Update cookies preferences

Ascendance Of A Bookworm Vol 10; 4. Upacara Pembaptisan dan Debut Musim Dingin Kami

 Prolog




Situasinya mirip dengan Upacara Starbind, hanya saja sekarang terdapat lebih banyak tatapan menghakimi yang menilaiku saat aku berjalan di tengah aula. Tempo musik yang dimainkan membuatku merasa seperti sedang terburu-buru, dan aku mati-matian menggerakkan kakiku agar tidak jatuh di belakang Wilfried.

Di antara penonton, aku dapat melihat beberapa yang mengenakan seragam ksatria seperti Karstedt, mengenakan pakaian pejabat-cendekiawan seperti Justus, dan sisanya mengenakan setelan pelayan. Sisanya dirias dengan berbagai pakaian mewah dan berenda.

Analisisku tentang apa yang orang kenakan membuatku percaya bahwa penempatan seseorang di aula tergantung pada status; laynoble diposisikan paling dekat dengan pintu masuk, sementara yang berstatus tinggi berada di dekat altar. Tampaknya para ksatria dan cendekiawan bersama, tetapi mereka semua ditemani oleh wanita dan anak-anak berpakaian mewah yang mengenakan jubah Akademi Kerajaan atau hanya pakaian terbaik mereka. Dengan kata lain, keluarga tetap berkumpul.

Aku ingin tahu apakah kakak dan ibuku bersama di depan,,,,,? aku merenung. Dan tidak lama kemudian aku menemukan Elvira di barisan paling depan dekat tengah, dengan Eckhart tepat di belakangnya. Lamprecht dan Cornelius tidak bersama mereka karena mereka sedang bertugas mengawal.

Altar berada di tengah panggung, dan Ferdinand berdiri di depannya mengenakan jubah pendeta ritualnya. Sylvester dan Florencia berada di sebelah kirinya, menghadap ke panggung bersama dengan pelayan dan pengawal mereka. Aku perhatikan mereka berdua melihat ke arah kami, bersama dengan Karstedt, jadi aku tersenyum.

Rosina dan musisi lain dengan harspiel mereka berada di sebelah kanan Ferdinand, juga menghadap ke panggung, dan di samping mereka ada sejumlah bangsawan yang memegang cincin sihir. Cornelius, Angelica, dan Lamprecht juga dekat, yang memberi tahuku bahwa pertemuan para bangsawan adalah pertemuan yang berhubungan dengan anak-anak yang dibaptis.

Ah, begitu. Aku sekarang putri Archduke, jadi Ibu dan Eckhart tidak bisa bersama keluarga atau pelayanku .

Sebaliknya, mereka berdua bersama dengan archnoble biasa lainnya. Fakta bahwa mereka tidak dapat dimasukkan ke dalam keluargaku membuatku merasa agak sedih.

Aku ingin tahu di mana Rihyarda dan Oswald berada? pikirku, menyadari bahwa mereka tidak masuk melalui pintu masuk dan tidak berada di samping panggung. Aku mencari-cari mereka dan akhirnya melihat mereka masuk melalui pintu lain. Kerumunan memberi jalan saat mereka masuk, dan dalam waktu singkat, mereka pun berbaris di depan panggung.

Ketika kami berhenti di depan panggung, Ferdinand memberi isyarat agar kami naik ke altar. Kami segera menurutinya dan berbaris di depannya.

Empat anak akan dibaptis, di antaranya adalah mereka yang tinggal sangat jauh dari kota Ehrenfest sehingga mereka tidak dapat mengundang Pendeta selama musim kelahiran mereka. Meskipun ada beberapa anak, seluruh proses berjalan seperti saat upacara pembaptisanku sendiri: Ferdinand membacakan kisah-kisah Alkitab dengan suara bergemanya, lalu memanggil nama setiap anak.

