Sore itu, aku punya banyak waktu luang, karena aku telah menyelesaikan pelajaran tulis. Aku melihat tahun pertama pergi ke Aula Terjauh dan kemudian mulai belajar untuk kursus cendekiawan bersama Philine dan Roderick, menggunakan panduan belajar tahun ketiga sebagai dasar. Judithe bertugas sebagai pengawalku, karena dia juga telah menyelesaikan kelas tulisnya, sementara tahun kedua lain belajar untuk kursus masing-masing atau mengerjakan teknik praktik mereka dengan Wilfried.
"Apa yang
akan kalian berdua lakukan setelah kelas tahun kedua selesai?" Aku
bertanya kepada Philine dan Roderick ketika kami berhenti sejanak dalam pekerjaan kami.
“Pelajaran
praktikku akan memakan waktu lebih lama dari pelajaranmu, Lady Rozemyne, tetapi
setelah menyelesaikannya, aku berharap dapat mengumpulkan cerita dari kadipaten
lain,” kata Philine. Dia sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
pertanyaan apa yang harus diajukan, dan dia secara umum telah mengatasi rasa takutnya untuk
berbicara dengan orang baru setelah menghabiskan banyak waktu di kastil dan gereja.
Mata hijau rumputnya berbinar saat dia membayangkan akan mendapatkan cerita
lebih banyak dari tahun lalu.
“Kedengarannya
bagus. Aku sangat menantikan kerja kerasmu,” jawabku. "Dan kamu,
Roderick?"
Roderick perlahan
mendongak dari ruang kerjanya, meletakkan pena, dan kemudian dengan erat mengepalkan tangan di
atas meja. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu, Lady Rozemyne. Bisakah
aku meminta waktu jika kamu senggang dikesempatan lain?” Dia bertanya. Mata
coklat gelapnya tertarik tetapi tegas, seperti saat dia menyatakan bahwa dia akan bersumpah nama padaku.
Aku menegang tanpa berpikir dan menelan ludah. Aku pernah
berpikir untuk mengambil Roderick sebagai pengikut, dan masa depanku akan
berubah secara drastis berdasarkan apakah aku memiliki tekad untuk menerima sumpah namanya.
“Lady, aku minta Kamu
menenangkan hati dulu dengan baik,” kata Rihyarda pelan. Aku berbalik dan
melihat bahwa dia tersenyum lembut. “Sumpah nama adalah hal yang sangat penting,
tetapi menerima nama juga sama pentingnya. Perasaanmu tentang masalah ini
sangat penting.”
Dia pasti sampai pada kesimpulan yang sama denganku setelah melihat
ekspresi tekad Roderick. Aku mengangguk pada nasihat bijaknya, tapi Roderick
menggelengkan kepala. “Aku tidak berniat bersumpah nama saat ini,” dia meyakinkanku. “Aku
hanya ingin bicara.”
“Tentang apa,
kalau begitu?” tanyaku, tidak bisa memikirkan apa pun selain sumpah nama.
Roderick pasti melihat kebingunganku, saat matanya mengembara ke
sekeliling ruangan dalam perenungan yang nyata.
“Aku ingin membicarakan
tentang alasan mengapa aku ingin melakukan sumpah nama dan pendapatku tentang banyak hal,” katanya setelah jeda. "Salah
satu pengikutmu memberi tahuku bahwa, hanya jika kita melakukan percakapan ini, Kamu
tidak akan dapat memutuskan apakah akan menerima sumpah namaku."
Secara naluriah
aku menatap Judithe dan Philine, yang pertama berhenti sejenak dan kemudian
berbisik, "Pasti Hartmut." Sepertinya dia bertindak dalam bayang-bayang lagi.
Bagaimanapun juga, tetap penting bagiku untuk mendengarkan Roderick.
“Rihyarda,
siapkan ruangan,” kataku.
"Sesuai
kehendak anda, Lady."
“Aku lebih suka
berbicara empat mata denganmu, Roderick, tapi aku perlu membawa pengawal dan
pelayanku. Maafkan aku.”
“Aku mengerti aku
patut dicurigai sebagai anggota fraksi lain,” jawabnya.
