“Ayo, Kamil. Cepat!" Ayah berteriak sambil berlari menuruni tangga. "Kamu menyuruhku untuk bergegas?!" Aku balas berteriak, mengejarnya dengan semua yang kami butuhkan tergenggam di dadaku. "Kita terlambat karena kamu tidak mau bangun dari tempat tidur!"
Hari itu cerah, dan
itu berarti satu hal: parue. Kami bermaksud mengumpulkannya lebih awal, tetapi ibu dan aku butuh waktu lama untuk membuat Ayah
bangun dengan benar.
“Kita kehabisan waktu. Kamil, naik kereta luncur.”
“Tapi Ayah...”
"Cepat! Tidak
akan ada parue
yang tersisa jika terus begini!”
Tidak ada gunanya
berdebat dengannya. Aku menyerah dan naik ke kereta luncur, yang kemudian
ditarik Ayah saat dia mulai berlari. Aku mencengkeram ujungnya agar tidak
jatuh, dan menggembungkan pipi.
Ini menyebalkan. Aku sekarang benar-benar sudah cukup tua untuk berlari.
Aku tahu betul bahwa ini
pilihan terbaik kami—kami terlambat, dan tidak ada kesempatan bagiku untuk
mengikuti Ayah sampai ke hutan—tapi tetap saja. Aku ingin turun dari kereta
luncur sebelum teman-temanku melihatku; mereka semua akan tertawa jika mereka melihatku
ditarik bersama dengan semua barang bawaan.
Aku
bertaruh mereka akan mengiraku bayi yang tidak bisa
mengurus dirinya sendiri. Tapi Ayah yang ketiduran, bukan aku!
"Gunther!" terdengar
suara ketika kami sampai di gerbang. “Ngumpulin parue saat kamu sesibuk ini? Pasti berat.”
"Apa boleh buat,"
jawab Ayah. “Ada sesuatu yang terjadi yang harus aku ketahui?”
Ayah sedang berbicara
dengan seorang penjaga. Kami harus bergegas jika ingin mendapatkan parue, tapi aku tetap diam dan
hanya melihat
mereka; Ayah sebelumnya telah memberitahuku untuk tidak menyela pembicaraan di
gerbang, karena itu berkaitan dengan pekerjaannya.
“Ada banyak wajah baru
di rombongan
panti asuhan yang datang. Lutz dan Gil ada di sana, jadi aku membiarkan mereka
lewat, tapi... apa kau tahu tentang semua ini, Gunther?”
“Mungkin semacam masalah rahasia archduke. Aku
akan tanyakan jika
kita berpapasan dengan mereka di hutan."
Normalnya Ayah sibuk selama musim dingin—selalu ada salju yang harus disekop dan
para pemabuk yang harus diurus—tapi tahun ini dia memiliki lebih banyak
makanan daripada biasanya. Gerbang utara menerima beberapa pekerjaan khusus
dari archduke.
Jika anak yatim ada di sini, apakah itu berarti
Dirk dan Konrad juga akan berada di hutan? Aku tidak sabar melihat mereka.
Selama musim gugur
tahun lalu, ketika aku pergi ke hutan dengan Lutz untuk pertama kalinya, aku
akhirnya bertemu Dirk dan Konrad. Mereka berdua yatim piatu dan seusia denganku, dan mereka
mengerti aku
tidak peduli apa pun yang kami bicarakan. Panti asuhan tempat mereka tinggal juga memiliki
semua mainan dan buku gambar yang dibuat Workshop Rozemyne. Lutz mengatakan
bahwa aku tidak boleh mendiskusikan mainan ini—sekalipun itu mainan favoritku—dengan tetangga mana pun,
jadi aku sangat senang akhirnya memiliki kesempatan untuk membicarakannya.
Aku pernah punya
kakak, Myne, tapi dia sudah lama meninggal.
Bangsawan dan gereja
tampaknya terlibat, dan orang tuaku memberitahuku bahwa Uskup Agung memberiku
mainan dari workshop karena simpati. Itu sikap yang bagus, tapi kami masih
berhati-hati dalam berhubungan dengan bangsawan, jadi aku tidak diizinkan untuk
membicarakan dia atau mainannya.