"Philine," katanya, dan seorang gadis melangkah maju. Itu adalah gadis yang beberapa saat yang lalu menatapku dengan tidak nyaman di ruang tunggu. Dia mencengkeram tongkat sihir yang dia ulurkan—alat penghisap mana yang sama dengan yang kupegang selama upacara pembaptisanku—dan begitu tongkat itu mulai bersinar, para bangsawan bertepuk tangan untuk merayakannya.

Aku bisa menebak bahwa jika mana seseorang sangat terbatas dan tidak bisa membuat alat itu bersinar, mereka tidak akan diterima sebagai bangsawan. Tetapi bayi memiliki mana yang diukur saat lahir dan sepanjang masa kanak-kanak mereka saat mereka tumbuh, jadi sangat jarang hal itu benar-benar terjadi.

Setelah itu selesai, alat sihir itu ditekan ke medali untuk mendaftarkan mananya. Seorang anak diakui sebagai bangsawan Ehrenfest hanya setelah proses ini selesai.

Ayah Philine naik ke atas panggung, lalu menghadiahkan putrinya sebuah cincin di mana dia bisa melepaskan mana. “Aku menganugerahkan cincin ini kepada Philine, putriku yang telah diterima oleh para dewa dan masyarakat.”

“Semoga Philine diberkati oleh Geduldh, Dewi Bumi,” Ferdinand mengumumkan. Dan saat berkah menghujaninya, dia mengisi feystone kecil di cincinnya dengan mana dan membalas berkah sebagai ucapan terima kasih. Sinar merah kecil memantul di udara menuju Ferdinand, dan para bangsawan kembali bertepuk tangan.

Apa? Semua orang senang denganberkahselemah itu?

Itu sepenuhnya berbeda dari berkah yang diberikan oleh trio pengawalku—Ferdinand, Sylvester, dan Karstedt—selama upacara pembaptisanku sendiri. Ada dua ratus bangsawan yang hadir saat itu, dan aku memberkati mereka semua.

Well, itu menjelaskan alasan mengapa penonton sangat ketakutan! Berkah yang aku berikan jelas tidak normal! Seandainya aku tahu bentuk normal upacara pembaptisan bangsawan, aku tidak akan pernah melakukan sesuatu seaneh itu!

Tapi tidak peduli betapa aku menyesalinya, sekarang tidak ada jalan untuk mundur. Belum lagi Ferdinand akan membuatku melakukannya terlepas dari rencananya untuk menetapkanku sebagai santa. Aku tidak bisa membayangkan suatu kenyataan di mana aku mengalahkannya.

Setelah semua anak-anak dibaptis, tibalah waktunya debut. Itu adalah perayaan untuk anak-anak yang telah dibaptis sepanjang tahun dan diterima di jajaran bangsawan, di mana kami akan mempersembahkan musik kepada para dewa dan memanjatkan doa agar mereka terus memberikan perlindungan suci. Setiap anak biasanya akan membawakan lagu untuk menghormati dewa yang terkait dengan musim kelahiran mereka.

Kami dipindahkan ke sisi kiri panggung sementara salah satu pelayan Sylvester meletakkan kursi di tengah. Kemudian, Ferdinand memanggil nama Philine, menandakan dia harus bermain terlebih dahulu. Mempertimbangkan apa yang Rihyarda katakan sebelumnya, ini berarti dia adalah status terendah diantara kami.

Philine menunjukkan ekspresi gugup saat duduk di kursi, di mana guru musiknya melangkah ke atas panggung dengan membawa harspiel. Philine mengambil instrumen itu, lalu menyiapkannya.

Tunggu apa? Dia sama sekali tidakterlihat baik.

Aku berasumsi bahwa permainan buruk Philine hanyalah kasus satu kali saja, melahan beberapa anak berikutnya juga tidak terlihat baik. Pada saat kami setengah jalan melalui pertunjukan, yang bisa aku lakukan hanyalah memiringkan kepala dengan bingung. Jika segini kualitas yang diharapkan selama debut bangsawan, lantas mengapa Wilfried dan aku berusaha sangat keras? Tingkat kesenian yang dituntut dari para bangsawan jauh lebih rendah dari yang aku duga.

