Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 9: 15. Malam Schutzaria

 


15. Malam Schutzaria



Saat aku benar-benar lelah karena rangkaian festival yang cepat, kami tiba di Dorvan—kota kecil dengan mansion musim dingin, terletak lebih jauh ke selatan daripada kota lain mana pun yang aku kunjungi untuk Festival Panen. Sebuah hutan yang terletak di salah satu kota pertanian di sekitarnya berisi bahan ruelle musim gugur, yang merupakan bahan utama dalam ramuan jureve yang aku butuhkan.

Malam Schutzaria dihiasi malam purnama, dan itu adalah malam yang konon memiliki lebih banyak mana musim gugur daripada malam-malam lain. Ruelle yang dikumpulkan saat itu tampaknya akan menjadi bahan musim gugur terbaik yang bisa kami panen di Ehrenfest, tapi itu masih dua hari lagi.

Setelah memberi tahu walikota Dorvan bahwa kami akan bermalam selama beberapa hari setelah Festival Panen, kami mengembalikan beberapa makanan yang diberikan kepada kami sebagai pajak sebagai pembayaran masa inap kami.

Tampaknya semua orang cukup lelah karena semangat festival. Ini adalah waktu yang tepat untuk beristirahat, jadi aku menenggak ramuan energi dan tidur nyenyak untuk memulihkan diri. Aku juga menghabiskan jam istirahatku untuk memeriksa mansion musim dingin, berjalan-jalan di sekitar halaman sambil mempertimbangkan apakah itu bisa berfungsi sebagai ruang kelas gereja sementara.

Aku membuka buku bergambar yang Fran baca selama pembaptisan dan membacanya dengan lantang. Kali ini, bukan hanya anak-anak yang dibaptis, tetapi semua anak di sekitarnya menyimak dengan seksama. Tidak banyak yang bisa dilakukan selama musim dingin, dan jika kita menangani ini dengan benar, aku mendapat kesan bahwa akan mudah untuk menaikkan angka melek huruf di kota-kota pertanian.

___________

“Malam ini adalah Malam Schutzaria. Tidur nyenyak siang ini, Lady Rozemyne. Ruelle matang dari cahaya bulan purnama, jadi panen akan berlanjut hingga larut malam,” Justus menjelaskan saat kami sarapan bersama. Dia, Damuel, dan Eckhart akan mencari pohon ruelle setelah makan siang. Mereka akan menandainya saat di luar cerah, lalu kembali dan menunggu bulan terbit sebelum pergi lagi bersamaku.

"Oke. Mempersiapkan semuanya terdengar sibuk sekali, tetapi aku percaya Kau melakukannya dengan baik.”

Agar tidak menjadi beban ketika saatnya tiba, aku tidur siang seperti yang diminta. Aku tidur sangat lama sehingga aku tidak terlalu lapar ketika aku bangun malam itu, tetapi aku tetap makan malam.

“Kami menemukan sebatang pohon dan bisa pergi begitu malam tiba. Apa kamu mau, Rozemyne?” tanya Eckhart.

"Ya. Aku tidak keberatan,” jawabku.

Sebuah ordonnanz datang terbang ke dalam ruangan tepat saat kami menyelesaikan makan malam.

Itu mendarat di lengan Eckhart, lalu mulai berbicara meniru suara Ferdinand. Rupanya ada masalah dalam jadwal yang artinya dia tidak akan bisa bergabung dengan kami.

Eckhart menghela nafas kecewa, lalu mengeluarkan schtappe untuk membuat ulang ordonnanz dan mengirim balasan. “Kami menemukan pohon ruelle tanpa masalah dan akan mengumpulkan ruelle malam ini seperti yang telah direncanakan. Justus juga akan mengumpulkan beberapa untuk anda, Lord Ferdinand. ”

Aku pergi ke kamarku untuk berganti pakaian setelah makan malam, mengenakan gaun sederhana tanpa ornamen yang terbuat dari kain yang sangat kuat. Di baliknya aku mengenakan jenis celana yang sama yang dipakai ksatria wanita sehingga aku tidak perlu khawatir rokku terangkat.