Aku tidak ingat kapan
pertama kali aku mengetahui tentang Myne. Tetapi satu hal yang aku ingat dengan
jelas adalah Ibu, Lutz, dan Tuuli dengan senang hati berbicara tentang dia,
mengatakan "Myne" ini dan "Myne" itu. Mereka berhenti saat
aku bertanya siapa si "Myne" ini—dan saat itulah aku sadar bahwa dia adalah seseorang yang tidak boleh
kubicarakan. Aku sudah berjanji pada Ayah bahwa aku akan tutup mulut, jadi aku
tidak berencana untuk mengungikit-ungkitnya lagi.
Dulu ketika aku pertama kali pergi ke hutan dengan Lutz, aku diberitahu
bahwa aku dapat membicarakan mainan dengan anak-anak panti asuhan, tetapi tidak tentang Myne. Itu
semua baik dan bagus, memang aku bisa mengatakan sesuatu
tentangnya? Aku tidak pernah
benar-benar mengenal kakakku yang itu.
Lain kali aku melihat
Dirk dan Konrad di hutan, aku memastikan untuk membawa kartu karuta. Dirk
terkadang mengalahkanku, tapi aku selalu menang melawan Konrad. Itu semua
berubah ketika musim semi tiba. Konrad tiba-tiba bermain
dengan jauh lebih baik, dan untuk bisa menang
melawannya menjadi jauh lebih sulit. Frustrasi, aku mulai berlatih dengan Ibu
lebih sering, dan kadang-kadang dengan Tuuli ketika dia pulang.
"Dirk! Konrad!”
Kami tiba di hutan dan
melihat anak-anak yatim berkumpul. Seperti yang penjaga katakan—ada banyak anak
yang tidak dikenal di antara mereka. Pasti ini pertama kalinya mereka mencari
parue, saat
Lutz dan Gil mengajari mereka cara mengumpulkan parue.
“Lutz! Gil!” Ayah memanggil. “Mau bareng? Kamu
akan menawarkan apa yang Kamu temukan kepada Lady Rozemyne, kan?”
Lutz sedikit
mengernyit dan berkata, “Well, aku tidak tahu apakah dia akan kembali tahun
ini...” Lady Rozemyne biasanya kembali ke gereja di pertengahan musim dingin,
tetapi sepertinya itu tidak akan terjadi tahun ini.
"Sebenarnya, kita
akan meletakkan parue yang kita temukan di ruang es," Gil menambahkan sambil menyeringai. “Lady Rozemyne selalu
menantikannya,
jadi kami ingin mempertahankan sebanyak yang kami bisa.”
Ternyata Lady Rozemyne
juga menyukai parue sampai-sampai bersemangat untuk memakannya setiap tahun. Ada tempat di gereja yang pada dasarnya musim
dingin sepanjang tahun, dan parue yang disimpan di sana tidak akan membusuk
bahkan saat
musim semi sekalipun.
Gereja pasti memiliki semacam
tempat aneh.
“Kamil, kamu bisa
pergi mengumpulkan parue bersama anak-anak panti asuhan,” kata Ayah. "Aku
perlu bicara dengan Gil."
"Dimengerti."
Ayah dan Gil pergi
entah kemana. Itu mungkin ada hubungannya dengan pekerjaan lagi. Sementara itu,
Lutz dan aku pergi ke anak-anak panti asuhan. Dirk dan Konrad sedang mengajari
wajah-wajah baru cara mengumpulkan parue.
“Dan karena itulah
kami bergiliran mendapatkan buahnya,” pungkas Dirk. "Haruskah aku
benar-benar mengotori tanganku...?"
“Aw, diam, Bertram! Sudah
berapa kali aku memberitahumu? Tidak ada makanan untuk
yang tidak bekerja!”
Semua anak-anak baru terlihat sangat sombong. Beberapa sedang bersantai, bahkan tidak berpura-pura
mendengarkan nasihat Dirk.
Tidak bisakah dia mengecualikan siapa pun yang
tidak mau memperhatikan?
"Semuanya terlihat sangat berat..." kataku.
“Oh, Kamil. Lama gk ketemu,” kata Konrad ketika dia melihatku. “Semua menjadi jauh lebih sibuk, kami menerima banyak sekali anak baru.
