“Maafkan aku, Dahlia. Aku ingin membatalkan pertunangan kita.”
Itu adalah hari pertama Dahlia dan tunangannya
bersama di rumah baru mereka. Mereka pindah lebih dari satu jam yang lalu.
Pengumuman tiba-tiba tunangannya bagi Dahlia
terasa seperti game otome. Itu nasib yang menimpa villian, bertekad memiliki pangeran tampan dalam genggaman,
di upacara
kelulusan sekolah. Tapi tidak ada gadis muda yang begitu jahat di ruangan itu sekarang; benar-benar hanya
mereka berdua. Sepertinya pikiran Dahlia hanya berusaha mengalihkan
perhatiannya dari kenyataan.
"Apa aku bisa menanyakan alasannya?"
Mata Tobias—tunangannya—coklat muda yang
familier berkaca-kaca.
"Aku... menemukan cinta sejatiku."
Agar Dahlia tidak tertawa terbahak-bahak pada
saat itu, diperlukan pengendalian diri yang patut dipuji.
Dunia mereka penuh dengan sihir, monster,
ksatria, dan penyihir. Hal-hal seperti itu hanyalah khayalan bagi Dahlia sampai
hari dia bereinkarnasi. Dalam kehidupan lamanya, dia lahir dalam keluarga biasa di Jepang. Dia bersekolah di sekolah menengah dan
perguruan tinggi, kemudian mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan yang
memproduksi peralatan rumah tangga. Meskipun dia berharap untuk tetap berada di departemen
manufaktur, di tahun kedua dia dipindahkan ke posisi yang melayani keluhan pelanggan. Itu pekerjaan yang
melelahkan dan menghancurkan jiwa. Suatu larut malam, saat bekerja lembur, dia
tiba-tiba merasakan sakit luar biasa yang menusuk dadanya. Itulah hal terakhir
yang dia ingat.
Dia hanya bisa menduga dia mati karena serangan
jantung.
Kali berikutnya dia membuka mata, dia
mendapati dirinya berada di dunia ini, dalam tubuh seorang anak kecil. Nama
barunya adalah Dahlia Rossetti. Berbeda dengan bunga yang menjadi dasar dari namanya,
penampilan Dahlia agak pendiam. Jika Kamu
tidak enakan, Kamu bisa memanggilnya polos. Reinkarnasinya tidak berjalan
seperti cerita yang dia baca di kehidupan lamanya—alih-alih bergelimang harta
dan berdarah biru, dia terlahir kembali dalam keluarga pembuat perkakas.
Namun, alat yang mereka buat bukanlah palu dan
pahatan
biasa. Di dunia fantasi ini, bahkan pengrajin rendah hati pun bekerja dengan sihir.
Ayah Dahlia, Carlo Rossetti, adalah ahli
pembuatan alat sihir. Dia
sangat hebat sampai-sampai raja menjadikannya seorang
baron kehormatan (sayangnya, gelar yang
tidak diwariskan). Dahlia dibesarkan dengan dikelilingi
alat-alat sihir, dan dia tidak pernah ingin melakukan sesuatu selain mengikuti
jejak ayahnya.
Carlo memiliki seorang pedagang di antara
teman-teman dekatnya. Ketika Dahlia berusia sembilan belas tahun dan masih pembuat alat
pemula, diputuskan bahwa dia akan menikah dengan putra kedua saudagar
itu—Tobias Orlando, pemuda yang sekarang duduk di hadapannya. Tobias juga
seorang pembuat alat dan magang di bawah bimbingan ayahnya. Dia sekarang
bekerja untuk perusahaan ayahnya, Orlando & Co., menangani pengembangan dan
penjualan alat sihir mereka. Dia berbakat secara akademis dan juga tampan—di antara orang
biasa seperti mereka, dia cukup menarik.
Dahlia dan Tobias berniat untuk menikah begitu
dia berusia dua puluh tahun dan dia berusia dua puluh dua tahun, akan tetapi
kematian mendadak ayah Tobias menyebabkan keluarga tersebut mengalami masa
berkabung. Kemudian, ketika masa berkabung berakhir dan hari pernikahan
pasangan itu semakin dekat, ayah Dahlia mengikuti temannya ke kuburan.
Bahkan menurut standar dunia ini, keduanya pergi sebelum waktunya.
Dahlia merasakan sesuatu tentang penyebabnya. Meski dia telah mencoba berkali-kali untuk merelakannya, ayahnya
adalah seorang peminum berat sampai akhir hayatnya.