Atau begitulah menurutku. Babak kedua semakin baik, bakat tampaknya sebanding dengan status mereka. Ada perbedaan besar antara bagaimana harspiel mereka terdengar, dan aku segera menyadari apa yang sedang terjadi.

Inilah perbedaan yangmerupakan buntut daribesaran uang untukdialokasikan ke dalam pendidikan.

Puzle akhirnya terkumpul. Jika anak-anak berstatus tertinggi tampil lebih dulu, maka anak-anak berstatus lebih rendah yang harus tampil setelah mereka akan terlihat menyedihkan. Bangsawan diharapkan bisa bermain harspiel sebaik yang dimungkinkan oleh tutor dan kualitas instrumen mereka, dan itulah alasan mengapa Wilfried dan aku diharapkan bermain di level yang sangat tinggi; kami tidak akan dapat mempertahankan wibawa dan status sosial kami jika kami dibesarkan dengan guru dan instrumen berkualitas tinggi, namun tetap tidak dapat bermain lebih baik daripada mereka yang berstatus lebih rendah dari kami.

Anak-anak bangsawan itu sebaik yang kalian harapkan. Mereka sedikit lebih baik daripada Wilfried, yang praktis dicambuk dalam semalam, tetapi perbedaannya tidak cukup besar sehingga orang akan langsung memandang rendah dirinya.

“Aku yakin kamu sekarang senang sudah berlatih, kan, Wilfried?” tanyaku, dan saat dia mengangguk dengan ekspresi kaku, Ferdinand memanggil namanya. "Jangan khawatir. Kau telah melakukan banyak kerja keras untuk ini.”

Aku memberi Wilfried tepukan yang membesarkan hati, menginspirasinya untuk naik ke atas panggung dan menuju ke tengah. Begitu dia duduk, guru musiknya membawakan harspiel. Wilfried mengambil instrumen itu, menyiapkannya, dan kemudian mulai memainkannya. Fakta bahwa dia mampu bermain sangat baik ketika itu benar-benar diperhitungkan dan mampu tetap tenang meskipun dihadapan semua mata menghakimi mungkin merupakan pertanda bahwa darah Sylvester mengalir di dalam nadinya; dia sedang memainkan harspiel secara anggun di tengah kerumunan besar, image yang sangat sesuai dengan putra seorang archduke.

Aku melirik ke samping dan melihat Florencia melihat Wilfried sambil tersenyum, air mata mengalir di matanya. Tatapannya begitu penuh dengan cinta keibuan yang memesona sehingga aku tidak bisa tidak mengingat ibuku sendiri, dan rasa cemburu merasuki hatiku.

Wilfried tersandung beberapa kali, tetapi akhirnya tetap tenang dan menyelesaikan lagu tanpa masalah. Ketika dia selesai, dia turun dari panggung dengan senyum puas dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

"Rozemyne," Ferdinand mengumumkan.

Seperti yang dilakukan anak-anak lain, aku melangkah ke tengah panggung dan duduk. Dari sana, mustahil untuk tidak melihat penonton besar bangsawan berbaris di aula pertemuan; Aku telah mendengar bahwa ada total delapan ratus bangsawan di Ehrenfest, tetapi sejujurnya sepertinya ada lebih banyak lagi.

Aku melihat sekeliling aula dan melakukan kontak mata dengan Elvira dan Eckhart di barisan depan. Mereka berdua tersenyum tenang padaku, menunjukkan kepercayaan penuh mereka padaku. Justus juga ada di sana, diposisikan tepat di samping Eckhart. Sebenarnya Damuel dan Brigitte yang terlihat gugup, sementara Cornelius dan Angelica menatapku dengan mata antisipasi. Rihyarda tersenyum dan mengangguk kecil untuk membantuku rileks.

Saat aku melihat sekeliling aula, Sylvester mulai menjelaskan pada para bangsawan kondisi di balik adopsiku, melanjutkan untuk menceritakan kisah yang dilebih-lebihkan tentang segala sesuatu yang terjadi selama pembaptisanku untuk memicu legenda sanda lebih jauh.