Sementara
Rihyarda pergi menyiapkan ruangan, aku melihat ke bawah dan mulai mengatur
kertas-kertas yang telah aku pelajari. Kegugupanku pasti telah menular ke Philine, saat dia juga mulai merapikan diri
sambil melirik antara aku dan Roderick.
Aku berjalan ke ruangan yang telah Rihyarda siapkan bersama Judithe sebagai pengawal dan Philine
sebagai cendekiawanku. Saat kami tiba, aku duduk di seberang Roderick dan
menatapnya langsung. “Apa yang ingin kamu bicarakan, Roderick?” Aku bertanya.
Dia untuk sesaat menunduk lalu menatap Philine, Judithe, dan Rihyarda secara bergantian. Akhirnya,
matanya tertuju padaku. “Lord Matthias memintaku untuk berpikir dengan
hati-hati, dan setelah memikirkannya, aku tetaplah ingin bersumpah nama,”
katanya. “Tentu saja, itu hanya jika kamu ingin menerimanya. Aku tahu bahwa
saat ini Kamu tidak ingin menerima sumpah nama. Aku telah diberitahu bahwa aku hanya
akan menjadi beban bagimu sebagai sumpah-nama.
Aku mengangguk
sebagai jawaban, sekarang semakin yakin bahwa Hartmut yang berbicara dengannya.
“Tetapi aku juga
diberitahu bahwa aku harus melakukan yang terbaik untuk mengungkapkan perasaanku
dengan kata-kata,” dia melanjutkan. "Ini adalah satu-satunya
kesempatan untuk berbicara denganmu, di sini di Akademi Kerajaan, jadi... aku berharap
kita bisa bicara." Dia berbicara dengan tenang dan sepertinya memilih
kata-katanya dengan hati-hati. Sangat kontras dengan sikapnya saat pertama kali
kami bertemu.
Saat itu, dia
terlihat sangat gaduh. Seperti pembuat onar.
Roderick jelas
berteman dengan Wilfried; Aku masih ingat tahun pertama kami di ruang bermain
musim dingin, ketika mereka berlarian dan bermain bersama. Dia adalah salah
satu dari anak-anak yang melempar bola salju ke arahku, dan ketika meminjam
bahan ajar, aku sepertinya ingat dia memetik karuta dan bermain kartu di atas
buku bergambar. Aku bisa membayangkan insiden Menara Gading telah mengubah
hidupnya secara drastis.
“Aku memiliki
waktu yang luar biasa selama ruang bermain musim dingin pertamaku,” Roderick
memulai.
Di ruang bermain
musim dingin, ada mainan yang belum pernah dia lihat dan kudapan yang diberikan
sebagai hadiah, terlepas dari status seseorang. Itu adalah lingkungan belajar
yang memungkinkan anak-anak membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya,
dan mainan dapat dipinjam dengan imbalan cerita baru alih-alih uang.
“Awalnya aku
hanya tertarik pada karuta,” lanjut Roderick. “Menang dalam karuta atau kartu remi
adalah satu-satunya cara bagiku untuk mencicipi kudapan lezat itu, jadi aku
mulai menceritakan sebuah kisah kepadamu dengan harapan dapat meminjamnya untuk
berlatih lebih seringa. Di tengah ceritaku, bagaimanapun, aku
kehilangan jejak plot sepenuhnya. Aku mulai mencari cara untuk menyimpulkannya
dan terus mengada-ada seiring berjalannya waktu.”
“Aku ingat. Itu
cerita yang cukup lucu, penuh dengan ide-ide polos...” kataku sambil terkikik,
memikirkan kembali bagaimana matanya dengan putus asa berkeliaran di seluruh
ruangan saat dia memikirkan plot di tempat.
“Aku senang Kamu senang dengan
ceritanya dan terdorong untuk membawakan cerita lain, kali ini untuk kartu remi. Aku ingin
meminjamnya lagi tahun depan, jadi aku meminta orang tuaku untuk menceritakan
sejumlah cerita selama musim semi. Aku benar-benar menantikan ruang bermain
musim dingin berikutnya.”