Dua tahun telah berlalu sejak pertunangan awal
Dahlia dan Tobias. Akhirnya, setiap formulir telah ditandatangani, dan
akhirnya ada jeda dalam pekerjaan mereka. Mereka pindah ke rumah baru, dan
besok, mereka akan mendaftarkan pernikahan mereka secara resmi. Setidaknya, begitulah rencananya.
Mereka berdua duduk diam di seberang meja
ruang tamu.
Mata Dahlia tertunduk, dan dia hanya menghela
nafas.
Ini tidak terasa nyata. Tentunya dia
seharusnya menangis, atau marah, atau semacamnya.
Sebaliknya, dia hanya merasa sangat, sangat lelah.
Tetap saja, tidak baik hanya duduk di sini.
Mereka harus mencari tahu apa yang sekarang harus dilakukan.
"Siapa dia?"
Setelah jeda, Tobias berbicara tanpa berbohong. “Emilia. Emilia Tallini.”
Menyadari namanya, Dahlia langsung mengingat wanita
muda yang memilikinya. Emilia mulai bekerja di Orlando & Co. sebagai
resepsionis beberapa bulan lalu. Dia adalah gadis yang manis dan lembut dengan
rambut berwarna madu, mata cokelat yang hangat, dan tubuh mungil. Dia sangat
berbeda dari Dahlia, yang perawakannya tinggi adalah satu-satunya ciri khasnya.
Dia terkejut karena Tobias menyukai makhluk kecil seperti anak kucing seperti
itu.
"Aku berniat menikahinya."
"Jadi begitu." Dia tidak bertanya.
Dia bisa merasakan sakit kepala menerpanya. "Kalau begitu, kita harus membereskan berkas."
“Yang harus kita lakukan hanyalah
menyetujuinya, bukan?”
Andai saja hidup sesederhana itu, dia ingin mengatakan itu, tetapi dia menggigit lidahnya untuk saat ini.
Sejak bertunangan, mereka berdua telah bekerja
di bawah pendaftaran bersama dengan Guild
Dagang. Untuk mengantisipasi pernikahan, mereka
masing-masing menanggung separuh biaya pembangunan rumah baru mereka. Kontrak
ini harus diakhiri, namanya diubah.
“Kita pergi ke Guild Dagang bersama ayah kita dan menyerahkan sertifikat pertunangan, ingat?
Ada bagian dalam dokumen itu untuk membatalkan pertunangan. Kita harus mengubah
pendaftaran gabungan ke guild menjadi terpisah juga. Jika Kamu akan menikahinya, Kamu harus
menyelesaikan itu dengan benar.”
“Benar, sertifikat pertunangan. Aku ingat
sekarang."
“Kita akan pergi ke guild siang ini dan
mencari tahu apa yang perlu dilakukan. Apakah jam dua kau bisa melakukannya?”
"Ya."
Dengan penyelesaian itu, seharusnya tidak ada
alasan baginya untuk berlama-lama, akan tetapi dia hanya duduk sambil menggaruk pelipis
kanannya dengan jari. Dia tahu dia melakukan itu saat dia memiliki sesuatu yang tidak nyaman untuk
dikatakan.
"Apakah ada sesuatu yang lain?"
"Yah, dia, uh... Dia bilang ingin tinggal
di sini."
Tobias-lah yang mengawasi sebagian besar
pembangunan rumah. Satu-satunya bagian yang banyak Dahlia bicarakan adalah workshop
yang seharusnya mereka gunakan bersama, jadi dia tidak terlalu memiliki ikatan
dengan tempat itu.
Tetap saja, kehilangan tunangan cukup
menyedihkan tanpa mendengar bahwa cinta barunya sangat ingin pindah ke rumahmu.
“Setelah menyelesaikan keuangan, kita akan menyerahkan
kepemilikan bersama atas rumah itu kepadamu. Lalu aku akan mengembalikan
barang-barangku ke rumah secepat mungkin.”
"Maafkan aku."
Tanpa sepatah kata lain, Tobias bangkit dan
pergi.
Untuk beberapa saat, Dahlia hanya duduk
menatap meja. Baik dalam kehidupan lamanya maupun kehidupan ini, dia selalu memiliki sedikit kecenderungan untuk
membungkuk.
Dahlia di kehidupan lamanya belum pernah
menjalin hubungan, apalagi menikah. Bahkan di sini, butuh waktu sampai dia
hampir dua puluh tahun.
Dan sekarang, tepat ketika dia mengira
kehidupan cintanya akhirnya bersemi...