Sepertinya Dirk dan Delia selalu marah tentang satu atau
lain hal di panti asuhan. Kurasa Kamu bisa melihatnya; mereka berteriak-teriak dan semacamnya.”
Di masa lalu, Dirk dan
Konrad mengeluh karena tidak memiliki seseorang untuk diajak bermain, karena hanya ada sedikit
anak kecil di panti asuhan. Tapi sekarang mereka memiliki lebih dari yang
mereka tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin total ada sepuluh anak —dan, menurut Konrad, ada beberapa anak yang
lebih muda lagi di panti asuhan.
Dari mana mereka semua berasal...?
“Kurasa kita bisa bermain karuta di sini di salju,”
kata Konrad. "Kita semua sudah berlatih bersama, jadi kamu akan kalah saat kita bermain
berikutnya."
Dia secara mengejutkan
percaya diri untuk seseorang yang biasanya kalah dan kemudian duduk cemberut. Aku
sebenarnya mulai khawatir. Tentu saja dia dan Dirk semakin
baik dalam bermain ketika mereka
memiliki banyak orang untuk berlatih.
"Aku juga sudah jago," kataku.
“Bahkan mengalahkan Renate tempo hari.” “Renate?”
“Gadis dari Perusahaan Gilberta.”
Sebelum aku bisa
mengatakan apa-apa lagi, Dirk dan Lutz memanggil kami. “Hei, Konrad! Kamil!
Bisakah kalian
membantu kami mengajari tali ke anak-anak ini?”
Aku tidak
menyia-nyiakan waktu sebelum berjalan. Pertama, aku perlu mendemonstrasikan
cara memanjat pohon parue.
______________
Tepat sebelum musim
dingin ketika aku pertama kali bertemu Renate. Tuuli membawaku ke Perusahaan
Gilberta—dan karena ini pertama kalinya aku pergi ke bagian utara kota, aku
mengenakan semacam pakaian bersih yang dia buatkan untukku yang sangat mirip dengan yang
dikenakan untuk pembaptisan. Bangunan di sana jauh lebih berwarna dari gedung yang kami tinggali.
“Sangat cantik, bukan? Cat lama tersapu saat archduke membersihkan
seluruh kota sekaligus, sehingga bangunan harus dicat ulang,” jelas Tuuli. Dia kemudian terkikik dan
menambahkan, "Ingat ketika Tuan Deid menggerutu tentang berapa banyak
pekerjaan yang harus dilakukan?"
Sihir Archduke telah
membersihkan semua dinding kayu di kota dan mengubah jalan kami dan
bagian-bagian batu dari bangunan kami menjadi putih berkilau. Ini sebenarnya
sangat buruk bagi orang kaya karena menghilangkan cat dari tempat mereka
bersama dengan semua kotoran.
“Aku mendengar bahwa situasi menjadi sangat
tegang ketika mereka harus bersiap menerima para pedagang dari kadipaten lain yang berdatangan. Aku yakin Ayah selalu harus berpatroli di
daerah itu.”
Aku tidak begitu ingat
bagaimana kota itu terlihat sebelumnya, tetapi semua orang selalu membicarakan perubahan
yang sangat drastis. Namun, satu hal yang melekat padaku
adalah sesuatu yang Ayah katakan ketika berpatroli bersama tentara lain: “Archduke berencana mengusir kita semua dan membangun ualang kota dari awal, akan tetapi Lady Rozemyne
menghentikannya. Sekarang, kita harus memastikan kota tetap bersih.”
“Ini Perusahaan
Gilberta, tempat aku bekerja,” kata Tuuli saat kami tiba.
“Pastikan untuk
berbicara dengan sopan mulai sekarang.”
Kami naik tangga di
sisi gedung ke lantai dua, kemudian Tuuli mengumumkan kedatangan kami. Dia berbicara dan bertindak sangat, sangat berbeda
dari sikapnya
di rumah. Aku menegakkan punggungku —seperti yang dia dan Lutz ajarkan padaku— saat seorang pelayan
membiarkan kami masuk.
“Jadi kamu Kamil, ya?”
tanya bos Perusahaan Gilberta. "Selamat datang."
