“Kami kembali, Lady Rozemyne,” Brunhilde mengumumkan. Dia dan Lieseleta kembali dari pertemuan pelayan saat aku sedang membaca cerita ksatria yang Hartmut bawakan untukku. Itu pertemuan yang sangat penting, di mana para pelayan berbagi informasi tentang peristiwa antara musim semi dan musim gugur dan mendiskusikan rencana mereka ke depannya. "Ini untukmu—surat undangan dari profesor musik."
Pelayan profesor
musik ternyata turut menghadirinya; mereka memberi Brunhilde surat yang
sekarang dia berikan kepadaku. Itu memberi tahuku bahwa pesta teh kami akan digelar
tiga hari dari sekarang. Awalnya, aku sedikit bingung bahwa tanggal telah
ditentukan tanpa masukanku, akan
tetapi Brunhilde menjelaskan
dengan senyum berkonflik.
“Sudah diketahui
para profesor bahwa semua tahun kedua Ehrenfest telah lulus, jadi mereka
menganggap Kamu tidak punya rencana. Sepertinya mereka juga memahami nilai dan
pelajaran kita. Aku harus mengembangkan keterampilanku lebih jauh sehingga Kamu
bisa memiliki kesempatan untuk menolak bahkan permintaan profesor lain
kali..." katanya, bibirnya mengerucut dengan sedikit kesal.
Ehrenfest baru
mulai menerima undangan dari profesor tahun lalu, jadi tidak mungkin kami
menolak. Meski begitu, Brunhilde bertekad untuk mempelajari tarian yang
merupakan politik Akademi Kerajaan, jadi sepertinya aman untuk menyerahkan
semuanya padanya.
“Lady Rozemyne,
tidak ada kadipaten lain yang lulus tahun kedua di hari pertama, jadi cerita
Ehrenfest menjadi sangat populer di kalangan profesor dan kadipaten lain,” kata
Lieseleta sambil tersenyum lembut. “Kita telah mengundang banyak perhatian
karena berbagai alasan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa semua tahun kedua kita
telah lulus pelajaran tulis, jadi kukira akan ada lebih banyak kesempatan bagimu
untuk bersosialisasi.
Brunhilde
meletakkan tangan di pipi. "Bukankah Lady Charlotte yang akan lebih banyak
bersosialisasi?" dia bertanya. “Undangan akan benar-benar mulai
berdatangan begitu musim sosialisasi dimulai, saat itu Lady Rozemyne akan
kembali ke Ehrenfest untuk Ritual Persembahan.”
“Kalau begitu,
aku perlu bersosialisasi sebanyak mungkin sebelum keberangkatanku, demi
Charlotte. Begitulah tugasku sebagai kakak,” kataku.
Lieseleta
terkikik melihat tekadku yang berapi-api. “Lady Rozemyne, seorang adik senang
kakak mereka mengandalkan mereka dan mengakui pertumbuhan mereka. Kumohon
percayakan setidaknya beberapa sosialisasi kepada Lady Charlotte,” katanya.
Kata-katanya mengingatkanku semasa Tuuli akan memujiku dan ketika dia mengandalkanku
ketika dia ingin bertemu Corinna.
“Jadi seorang
kakak juga harus memuji adik mereka dan mengandalkan mereka untuk mendorong
pertumbuhan mereka...?” Aku bergumam. “Menjadi kakak yang luar biasa adalah
tantangan yang cukup besar. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang bisa dia andalkan.”
"Astaga.
Yah, aku yakin Kamu dapat membuktikan seberapa Kamu dapat diandalkan dengan
berhasil menyelesaikan pesta teh dengan profesor, yang khususnya membutuhkan
kehadiranmu, dan pesta teh berbagi buku dengan Dunkelfelger. Ehrenfest hampir
tidak pernah menerima undangan dari profesor dan kadipaten peringkat atas
sebelumnya.”
