Prolog
Dinding layknight menjagaku dari semua sisi saat aku tetap terbang tinggi di udara, berlindung di dalam Lessy. Aku menyipitkan mata dan mencoba mendongak ke tengah badai, tetapi salju putih bersih menghantam Pandabus-ku dan membuatnya mustahil untuk dilihat. Itu sangat buruk bahkan jubah emas gelap ksatria terdekat hampir seluruhnya tertutup dari pandanganku.
Melalui salju, salah satu ksatria mendekat dengan highbeast.
“Lady Rozemyne. Ini saya, Damuel. Saya menerima perintah Lord Ferdinand. Bolehkah saya masuk ke dalam?”
Aku membuat sebuah pintu muncul di sisi penumpang Lessy agar Damuel bisa melewatinya. Dia berjalan di sepanjang sayap highbeastnya sendiri dan masuk ke dalam Pandabusku, duduk, dan kemudian mengembalikan highbeast itu ke bentuk batu.
"Apa yang Ferdinand katakan?" Aku bertanya.
Sambil mengalihkan pandangan, Damuel memberi tahuku bahwa Ferdinand telah menginstruksikannya untuk tetap bersamaku, karena dia merasa tidak nyaman meninggalkanku sendirian. Damuel agak berputar-putar, tapi aku bisa tahu persis apa yang Ferdinand katakan kepadanya. Itu mungkin sesuatu seperti: “Jangan biarkan Rozemyne melakukan apa pun sampai aku tiba untuk menjemputnya. Awasi dia baik-baik, agar dia tidak menimbulkan masalah apa pun.”
Sepertinya dia tidak mempercayaiku sedikit pun.
“Secara khusus, dia memberiku instruksi untuk melakukan apa pun untuk menghemat mana anda,” kata Damuel. “Dia menyebutkan bahwa anda cenderung untuk memprioritaskan emosi dan berdoa tanpa berpikir panjang ketika masalah muncul, yang… ahem … itu tidak akan diterima di sini.”
“Guh…” aku mengerang. Ferdinand bisa membacaku seperti buku sekarang. Aku bahkan tidak bisa mendebat penilaian itu karena dia sepenuhnya benar.
Saat aku menggerutu pada diriku sendiri, Damuel mengerutkan alis dan menatapku dengan tatapan menyedihkan. "Saya akhirnya dipromosikan kembali menjadi ksatria, jadi tolong jangan melakukan sesuatu yang akan membuat saya dihukum," pintanya, dengan air mata berlinang.
Damuel selama setahun terakhir telah bekerja keras sebagai magang, jadi aku tidak punya pilihan selain mengangguk padanya. Tapi meski begitu, aku tidak bisa menjanjikan sesuatu sesulit itu.
“Jadi ini highbeast-mu, kalau begitu. Selain penampilan, interiornya benar-benar sesuatu yang luar biasa,” kata Damuel, mengeluarkan suara terkejut dan terkesan saat dia merasakan sekitar Pandabus dari kursi penumpang.
“Ehehehe. Cukup nyaman, bukan?”
"Sangat. Persis seperti yang Brigitte katakan.”
Aku tahu bahwa Brigitte menyukai Lessy dari betapa santainya dia di kursi penumpang. Dia adalah wanita dengan hemat berkata-kata yang jarang mengungkapkan emosinya, tetapi aku kadang-kadang melihat senyumnya yang sangat tipis sesekali.
"Apa yang Brigitte katakan?" aku bertanya dengan penuh semangat.
Damuel memejamkan mata seolah menggali ingatannya. “Dia mengatakan bahwa highbeast anda sangat nyaman untuk dinaiki, tapi dia lebih suka naik di highbeast ketika dalam pertempuran sehingga ia akan memiliki ruang untuk mengayunkan senjata.”
"Itu benar. Ksatria memang perlu bertarung, dan Lessy tidak benar-benar mengakomodasi itu. Tapi tetap saja... mengapa tidak membentuk kembali highbeast berdasarkan kebutuhan? Kamu bisa membuat satu bentuk untuk keperluan tempur, dan satu lagi untuk perjalanan,” usulku.
