti orang lain. Itu jelas sama sekali bukan masalah.”
Tapi aku membuat tinta khusus karena aku
tidak ingin melakukan itu! Bagaimana kau bisa sekejam ini?!
Dengan begitu, aku mulai berjalan ke workshop bersama Ferdinand, lagi-lagi jam bacaku dicuri dariku. Sedih rasanya, meski
harus kuakui, aku juga cukup penasaran dengan tinta itu.
Kami memasuki workshopku, yang bersih dari
kejadian sehari sebelumnya, dan Damuel mengeluarkan kotak berisi kain yang
telah kami isi dengan berbagai
garis. Namun, kain yang dia keluarkan sama sekali tidak memiliki coretan apa pun—tidak ada coretanku, maupun coretan orang lain.
"Itu benar-benar menghilang..."
Damuel mengamati.
Tidak! Sekarang aku harus menyulamnya...
Ini akan memakan waktu lama...
Merasa kalah dan tertekan, aku pergi mengambil
kain itu. Namun, begitu jariku menyentuhnya, itu mulai bersinar. Semua garis
yang ditarik semua orang tiba-tiba muncul kembali, meluber dan sebagainya.
“Apa yang sedang terjadi? Ini luar biasa,” gumam Ferdinand,
menyipitkan matanya dan menatap kain itu. Aku menyebarkannya untuk dilihat
semua orang dan mengangkat bahu.
“Jika kamu saja tidak bisa memahaminya,
Ferdinand, maka aku jelas tidak akan bisa mengerti,” kataku. Semua orang
mengangguk setuju.
“Jika bahkan Lord Ferdinand tidak menyentuhnya
membawa perubahan apa pun, garis-garis itu hanya akan muncul sebagai respon
terhadap mana Lady Rozemyne,” kata Justus, tampak sama tertariknya dengan
Ferdinand saat dia menatap kain itu. “Lady Rozemyne, bisakah aku meminjamnya
sebentar?”
Aku memberikan kain itu kepada Justus, dan
garis-garis memudar. Aku kembali menyentuhnya, dan garis-garis
itu kembali muncul.
"Apakah mereka juga akan merespon feystone yang
diisi dengan manamu, aku ingin tau?" Ferdinand berpikir keras. “Jika demikian, tinta ini masih dapat digunakan.
Meskipun itu berarti bahwa hanya Kau yang bisa menggambar lingkaran sihir yang dapat
digunakan dengan itu. Tetap saja, bagaimana cara kerjanya...?”
“Ferdinand, bisakah aku menyarankanmu untuk melakukan
eksperimen lebih lanjut dengan tinta yang dibuat dengan manamu sendiri? Itu hanya akan
memperlambatmu dengan terus-menerus meminta bantuanku, bukan?”
Ferdinand-lah yang sejak awal menyiapkan bahan pembuatan racikan dan menakar kadarnya; dia bisa membuat tinta sendiri dan
bereksperimen sebanyak yang dia mau. Jika tintaku bisa membuat lingkaran sihir
berfungsi, aku tidak peduli tentang hal lain.
“Poin
bagus. Sekarang, aku pamit.”
Dan dengan itu, Ferdinand segera keluar workshopku.
Ya itu benar. Keluar dari sini. Aku tidak
akan bergaul dengan ilmuwan gila untuk selamanya.
Aku mulai membaca sesuai jadwal awalku.
Rencanaku adalah memberi tahu Perusahaan Gilberta tentang ketahanan pewarnaan,
karena aku berusaha keras untuk mengingatnya. Itu bukan sesuatu yang aku perkirakan
akan banyak berguna secara pribadi, tapi mungkin itu akan membantu Ibu, yang merupakan
seorang tukang celup.
Post a Comment