Hentikan! Jangan semangati mereka! Aku berseru di dalam hati, sambil mempertahankan senyum tenang seorang bangsawan. Perkenalannya yang memalukan berakhir tepat sebelum tatapan aneh dari penonton membuatku kehilangan ketenangan, dan Rosina naik ke atas panggung membawakan harspielku.

“Dengan bakat anda, anda akan baik-baik saja, Lady Rozemyne,” kata Rosina dengan senyum menyemangati. “Dan jangan lupa untuk tersenyum dan berterima kasih kepada para dewa,” tambahnya berbisik, sebelum berbalik dan kembali ke posisinya.

Seperti yang diinstruksikan, aku memaksakan senyum ke wajahku sambil menyiapkan harspiel.

"Well," Ferdinand mengumumkan, "berdoalah kepada para dewa dan persembahkan sebuah lagu."

Karena aku akan mempersembahkan lagu kepada dewa yang terkait dengan musim kelahiranku, aku akan bermain untuk Leidenschaft, Dewa Api. Itu adalah lagu yang sangat familiar dan biasa aku mainkan, tetapi lelucon kecil yang aku mainkan pada Ferdinand menjadi bumerang besar.

Aku benar-benar menggali kuburanku sendiri di sini. Lagu yang dia suruh untuk bahan latihan adalah lagu anime yang dia aransemen! Maafkan aku, Wahai Leidenschaft yang maha perkasa! Aku akan menaruh hati sebanyak yang aku bisa!

Sambil meminta maaf secara dalam diam, aku mulai bermain dengan sepenuh hati agar tidak meremehkan para dewa, menuangkan segala yang aku miliki ke dalam nyanyian. Tapi saat lagu itu berlanjut, aku bisa merasakan manaku tersedot ke dalam cincin, sama seperti saat aku memanjatkan doa permohonan berkah.

A-Apa yang terjadi?!

Mana membengkak saat aku terus bernyanyi, dengan cepat berubah menjadi berkah penuh. Aku buru-buru menghentikan alirannya, tapi sudah terlambat; cahaya biru keluar dari cincinku, berubah menjadi berkah di atas panggung sebelum menghujani aula pertemuan.

Semua penonton melihat ke arahku, dengan ekspresi kaget, kagum, dan bingung. Aku melirik Ferdinand untuk meminta bantuan, dan melihat bahwa dia sedang menekan-nekan pelipis dengan mata terpejam rapat. Dilihat dari raut wajahnya, aku baru saja melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan.

Aku tidak yakin apakah akan baik-baik saja bagiku untuk berhenti memainkan lagu di tengah pertunjukan, jadi aku memutuskan untuk melanjutkan. Tapi setelah menyelesaikan lagu, aku hampir tidak mendapat tepuk tangan. Sebagian besar penonton tampak tidak yakin tentang bagaimana harus bereaksi, dan satu-satunya yang bertepuk tangan adalah orang-orang yang mengenalku secara pribadi.

AAAH! Aku minta maaf karena membuatsemua ini canggung! Aku tidak bermaksud demikian!

Aku menyerahkan harspiel kepada Rosina, lalu perlahan berdiri saat Ferdinand datang melangkah. Aku menatapnya, bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan, hanya melihatnya mengangkatku dan mengangkatku tinggi-tinggi ke udara.

“Lihatlah, Santa Ehrenfest! Semoga dia diberkati untuk kekayaan dan kemuliaan yang dia bawa ke keluarga kita!” dia menyatakan, dan seketika itu, semua bangsawan mengangkat schtappe ke udara. Cahaya berkah membengkak di atas mereka, dan aku bisa melihat banyak orang di antara hadirin mengangguk pada diri mereka sendiri.

“Jadi, bagaimanapun juga, dia santa,” aku mendengar satu orang berkata.

Gaaah! Ferdinand memanfaatkan ini untuk menyebarkan legendasanta ku lebih cepat!