Tetapi menurut Damuel, fakta bahwa seseorang membutuhkan pelatihan dan gambaran mental yang tepat untuk segera menghasilkan highbeast menunjukkan bahwa para ksatria lebih suka fokus pada kecepatan daripada mencoba menyeimbangkan berbagai bentuk.
“Anda bisa dengan bebas mengubah ukuran highbeast anda, Lady Rozemyne, tapi bagi kebanyakan orang tidak sesederhana itu,” kata Damuel.
Aku tidak benar-benar mengerti apa yang dia maksud. Setiap kali aku memanggil Lessy, aku selalu membayangkan sebuah mobil. Itu kurang lebih gambaran yang sama tidak peduli ukurannya, jadi mengecilkannya menjadi kursi tunggal atau membuatnya sebesar minibus tidak membuatku kesulitan.
"Oh, sudah dimulai," kata Damuel. "Lihatlah. Lord Ferdinand dan komandan sedang dalam pertempuran.”
Aku mengikuti jari telunjuknya untuk melihat dua cahaya terang, satu di kedua sisi pusat badai salju. Tapi tidak peduli seberapa keras aku menyipitkan mata, aku tidak bisa melihat baik Ferdinand maupun Karstedt; yang bisa aku lihat hanyalah dua cahaya dengan ukuran yang sama.
“Sulit untuk mengetahuinya dari jarak sejauh ini, tapi itu adalah serangan yang dulu Lord Ferdinand gunakan untuk mengalahkan golze saat Malam Schutzaria,” jelas Damuel.
"Tunggu, serangan yang membunuh golze dalam sekali kena?" Aku bertanya.
“Hati-hati, Lady Rozemyne! Gelombang kejut yang kuat akan mendekat! ” teriak Damuel tajam, saat kedua cehaya itu berpacu serempak menuju angin puyuh di tengah badai salju. Cahaya juga membuntuti di belakang mereka saat mereka melengkung di udara sebelum tiba-tiba membanting ke dalam angin puyuh, menghasilkan ledakan yang menderu keras sehingga secara naluriah aku menutup telingaku.
Angin puyuh tersendat untuk sesaat, selama itu aku bisa melihat dua ksatria dengan pedang besar terayun ke bawah. Karena serangan Ferdinand telah berhasil membunuh golze sekali serang, pada saat itu, dengan konyolnya aku meyakinkan diriku bahwa itu mungkin sudah berakhir. Tapi sesaat kemudian, para ksatria yang paling dekat dengan pusaran itu terlempar satu per satu. Gangguan seperti gelombang bergegas keluar dari pusat, hanya terlihat oleh mereka yang terlempar ke belakang.
Ini dia! Aku berpikir, dan saat aku menguatkan diri, gelombang kejut menghantam kami. Aku mencengkeram kemudi Lessy sekencang mungkin, mengalirkan lebih banyak mana ke dalamnya untuk menjaga kami tetap di tempat. Para ksatria di sekitar kami sedikit goyah, tapi aku bisa melihat mereka juga berhasil mempertahankan highbeast mereka. Kami berada sejauh ini dari sumbernya, namun masih cukup untuk hampir menjatuhkan kami dari udara. Seberapa kuat ledakan di pusat?
Setelah gelombang kejut berlalu, aku melihat sekeliling. Semuanya menjadi sunyi. Satu-satunya yang tidak berubah adalah angin puyuh badai salju yang tetap ada.
“Apakah kita menang,,,?” Aku bertanya.
“Tidak, schnesturm bukanlah lawan yang mudah,” jawab Damuel sambil menatap ke kejauhan.
Aku mendengar raungan yang mengguncang tanah, dan badai salju langsung menjadi lebih intens. Angin puyuh di tengah tumbuh menjadi ukuran besar, berubah dari pusaran dahsyat menjadi tornado kehancuran yang sangat besar.