Dia kemudian
memperkenalkanku kepada keluarganya. Ada tante Corinna, penjahit Lady Rozemyne yang sangat
Tuuli hormati, dan anak-anak mereka, Renate dan Knut. Ada juga Mark dan bos
Perusahaan Plantin, yang kebetulan berada di sini hari ini untuk membantu
mengajari
Renate.
Aku disuruh bermain
kartu dan karuta dengan anak-anak lain; Mark dan bos Perusahaan Plantin bahkan
bergabung dengan kami. Knut masih sangat muda sehingga dia tidak bergabung, tapi aku kalah
sekitar setengah dari permainanku melawan Renate.
"Sudah kubilang,
bukan?" kata bos Perusahaan Plantin sambil tersenyum. "Aku tidak
menang karena aku sudah dewasa—kamu kalah karena kamu tidak cukup baik."
Renate menggembungkan
pipi dan menatapku. “Bergabunglah dengan Perusahaan Gilberta, Kamil. Kita bisa
terus bermain sampai tingkat kemenanganku seratus persen. Bagaimana menurutmu?"
“Eh...”
Aku tidak tahu
bagaimana harus merespon. Tapi saat aku duduk di sana, kehilangan kata-kata, Pak Otto ikut
tersenyum. “Ide bagus, Renate. Itulah anakku. Kamil,
bagaimana kalau kamu bekerja untuk kami sebagai lehange?”
Terkejut bahwa bos itu sendiri yang mengundangku, aku
melirik Tuuli. Dia bekerja sebagai pembuat tusuk konde Lady Rozemyne di sini,
dan dia bahkan dipercaya untuk mendesain pakaian dan memilih kain untuknya. Sebagai hasilnya statusnya melejit; di mana
kami tinggal, seseorang yang menjadi sesukses ini sebelum dewasa hampir tidak
pernah terdengar. Semua orang menatapnya, dan aku beruntung memiliki kakak sepertinya.
Aku bertanya-tanya ... Apakah bergabung dengan
Perusahaan Gilberta membantuku menjadi luar biasa seperti Tuuli?
Aku agak tergoda. Ayah
mengundangku untuk bergabung dengan tentara dan membantunya melindungi kota,
tetapi bekerja dengan Tuuli terdengar jauh lebih menyenangkan.
Namun, bahkan sebelum aku
bisa mencoba untuk merespon, bos Perusahaan Plantin melepaskan tembakan. "Tidak. Kamil akan bekerja lebih baik
untuk Perusahaan Plantin. Kamu lebih tertarik pada buku dan mainan daripada tusuk
konde, kain, dan rinsham, kan?”
Sama seperti itu, hatiku
beralih ke Perusahaan Plantin. Lutz itu, seperti, satu-satunya orang lain yang
sesukses Tuuli di tempat kami tinggal. Dia menjadi leherl di sebuah toko besar meskipun
dilahirkan disebuah keluarga pertukangan, yang membuatnya sama luar biasanya.
Aku sangat menyukai
mainan dan buku bergambar yang Lutz bawakan untukku. Aku lebih peduli tentang
mereka daripada tusuk konde atau kain, itu sudah pasti. Hal-hal semacam itu
untuk anak perempuan.
“Aku pernah mendengar
dari Lutz bahwa kamu ingin mulai terlibat dalam workshop panti asuhan dan pergi
ke banyak tempat, kan?” bos Perusahaan Plantin melanjutkan.
Aku hanya benar-benar
ingin pergi ke workshop karena Dirk dan Konrad ada di sana, tetapi gagasan
untuk mempelajari bagaimana mainan dan buku bergambar dibuat cukup menarik.
Memikirkannya seperti itu, Perusahaan Plantin tampak jauh lebih baik. Lutz
mengatakan bahwa mereka harus membaca buku yang sudah selesai sebelum orang
lain juga. Itu terdengar hebat.
"Wah, wah,
wah!" teriak bos Perusahaan Gilberta. “Kenapa kamu selalu mencoba mencuri
permata yang kutemukan, Benno?! Bukankah Lutz sudah cukup?!”
“Seolah-olah kamu
membutuhkan seseorang selain Tuuli! Kita harus menempatkan manusia di tempat
mereka akan melakukan yang terbaik!”