Aku memutuskan
untuk mencurahkan segalanya ke pesta teh mendatangku, bersemangat untuk
membantu Charlotte semampuku, dan kemudian mengumpulkan pelayan dan musisi
pribadiku Rosina untuk membahas pertemuan dengan profesor musik. Bel keenam
berbunyi saat kami memutuskan apa yang akan dibawa sebagai hadiah dan lagu baru
mana yang akan dipilih. Hanya satu siswa tahun pertama yang datang untuk makan
malam; sisanya masih belum bisa meninggalkan kamar mereka.
“Lord Wilfried,
Lady Rozemyne, kami telah menerima balasan dari Ehrenfest,” ungkap Ignaz. Dia
membawa surat-surat yang dia terima dari ksatria yang menjaga aula teleportasi.
Hartmut mengambil semuanya, membaca sekilas, dan kemudian memberikan salah satu
surat itu kepadaku.
"Yang ini
ditujukan kepadamu, Lady Rozemyne," katanya. “Yang ini untukmu, Cornelius.
Itu dari ibumu.”
Cornelius menyeringai saat menerima surat itu dan mulai membacanya. Tak
lama kemudian, dia menatap langit-langit dengan kepala di tangan; sesuatu yang
menyebabkan sakit kepala jelas telah terjadi. Dilihat dari ekspresinya, Elvira
menginstruksikan dia untuk mengungkapkan siapa yang dia kawal, atau dia sudah
menyelesaikannya melalui beberapa cara jahat.
Setelah beberapa
saat, aku menatap suratku sendiri. Itu dari Ferdinand—balasan pedas terhadap
semua yang ada dalam laporan kami, tidak diragukan lagi. Tapi pas aku baca
isinya...
“Sepertinya
kamu bahkan tidak tahu apa arti kata 'damai'. Mempelajarinya jelas harus menjadi prioritas terbesarmu.”
Aku menemukan
hampir tidak ada cacian sama sekali. Sebaliknya, hanya ada daftar instruksi
singkat, menyuruhku menyembunyikan pistol air sampai saatnya tiba ketika aku
bisa menunjukkan padanya dan mempercayakan semua sosialisasi yang tidak penting
kepada Charlotte.
Apa...? Tidak
ada teguran. Dia tidak menceramahiku sama sekali.
Aku membaca ulang
surat itu berulang kali, memeriksanya berulang kali. Perkiraanku setidaknya
beberapa halaman mengkritik perilakuku, namun tidak ada satu baris pun yang kejam.
Itu membuat segalanya lebih menakutkan.
"Hartmut,
apakah Kamu benar-benar memasukkan semuanya dalam laporan?" Aku bertanya.
"Apakah Kamu menyebutkan bahwa aku merobek kanopi tempat tidurku menjadi
berkeping-keping dengan pistol air...?"
"Apakah kamu
menerima omelan?" dia membalas.
“H-Hanya omelan
kecil...” kataku sambil mendekap surat itu di dadaku agar dia tidak bisa
membacanya. Aku semakin khawatir.
Apakah aku
sudah melampaui titik tanpa jalan mundur? Apakah dia menganggapku tidak layak
dimarahi lagi...?
Ferdinand adalah
tipe orang yang mengabaikan orang-orang yang tidak dia pedulikan kecuali mereka
secara aktif menghalangi jalannya. Dan ketika mereka menghalainya, dia tanpa
ampun akan membasmi mereka.
Oh tidak. Oh
tidak, tidak, tidak! Ini jauh lebih menakutkan daripada dia marah padaku!
Tidak...
"Apakah
suratnya sangat parah?" Hartmut memberanikan diri. "Kamu terlihat
sangat pucat."
"Aku
baik-baik saja," jawabku. "Aku akan melakukan persis seperti yang
Ferdinand perintahkan padaku!"
Aku akan bersikap
baik! Jadi kumohon, omeli aku, Ferdinand!
Malam itu,
mimpiku adalah tentang Ferdinand yang memarahiku habis-habisan. Itu jelas
sedikit meredakan kecemasanku, ketika aku bangun keesokan paginya dengan
perasaan segar.