Bisakah kita mengalahkan makhluk ini?Aku bertanya-tanya, napasku tercekat di tenggorokan.
Salju dengan cepat terakumulasi menjadi gumpalan di dalam tornado, sebelum tiba-tiba terlempar keluar. Mereka tampak tidak lebih besar dari bola salju biasa dari jarak ini, tetapi pada kenyataannya, mereka hanya sedikit lebih besar dari para ksatria dan highbeast mereka. Aku menyipitkan mata untuk mencoba mencari pandangan yang lebih baik, dan pada pemeriksaan lebih dekat menyadari bahwa gumpalan putih telah berubah bentuk menjadi binatang, yang segera menyerang para ksatria. Ada yang tampak seperti harimau, serigala, dan kelinci. Mereka dari berbagai ukuran, tetapi mereka semua menyerang para ksatria, yang merespons secara bergantian.
"Apa makhluk-makhluk itu?" Aku bertanya.
“ServantLord of Winter, terbentuk dari mana-nya,” jawab Damuel singkat sambil terus mengamati mereka dengan cermat.
Karena semua makhluk putih tercipta dari mana schnesturm, tornado mulai melemah seiring semakin banyak yang tercipta, perlahan-lahan memperlihatkan feybeast besar di tengahnya.
"Jadi itu schnesturmnya..." gumamku.
Setelah tornado cukup tipis sehingga aku mampu melihatnya, seekor feybeast yang bahkan lebih besar dari goltze raksasa yang pernah aku lihat saat malam Schutzaria mulai terlihat. Schnesturm tampak sepenuhnya seperti harimau putih yang terbuat dari salju. Ada garis-garis hitam mengalir di bulu putih di tubuh besarnya, dan taring tajam menjorok keluar dari mulutnya seperti tombak. Matanya seperti bola bergulir besar yang berkilau dengan cahaya merah tajam, yang mungkin saja merupakan sifat yang dimiliki oleh semua feybeasts.
Dari jarak ini, tampak seperti gunung, dengan Ferdinand dan Karstedt di atas highbeast mereka yang setara dengan nyamuk yang terbang di sekitar kucing. Perbedaan ukuran benar-benar tidak dilebih-lebihkan.
Schnesturm itu menoleh, mencoba menghempaskan semua ksatria di sekitarnya. Pergerakannya jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan dari sesuatu seukurannya, dan saat para ksatria mendekat untuk menyerang, dia mengayunkan cakar dengan kecepatan mengesankan. Dengan setiap gesekan, badai salju meletus. Dan ketika meraung, servant-servant baru bermunculan dari salju yang berputar-putar.
"Bisakah kita benar-benar memenangkannya...?" Aku bertanya.
Sejauh yang aku lihat, serangan gabungan Ferdinand dan Karstedt bahkan tidak mampu membuat goresan pada schnesturm. Dan jika memang itu masalahnya, lalu harapan apa yang kita miliki untuk menang? Bagiku tampak seperti apapun yang bisa kita lakukan tidak akan cukup.
Aku menatap Damuel dengan gelisah, dan melihat bahwa dia juga melihat ke arah schnesturm dengan ekspresi yang suram. "Saya percaya ini akan menjadi pertempuran gesekan yang panjang," katanya dengan intens.
Dan penilaiannya terbukti benar. Raungan schnesturm menyebabkan terbentuknya badai salju lebih banyak, menciptakan segala macam feybeast putih dari salju. Mereka pasti tidak terlalu kuat, dilihat dari betapa mudahnya para ksatria menjatuhkan mereka, tetapi ketika dihancurkan, para feybeast kembali ke schnesturm dalam bentuk salju.
“Ada lebih banyak yang datang,” Damuel mengamati.
Lebih sedikit servant feybeast berarti badai salju yang lebih kuat di sekitar schnesturm. Tapi sebelum badai salju benar-benar bisa mengaburkannya, makhluk itu akan kembali mengeluarkan raungan yang menggetarkan tanah yang bergema di sekelilingnya. Raungan ini membuat servant-servant bermunculan dari badai salju, segera menerjang medknight sebelum segera ditumbangkan.