Roderick juga
bersemangat menantikan turnamen berburu musim gugur, ketika anak-anak
berkumpul untuk bermain sebelum ruang bermain musim dingin. Saat itulah, atas
dorongan beberapa orang dewasa, mereka memulai pencarian mereka untuk menemukan
Menara Gading.
“Kami tidak
pernah tersesat berkat tanda pemandu di pepohonan, tetapi ayahku mengatakan
bahwa hanya keluarga archduke yang diizinkan memasuki menara itu. Aku tidak
tahu bahwa petualangan kecil kami akan berakhir seperti itu; Aku sangat senang
bisa menjelajahi hutan yang biasanya tidak boleh aku masuki.”
Wilfried didakwa
melakukan kejahatan karena memasuki Menara Gading, pun dengan para bangsawan
yang mendorongnya. Dia pada akhirnya hanya menerima hukuman ringan, jadi para
bangsawan pun kemudian hanya menerima hukuman sedang, tetapi hidup Roderick
berubah secara drastis.
“Sebagai putra
dari istri kedua, aku sejak awal tidak menerima perlakukan baik,” jelas Roderick. “Usia dan jenis kelaminku
memberiku banyak kesempatan untuk bertemu dengan Lord Wilfried, dan di mata
ayahku, itulah satu-satunya kebaikanku. Pada saat aku dekat dengan Lord
Wilfried, ayahku akan tersenyum dan memperlakukanku dengan hangat, tetapi
senyumnya menghilang ketika aku jauh dari Wilfried. Seolah-olah dia telah menjadi
orang yang sepenuhnya berbeda. Aku mulai putus asa saat dia mengkritik setiap
kegagalanku —bagaimanapun juga, dialah yang mendorongku untuk memulai
petualangan itu.”
Ayah Roderick
ingin memiliki pilihan untuk masuk ke salah satu faksi, tetapi sekarang dia
tidak bisa lagi mendekati keluarga archduke. Penghinaannya hanya meningkat
begitu kata tentang metode kompresi manaku mulai menyebar.
“Hari-hariku di
rumah dihabiskan dalam kesengsaraan, dan hatiku tenggelam lebih dalam
mengetahui bahwa ruang bermain musim dingin yang aku nantikan bukan lagi tempat
di mana aku dapat dengan bebas menghabiskan waktu bersama teman-teman. Pada
akhirnya, aku menghabiskan waktuku dengan membaca buku. Menyendiri lebih bisa ditahan daripada mencoba bermain-main dengan
orang lain dan menahan semua tatapan menghakimi padaku.”
Satu-satunya
pengetahuanku tentang apa yang terjadi di ruang bermain musim dingin selama
tidur panjangku datang dari Wilfried dan Charlotte. Sekarang setelah aku
memiliki perspektif lain, tampaknya segalanya menjadi sangat sulit bagi
anak-anak dari mantan faksi Veronica.
“Saat itulah
salah satu ksatria penjagamu memberiku sebuah buku yang baru dibuat untuk ruang
bermain musim dingin,” Roderick melanjutkan. “Aku diberitahu bahwa Kamu akan
menunjukkannya sendiri kepadaku, seandainya Kamu tidak diserang dan dipaksa
tidur. Dan di dalamnya... adalah cerita yang kuceritakan padamu.”
Matanya tiba-tiba
menjadi jauh dan berkaca-kaca. Pada saat itu, dia merasa seolah-olah dia tidak
lagi memiliki tempat di ruang bermain. Bukuku telah memberinya tempat untuk
mundur.
"Aku sangat
senang," katanya tegas, tangannya terkepal. “Aku membacanya berulang-kali, dan segera, aku menyadari bahwa ocehanku telah diedit agar berfungsi
dengan baik sebagai sebuah cerita. Sejak saat itu, aku mulai lebih fokus pada
bahasa dari semua yang aku baca. Aku sekarang jauh lebih baik dalam menyusun
kalimat, meskipun aku masih jauh dari sempurna...”
Alih-alih
berfokus pada bermain game di ruang bermain musim dingin, Roderick telah
membaca cerita ksatria dan Alkitab buku bergambar, membuat cerita baru
berdasarkan cerita yang dikumpulkan Philine, dan menulis ulang cerita yang
dikumpulkannya sendiri. Hal itu pasti terbukti cukup sulit baginya, mengingat
minimnya bahan bacaan yang tersedia untuknya.