Saat aku berjalan
ke ruang makan untuk sarapan, aku melihat beberapa anak tahun pertama keluar
dari kamar dengan Kehendak Suci terserap. Charlotte masih belum terlihat, tapi
itu masuk akal—archnoble umumnya membutuhkan waktu lebih banyak dari laynoble.
“Hari Bumi saja
tidak cukup bagiku,” kata Wilfried. “Aku harus menunggu sampai tengah hari di Hari
Air, jadi kurasa dia akan turun
saat makan siang.”
Aku mengangguk
dan kemudian melirik ke tangga menuju kamar Charlotte. “Kami ada latihan whirling
(pusaran) sore ini. Apakah dia akan baik-baik saja?”
"Tentu
saja," dia meyakinkanku. “Yang paling penting untuk tahun pertama adalah
melihat latihan para senior, ingat? Lagipula latihannya tidak terlalu lama.”
Dia ada benarnya—kandidat
archduke selama bertahun-tahun mempraktikkan pusaran mereka bersama-sama, dan
karena siswa senior diprioritaskan, tahun pertama menghabiskan sangat sedikit
waktu untuk benar-benar melakukan whirling sendiri. Selama tahun pertamaku, aku
telah menghabiskan seluruh kelas whirlingku dengan menonton Eglantine. Adakah
yang bisa lulus tahun ini bahkan dibandingkan dengan bakatnya yang luar biasa? Aku
sedikit bersemangat untuk mencari tahu.
Tentu saja, hanya
kandidat archduke yang berpartisipasi dalam pusaran dedikasi—yang lain akan
fokus pada hal-hal seperti tarian pedang atau musik.
______________________________________
Charlotte telah
dengan aman menyerap Kehendak Sucinya tepat waktu untuk makan siang bersama
kami, dan sekarang dia, Wilfried, dan aku menuju Aula Kecil. Beberapa kandidat
archduke sudah berkumpul ketika kami tiba. Semua orang sudah sangat terbiasa
dengan nilai-nilai Akademi Kerajaan sekarang sehingga mereka segera berpisah berdasarkan
tahun masing-masing dan mulai berlatih.
“Sekarang, siswa senior
akan menunjukkan dasar-dasarnya,” kata profesor. "Tahun pertama dan kedua,
perhatikan baik-baik."
Aku melihat tahun
kelima dan keenam memulai pusaran, tapi tidak ada yang menarik perhatianku
seperti halnya Eglantine. Satu-satunya kandidat archduke yang bisa aku kenali
secara sekilas adalah Adolphine dari Drewanchel dan Rudiger dari Frenbeltag.
Adolphine tampil
sebagai Dewi Angin. Itu peran yang sangat tepat untuk Drewanchel, tetapi ketika
aku melihat Adolphine melakukan whirling, aku mulai bertanya-tanya apakah dia
seharusnya memainkan Dewi Cahaya saja. Dia tentu saja lebih berbakat daripada
gadis yang saat ini mengisi peran itu.
Sementara itu,
Rudiger tampil sebagai Dewa Kehidupan. Tampaknya keputusan yang aneh bagiku,
karena keduanya sama sekali tidak mirip dalam penampilan, tapi itu mungkin
karena Rudiger tidak cukup terampil untuk mengatasi dinding peringkat kadipaten
dan whirling sebagai Dewa Kegelapan atau Dewa Api sebagai gantinya.
Tahun kelima melakukan
whirling agak jauh dari tahun keenam dan dengan ekspresi yang sangat serius. Di
tahun kelima peran seseorang untuk upacara kelulusan diselesaikan, jadi mereka
semua bekerja sangat keras. Di antara mereka adalah Lestilaut dari Dunkelfelger
dan Detlinde dari Ahrensbach, yang masing-masing mengincar peran sebagai Dewa
Kegelapan dan Dewi Cahaya—seperti yang diharapkan dari kandidat archduke dari kadipaten
besar.
Lestilaut
adalah whirler yang sangat bagus...
Poros tengahnya
tetap kokoh dan lurus; mungkin dia telah banyak berlatih di Dunkelfelger.