"Ini tidak terlalu imut, kan?" tanya Nicola, kekecewaan jelas dalam suaranya.

Monika, di sisi lain, berbagi kecintaan Wilma pada hal-hal sederhana. Dia menggelengkan kepalanya. “Hiasan tidak diperlukan saat berburu di hutan, Nicola. Yang terpenting adalah mengenakan sesuatu yang mudah bergerak. Benar kan, Lady Rozemyne?”

"Tepat. Hal terakhir yang aku butuhkan adalah hiasan yang menghalangiku malam ini.”

Mereka mengoleskan selapis gel ke rambutku agar tetap menyatu, lalu mengikat semua rambut itu menjadi kuncir kuda. Kemudian, mereka mengganti sepatu pendek yang ku kenakan saat berjalan di sekitar mansion musim dingin dengan sepatu bot kulit setinggi lutut yang sempurna untuk bergerak di dalam hutan. Aku bisa merasakan ledakan kegembiraan setiap kali mereka mengencangkan tali.

Sudah lama sekali aku tidak pergi ke hutan, dan bahkan lebih lama lagi sejak aku memulung! Aku harus mengerahkan segalanya untuk ini!

Sejak memasuki gereja, aku hampir tidak pernah pergi ke hutan. Gadis suci biru magang dilarang melakukan pekerjaan, dan para pelayanku—terutama Fran— sepenuhnya menentangku pergi ke hutan. Belum lagi, bahkan ketika aku ingin pergi, staminaku pada akhirnya akan membuatku menjadi beban bagi orang lain. Pada akhirnya, aku selalu tertahan di gereja, menyaksikan Lutz dan Gil pergi ke hutan sebagai bagian dari proses pembuatan kertas workshop. Dan sekarang setelah aku menjadi putri angkat Archduke, aku menghabiskan seluruh waktuku pulang-pergi antara gereja dan kastil.

Aaah, aku sangat bersemangat!

Begitu sepatu bot ku pakai, aku berdiri dan membiarkan pelayan memasangkan sabuk kulit di pinggangku. Itu memiliki kantong dengan sarung tangan pengumpul dan ruang untuk bahan, ditambah wadah bagiku untuk meletakkan batu feystone. Mereka juga mengenakan sabuk kulit kedua, yang ini menahan pisau sihir yang telah Ferdinand siapkan untuku. Setahuku, hanya itu yang aku butuhkan untuk memulung.

Aku menatap pisau dan semua alat mulung di ikat pinggangku dan terkikik. Aku mungkin tidak memiliki armor seperti Brigitte, tapi pakaianku terlihat sangat keren dan heroik.

“Bagaimana penampilanku, Monica? Nicola?”

“Saya pikir anda terlihat sangat handal,” kata Monica dengan tenang.

Nicola, sebaliknya, mengepalkan tinju dan menatapku dengan kegembiraan yang jelas di matanya. “Anda terlihat sangat kuat, Lady Rozemyne! Dan sangat keren!”

Senang melihat Nicola memberiku pujian yang ku cari, aku keluar dari kamar dan menuju ke tempat semua orang menunggu.

"Eckhart, bukankah aku terlihat seperti gadis terkuat yang pernah kamu lihat?" tanyaku, merentangkan tangan agar dia dan yang lain bisa melihat.

Eckhart melebarkan mata, lalu menggelengkan kepala dengan ekspresi sangat kecewa. “Kau tidak boleh melakukan apa pun selain mengumpulkan ruelle. Paham?" katanya, seolah berbicara dengan anak kecil yang selalu menolak patuh.

"Fine..."