Tapi itu adalah pertempuran tanpa akhir. Dan meski pada awalnya kami tampak memiliki keuntungan, saat pertarungan berlangsung, keunggulan kami tampak semakin tidak pasti. Akhirnya, itu mulai terlihat seolah-olah para ksatria hampir sama sekali tidak menang.
“Jadi bahkan mereka berjuang sejauh itu, meski dengan berkah anda…” gumam Damuel.
Aku telah memberi para ksatria perlindungan suci dari Dewa Perang Angriff pada Malam Schutzaria juga, yang telah sepenuhnya mengubah gelombang pertempuran. Namun, di sini mereka bahkan berjuang keras.
"Grr... Ini buruk!" Seru Damuel, menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan. Dia tampak hampir putus asa untuk berlari ke medan perang untuk membantu. Sekarang ada terlalu banyak servant feybeast untuk ditangani medknight, memaksa para layknight untuk mati-matian menghabisi makhluk-makhluk yang menyelinap masuk dan menuju ke arah kami.
Aku bisa mengerti bagaimana perasaan Damuel. Sebagai ksatria, dia percaya bahwa bergabung dalam pertarungan merupakan tugasnya, tapi dia diperintahkan untuk menjagaku. Aku ingin mengatakan bahwa dia bisa bergabung dengan sesama ksatria, tapi itu akan terlihat seolah dia melalaikan tugasnya.
“Kalau saja ada sesuatu yang bisa kulakukan…” gumamku dalam hati, alisku berkerut dalam.
“Anda telah memberkati kami dengan perlindungan Angriff, dan Ferdinand dengan tegas memerintahkan anda untuk menghemat mana. Jangan lupakan itu,” kata Damuel, memperingatkanku untuk tidak menggunakan mana lebih dari yang diperlukan saat dia melihat rekan-rekannya berjuang.
Aku tidak melupakan perintah Ferdinand, tetapi aku merasa sedih hanya bisa menonton mereka tanpa bisa melakukan apa pun. Perasaan cemas membara di dadaku, dan fakta bahwa sepertinya mereka kalah membuatnya semakin buruk.
“Ordo ksatria bertarung dengan Lord of Winter setiap tahun. Schnesturm adalah Lord yang sangat menakutkan, tapi kami tidak pernah gagal dalam mengalahkannya,” jelas Damuel.
Tentu saja pertarungan akan berlangsung lama; rasanya seperti kami sedang melawan musim dingin itu sendiri. Dan mengingat ini terjadi setiap tahun, terburu-buru panik hanya akan membuatku terlihat seperti orang bodoh.
“Para archknight juga bertarung. Tugas anda adalah tetap di sini dan menghemat mana, Lady Rozemyne.”
Mataku secara naluriah tertarik pada para ksatria yang bertarung lebih dekat dengan kami, tetapi sementara medknight dan layknight bertarung melawan servant salju yang bertelur tanpa henti, para archknight melepaskan serangan langsung pada harimau salju. Aku bisa melihat beberapa highbeast menghadapi schnesturm besar, cahaya kecil berkedip di sana-sini sebelum melesat ke arah makhluk itu.
Mereka tampaknya tidak sekuat serangan Ferdinand dan Karstedt, tapi itu mungkin serangan yang sama. Satu-satunya masalah adalah tidak peduli berapa kali cahaya itu menyala, schnesturm tidak goyah sedikit pun, tampak sepenuhnya tidak terdampak dan tidak terpengaruh.
Kebuntuan berlanjut selama beberapa waktu. Semakin banyak servant yang dikalahkan, yang langsung dilahirkan kembali. Para ksatria dengan putus asa terus membunuh mereka, tetapi pertempuran semakin sengit, dan aku terus berpikir bahwa kami akan kewalahan. Tapi itu tidak pernah terjadi. Satu demi satu, para ksatria menenggak ramuan yang telah mereka siapkan sebelumnya, memulihkan stamina dan melanjutkan pertarungan.