“Aku yakin usahamu
membuahkan hasil yang sangat
manis,” kataku. “Cerita yang
kamu bawa ke Akademi Kerajaan tahun lalu ditulis dengan sangat baik.”
“Kamu memuji kerja
keras semua orang, tanpa
memandang faksi,” kata
Roderick. “Kamu juga membeli cerita yang aku tulis tahun lalu. Pada hari itu, aku
menyadari betapa aku ingin melayanimu, tetapi aku malah dicurigai. Seperti yang
terjadi, aku adalah anggota dari mantan faksi Veronica yang melakukan kesalahan
yang tidak dapat dimaafkan—kesalahan yang merugikan orang yang Kamu tuntut
sekarang. Aku bisa meninggalkan faksiku segera setelah dewasa dan aku masih
tidak akan dipercaya. Mengamankan posisi dalam layananmu adalah mimpi yang
tidak mungkin tercapai.”
Roderick
memalingkan muka dari kami dan menunduk ke tangannya yang tergenggam sebelum
memaksa dirinya untuk melanjutkan. “Aku tidak bisa menjadi pengikut, tapi
Philine bisa. Dia melakukan hal yang sama sepertiku, tetapi dia masih mencapai
apa yang aku tidak bisa, meskipun dia hanya laynoble. Aku diliputi rasa iri dan
kesal karena aku tidak berada di faksimu.”
Setelah mendengarnya,
Philine dengan menyesal menunduk. Ekspresinya diselimuti empati.
“Aku telah
menerima bahwa aku tidak akan pernah menjadi pengikutmu, Lady Rozemyne, tetapi
kemudian Aub Ehrenfest memulihkan harapanku. Dia memberi tahuku bahwa aku bisa
mendapatkan kepercayaan yang aku butuhkan dengan memberikan namaku kepadamu,” jelas
Roderick. Dia kemudian menatap mataku dan berkata dengan sungguh-sungguh: “Jika
memberikan namaku kepadamu akan membuatku dapat dipercaya maka aku akan
melakukannya. Philine bersumpah setia setelah mengumpulkan cerita, dan aku juga
ingin melakukan hal yang sama.”
Roderick sekarang
meremas tangannya dengan ganas hingga jari-jarinya memutih. "Kumohon,"
katanya, matanya yang cokelat gelap menunjukkan tekad. “Jika aku menulis cerita
yang indah sehingga Kamu mulai menginginkanku sebagai pengikut, apakah Kamu
akan menerima namaku?”
Aku senang
membaca cerita yang dibawakan Roderick padaku; sejauh yang aku ketahui, dia
sudah menjadi pengikutku. Permintaanku untuk mengambilnya sebagai pengikut menerima penolakan, tetapi jika membiarkan dia bersumpah namanya
kepadaku akan mengubah itu, aku bersedia memenuhinya.
Maksudku,
Sylvester yang bilang kita bisa mempercayai orang-orang yang bersumpah nama, kan?
"Aku akan menerima sumpah namamu, Roderick," kataku.
“Lady Rozemyne?!”
serunya, matanya melebar tak percaya.
“Kamu telah
memberiku apa yang paling aku inginkan. Aku akan menerima nama beserta ceritamu.”
“Itu terlihat seperti namanya bukan hal penting bagimu, Lady ...” komentar
Rihyarda, tidak dapat menyembunyikan kekesalannya. Sebenarnya, dia ada
benarnya—mengumpulkan cerita adalah perhatian utamaku, dan aku memercayai
Roderick terlepas dari apakah dia memberikan namanya kepadaku.
“Aku akan
menerima namamu, tapi kita harus membuat persiapan sendiri sebelum kita bisa
menerimamu,” kataku. "Pertama, tolong diskusikan ini dengan hati-hati
dengan keluargamu."
"Itu tidak
diperlukan," jawab Roderick dengan ekspresi sedih. “Hidup dan pilihanku
tidak ada gunanya lagi bagi keluargaku.”