Setelah semua siap, kami berangkat. Aku berharap malam akan sedikit lebih cerah mengingat bulan purnama, tetapi sebenarnya cukup gelap. Aku melihat ke atas dengan bingung dan melihat bahwa warna bulan sedikit berbeda dari yang kulihat sebelumnya.

"A-Apa hanya firasatku, atau saat ini bulan berwarna ungu?!" Aku berteriak, menunjuk ke langit malam. Aku agak merinding dengan warnanya, tetapi mereka semua hanya melirik tanpa banyak reaksi.

"Ini Malam Schutzaria," kata Justus sambil mengangkat bahu.

Sementara itu, Eckhart menatapku dengan terkejut. "Apa kau belum pernah melihatnya, Rozemyne?"

"Tidak pernah. Aku biasanya tidak keluar di jam selarut ini, dan di musim gugur, aku biasanya terbaring di tempat tidur,” aku menjelaskan. Tetapi meskipun begitu, aku hidup di dunia ini selama tiga tahun sekarang, dan tidak pernah ada orang yang mengungkit apa pun tentang bulan yang berubah warna menjadi ungu.

“Cuaca menjadi jauh lebih dingin setelah Malam Schutzaria, jadi disebut sebagai hari dimana kekuatan Ewigeliebe Dewa Kehidupan akhirnya melampaui kekuatan Schutzaria sang Dewi Angin. Sebaliknya, bulan berwarna merah pada Malam Flutrane di awal musim semi. Karena inilah saat salju mulai mencair, dikatakan sebagai hari dimana Kekuatan Flutrane Dewi Air akhirnya melampaui kekuatan Ewigeliebe Dewa Kehidupan.”

Malam ini rupanya bukan satu-satunya malam di mana bulan berubah warna. Itu terjadi setiap tahun ketika musim berganti, dan karena penguatan relatif mana tidak ada hubungannya dengan rakyat jelata miskin di kota bawah, aku menyimpulkan bahwa keluargaku tidak repot-repot memberi tahuku ketika aku terbaring di tempat tidur karena demam.

“Lady Rozemyne, Ruelles mekar di bawah cahaya bulan purnama. Sekarang seharusnya waktu yang tepat untuk memulai,” kata Justus sebelum mengeluarkan highbeast-nya, melompat, dan terbang menjauh.

Aku melakukan hal yang sama, mengikutinya sambil menatap bulan ungu yang bersinar dengan tidak nyaman. Brigitte dan Damuel berada di kanan-kiriku, sementara Eckhart mengikuti dari belakang.

Kami melewati kota pertanian, yang sekarang sepi karena semua orang bepergian ke mansion musim dingin, dan melesat ke hutan sampai kami menemukan pohon yang Justus sebutkan saat makan malam. Dia telah terbang ke hutan tanpa ragu sedikit pun karena telah mengetahui dengan tepat ke mana harus pergi, meski, meskipun dia menyebutkan telah menandai pohon itu, aku tidak tahu bagaimana dia menemukannya.

"Lady Rozemyne, itu pohon ruelle," kata Justus.

Pohon itu tinggi dan tanpa daun, sebaliknya memiliki cabang-cabang logam mana lusinan bunga yang mirip dengan magnolia putih bermekaran. Masing-masing memancarkan aroma pekat.

“Kelopak bunga akan terkelupas dari luar saat bulan purnama menyinari mereka, dan ruelle di dalamnya akan tumbuh. Ini akan memakan waktu sebelum benar-benar matang,” jelasnya.

Aku mengangguk, mendorong Lessy lebih dekat ke salah satu bunga. Baunya semakin kuat saat aku mendekat, jadi aku memejamkan mata dan perlahan menghirup aroma manisnya. Singkatnya, itu memikat.

“Apakah kelopak bunga akan menjadi bahan yang bagus juga? Aku pikir Kau bisa membuat parfum yang sangat bagus darinya,” kataku.