Damuel benar—ini adalah perang gesekan yang panjang, dan perang yang dipersiapkan dengan sangat baik oleh para ksatria.
Aku menghela nafas. “Aku agak berharap mereka akan meminum ramuan itu sebelum pertempuran memakan korban seperti itu.”
“Karena mereka tidak tahu berapa lama pertarungan akan berlangsung, mereka mencoba menghemat ramuan sebanyak mungkin,” Damuel menjelaskan.
Secara pribadi, aku tidak tahu berapa banyak waktu yang telah berlalu. Siklus tak berujung servant yang dibunuh dan lahir kembali berlanjut, tetapi sekarang badai salju di sekitar schnesturm tampak tidak lagi intens, dan lebih sedikit servant yang bermunculan.
“Schnesturm tampaknya melemah,” Damuel mengamati.
Dan sesaat kemudian, dua cahaya terang mulai bersinar di kiri dan kanan harimau salju—cahaya yang sama terangnya dengan serangan awal.
Mata Damuel berkilau dengan harapan, dan dia sedikit mencondongkan tubuh ke depan saat dia melihat schnesturm itu. "Itu Lord Ferdinand dan komandan!"
Aku mencengkeram kemudi Pandabus dan mencondongkan tubuh ke depan, menyipitkan mata untuk melihat sesuatu yang mungkin menjadi momen-momen terakhir pertempuran. Kedua cahaya melesat ke depan, keduanya mengarah ke kaki depan bagian kanan schnesturm. Mereka berpotongan di udara sebelum meledak pada tumbukan, meskipun gelombang kejut tampak tidak mencapai kami, mungkin karena serangan yang untuk pertama kalinya berhasil menembus tubuh harimau salju.
Dan mereka berdua pasti telah mencurahkan segalanya ke dalam serangan itu, karena kaki schnesturm itu terkoyak dan dengan cepat jatuh ke tanah.
Archknight di sekitarnya mulai melepaskan serangan ke kaki depan satunya tanpa menunda lebih lama. Serangkaian serangan terfokus tampaknya efektif, dan schnesturm itu mengeluarkan raungan memekakkan telinga. Itu berbeda dari raungan yang telah melahirkan gelombang servant yang tak ada habisnya, dan harimau salju sekarang tampak mengamuk sambil melolong kesakitan dan marah. Badai salju di sekitar makhluk itu menghilang seketika, begitu pula semua servant yang telah para ksatria lawan.
"Apakah kita menang...?" Aku bertanya.
"Aku tidak tahu. Tapi badai salju mulai reda— Tidak! Dia memulihkan diri!”
Aku pikir kami akhirnya menang, akan tetapi itu keliru; schnesturm hanya menggunakan kekuatan yang digunakannya untuk memanggil badai salju untuk menyembuhkan lukanya. Luka yang tersisa dari serangan terfokus archknight di kaki kiri depannya mulai menutup di depan mata kami. Semua hal dipertimbangkan, itu tidak terjadi dengan cepat, tetapi pada tingkat ini, tidak akan lama sebelum kaki yang mereka potong akhirnya sepenuhnya beregenerasi.
Aku menyaksikan schnesturm dengan mata lebar, ketika aku melihat seekor highbeast berlari ke arah kami dengan kecepatan luar biasa.
"Lady Rozemyne, itu Lord Ferdinand!" teriak Damuel, memanjat keluar dari Lessy dan membawa highbeast-nya kembali agar dia tidak menghalangi kami.
Aku segera mencengkeram tombak Leidenschaft sekuat mungkin, melihat Ferdinand mendekat.
"Ayo, Rozemyne!" katanya, mengulurkan tangan ke arah Pandabus-ku. Tapi Lessy masih di udara. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan dariku setelah membuka pintu, jadi aku hanya berdiri di sana dengan tombak, tidak yakin.