Saat aku menahan napas, Ferdinand memerintahkanku untuk tersenyum dan melambai pelan. Aku menuruti apa yang dia katakan, memaksakan senyum elegan yang telah aku latih dan melambai dengan elegan, yang kali ini membuatku mendapat tepuk tangan yang memekakkan telinga.

Ferdinand membawaku turun dari panggung dan berjalan keluar dari aula pertemuan, sementara aku terus tersenyum dan melambai. Dia berjalan cepat dengan langkah panjang, dan hanya sekali kami berada di ruang samping, dia akhirnya menurunkanku.

“Rozemyne,” katanya, mengambil alat sihir pemblokir suara dari berbagai alat yang berdenting di ikat pinggangnya dan mendorongnya ke tanganku.

Aku mencengkeramnya, dan begitu diaktifkan, kami berdua menghela nafas letih secara bersamaan. Kemudian, Ferdinand memelototiku.

“Rozemyne, jelaskan berkah itu,” dia menuntut.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi," jawabku. "Laguku berubah menjadi berkah dengan sendirinya." Yang ada, aku ingin diamenjelaskan kepadakuapa yang baru saja terjadi.

Setelah mendengar jawabanku, Ferdinand mengerutkan kening dan menyilangkan tangan sambil berpikir. “Tapi itu tidak pernah terjadi ketika kamu sedang berlatih, kan? Mengapa lagumu sekarang bisa berubah menjadi berkah, dari sekian lama?”

“Well, aku tidak pernah benar-benar berdoa saat berlatih…” kataku, dengan tenang menambahkan, “Saat latihan aku selalu fokus untuk menggerakkan jari-jariku dan mengikuti nada-nada yang sebenarnya aku tidak berdoa.”

Ferdinand mulai dengan ringan mengetukkan jari ke pelipis. “Jadi kamu percaya ini terjadi karena kamu berdoa dengan tulus?”

"Ya. Rasanya seperti cincinku menyedot manaku sendiri, dan meskipun aku menghentikan aliran segera setelah aku menyadarinya, itu relatif terlambat. Aku pikir aku harus tampil tanpa memakai cincin kedepannya,” kataku. Mana telah tersedot karena aku memakai cincin, jadi melepasnya, secara teori, akan menyelesaikan permasalahan.

Namun, Ferdinand menggelengkan kepalanya terhadap saranku. “Mustahil seorang bangsawan yang dibaptis tidak memakai cincin sihir. Kau memiliki dua pilihan: mengasah pikiranmu sedemikian rupa sehingga mana tidak bocor sama sekali, atau menerima nasib dan memainkan peran sebagai santa.”

“Menghentikan mana secara sadar akan sangat sulit; itu biasanya tersedot keluar dari tubuhku dengan sangat cepat dan aku bahkan tidak menyadari apa yang terjadi sampai semuanya terlambat. Lagi pula... apakah kita perlu mengikuti santa-santaan lagi? Ku pikir itu hanya untuk membuat adopsi ku berjalan lebih mulus,” kataku dengan cemberut.

Ferdinand berpikir sejenak, lalu menatapku dengan tenang. “Memiliki penjelasan mengapa kamu setidaknormal itu akan berguna nantinya. Tidak ada yang akan mengucilkan santa dengan mana melimpah ruah yang melayani kadipaten dengan sangat baik,” katanya dengan mata tertunduk, secara tidak langsung menyiratkan bahwa kecuali jika aku terbukti berguna bagi kadipaten, mana melimpahku kemungkinan besar akan membuatku dikucilkan atau difitnah.

Rasa sakit pahit yang terlihat pada ekspresinya membuatku tidak bisa berbuat apa-apa selain menggigit bibir.

Ketukan datang di pintu, dan Rihyarda masuk segera setelah itu. “Aula pertemuan penuh dengan diskusi tentang santa. Tidak ada yang berminat untuk Upacara Pemberian Hadiah, jadi kami langsung beranjak ke makan siang untuk saat ini. Ferdinand, anakku, ganti bajumu secepat mungkin.”