Justus menatap bunga-bunga itu dengan mata menyipit. “Hm. Harus kukatakan, aku tidak tahu ruelles mengeluarkan bau sekuat ini. Malam Schutzaria mungkin memiliki efek yang berbeda pada mereka daripada bulan purnama lainnya. Astaga, ayo kita coba. Aku akan mengambil satu untuk dibawa pulang,” katanya, terdengar lebih seperti sedang bicara dengan dirinya sendiri daripada benar-benar menjawabku. Dia dengan bersemangat mengeluarkan schtappe dan, setelah bergumam tentang bagaimana ruelles ini tidak seperti yang dia lihat sebelumnya, meneriakkan "meser."

Justus menarik highbeast, schtappe-nya sekarang berbentuk pisau. Dia berdiri di atas sanggurdi dan mulai memotong cabang untuk mengambil beberapa bunga. Dari sana, ia memangkas bagian-bagian dahan yang tidak penting, hanya menyisakan dahan-dahan yang terhubung dengan bunga, yang dengan hati-hati ia masukkan ke dalam kantong.

“Justus, aku juga ingin mencobanya.”

"Hah? A-Ah, benar. Maafkan saya, Lady Rozemyne,” jawabnya, mengangkat kepalanya dengan tatapan canggung sebelum segera memasang senyum bangsawan. Sepertinya dia benar-benar melupakan orang lain, menjadi sepenuhnya asyik dengan hobi kecilnya sendiri. “Kalau begitu, tolong perkuat pisaumu dengan mana dan cobalah untuk memotong cabang seperti yang aku lakukan.”

"Oke!" seruku, meniru Justus dan bergerak untuk memotong cabang dengan pisau yang Ferdinand berikan padaku. Itu sedikit seperti latihan, tetapi aku perlu memastikan apakah aku bisa mengumpulkan barang-barang dengan kekuatanku sendiri atau tidak.

Dengan pisau sihir di tangan kanan, aku membawa Lessy dalam jarak menyentuh bunga dan kemudian mencondongkan tubuh ke luar jendela. Aku mencengkeram dahan tipis di satu tangan dan menekan pisau berisi mana ke sana. Untuk sesaat, jantungku berdebar karena khawatir apakah itu benar-benar akan terpotong atau tidak, tetapi pisau itu meluncur kedalam cabang seperti mentega.

"Wow. Itu berlalu dengan sangat mudah..." Aku bergumam, melihat dahan ruelle di satu tangan dan pisau sihir di tangan satunya. Pisau itu sangat baik, yang bahkan memungkinkan seseorang yang lemah sepertiku untuk mampu memotong cabang tanpa menggunakan banyak mana.

Aku yakin aku akan benar-benar berguna di hutan di rumah jika aku membawa salah satu dari pisau ini , pikirku, membuang dahan berlebih dan memasukkan bunga yang terkumpul ke dalam salah satu kantongku.

"Whew. Sepertinya Kau akan baik-baik saja dalam memulung,” kata Eckhart, tampaknya sedikit khawatir aku tidak akan mampu menanganinya sendiri.

“Lady Rozemyne, mengumpulkan buah akan dilakukan dengan cara yang sama. Anda hanya perlu memotong dahan dan akhirnya menyisakan buah,” jelas Justus.

"Oke. Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang,” jawabku, menghela napas lega. Sepertinya aku tidak akan kesulitan mengumpulkan ruelle.

“Oh, bunganya.”

Tampaknya menerima cukup cahaya bulan, kelopak bunga yang cukup besar mulai berhamburan. Itu terkelupas satu per satu, berkibar tertiup angin dan berputar-putar ke tanah seperti daun ditiup angin. Saat menyentuh tanah, itu menghilang seolah-olah menjadi satu dengan lantai hutan, sebuah ekspresi keindahan sesaat yang tidak bisa kualihkan dari pandanganku.