Detlinde, di sisi lain, tampak... cukup rata-rata. Lagi-lagi, mungkin aku memang
salah membandingkan semua orang dengan Eglantine.
Setelah mengamati
siswa senior untuk sesaat, tahun ketiga dan keempat juga mulai berlatih. Tahun
pertama dan kedua terus menyaksikan siswa senior berlatih sampai ruang terbuka
untuk mereka, seperti tahun lalu.
__________
"Hari baik
untukmu, Lady Rozemyne, Lady Charlotte."
“Selamat siang, Lady
Adolphine.”
Ketika tiba
saatnya kami istirahat, Adolphine mendekat sambil tersenyum. Itu adalah langkah
yang menarik banyak perhatian—tahun keenam dari kadipaten besar dengan sukarela
berbicara kepada siswa junior dari kadipaten peringkat sepuluh. Aku membeku di
tempat, tetapi Charlotte melangkah maju dan membalas dengan ekspresi hangat.
"Kalian tahun-tahun
keenam pasti mahir dalam whirling," katanya. "Aku mendapati diriku
terpesona oleh tarianmu."
"Astaga.
Jika Kamu terus berusaha keras, Lady Charlotte, ini semua akan tampak mudah
bagimu di tahun terakhir,” jawab Adolphine, membalas Charlotte dengan mata
kuningnya. “Kuncinya adalah berlatih setiap hari.”
Saat itulah aku
ingat Charlotte juga telah dipilih oleh Adolphine selama gathering. Aku melangkah maju dalam upaya untuk menghalangi dia dari pandangan;
sebagai kakak, aku perlu melindunginya.
“Lady Adolphine, aku
melihatmu akan tampil sebagai Dewi Angin,” kataku. “Terpikir olehku bahwa ini
peran yang sempurna untuk kandidat archduke Drewanchel, tetapi mengingat
bakatmu, bukankah kamu juga cocok untuk tampil sebagai Dewi Cahaya?”
“Aku menghargai
kata-kata baikmu, Lady Rozemyne, tetapi dalam hatiku, Dewi Cahaya hanya boleh
dimainkan oleh Lady Eglantine. Aku tidak ingin menodai kehormatan itu dengan wahirlingku
sendiri.”
Itu adalah
pendapat yang bisa aku pahami sepenuhnya—Eglantine benar-benar cocok untuk
peran itu. Aku mengangguk setuju, yang menimbulkan tawa halus dari Adolphine.
“Bagaimana
rencanamu, Lady Rozemyne? Ehrenfest menunjukkan keunggulan akademik sedemikian
rupa, aku kira Kamu akan segera mulai bersosialisasi?”
“Kami
menyelesaikan pelajaran tulis lebih awal, tetapi pelajaran praktik kami akan
memakan waktu. Dan dengan Charlotte yang diundang juga, aku yakin itu akan
memakan waktu lebih lama lagi,” jawabku. Tahun-tahun pertama sekarang bekerja
dengan kecepatan yang lebih masuk akal, berharap untuk mencapai dan mengamankan
hadiah untuk nilai tertinggi, dan Charlotte melakukan yang terbaik untuk
memastikan tidak terjadi kesalahan yang tidak perlu.
“Pelajaran praktik
tentu membutuhkan waktu, tidak peduli seberapa baik seseorang
mempersiapkannya,” kata Adolphine. “Aku juga berniat menyelesaikan pelajaranku
segera setelah aku bisa, tetapi kami hampir tidak dapat bekerja seperti yang
dilakukan siswa junior.”
Kelas bertampah
sulit dengan setiap naik kelas di Akademi Kerajaan, dan menerima lebih banyak
tugas untuk diselesaikan, sehingga siswa senior mulai bersosialisasi belakangan. Meski begitu, Adolphine meyakinkanku bahwa dia tetap
akan berhasil bertemu denganku sebelum aku kembali ke Ehrenfest.