Setelah jeda, Ferdinand mendecakkan lidahnya dan mengeluarkan schtappe. Dia mengayunkannya di udara, membuat pita cahaya keluar dan menyelimutiku. Saat aku berkedip karena terkejut, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi, aku ditarik ke arahnya seperti ikan di kail. Aku terpental di udara, dan tanpa kusadari, aku berada di highbeast Ferdinand.
"Haruskah kamu selalu membuat segalanya menjadi sulit?" dia menghela nafas.
“M-Maafkan aku.”
Aku mengubah Lessy menjadi feystone, lalu menaiki highbeast Ferdinand. Tidak adanya kaca depan Pandabus berarti udara yang membekukan menusuk kulitku saat kami terbang, dan membuka mata saat bergerak secepat itu terasa menyiksa.
“Peluang kita untuk menang adalah sekarang, selagi schnesturm fokus pada pemulihan diri,” Ferdinand menjelaskan. “Jangan sampai kesempatan ini berlalu begitu saja.” "Benar."
“Pegang tombak kuat-kuat dengan kedua tangan, dan alirkan mana sebanyak yang kamu bisa,” perintah Ferdinand, melingkarkan lengan kirinya di pinggangku untuk memastikan aku tidak jatuh.
Jadi, aku melakukan seperti yang Ferdinand katakan. Semua feystones di atasnya menyala, yang aku duga berarti itu penuh dengan mana, tetapi tidak ada yang menghentikan aku untuk mengalirkan lebih banyak lagi ke dalamnya.
Langit cerah mendung, dan salju kembali mulai turun. Kaki kiri depan schnesturm telah sepenuhnya pulih, dan sekali lagi menggunakannya untuk menggesek di udara. Kaki kanannya sepertinya sudah setengah jalan.
"Belum," kata Ferdinand, kepalanya di atas kepalaku.
Aku terus mengalirkan mana ke dalam tombak saat kami mendekati schnesturm. Ferdinand menarik highbeast-nya kembali menghadap langit, sehingga kami mulai mendaki ke atas.
"Itu tidak cukup," dia mengulangi. Tapi aku berusaha sekuat yang aku bisa.
Akhirnya, itu mulai menyala dengan mana, ujung tombaknya bersinar biru cerah —itu pasti akhirnya benar-benar penuh.
“Pegang dengan tangan kanan agar Kau bisa melemparnya kapan saja,” kata Ferdinand.
Aku mengangguk dan menyiapkan tombak seperti yang diinstruksikan. Ferdinand lalu menyuruhku mengencangkan cengkeramanku, memegang pergelangan tanganku dengan tangan kanannya sambil berhati-hati agar tidak menyentuh tombak secara langsung. Lengan kirinya masih melingkari perutku, berfungsi sebagai palang pengaman sementara dia menjaga kendali highbeast-nya tetap stabil.
"Sekarang!" Ferdinand menyatakan, menjatuhkan highbeast-nya ke bawah.
Melesat turunnya kami cepat dan terus semakin cepat, sedemikian rupa sehingga sejujurnya lebih menakutkan daripada terjun bebas. Yang bisa kudengar hanyalah angin yang menerpa jubahnya. Angin menerpa pipiku seperti sambaran listrik kecil dan perutku bergejolak, menyerangku dengan gelombang mual dan membuat air mataku berlinang. Aku berteriak tanpa suara, kami berdua jatuh tepat ke arah schnesturm.
"Lempar!" Ferdinand meraung, menggunakan tangan kanan untuk membimbing tanganku dalam gerakan melempar. Yang perlu aku lakukan adalah melepaskan tombak biru yang bersinar di waktu yang tepat. Itu meninggalkan tanganku seperti bintang jatuh yang terbuat dari cahaya murni, berlari langsung ke arah makhluk itu.
Aku menyaksikannya jatuh, akan tetapi Ferdinand tidak membuang waktu sebelum menarik mundur highbeast-nya. Aku langsung terkena dampak perubahan arah tiba-tiba itu, memaksa gerutuan keluar dari tubuhku.