“Apakah orang
tuamu tidak akan menghangatkan hubungan begitu kau terhubung denganku? Aku
berasumsi Kamu bisa memanfaatkannya sebagai kesempatan untuk memperbaiki
jembatan yang pernah terbakar.”
Roderick memejamkan matanya rapat-rapat dan menolak gagasan itu.
“Ayahku adalah alasan Lord Wilfried tidak bisa mempercayaiku. Dia membuatku
kehilangan kebahagiaan di ruang bermain dan kesempatan untuk menjadi pengikutmu.
Aku memberikan namaku untuk mendapatkan kepercayaanmu, bukan demi ayah atau
keluargaku. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan ayahku jika sesuatu yang dia
katakan atau lakukan mengundang kemalangan untukmu, Lady Rozemyne. Aku meminta Kamu
mengizinkanku untuk meninggalkan rumah setelah menerima sumpah namaku.”
Permohonan Roderick untuk meninggalkan keluarga membuatku teringat ketika Lutz ingin melarikan diri dari rumah di
masa lalu. Saat itu, Ferdinand mengatakan bahwa kami perlu mempelajari semua
sisi cerita sebelum mengambil keputusan; mungkin saja semua orang yang terlibat
saling memperhatikan tetapi gagal mengungkapkan isi pikiran dan perasaan mereka
dengan benar. Memang fakta nyatanya adalah ayah Roderick telah menyakitinya
melalui tindakannya, tapi itu saja tidak cukup bagiku untuk menarik kesimpulan.
“Tidak seperti
Philine, aku tidak memiliki cukup informasi untuk memutuskan apakah
meninggalkan keluargamu akan menjadi keputusan terbaik bagimu,” kataku. “Aku
perlu belajar lebih banyak selama sosialisasi musim dingin.”
Roderick tampak menciut
seolah-olah semua ketegangan tiba-tiba terlepas dari tubuhnya. Dia mengangguk
hati-hati dan kemudian tersenyum padaku, matanya menatap masa depan. “Aku akan
membuat persiapan ketika bersumpah
nama. Pertama-tama aku harus
belajar cara membuat batu feystone yang diukir dengan namaku.”
_________________
Pada saat kami
menyelesaikan diskusi, tahun-tahun pertama sudah mulai mengalir kembali ke
asrama, menjaga jarak satu sama lain untuk menghindari tabrakan. Aku tahu
mereka sedang menggendong sesuatu tak terlihat di lengan mereka.
"Cepat
kembali ke kamar kalian," seru Rihyarda kepada anak-anak tahun pertama.
"Berhati-hatilah dan
jangan sampai tabrakan."
Charlotte
mengangguk dengan senyum bangga dan kemudian menaiki tangga. Tahun-tahun
pertama akan menghabiskan sisa hari mereka di kamar sampai Kehendak Suci terserap ke dalam tubuh mereka. Itu membuatku nostalgia.
Setelah makan
malam, yang jauh lebih tenang dengan absennya anak-anak tahun pertama, aku
mulai memutuskan apa yang akan aku lakukan pada hari liburku besok. Rencanaku
akan berdampak pada rencana pengikutku.
"Aku ingin
pergi ke perpustakaan, jika memungkinkan," kataku.
“Lieseleta dan kurasa aku akan meninggalkan asrama untuk mempersiapkan pesta teh
dan acara sosialisasi mendatang,” kata Brunhilde.
Cornelius dan
Leonore diminta untuk berburu feybeast. “Kita perlu menyiapkan bahan-bahan
untuk para archscholas,” kata mereka. Kadipaten dengan beberapa ksatria magang
tampaknya akan mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan semua orang. "Kami
akan mempercayakan pengawalanmu kepada Judithe."
Pesan kolektif
para pengikutku jelas: “Kami memiliki rencana kami sendiri, jadi silakan
duduk dengan tenang di asrama saat kami pergi.”
Saat aku
mengerutkan kening, tidak mau menyerah untuk pergi ke perpustakaan, Hartmut
tersenyum padaku. "Lady Rozemyne, bisakah aku menyarankan untuk membaca
salah satu buku Lord Ferdinand?" Dia bertanya. “Aku percaya Kamu akan membacanya
dengan baik untuk belajar di kamar. Di samping Philine, tentu saja.”