Aku mencoba memutuskan
apa yang harus kulakukan, tetapi kedua bos itu malah bertengkar. Renate
menyuruhku untuk segera memutuskan; rupanya, mereka tidak akan berhenti bertengkar
sampai aku mengambil keputusan.
Tidak yakin harus
berbuat apa, aku meminta bantuan Tuuli. Dia tersenyum lembut dan menepuk
kepalaku. “Jangan khawatir, Kamil. Kamu punya banyak waktu untuk memikirkannya
sebelum dibaptis,” dia meyakinkanku. “Profesi yang Kamu pilih akan membentuk
seluruh hidupmu, jadi Kamu perlu mencari tahu apa yang ingin Kamu lakukan
sendiri. Kua boleh saja mengambil inspirasi dari orang lain, tetapi Kau tidak boleh membuat alasan
seperti mengatakan bahwa Kamu hanya mengambil keputusan karena orang lain
menyuruhmu melakukannya. Kamu hanya akan berakhir dengan penyesalan, dan Kamu
tidak akan bisa bekerja dengan baik ketika Kamu menyalahkan orang lain.”
Tuuli kemudian melihat
ke arah kedua bos, masih mengenakan senyum hangatnya, dan berkata, “Dengan kata
lain, kalian berdua — tolong biarkan Kamil memutuskannya sendiri. Jangan mencecarnya.”
_____________
“Ahahaha. Itu pasti berat.
Mereka berdua sangat keras kepala,” kata Lutz, menghangatkan tangannya yang
dingin di dekat api sambil mendengarkan. Dia selalu ada untuk menepuk kepalaku
dan menyemangatiku, dan itu membuatku berharap memiliki kakak seperti dia.
"Lutz ... apa
kamu, uh ... akan menikahi Tuuli?" Aku bertanya. “Dia sudah akan dewasa,
bukan? Terasa seperti semua orang menjadi sangat bersemangat tentang itu.”
Kebanyakan gadis mulai
mencari suami dan mempersiapkan pernikahan saat mereka akan dewasa—dan masuk akal jika Tuuli
akan memilih Lutz, mengingat seberapa sering mereka hang out. Bahkan keluarga kami sepakat bahwa
mereka akan menjadi pasangan yang serasi, yang merupakan pertanda baik, karena
hubungan keluarga berdampak besar pada pernikahan. Pun dengan fakta bahwa,
bahkan dengan semua keberhasilan mereka, tidak mungkin salah satu dari mereka
memiliki uang untuk menikah dengan orang lain dari toko besar.
“Yah, aku mengerti
semua orang bersemangat, dan jika kami menikah akan menjadi pilihan teraman...
tapi siapa yang tahu? Mungkin tidak akan terjadi dalam waktu yang lama. Tuuli patah hati, tahu.”
"Apa?!"
"Ups ... Itu
seharusnya rahasia."
“Ayolah, Lutz! Kamu
harus memberitahuku sekarang! Siapa itu?! Maksudku, Tuuli sangat pandai
menjahit dan bekerja sangat keras dan...”
Tidak ada laki-laki
hidup yang tidak akan mendapati diri mereka menatap Tuuli, jadi bagaimana
mungkin ada orang yang menolaknya? Aku mungkin sedikit bias, tetapi aku juga
benar-benar percaya itu. Mungkin itu ada hubungannya dengan status sosialnya
dan keluarga kami atau semacamnya, karena orang tua kami sering
membicarakannya.
Pada akhirnya, Lutz
menolak untuk memberi tahuku, tidak peduli berapa kali aku bertanya. “Aku ingin
membicarakanmu, bukan Tuuli,” katanya sambil menyeringai. “Kamu sudah mengambil
keputusan, kan? Aku bisa melihatnya di wajahmu.”
Aku balas tersenyum
padanya. “Aku ingin bekerja dengan Perusahaan Plantin. Aku lebih suka bekerja
dengan buku dan mainan daripada melindungi kota atau menjual tusuk konde.”
“Ah, Myne... Kamu
benar-benar membesarkannya menjadi kutu buku, ya?”