Saat itu, Rihyarda membawaku ke ruang makan, memuji pekerjaan yang kulakukan dengan baik di sepanjang jalan. Dia bahkan mengatakan dengan santai bahwa dia tahu aku adalah gadis yang sangat istimewa setelah menyaksikan upacara pembaptisanku, Upacara Starbind, dan keterlibatanku dalam pendidikan Wilfried.

“Tidak banyak bangsawan yang mengenalmu dengan baik, Lady, jadi mayoritas terkejut dengan berkahmu. Tapi semua orang yang mengenalmu dengan baik tidak terkejut. Kamu telah menegaskan dirimu sebagai anggota keluarga Archduke yang layak, jadi kamu tidak perlu merasa khawatir untuk memamerkan Mana dalam jumlah besarmu,” kata Rihyarda menghiburku.

Kata-katanya meringankan beban di pundakku, dan aku menghela nafas pelan.

Kami kembali ke aula pertemuan usai makan siang, di mana Upacara Pemberian Hadiah akan digelar. Itu adalah acara sederhana di mana jubah dan bros diberikan kepada siswa baru Akademi Kerajaan. Ada empat belas anak yang menerimanya, yang jauh lebih besar daripada kelas delapanku di masa depan.

Sesampainya di sana, kami bertemu dengan Rosina, yang telah makan siang di tempat lain. Dia tersenyum seperti biasa, tapi mau tak mau aku merasa dia tampak sedikit aneh.

"Apakah terjadi sesuatu, Rosina?" Aku bertanya.

Kekhawatiran di wajahnya tampak semakin dalam. "Lady Rozemyne, saya baru saja... saya baru saja diajak bicara oleh Lady Christine," katanya.

Aku berkedip karena terkejut. Christine adalah gadis suci penggila seni yang pernah Rosina layani sebelumku. Dia dulu memperlakukan Rosina sebagai teman dan memberinya kehidupan yang nyaman dalam seni, yang menyebabkan masalah dengan pelayanku yang lain ketika aku pertama kali membawanya ke kamar. Karena alasan itu, melihat Rosina begitu cemas setelah bertemu Christine kembali membuatku semakin khawatir.

“Apakah dia mengatakan sesuatu padamu? Sesuatu yang menyakitkan?” tanyaku, tapi Rosina perlahan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Sebaliknya, sepertinya dia bermaksud untuk datang dan mengambilku di masa depan. ”

"Apa,,,?" Aku menjawab, berkedip lagi karena terkejut.

Rosina kembali mengulangi, kali ini sepenuhnya gagal menyembunyikan kegembiraan di tengah kekhawatiran. “Dia mengatakan bahwa dia berencana menjemputku setelah lulus dari Akademi Kerajaan dan memperoleh kebebasan lebih. Dia tidak pernah berpikir bahwa saya akan menjadi musisi pribadi anda, Lady Rozemyne.”

Mata birunya goyah karena kegembiraan, dan ekspresi senangnya membuat hatiku berputar karena khawatir. Apa dia akan merasa lebih puas melayani master yang menggeluti seni, seperti dirinya sendiri?

“Rosina... apakah kau ingin kembali melayani Christine?” Tanyaku, jantungku berdebar kencang di dadaku. Jika dia mengatakan bahwa dia menginginkannya, maka mungkin akan lebih baik bagiku untuk membiarkannya melakukannya.

Aku menatap Rosina dengan tangan terkepal di depan dadaku, dan setelah berkedip beberapa kali, Rosina menggelengkan kepala. “Saya puas dengan kehidupan saya yang sekarang, dan karenanya saya tidak memiliki niat untuk kembali melayaninya. Namun, selama ini, saya berpikir bahwa dia meninggalkan saya di gereja. Mengetahui bahwa dia tidak pernah melupakan saya telah membawa banyak kedamaian di hati saya.”

"Jadi begitu. Aku senang."

Aku sangat senang luka hatinya telah sembuh, dan dia tidak berencana untuk meninggalkanku.