Salah satu
buku Ferdinand?!
Aku langsung
berbalik untuk melihat Hartmut memasang ekspresi yang pada dasarnya mengatakan,
"Kalau begitu, beres." Aku benci bermain di tangannya seperti
ini, tapi aku tidak bisa menahan godaan buku baru. Aku memutuskan untuk
menghabiskan besok dengan melakukan persis seperti yang dia sarankan.
________________________
Keesokan harinya,
setelah sarapan, para pengikutku segera menjalankan keperluan mereka. Brunhilde
dan Lieseleta telah menyelesaikan persiapan mereka dan sudah dalam perjalanan
keluar. “Lady Rozemyne, Lieseleta, dan aku pergi untuk bersosialisasi,” kata
Brunhilde saat mereka menuju pintu.
“Benar,” jawabku.
“Semoga kalian beruntung.”
“Leonore dan aku
akan berburu feybeast untuk bahan-bahan,” kata Cornelius. Tidak hanya mereka
berdua; beberapa ksatria magang lain juga sedang bersiap untuk pergi. Hanya
kebutuhan minimum yang diperlukan untuk melindungi Wilfried, Charlotte, dan aku
yang akan tetap tinggal di asrama. "Pastikan untuk selalu siaga, Judithe."
Setelah pelayanku
dan ksatria magang pergi, Hartmut datang untuk memberi tahuku. “Aku akan
memberikan bukunya kepada Rihyarda,” katanya. "Silakan
kembali ke kamar, Lady Rozemyne."
Aku menunggu
sebentar, dan tak lama kemudian, Rihyarda kembali dengan membawa buku yang diberikan Hartmut padanya. Philine dan aku memeriksanya dengan
cermat.
“Ini sangat
tipis. Aku pikir itu setidaknya akan setebal buku dari Dunkelfelger..." kata Philine. Aku hampir tidak terkejut mendengarnya memakai itu sebagai
tolak ukur, mengingat dia telah menghabiskan waktu
lama untuk menyalinnya. Buku baru itu memang tipis, tapi sepertinya cukup
panjang sehingga aku butuh lebih dari satu hari untuk menyelesaikannya.
“Ini di sini
adalah lingkaran sihir. Aku ingin tahu apakah buku ini tentang membuat
alat-alat sihir...” Aku berpikir keras. Hanya butuh beberapa saat untuk
mengkonfirmasi kecurigaanku, karena buku itu membahas dengan sangat rinci
tentang bahan-bahan yang dibutuhkan untuk alat-alat tertentu dan kualitas
bahan-bahan yang dibutuhkan. Itu bahkan lengkap dengan ilustrasi lingkaran
sihir.
“Ini ditulis
tangan oleh Lord Ferdinand, jadi mungkin ini adalah kompilasi dari hasil
penelitiannya,” Philine menimpali. Dia sering melihat tulisan tangannya saat
membantu di gereja.
Aku mengangguk
setuju sambil terus membolak-balik buku itu. Satu bagian merinci penelitian
para profesor yang telah kami baca di lantai dua perpustakaan Akademi Kerajaan.
Ferdinand pasti membuat ini untuk keuntungannya sendiri.
“Lady Rozemyne,
ada sesuatu di sela-sela halaman-halamannya...” kata Philine, menunjuk secarik
kertas pohon yang telah dimasukkan ke dalam buku. Itu mudah dikenali, karena
warnanya berbeda dari perkamen. Dengan sekilas pandang mengungkapkan bahwa itu
adalah catatan dari Ferdinand; dalam kejutan yang mengejutkan, dia telah
menuliskan apa yang perlu aku ketahui untuk membuat alat sihir yang akan
berfungsi sebagai fondasi perpustakaan ideal yang telah aku bicarakan
dengannya.
“Mari kita
lihat... 'Aku membuat alat sihir ini untuk seorang profesor yang malas. Ini
mengembalikan hal-hal yang Kamu tidak ingin kehilangan kembali kepadamu. Jika Kamu
menambahkan batas waktu ke lingkaran, itu dapat digunakan untuk mengembalikan
buku secara otomatis setelah tanggal jatuh temponya. Pelajari dengan baik dan
belajarlah untuk menambahkan satu lingkaran ke lingkaran lainnya.' Wow.