“Kalau terjadi apa-apa, biarkan Tobias
menjagamu,” kata ayah Dahlia padanya. Dia yakin dia
tidak pernah membayangkan akan berubah seperti ini.
Besok adalah hari dimana mereka berencana
untuk mendaftarkan pernikahan di balai kota; mereka tidak pernah benar-benar
menikah. Meskipun begitu, mereka menghabiskan dua tahun penuh bertunangan satu sama
lain. Hampir semua teman dan kenalan mereka mengetahuinya. Tidak diragukan lagi
perpisahan mereka akan membawa banjir simpati dan gosip. Gagasan itu membuatnya
semakin tertekan.
Ada juga fakta bahwa, hingga saat ini, dia
mendapatkan semua bahan untuk pembuatan alatnya melalui Orlando & Co.
Begitu dia dan Tobias tidak lagi bertunangan, mungkin mereka akan berhenti
berbisnis dengannya. Bahkan jika tidak, itu akan menjadi pengaturan yang sangat
canggung.
Semakin dia memikirkannya, sakit kepalanya
semakin memburuk.
Ingatan tentang hari dia dan Tobias
bertunangan terlintas di benaknya. Dia ingat sesuatu yang dia katakan padanya setelah
basa-basi awal.
"Kamu sangat tinggi, bukan?"
Dia memang agak tinggi untuk seorang wanita,
sedangkan Tobias agak pendek untuk seorang pria. Perbedaan tinggi badan mereka
sekitar tiga sentimeter. Dengan sepatu hak tinggi, Dahlia tentu saja lebih
tinggi. Setelah hari itu, dia berhenti memakai sepatu hak, selalu memakai
sepatu flat.
Rambut merah tentu terlalu cerah, kata Tobias,
jadi dia mengecatnya menjadi cokelat tua dan mengkuncirnya.
Tobias tidak menyukai siapa pun yang
penampilannya menarik perhatian, jadi Dahlia menukar kacamata berbingkai
peraknya dengan kacamata berbingkai hitam dan membuat lemari pakaiannya yang
sudah kusam menjadi lebih kusam, sampai yang dia kenakan hanyalah warna biru
tua dan abu-abu tua.
Dua tahun terakhir ini, dia sangat
berhati-hati baik di tempat kerja maupun di rumah untuk menjadi istri yang
ideal bagi Tobias. Sepertinya dia, bagaimanapun, tidak pernah memandangnya seperti itu.
Dia juga mengingat hal lain—sesuatu tentang
pekerjaan di kehidupan lamanya.
Setiap kali dia meminta maaf kepada pelanggan
yang mengeluh, dia akan menundukkan kepala. Setiap kali bosnya membentaknya
karena tidak menangani keluhan dengan cukup cepat, dia akan menundukkan kepala.
Setiap kali dia memikirkan tentang teman-teman yang semakin jauh yang tidak
sempat dia hubungi, dia akan depresi dan menundukkan kepala.
Dia masih menggantung kepalanya saat merosot di atas
meja dan mengembuskan napas terakhir di dunia itu. Hal terakhir yang dia lihat
sebelum dia mati adalah meja itu.
“Ini harus dihentikan.”
Dahlia melihat ke atas dan ke luar jendela, di
mana sinar matahari masuk ke dalam ruangan.
Dalam kehidupan sebelumnya, dia berusaha keras
untuk menyenangkan semua orang yang akhirnya membunuhnya. Dalam hal ini, dia
telah melakukan semua yang dia bisa untuk menjadi wanita ideal Tobias, dan inilah
yng terjadi.
Dia telah diberi kesempatan kehidupan kedua.
Apakah dia benar-benar ingin menggunakannya seperti ini?
Cukup. Sudah waktunya dia mengangkat kepalanya
tinggi-tinggi.
Dia tidak akan menyembunyikan apa yang dia sukai dan apa yang
tidak dia sukai lagi. Dia cukup beruntung memiliki pekerjaannya sebagai pembuat alat sihir, yang dia sukai. Dia
mampu menghidupi dirinya sendiri; dia tidak perlu bergantung pada orang lain.
Dia akan bekerja keras, dia akan pergi ke mana dia suka, dan dia akan makan dan
minum apapun yang dia suka.
Mulai sekarang, dia akan menjalani kehidupan dengan
caranya sendiri.
Dipenuhi dengan semangat baru, Dahlia berdiri.
Langit musim semi di luar sangat cerah dan biru hingga menyengat matanya.
Post a Comment