Lutz menggumamkan
sesuatu yang terlalu pelan untuk kudengar. Aku memintanya mengulangi, tetapi
dia hanya menggelengkan kepala. Dia memiliki banyak rahasia yang melebihi dugaanku.
“Jika Kamu benar-benar
ingin bergabung dengan Perusahaan Plantin, maka Kamu harus segera meminta izin Paman
Gunther dan yang lain untuk belajar di sana,” kata Lutz. “Ini juga saat yang
tepat, karena sekarang badai salju sudah mulai tenang.”
"'Belajar'?"
“Aku sebagai anak tukang kayu mengalami
kesulitan untuk jadi pedagang, dan sekarang Kau akan merasakan kesulitan
sebagai anak
seorang prajurit. Kami akan membiarkanmu menginap di Perusahaan Plantin selama sekitar sepuluh hari
dan melatihmu sebanyak yang diperlukan.”
Aku sudah bisa membaca
dan mengerjakan hitung-hitungan berkat mainan dan buku bergambar, tetapi
ternyata masih banyak lagi yang perlu aku ketahui tentang pola pikir seorang
pedagang dan cara dunia mereka bekerja. Menerima saran Lutz jelas merupakan
pilihan terbaikku, karena dia sendiri sudah menempuh jalan ini.
“Aku akan berbicara
dengan Mark dan Master Benno,” kata Lutz, “tetapi aku cukup yakin mereka akan
segera menerimamu.”
"Benarkah?!"
Lutz menyeringai dan
mengangguk. “Toko menjadi lebih sibuk di musim semi, dan tahun depan akan lebih
ramai dari biasanya dengan perjalanan kami yang akan datang ke Kirnberger. Aku
punya lebih banyak waktu luang di musim dingin. Aku di bawah umur dan belum
bisa pergi ke kastil, jadi begitulah.”
Di akhir musim dingin,
Master Benno dan leherlnya sibuk pergi ke kastil—tetapi Lutz selesai begitu dia
selesai menyiapkan buku dan bahan ajar dari Workshop Rozemyne.
“Kamu harus melatih
bahasa, sikap, dan etikamu,” Lutz melanjutkan, menjelaskan semua area yang perlu
aku latih. “Tapi pertama-tama, pastikan untuk meminta izin dari ibu dan ayahmu.
Hidup sulit ketika Kamu tidak memiliki dukungan orang tua.”
Dia sepertinya
berbicara berdasarkan pengalaman, tapi aku tidak khawatir. Ibu dan Ayah pasti
akan mengerti. Rasanya seperti pintu menuju masa depanku tiba-tiba terbuka
lebar, dan kesadaran itu membuatku sangat senang.
"Lutz, aku akan
melakukan yang terbaik."
"Ya. Harus begitu.”
______________
Terdengar bunyi
gedebuk pelan saat parue mendarat di
salju di dekatnya. Anak-anak baru mendapatkan buah dari pohon, jauh lebih cepat
daripada yang aku dan Lutz bisa. Hal yang sama berlaku untuk Dirk dan Konrad.
"Kenapa terlihat sangat
mudah untuk mereka?" Aku bertanya.
"Entahlah? Oh
lihat. Paman Gunther melambai. Sepertinya kamu sudah bangun, Kamil.”
"Benar!"
Aku memanjat pohon
parue untuk bertukar tempat dengan Ayah. “Kita hampir selesai, Kamil. Kamu urus
sisanya,” katanya sambil melewatiku dalam perjalanan turun.
Aku melepas sarung
tangan dan meraih parue pertama dengan batangnya, coba menghangatkannya. Dirk
melihat dari dahan terdekat saat aku menunggu dan berkata, “Kamu tampaknya dalam suasana hati yang baik, Kamil.
Bukankah tanganmu membeku?”
“Benar, tapi... Dirk, saat musim semi tiba, aku
mungkin bisa pergi ke panti asuhan untuk melihat Workshop Rozemyne. Lutz
mengatakan Lady Rozemyne akan memberiku izin jika aku bergabung dengan
Perusahaan Plantin.”
"Benarkah?! Aku
tidak sabar!” seru Dirk, tersenyum kegirangan. Gagasan suatu hari akan bekerja
dengan dia dan Konrad terdengar luar biasa.