“Aku sangat
menantikan pertemuan kita; banyak yang harus kita diskusikan,” tutup Adolphine
sambil tersenyum lalu pergi. Detlinde, Wilfried, dan Rudiger datang tak lama
kemudian. Sepertinya mereka telah menunggu kesempatan.
"Halo, Lady
Rozemyne," kata Detlinde dengan senyum yang sangat ramah. “Aku berniat
mengadakan pesta di antara sepupu lagi tahun ini, jika semuanya baik-baik saja.
Aku berharap untuk menyambut Lady Charlotte ke dalam keluarga kita di sini.
"Aku akan
senang," jawab Charlotte dengan senyum yang sama cerahnya. “Aku belum
memiliki kesempatan untuk bertemu dengan keluarga besarku.”
Jadi, pesta teh
di antara sepupu dijadwalkan. Sama seperti tahun lalu, rencananya akan diadakan
setelah sosialisasi dimulai, yang berarti lagi-lagi aku tidak dapat hadir.
“Aku minta maaf, Lady
Detlinde. Aku diharapkan berada jauh dari Akademi Kerajaan di waktu itu,” kataku. Aku mempertimbangkan untuk menyarankan agar pesta teh
diadakan sedikit lebih awal, tetapi sebelum aku bisa, Detlinde mengerutkan alisnya untuk menunjukkan kekecewaan dan menghela
nafas berat dan menyesal.
"Aduh
Buyung. Kamu akan absen sekali lagi? Sungguh disesalkan, tetapi tugasmu di
rumah cukup penting. Jangan khawatir—aku tidak akan memaksakanmu. Kamu masih
bisa hadir bukan, Lady Charlotte?”
"Be-benar..."
jawab Charlotte; lalu dia menatapku dengan tatapan bertanya. Peranku di gereja
berarti bahwa aku akan absen selama musim sosialisasi—semua orang tahu itu, dan
jelas bahwa Detlinde tidak berniat mengganti tanggal.
Aku sedikit mencemaskan
Charlotte, mengingat Detlinde agak menyebalkan dan tipe orang yang melakukan
hal-hal dengki tanpa alasan... tapi ternyata Detlinde sama seperti Veronica
dalam memperlakukan keluarganya. Dia tampaknya menganggap Charlotte sebagai
kerabat, dan dengan kehadiran Wilfried, mungkin tidak ada yang perlu
dikhawatirkan.
“Erm, Lady
Rozemyne...” terdengar suara pelan.
“Waktu istirahat
sudah berakhir! Murid-murid, kembalilah ke tempat kalian!” teriak profesor.
Hannelore tenggelam sepenuhnya, dan dia memberikan "aw" dengan tenang
saat kami didesak untuk kembali ke latihan kami. Kami bertukar ombak dan
senyum, tetapi hanya itu.
Aku berharap aku
bisa berbicara dengan Hannelore tentang Komite Perpustakaan daripada berbicara
dengan Detlinde...
Sudah waktunya
bagi siswa junior untuk berlatih whirling. Aku sudah lumayan berpengalaman dari
pelajaranku di gereja, jadi dalam kasusku, tantangan terbesar adalah mencoba
tidak memberikan doa yang serius kepada para dewa. Untungnya, aku berhasil
menghindari menyebabkan keributan besar dan akhirnya lulus. Profesor memuji
teknikku, tapi itu semua berkat Ferdinand dan Rosina yang bekerja sama untuk
melatihku setiap hari.
_____________
Aku menghabiskan
keesokan paginya belajar untuk kelasku tahun depan dan mengerjakan lingkaran
sihir pengembalian barang—dengan petunjuk Hartmut. Setelah makan siang, aku
berganti pakaian untuk membuat ramuan dan berjalan ke kelas pembuatan ramuan.
“Hari ini, kalian
akan belajar membuat ordonnanz,” Hirschur mengumumkan. “Bangsawan menggunakan alat sihir ini lebih dari yang lain, tidak memandang
status mereka, jadi sebaiknya kalian menyiapkan banyak ordonnanz.”