Pemandangan menyihir itu sama sekali tidak bertahan lama. Tanpa kusadari, semua kelopaknya hilang, dan tidak ada satu bunga pun yang tersisa di cabang-cabangnya. Tapi ada kristal ungu kecil yang tampak seperti batu kecubung seukuran jari kelingkingku yang sekarang tumbuh menggantikannya.

“Itu adalah buah ruelle. Itu tumbuh menjadi sebesar ini ketika dibawah bulan purnama,” kata Justus, memegang ibu jari dan jari telunjuk sekitar sepuluh sentimeter terpisah. Bibirnya kemudian melengkung menjadi kerutan ketat saat dia melihat ruelle. “Aku cukup yakin ini berwarna kuning muda ketika aku mengumpulkannya dulu. Saat melihatnya pertama kali, semuanya berwarna ungu,” lanjutnya, jelas tenggelam dalam lamunan. Mudah untuk mengatakannya karena nada suaranya telah benar-benar berubah.

"Apakah buah berubah warna berdasarkan warna bulan?"

“Mungkin saja. Saya juga akan mengambil beberapa untuk saya laporan kepada Lord Ferdinand. Er... itu, jika anda mengizinkan saya melakukannya, Lady Rozemyne.”

"Jika itu untuk laporan dan penelitianmu, maka aku tidak mengerti mengapa harus kutolak," jawabku. "Jangan kumpulkan semuanya, kurasa?"

Tapi percakapanku dengan Justus di sisi lain cabang ruelle terpotong oleh suara gemerisik rumput—langkah kaki, datang mendekat. Dan bukan hanya satu atau dua pasang langkah kaki. Saat aku menyimpulkan bahwa setidaknya ada lusinan di antara mereka, aku melihat sekawanan hewan—beberapa tampak seperti kucing besar, sisanya seperti tupai—melompat dari semak-semak dan bergegas mendekat. Mereka adalah hewan kecil berbulu yang bahkan tidak cukup tinggi untuk mencapai lutut Damuel, tetapi mata merah mereka yang berkilau menakutkan dalam kegelapan segera menghilangkan semua anggapan bahwa mereka imut.

“Feybeast!” Eckhart berteriak, menarik schtappe dan mengubahnya menjadi wujud tombak sebelum melompat dari highbeast-nya yang turun.

Memanfaatkan momentum turunnya, dia menusukkan tombak ke arah feybeast mirip kelinci bertanduk alih-alih telinga. Tombak itu menembus perutnya dan keluar dari punggungnya, memperlihatkan permata berkilauan yang tertancap di ujungnya. Sesaat kemudian, wujud kelinci itu memudar dan menghilang, sementara permata itu terserap ke dalam tombak.

“Mereka sekilas tidak tampak kuat, tetapi jumlah mereka sangat banyak. Habisi mereka semua!”

"Siap laksanakan!"

Damuel dan Brigitte sama-sama melompat dari highbeast mereka, menarik schtappe dan mengubahnya menjadi persenjataan pilihan mereka. Dengan ayunan demi ayunan, mereka mulai menebas feybeasts.

“Eckhart! Banyak yang berdatangan!” Aku berseru.

Karena aku masih mengendarai highbeastku tinggi-tinggi di udara, aku bisa melihat feybeasts berkerumun di sekitar pohon. Ada lebih banyak mata berkilau di semak-semak daripada yang bisa kuharapkan, semuanya menatap ke arah kami jelas-jelas dengan permusuhan. Sebuah getaran menjalari tulang punggungku pada permusuhan di udara.

“Rozemyne, jangan turun dari highbeastmu apapun yang terjadi! Prioritaskan memulung di atas segalanya!”

Mengelilingi pohon ruelle dengan punggung mereka, ketiga ksatria mengangkat senjata dan mulai menebas gerombolan itu. Mereka mengayunkan tombak, menjatuhkan beberapa feybeast ke samping dan menikam yang lain sampai mati. Beberapa memudar, sementara yang lain terbaring lemas di tanah.