Cahaya mulai masuk
melalui ranting-ranting di atas kami, menandai akhir dari pertemuan kami. Parue
mulai bersinar seperti permata, dan pepohonan melambai-lambai seolah tiba-tiba
hidup kembali, membuat suara gemerisik keras.
Aku langsung turun dan
melihat pohon parue mulai menghilang.
Anak-anak baru yang
melihatnya untuk pertama kali benar-benar terkejut. Pepohonan membentang, naik
ke udara, lalu menukik ke bawah dan lenyap sepenuhnya.
Sudah waktunya bagi
semua orang untuk kembali ke rumah, jadi kami menaruh sekeranjang parue kami di
kereta luncur dan mulai berjalan pulang. Ayah ingin memastikan anak-anak panti
asuhan pulang dengan selamat, jadi kami menemani mereka sampai gerbang.
Kembali ke kota lebih
sulit dari meninggalkannya, dan karena penjaga siang tidak akan menjadi orang
yang sama yang melihat Lutz dan yang lainnya keluar, anak-anak yatim baru
mungkin akan ditolak masuk. Ayah akan berbicara dengan siapa saja yang bertugas untuk
memastikan mereka diizinkan masuk.
“Sekarang situasi agak
menegang, jadi para penjaga tidak akan membiarkan kalian lewat hanya karena
mereka mengenali kamu dan Gil,” Ayah menjelaskan kepada Lutz. “Pastikan kalian menghubungiku
sebelum melakukan ini lagi. Mereka lebih mempercaiku.”
"Terima kasih, Paman
Gunther."
Seperti yang dia
janjikan, Ayah berbicara dengan para penjaga dan membawa masuk semua anak panti
asuhan ke kota tanpa masalah. Kami melewati gerbang, dan anak-anak yatim
kembali ke panti asuhan.
Dalam perjalanan
pulang, tepat sebelum berbelok di tikungan, Ayah memberikan parue kepada Gil.
"Berikan ini ke Lady Rozemyne," katanya.
"Aku akan
menyimpannya di ruang es dan memastikan dia mendapatkannya." "Aku mengandalkanmu."
Tidaaaaakkkkk... Paruekuuuu...
Itu sangat sulit
dikumpulkan, tetapi Ayah selalu memberikan satu parue ke panti asuhan untuk Lady Rozemyne.
Aneh—Dirk, Konrad, dan semua orang di keluargaku tampaknya terlalu menyayangi
Lady Rozemyne, meskipun dia sering mempekerjakan kami.
________________
Malam itu, setelah
makan malam, aku memberi tahu orang tuaku bahwa aku memikirkan sesuatu. Mereka
saling bertukar pandang dengan cemas, lalu Ibu mulai menuangkan teh. Ayah
bergerak sedikit di kursinya, menyesap cangkir yang diletakkan di atas meja
untuknya, lalu menatapku dengan penuh perhatian.
"Ada apa?"
dia bertanya, suaranya beberapa kali lebih rendah dari biasanya.
Aku khawatir mereka
akan menolak, tetapi aku mengepalkan tangan dan menatap mereka secara langsung.
"Ibu. Ayah. Aku ingin membuat buku dengan Lutz!” aku mengumumkan. “Aku
ingin bekerja di Perusahaan Plantin dan menyebarkan buku-buku baru!”
Tiba-tiba ibu dan ayah
berlinang air mata. Aku tidak mengerti. Aku mengira mereka akan menolak, atau
Ayah menanyaiku tentang alasan mengapa aku tidak ingin menjadi prajurit.
"Apakah kalian
tidak menginginkan aku...?" tanyaku, memiringkan kepala ke arah mereka.
"Tidak,
tidak," kata Ibu, menyeka air matanya. Dia berdiri, langsunga mendekatiku,
dan mulai membelai kepalaku dengan ekspresi bertentangan. “Jika kau memang
ingin membuat buku, maka aku tidak akan menghentikanmu. Aku mendukungmu.
Lakukan yang terbaik."
Ayah mengangguk
setuju. Dengan kata lain, aku sekarang mendapat izin untuk belajar di
Perusahaan Plantin.
Aku akan membuat buku! Aku akan tumbuh menjadi
seperti Lutz!
Post a Comment