Hirschur
menunjukkan langkah-langkah yang diperlukan untuk membuat ordonnanz di atas
kain putih di dinding. Semua orang hanya menyalinnya; tidak ada yang terkejut
kali ini, karena dia menggunakan alat yang sama ketika kami membuat ramuan
peremajaan. Aku belum pernah membuat ordonnanz, tetapi aku pribadi tidak perlu
menuliskan instruksinya—itu sama seperti didalam panduan belajar Ferdinand,
yang berarti aku sudah menyalinnya saat menyiapkan buku pelajaran kami.
Saat Wilfried dan
aku mulai bersiap untuk menyeduh, muncul permintaan tak terduga dari Hirschur:
“Lady Rozemyne, tunjukkan prosesnya, jika berkenan.”
"Profesor
Hirschur, aku belum pernah membuat ordonnanz."
“Oh, aku yakin Kamu
akan baik-baik saja,” jawab Hirschur, mengambil bahan-bahanku dengan satu
gerakan cepat dan membawanya ke depan. Aku tidak bisa menyeduh tanpa bahan-bahan
itu, jadi aku menyerah dan mengikutinya. "Sekarang, Kamu bisa
melanjutkan."
Aku bisa
merasakan siswa lain memperhatikanku ketika aku coba membuat ordonnanz sesuai
dengan instruksi yang ditampilkan. Pertama, aku mengubah schtappe menjadi pena,
menggambar lingkaran sihir yang diperlukan di atas perkamen, dan kemudian
meminta Hirschur memeriksanya jika terdapat kesalahan. Aku
kemudian membersihkan panci yang akan aku gunakan dengan waschen,
menambahkan feystone yang diambil dari burung feybeast elemen Angin, dan mulai
mengaduknya dengan tongkatku.
“Ah, itu meleleh...”
kata seorang siswa ketika mereka menatap ke dalam panciku. Feystone itu rusak
dan berubah menjadi zat seperti gel berwarna kuning.
"Setelah
benar-benar meleleh," kata Hirschur, "tambahkan lingkaran sihir
ini."
Aku mengangkat
perkamenku untuk dilihat semua orang, seolah-olah diberi isyarat, dan kemudian
menjatuhkannya ke dalam panci. Perkamen itu meleleh dalam sekejap, dan
lingkaran itu terbakar menjadi gel kuning. Aku terus mengaduk dan mengalirkan mana— kuncinya adalah bertahan bahkan ketika
lenganmu kelelahan.
Tak lama
kemudian, gel mulai mengeras. Gumpalan-gumpalan yang menempel di panci secara
bertahap ditarik bersama-sama sampai pengadukanku menciptakan suara dentingan
tunggal, dan kilatan terang menandakan bahwa prosesnya selesai. Suara-suara
kagum datang dari kumpulan kerumunan.
“Apakah kalian
ingin lihat?” tanyaku sambil mengambil ordonnanz —yang seluruhnya tampak seperti batu feystone kuning—keluar dari pot dan
meletakkannya di tempat yang bisa diamati semua orang. Lucu melihat siswa lain
merayap lebih dan lebih dekat untuk mendapat sudup pandang lebih baik.
“Ada tiga faktor
kunci untuk berhasil: memastikan lingkaran sihirnya benar, menambahkan
lingkaran sihir hanya setelah feystone benar-benar meleleh, dan terus mengalirkan
mana dengan kecepatan tetap sampai ordonnanz selesai,” kata Hirschur, berbicara
sangat ala-ala seorang profesor.
Aku mengubah
schtappe menjadi normal dan dengan cepat membersihkan panci. Hanya setelah para
siswa kembali ke tempat duduk untuk mencoba prosesnya sendiri, Hirschur
memanggilku lagi.
“Lady Rozemyne,
biarkan aku periksa apakah ordonnanzmu dapat digunakan dengan benar. Kirimkan
padaku.”
Aku mengetuk
ordonnanz dengan schtappe dan berkata, "Berhasil"; kemudian aku
mengirimkannya. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya—feystone kuning berubah
menjadi burung putih, pergi ke Hirschur, dan kemudian mengulangi pesanku tiga
kali sebelum kembali ke bentuk aslinya.