“Eep?!”

Gerombolan feybeast mengerumuni yang lemas dan dengan cepat mulai melahap mereka. Melihat mereka memprioritaskan kanibalisme didepan ksatria bersenjata membuatku merinding.

Ketika gerombolan itu akhirnya kembali menyebar, semua feybeast yang lemas hilang. Yang menggantikan mereka adalah feybeast tunggal, yang sekarang jauh lebih besar dari feybeast lain.

“Damuel! Tetap bidik feystone, bahkan dengan feybeast lemah! Jika feybeast lain memakan feybeast lemah, pertarungan hanya akan semakin menyulitkan kita!” teriak Eckhart, yang cukup bagiku untuk menyimpulkan bahwa feybeasts berkembang dari memakan feystones. Dan feybeast yang lebih besar memakan feybesat yang lebih lemah di sekitarnya untuk tumbuh lebih besar.

Setelah mendengar peringatan Eckhart, Damuel buru-buru menikam feybeast besar dengan tombaknya berulang-kali sampai, akhirnya, dia berhasil menembus feystone itu. Tampaknya semua itu tidak cukup mudah baginya, terlebih ketika feybeast bisa tumbuh lebih kuat dengan kanibalisme. Tetapi di atas segalanya, jelas bahwa dia didesak jauh, jauh lebih keras daripada Brigitte dan Eckhart.

"A-aku perlu melakukan sesuatu... Tapi apa?" Dalam kepanikan, aku memeras otak untuk sesuatu yang bisa aku lakukan, tetapi Justus hanya menggelengkan kepala.

"Tidak ada yang bisa anda lakukan, putri."

Memang, tetapi aku masih ingin membantu. Aku berpikir sekeras yang aku bisa, berusaha untuk tidak membiarkan rasa takut dimakan oleh feybeasts menguasaiku. Tetapi saat menghadapi pertempuran, yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa kepada para dewa.

“Ba-Bagaimana dengan perisai? Aku bisa mengelilingi pohon dengan Perisai Schutzaria dan menghentikan feybeasts! Itu akan memberi mereka waktu untuk pulih, dan—”

"Tidak! Perisai mana akan menghentikan cahaya bulan purnama mencapai pohon! Semua usaha kita akan sia-sia jika tidak bisa mengumpulkan ruelle,” kata Justus, menuntunku untuk menggigit bibir. “Putri, anda hanya perlu memikirkan memulung. Serahkan pertempuran pada para ksatria.”

Dia benar. Tindakan yang cerdas adalah membiarkan para ahli melakukan tugas mereka. Tapi aliran feybeast yang tampak tak berujung mengalir dari semak-semak, dan ketiga ksatria itu kewalahan tanpa harapan.

"Justus, apakah feybeasts selalu berkerumun dalam gerombolan seperti ini?"

“Tidak, hampir sama sekali tidak ada feybeast di bulan purnama tempat aku mengumpulkan ruelle. Ini tidak normal. Ferdinand menyebutkan bahwa Malam Schutzaria itu istimewa, bukan? Sejumlah besar mana harus terkandung di dalam buah-buahan untuk menarik begitu banyak feybeasts. Tapi bisa dibilang... kami tidak memperkirakan yang datang akan sebanyak ini,” kata Justus dengan gigi terkatup, memperjelas bahwa dia berkonflik dengan situasi saat ini.

Berburu adalah prioritas utama di sini, dan yang bisa kami lakukan hanyalah menyaksikan ruelles perlahan terus tumbuh. Tetapi pertumbuhan mereka sangat lambat sehingga benar-benar membuat frustrasi.

"Justus, berapa lama lagi ini akan berlangsung?!" Eckhart berteriak dari bawah, suaranya panik.