Ferdinand benar-benar hebat,” pungkasku.
Dia telah memupuskan
perpustakaan impianku karena sama sekali tidak realistis, namun di sini dia
mencari cara untuk membuat ide-ide yang lebih praktis menjadi mungkin. Fakta
bahwa dia telah merancang lingkaran sihir yang tepat tetapi membuatku mencari
tahu sendiri sangat mirip dengan karakternya.
"Aku akan
melakukan yang terbaik."
Aku membaca
sekilas buku itu beberapa kali bersama Philine, mengutak-atik dan bereksperimen
sambil mencoba membuat lingkaran sihir.
"Kita perlu
menempatkan Angin di sini jika kita ingin buku itu dipindahkan, kan?" Philine
bertanya.
“Lihat lebih
dekat. Jika Kamu memasukkan Anging di sana, itu tidak akan aktif karena Kehidupan
di sini. Tapi jika kita menambahkan Bumi di sini, mungkin itu akan sepenuhnya
berbeda. Apa sebenarnya yang harus kita lakukan?”
Sulit untuk
membuat lingkaran sihir baru dengan menggabungkan fungsi dari dua lainnya.
Sebagai tahun kedua, kami sama sekali tidak punya kesempatan.
"Apakah kamu
mengerti ini, Judithe?" Aku bertanya.
“Tahun ketiga tidak belajar tentang lingkaran sihir sekompleks itu, jadi pada
dasarnya aku berada dalam situasi yang sama denganmu,” jawabnya, menggelengkan
kepala dan kemudian mundur selangkah. Dia cepat menyerah sehingga hampir
mengingatkanku pada Angelica. Itu perkembangan yang mengkhawatirkan.
"Judithe,
kamu harus lebih menggunakan kepalamu," kataku. “Mari kita pikirkan ini
bersama-sama. Lingkaran sihir yang membuat benda bergerak secara otomatis ke
tempat tertentu terbukti berguna selama ditter.”
"Kurasa
ksatria tidak seharusnya melakukan hal seperti ini..." gerutu Judithe.
Tetap saja, tiga kepala lebih baik daripada dua, jadi kami membawanya ke dalam
perjuangan kami. Sayangnya, itu bukan mantra sihir untuk membuat segalanya
lebih mudah seperti yang aku perkirakan.
"Aku ingin
mendengar pendapat Hartmut tentang ini," akhirnya aku mengakui. Dia telah
dipilih sebagai pengikutku karena dia adalah murid cendekiawan yang terampil,
jadi mungkin dia akan tahu. Aku menyuruh Rihyarda memanggilnya, tapi saat dia
kembali...
"Hartmut
tidak ada, Lady."
"Benarkah?
Dia tidak menyebutkan rencana apa pun hari ini...” gumamku. Philine mengangguk
dalam ketidakpastian, tapi Judithe tersenyum geli. Ada kilau yang tahu di mata
ungunya.
"Mungkin dia
akan bertemu kekasihnya," katanya. “Jika dia dari kadipaten lain, ini akan
menjadi pertemuan pertama mereka dalam hampir setahun. Sangat romantis!"
Lagi?!
“Apakah maksudmu
dia menipuku? Dia membuatku bersembunyi di kamar dengan sebuah buku sehingga
dia bisa pergi menemui pacarnya...?” Aku bertanya.
"Oh, tidak,
tidak, tidak!" Judithe menjawab, melambaikan tangan sambil buru-buru
mundur. “Itulah yang terlintas dalam pikiran; Aku tidak tahu apakah memang benar-benar begitu. Aku hanya berpikir itu akan lucu.”
"Namun,
sekarang setelah Kamu menyebutkannya, aku ingat Hartmut menolak memberi tahuku
siapa yang dia rencanakan untuk dikawal... Apa kamu tau, Judithe?"
"Sayangnya
tidak. Hartmut baik, memiliki banyak teman, dan selalu berbicara dengan siswa kadipaten
lain untuk mencari informasi. Sungguh bisa siapa saja.”