“Bagus sekali,”
kata Hirschur.
“Mohon diingat aku bukan asistenmu,” jawabku. "Apa yang akan Kamu lakukan jika
pembuatan ramuanku gagal?"
Aku cukup
berpengalaman dalam hal membuat ramuan peremajaan, tetapi aku belum pernah
membuat ordonnanz. Aku beruntung berhasil, tetapi jika usahaku berakhir dengan
sia-sia, itu akan membuang-buang waktu. Dia bisa saja melakukan demonstrasi itu
sendiri.
Hirschur
mengangkat alis. “Kesempatan apa yang membuatmu gagal seperti pemula saat kau sangat terampil dalam mempertahankan aliran mana dengan stabil? Lebih jauh lagi, jika Kamu murid Ferdinand, itu kurang lebih
membuatmu menjadi muridku juga, bukan?”
“Um... aku tidak yakin
dengan hal itu,” jawabku. Hasil seperti itu jauh dari yang aku inginkan; Aku
tentu saja tidak berniat menghabiskan waktu semalaman hanya untuk
memperdebatkan alat-alat sihir, juga tidak memiliki stamina untuk itu.
“Belum lagi,”
lanjutnya, “membuat ordonnanzku sendiri untuk setiap kelas akan terlalu
berlebihan bagiku. Bukankah paling logis bagi muridku yang terampil untuk
melakukan demonstrasi?”
"Sudah kubilang, aku bukan—"
“Kalau kamu tidak
sadar, aku berniat untuk menyusun hasil penelitianku menjadi sebuah buku, yang
kemudian akan aku berikan ke perpustakaan...” potongnya sambil tersenyum.
Apa...? Sebuah
buku baru?!
Bibir merah Hirschur melengkung menjadi seringai saat kata-kataku gagal. Itu
adalah seringai jahat—hampir tidak seperti yang Kamu harapkan dari seorang
guru.
“Aku telah
memutuskan bahwa aku akan menunjukkan buku itu kepada murid-muridku terlebih
dahulu,” tambahnya dengan polos.
Ini seperti
kesepakatan dengan iblis... Aku harus memikirkannya dengan hati-hati. Aku tentu
ingin membaca buku itu, tetapi apakah aku perlu membacanya sebelum orang lain?
Maksudku, tidak mudah menjadi murid Profesor Hirschur. Oke. Aku bisa melawan. Aku
bisa membuktikan kesabaranku. Bertahanlah. Aku harus bertahan.
"Ngh... Aku
bukan muridmu," protesku, menolak Hirschur tidak peduli seberapa hancur
hatiku melakukannya.
Aku... Aku berhasil.
Aku menolak iblis. Siapapun itu, puji aku!
Tetapi iblis itu
tidak akan menyerah begitu saja. Dia menatapku dengan terkejut dan meletakkan
tangan di pipi. “Lady Rozemyne... Jika Kamu menjadi asistenku selama sisa
kelas, aku akan meminjamkan buku itu terlebih dahulu padamu sebagai hadiah
khusus.”
Jika Kamu memang
sangat membutuhkan asisten, sejak awal bawa sendiri... adalah apa yang ingin aku katakan, tetapi
apa yang sebenarnya luput dariku adalah kebalikannya. "Aku bukan
muridmu... jadi aku hanya akan menjadi asistenmu di kelas."
Jadi aku
menghabiskan sisa kelas dengan memeriksa lingkaran sihir dengan Hirschur.
Aneh—meski tidak sedikit pun menginginkan itu, ada sesuatu yang
memaksaku untuk setuju.
"Hah. Kamu
asisten Profesor Hirschur sekarang?” Wilfried bertanya padaku.
"Hanya untuk
hari ini," balasku, memonyongkan bibirku dengan kesal saat memeriksa lingkaran sihir yang dia gambar. “Sigil
khusus ini mundur. Gambar ulang.”
Post a Comment