Justus menjawab dengan geraman, masih memelototi ruelles. “Mereka bahkan belum setengah jalan menuju ukuran penuh!”

“Jumlah feybeast lebih banyak dari yang bisa kita hitung yang menargetkan ruelle! Mereka tidak ada habisnya!”

Dari ketiga ksatria, Damuel memiliki mana paling sedikit dan terlihat paling berjuang. Bahunya naik turun saat dia terengah-engah. Dia mungkin lebih cepat kelelahan karena harus mengkompensasi kekurangan mana dengan kekuatan fisik mentah.

“Justus, jika kita tidak bisa memakai perisai karena itu akan memblokir mana, lalu bagaimana dengan doa perlindungan suci? Bisakah aku berdoa kepada Angriff, Dewa Perang dan memberi mereka berkah?”

Justus mengayunkan kepala untuk menatapku seolah-olah dia benar-benar lupa aku bisa melakukan itu, lalu mengangguk dengan mata berbinar. “Ya, itu akan sangat aman. Mohon berkati mereka, putri.”

“Wahai Dewa Perang Angriff, dari dua belas agung Dewa Api Leidenschaft, hamba berdoa agar kalian memberi mereka perlindungan suci,” aku berdoa, memfokuskan mana ke dalam cincinku.

Cahaya biru dari berkah tersebar di sekitar pohon, menghujani ketiga ksatria. Seketika, segala sesuatu tentang pertempuran mereka berubah; mereka tampak bergerak lebih cepat dan lebih gesit dari sebelumnya, bahkan menebas lebih banyak feybeast sekaligus seolah-olah senjata mereka bertambah tajam.

"Lady Rozemyne, perlindungan suci ini luar biasa!" Brigitte berseru. Jelas dari nada suaranya bahwa dia sangat gembira, dan ada kilau di mata amethystnya saat dia melihat sekelilingnya. Tiba-tiba, dia menekuk lutut, roknya mengembang saat dia dengan cepat mengubah posisi. Pada awalnya, aku tidak mengerti alasan mengapa dia mengubah kuda-kudanya, tetapi dia kemudian tiba-tiba mengayunkan pedang panjang—senjata tonggak dengan bilah yang sedikit melengkung di ujungnya.

“HAAAAAA!” dia meraung, senjatanya bersiul saat menebas udara.

Setiap feybeast di hadapannya langsung hancur dan memudar. Feybeast di dekatnya mulai mengerumuni feybeast lemah yang selamat dari serangan itu, akan tetapi Brigitte kembali menyiapkan senjatanya dan mengambil langkah ke arah mereka.

"ENYAHLAH!" dia kembali meraung, menginjak tanah saat dia mengayunkan senjatanya ke bawah. Bilahnya yang panjang berkelebat, memotong seluruh gerombolan menjadi berkeping-keping dalam sekejap. Melihatnya terus-menerus mengayunkan pedang tanpa jeda yang sungguh terlihat heroik, dan mengingatkanku bahwa Karstedt menyebutkan bahwa dia memiliki mana lebih banyak daripada Damuel.

"Ini akan membuat segalanya lebih mudah," kata Eckhart, sekarang memiliki waktu yang jauh lebih sulit untuk membunuh feybeasts bersama Damuel.

“Lady Rozemyne, tolong pegang dengan kuat ruelle ini dan alirkan mana ke dalamnya. Terus lakukan itu sampai warnanya sepenuhnya berubah,” kata Justus, menunjuk ruelle yang sekarang besar.

Aku menjawab dengan mengangguk, masih terganggu dengan apa yang terjadi di bawah kami.

“Putri, tugas mereka adalah berburu highbeast di dalam kadipaten. Anda tidak perlu mencemaskan mereka,” lanjut Justus, menatapku dengan tegas. “Tolong fokus dalam mengumpulkan. Pertarungan mereka tidak akan berakhir sampai anda menyelesaikannya.”