Sesaat kemudian, tanah meledak, dan gelombang kejut yang sangat besar menghantam kami dari bawah. Tapi berkat Ferdinand yang membalikkan highbeast, kami mengendarai gelombang kejut tinggi ke langit sebelum akhirnya berhenti. Aku berpegangan pada lengan kiri Ferdinand sekencang mungkin, sementara dia, di sisi lain, hanya dengan santai bersandar ke samping dan melihat ke bawah.
"Misi terselesaikan. Sekarang saatnya untuk mengambil feystone itu,” kata Ferdinand datar, seperti sedang memberi instruksi sederhana, sebelum menurunkan highbeast ke tempat schnesturm berada. “Jaga dirimu baik-baik, Rozemyne. Kau harus jadi orang yang mengumpulkan feystone. Jika Kau berniat pingsan atau ambruk, lakukan nanti, jangan sekarang.”
Jangan ngaco,aku ingin mengatakanya. Tapi sebaliknya, aku hanya mengeluarkan gusar keras.
Tubuh schnesturm telah menghilang, dan yang berada di dasar kawah besar di permukaan tanah adalah tombak Leidenschaft dan feystone. Tombak itu kehabisan mana akan tetapi benar-benar tanpa goresan, ujungnya menusuk feystone harimau salju. Seperti yang diinstruksikan, aku mengangkat feystone, yang berwarna putih dan sebagian besar diisi dengan mana kuning samarku.
“Sepertinya perlu sedikit lagi. Selesaikan pewarnaannya dengan manamu, Rozemyne,” kata Ferdinand. "Jika Kau tidak memiliki cukup mana sisa, Kau dapat memasukkannya ke dalam kantong untuk saat ini dan mengisinya besok, tetapi aku lebih suka tidak mengambil risiko itu diwarnai oleh sumber mana lain."
Aku bisa berempati dengan itu. Bahan berkualitas tinggi berada di depan mataku, dan aku ingin itu sebaik mungkin.
“Aku akan melakukannya,” jawabku, mulai mewarnai feystone dengan mana-ku. Sementara itu, para ksatria menghabiskan waktu untuk menyembuhkan satu sama lain dan bersiap untuk pulang.
Karstedt datang, seringai lebar menyebar di wajahnya, dan meletakkan tangan di kepalaku. “Perburuan tahun ini berakhir lebih awal dari yang diperkirakan. Ini semua berkat kamu, Rozemyne.”
Bagiku, sepertinya pertempuran terlihat sulit, tetapi tampaknya tahun-tahun sebelumnya jauh lebih buruk. Berkat Dewa Perang dan fakta bahwa aku berhasil mendaratkan serangan terakhir telah sangat memangkas waktu yang dihabiskan untuk bertarung dan menyebabkan perburuan berakhir jauh lebih awal dari yang direncanakan, menurut Karstedt.
“Kurasa pewarnaan sudah selesai,” kata Ferdinand.
Aku memperhatikan feystone leka-lekat, yang sekarang diwarnai dengan mana-ku. Ini pertama kalinya aku berhasil mengumpulkan bahan. Aku menghela napas lega, memasukkan feystone ke dalam kantong pengumpulanku.
_______________
Badai salju menghilang, dan keesokan harinya cuaca tampak cerah. Anak-anak di kastil tampaknya bersorak pada perubahan cuaca yang telah lama ditunggu-tunggu, dan aku mendengar bahwa mereka semua bergegas ke luar untuk bermain, tampaknya melakukan sesuatu yang terdengar mirip dengan seluncur es dan naik eretan. Aku bisa menebak bahwa anak-anak panti asuhan juga akan pergi mengumpulkan parue, karena matahari sudah terbenam.
Mengapa aku berbicara seolah-olah aku tidak ada di sana? Well, karena akuterjebak di tempat tidur dengan demam.
“Siiigh… aku ingin makan kue parue…” gumamku. Tapi satu-satunya yang mengangguk setuju adalah Damuel.
Post a Comment