Dan hari ini
dia melakukan kencan rahasia...
Aku memutuskan
untuk mengintai di aula masuk, berharap untuk menyergap Hartmut ketika dia
kembali, tetapi para ksatria magang segera kembali dari pertemuan mereka.
Mereka menolak keras saat melihatku begitu mereka memasuki asrama.
“Lady Rozemyne,
apakah sesuatu terjadi...?” Leonore bertanya.
"Hartmut
pergi diam-diam," kataku, tetap menatap pintu. “Aku membayangkan dia
berada di tengah pertemuan romantis dengan pasangannya, jadi aku menunggu dia
kembali. Aku harus membuat dia memberitahuku
siapa orangnya.”
“Di dekat pintu
sangat dingin, jadi kamu akan sakit jika terus berdiri di sini. Bisakah Kamu
setidaknya menunggu di ruang umum?” Cornelius bertanya
dengan ekspresi putus asa ketika dia mencoba memberi isyarat agar aku masuk.
“Aku ingin
mengejutkannya, jadi aku akan terus menunggu di sini.”
"Begitu ...
aku akan ganti baju, kalau begitu."
Dengan itu,
Cornelius menuju ke tangga. Leonore mengikuti di belakangnya, meskipun dia
melirikku beberapa kali sebelum dia akhirnya menghilang dari pandangan.
Aku akan menyelidiki rahasianya, apa pun yang terjadi!
Aku berdiri
menunggu dengan tangan di pinggang, dan tak lama kemudian, Hartmut kembali. Dia
melihatku, mengedipkan mata dalam sesuatu yang tampak seperti kejutan palsu,
dan kemudian mengangkat alis. "Ada apa, Lady Rozemyne,
apa yang Kamu lakukan di sini?" Dia bertanya. "Apakah kamu sudah
menyelesaikan buku Lord Ferdinand?"
“Kau pikir kamu
bisa mengalihkan perhatianku untuk mengadakan pertemuan rahasia dengan
kekasihmu, kan? Siapa dia? Apakah itu seseorang yang tidak berani Kamu
perkenalkan kepadaku?”
"Kamu
terdengar seperti istri yang cemburu ..." jawab Hartmut sambil tertawa
kecil. Dia kemudian mengeluarkan seikat kertas, dan aroma menarik dari perkamen
dan tinta membuatku pingsan. Dia memindahkan kertas-kertas itu ke kanan dan
mataku mengikuti. Dia memindahkannya ke kiri, dan seluruh tubuhku ditarik
bersama mereka. “Aku bertemu dengan seorang cendekiawan dari kadipaten lain,”
jelasnya. “Mereka telah berjanji untuk menuliskan sesuatu untukku. Kisah ksatria, tepatnya. Untuk satu-satunya tuanku.
Apakah itu menghiburmu?”
Kisah ksatria, untukku? Oh, Hartmut benar-benar
pengikutku yang paling setia!
“Benar!” seruku.
"Perlihatkan padaku, kumohon!"
Aku mendesaknya
untuk bergegas, dan sebagai tanggapan, dia menyerahkan bungkusan itu kepada
Philine. “Kamu pasti kedinginan kalau sudah menunggu di sini,” katanya. "Aku
sarankan membacanya di kamar."
"Tentu saja.
Judithe, Philine—ayo kita segera kembali,” kataku. Saat aku bersemangat menuju
kamar, aku melihat Cornelius menuruni tangga, baru saja berganti pakaian.
"Aku akan membaca kisah ksatria di kamar," aku
memberitahunya.
"Tunggu
sampai Kamu sudah menghangatkan diri," jawabnya. "Oke?"
Ketika Cornelius
mencapai bagian bawah tangga, aku mendengar dia memanggil Hartmut. Aku melirik,
bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, dan melihat sekilas Cornelius menangkap
feystone atau semacamnya yang telah dilemparkan Hartmut kepadanya.
Jadi, aku mulai
membaca cerita ksatria dari kadipaten lain, setelah benar-benar lupa untuk menanyakan
kepada Hartmut siapa yang telah dia temui.
________________________
Post a Comment