Aku kembali mengangguk, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam ruelle yang cukup besar. Sama seperti penampilan kristalnya, itu keras dan halus saat disentuh.

Aku harus menyelesaikannya secepat mungkin.

Para ksatria harus terus bertarung sampai aku selesai mengumpulkan. Aku memelototi ruelle di depanku saat aku mulai mengalirkan mana ke dalamnya, tapi tidak seperti feystone yang ku pakai untuk membuat Lessy, aku kesulitan memasukkan mana. Aku bisa merasakan perlawanan, seolah-olah itu tidak bekerja. 'Tidak ingin mana asing masuk.

“Kamu merasakan perlawanan keras karena feyplant itu hidup. Kau tidak ingin mana orang lain masuk ke dalam dirimu, bukan?” Justus menjelaskan.

Itu masuk akal. Aku bisa mengingat betapa menjijikkan rasanya ketika Ferdinand mencoba mengalirkan mana ke dalam diriku untuk menyembuhkan lukaku saat pemusnahan trombe.

“Putri, saya akan mengumpulkan beberapa ruelle lain sambil berjaga-jaga,” kata Justus, mengenakan sarung tangan penahan mananya sendiri dan mengumpulkan banyak ruelle yang masih murni untuk tujuannya sendiri. Dia selesai dalam waktu singkat karena dia tidak perlu mewarnai mereka dengan mana.

Aku meremas kristal ruelle di tanganku, terus mengalirkan mana ke dalamnya. Keringat bercucuran di dahiku meskipun itu adalah malam musim gugur yang sejuk. Buah ungu mulai berubah menjadi kuning samar saat aku berulang kali membombardirnya dengan mana, mencoba menundukkan perlawanannya.

Sedikit lagi......

Saat aku mencengkeram buah itu, salah satu feybeasts seperti tupai menghindari serangan para ksatria dan mulai bergegas ke atas pohon, akan tetapi Justus dengan cepat menendangnya untuk Damuel habisi. Itu tidak berhasil menyakitiku atau semacamnya, tetapi aku benar-benar tidak bisa bergerak saat mencengkeram ruelle, dan pemahaman itu merasukiku dengan rasa takut yang tak terlukiskan.

Aku terus mengalirkan mana ke dalam buah, melantunkan Cepat!di kepalaku.

"Justus! Apa ini sudah cukup? Apa itu sudah diwarnai sepenuhnya? ”

"Sangat. Cepat ambil.”

Setelah Justus mengiyakan bahwa buah itu telah selesai berubah warna, aku mengeluarkan pisau dan memotong dahan yang melekat padanya. "Dimengerti!"

“Baiklah, semua! Mundur!" Eckhart meraung, suaranya bergema di hutan.

Tepat ketika aku mulai sedikit rileks, ada pekikan keras, dan seekor highbeast mirip kucing yang memanjat pohon lain melompat ke arahku. Mulutnya terbuka lebar sampai-sampai rahangnya terlihat seperti bisa terkilir setiap saat. Dengan giginya yang berkilau terbuka dan cakarnya yang tajam menonjol, makhluk itu menerjang ke arahku.

“Eep?!” Aku mempertahankan diri dengan menyilangkan tangan di depan wajahku dan menutup mataku rapat-rapat.

"Putri!" Justus mencambuk feybeast itu dengan schtappe tepat saat aku merasakan sentakan di tanganku. Aku secara refleks membuka mata dan melihat feybeast jatuh ke tanah, dengan ruelleku di mulutnya.

“Ruelleku!” Aku berseru, segera mencoba mengikutinya dengan Lessy, tapi Justus menghentikanku dengan teriakan tajam.

“Tidak, putri! Eckhart, biarkan saja!”

Eckhart telah mencoba terbang mengejar feybeast itu sendiri, tetapi, bahkan sebelum menyentuh tanah, itu meledak. Atau... begitulah kelihatannya.

Post a Comment