Saat aku menghela nafas lega, Rosina tersenyum kecil dan menatapku dengan ekspresi konflik. “Anda tidak perlu khawatir, Lady Rozemyne. Saya adalah musisi pribadi anda, sekarang dan untuk selamanya,” ujarnya, setelah mengetahui dengan jelas bahwa aku mengkhawatirkan kepergiannya.

Aku agak malu mengetahui bahwa dia menyadari bahwa aku sedikit cemburu pada Christine, jadi aku mengalihkan pandangan dan mencari panggung.

“Upacara Pemberian Hadiah sekarang akan dimulai,” seorang cendekiawan mengumumkan. "Seluruh siswa baru Akademi Kerajaan, silahkan maju!"

Suara itu memberiku ide bagus tentang letak panggung, tetapi aku tidak bisa benar-benar melihatnya; para ksatria pengawal dan pelayan di sekitarku—belum lagi Ferdinand dan Elvira—diposisikan sedemikian rupa sehingga mencegah orang lain mendekatiku, yang sekaligus menghalangi mataku melihat ke panggung. Saat aku mengintip melalui celah-celah di antara pakaian mereka untuk mencoba menonton upacara, bertanya-tanya apakah ada orang yang mau membiarkanku duduk di pundak mereka.

Aku sekilas melihat Sylvester berjalan melintasi panggung, memberi setiap siswa jubah dan bros satu per satu dan mendorong mereka untuk belajar keras. Setelah dia selesai, cendekiawan mengumumkan hari-hari individu akan berangkat ke Akademi Kerajaan. Cornelius dan Angelica menggumamkan jadwal masing-masing. Setiap kelas rupanya pergi di waktu yang berbeda, jadi mereka tidak pergi pada hari yang sama.

"Ferdinand, di mana letak Akademi Kerajaan?" Aku bertanya.

“Di Kedaulatan—wilayah di pusat negara yang diperintah langsung oleh raja. Kau mungkin bisa menganggap Kedaulatan mirip dengan Distrik Pusat Ehrenfest, akan tetapi secara keseluruhan negara. Para siswa tinggal di sana selama musim dingin dan dipindahkan melalui lingkaran sihir, yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak dapat memindahkan sekelompok besar orang sekaligus. Itu sebabnya setiap kelas pergi secara terpisah.”

Setelah Upacara Pemberian Hadiah selesai, percakapan dapat terdengar di seluruh aula. Para bangsawan mulai memperdagangkan informasi dan semacamnya, mengubah upacara menjadi pertemuan sosial. Aku tidak yakin apakah aku harus terus bersikap seperti dulu, tapi sebelum aku sempat bertanya, Ferdinand meletakkan tangan di bahuku.

"Rozemyne, kamu terlihat tidak sehat," katanya.

“Ya ampun, ini sama sekali tidak bagus. Aku yakin ini saatnya dia beristirahat,” Elvira setuju, dia dan Ferdinand menatap wajahku dengan seksama. Aku secara pribadi merasa baik-baik saja, tetapi aku dapat mengatakan bahwa mereka secara tidak langsung memerintahkanku untuk pergi sebelum menyebabkan masalah tambahan, jadi aku pergi meninggalkan aula bersama Rihyarda dan pengawalku.

Saat kami pergi, aku bisa mendengar beberapa suara berbisik dari antara kerumunan.

“Gadis itu benar-benar memiliki mana santa,” kata seorang wanita. “Aku ingin mengenalnya lebih baik.”

“Ya ampun, dibutuhkan lebih dari mana melimpah untuk menjadi santa,” jawab yang lain.

“Santa itu tidak diragukan lagi adalah keponakanku,” memulai satu lagi.

Ngh. Tatapan tajam ini sebenarnya mulai menyakitkan.

Para bangsawan tidak menatapku secara terang-terangan, tetapi mereka secara umum semua melirik ke arahku, lebih memperhatikanku daripada ketika aku pertama kali masuk. Menahan keinginan untuk menunduk atau bahkan meninggalkan ruangan sepenuhnya, aku berjalan seperti bangsawan, dengan kepala terangkat tinggi.

Post a Comment