“Kelas benar-benar penting, jadi tolong prioritaskan perencanaan seputar kelas Lady Hannelore,” kata Solange kepadaku. Aku mengirim surat undangan ke Hannelore setelah Brunhilde mengatur jadwalku, tetapi dia menjawab bahwa dia tidak dapat hadir pada tanggal pertama yang dikemukakan, karena bertabrakan dengan pelajaran sosiologinya. Namun, tanggal lain segera dipilih, dan sekarang pesta teh kutu buku sedang berlangsung.
"Kita perlu
mengirim undangan ke Profesor Solange juga," kata Brunhilde, jadi aku
cepat-cepat menulis surat undangan dan kemudian setengah melompat ke
perpustakaan.
Woohoo! Pesta
teh bersama Profesor Solange dan Lady Hannelore!
Pesta teh kutu
buku diadakan di kantor perpustakaan, dan aku sudah bisa merasakan kegembiraanku
terus meningkat. Aku harus berhati-hati agar tidak terlalu emosional.
“Lady datang.”
"Lady. Book
time?”
"Oh.
Rozemyne benar-benar datang.”
Suara terakhir
itu adalah Hildebrand, yang bersama Schwartz dan Weiss saat aku memasuki
perpustakaan. Dia datang untuk melihat mereka berkali-kali selama beberapa hari
terakhir—tampaknya dia akan membelai mereka sampai dia puas dan kemudian
melanjutkan pekerjaannya. Bahkan para shumil telah mencatat bahwa dia sangat
bosan. Dia meminjam panduan belajar untuk tahun pertama tetapi tampaknya
mengatakan bahwa ada beberapa buku yang bisa dia baca secara umum. Sangat
menyedihkan dia ingin membaca tetapi hanya memiliki sedikit pilihan, jadi aku
mengirim surat ke Ehrenfest menanyakan apakah aku dapat meminjamkan buku
anak-anak yang telah aku buat untuknya.
"Selamat
siang, Pangeran Hildebrand."
Aku melakukan
salam biasa sebelum menuju ke tempat Solange berada. Dia berkata sambil tertawa
bahwa sekarang pekerjaannya jauh lebih menegangkan karena dia menjadi tuan
rumah keluarga kerajaan setiap hari—walaupun dia sudah sedikit lebih terbiasa,
karena dia tahu bahwa dia hanya berkunjung untuk melihat Schwartz dan Weiss.
“Profesor
Solange, kita sudah menentukan tanggal untuk pesta teh,” kataku sambil
menunjukkan surat undangan.
Solange
menerimanya dengan senyum gembira. “Ya ampun... Sungguh menarik. Hm... Empat
hari dari sekarang, aku mengerti.” Dia sepertinya jarang pergi ke luar
perpustakaan, dan karena dia kurang bersosialisasi dengan profesor lain selama
musim dingin, ketika para siswa berkunjung, dia mengatakan bahwa dia sangat senang
dengan pesta teh kami tahun lalu. Aku sendiri akan menaruh antusiasme dalam
persiapan ini.
Saat kami saling
tersenyum, sebuah suara muda menyela. "Ada pesta teh empat hari dari
sekarang?" tanya Hildebrand. Sepertinya dia berkeliaran bersama Schwartz
dan Weiss. "Kalau begitu, haruskah aku menahan diri untuk tidak pergi ke
perpustakaan?"
Schwartz dan
Weiss akan melakukan pekerjaan di ruang baca seperti biasa, jadi aku berasumsi
tidak ada masalah jika Hildebrand datang menemui mereka, tetapi tampaknya
mengadakan pesta teh santai di kantor dengan kehadiran keluarga kerajaan hadir
disana secara sosial tidak dapat diterima.
Mungkin aku
harus memintanya untuk tetap di sini? Entahlah, menoleh ke Solange agar dia memberikan
jawaban terakhir. Dia meletakkan tangan di pipi dan menatapku.
“Lady Rozemyne, bagaimana
menurutmu mengundang Pangeran Hildebrand ke pesta teh kita? Dia terdaftar
sebagai asisten pemasok mana, dan kita perlu memberitahukan itu kepada Lady
Hannelore.”
Oh. Hah. Aku
mendapat kesan bahwa kami mengadakan pesta teh khusus perempuan, tetapi jika
kami menganggapnya sebagai pertemuan Komite Perpustakaan, kami pasti
menginginkan pangeran di sana juga.
Hannelore mungkin
akan merasa situasi lebih mudah untuk ditangani jika kami memberinya peringatan
terlebih dahulu bahwa Hildebrand menghadiri pesta tehnya dan kemudian
menyebutkan bahwa dia telah bergabung dengan komite pada hari itu, daripada
membuatnya tahu pada menit terakhir bahwa dia akan berada di hadapan keluarga
kerajaan.
Saat aku
mengangguk pada diriku sendiri, Hildebrand melihat antara Solange dan aku, mata
ungu cerahnya penuh dengan harapan. Aku balas tersenyum, dalam hati bersyukur
bahwa aku tidak hanya menyuruhnya pergi sebelum berkonsultasi dengan Solange.
“Pangeran
Hildebrand, aku juga ingin mengirimimu surat undangan,” kataku. “Aku tahu betul
ini permintaan yang sangat mendadak; semoga itu tidak mengganggumu.”
"Tentu tidak,"
jawab pangeran. “Bahkan, aku akan menyukainya. Tidak banyak tempat yang bisa aku
kunjungi.” Dia secara positif berseri-seri pada gagsab itu, tapi bagaimana
dengan para pengikutnya? Aku melirik untuk melihat bahwa mereka semua
mengenakan senyum terpampang, dan salah satunya memberi isyarat dengan matanya
ke Brunhilde.
"Aku ingin
mendengar detailnya dari salah satu pelayanmu, Lady Rozemyne."
“Brunhilde.”
"Dimengerti."
Meskipun tegang
karena cemas, Brunhilde tersenyum tenang dan menghampiri pengikut pangeran. Aku
merasa sedikit bersalah padanya, harus tiba-tiba bekerja dengan pengikut keluarga
kerajaan, tetapi tidak ada waktu untuk kasihan. Aku kembali mengalihkan
perhatianku ke Hildebrand.
"Aku tidak
sabar," katanya. “Hampir semua pesta teh yang aku hadiri hanyalah antara
aku dan ibuku.”
Hildebrand baru
saja dibaptis dan masih agak baru dalam bersosialisasi. Selain beberapa pesta
teh dengan keluarga ibunya, dia hampir tidak memiliki pengalaman apa pun.
Semoga pertemuan kami akan membantunya menghilangkan kebosanan.
"Apakah Kamu
akan membaca lagi hari ini, Lady Rozemyne?" sang pangeran bertanya.
"Aku akan tinggal bersama Weiss, jadi kamu bisa pergi ke lantai dua tanpa perlu
cemas."
Dengan kata lain,
itu adalah reading time. Hildebrand adalah anak baik yang tahu betapa
bergairahnya aku dengan buku—karena alasan inilah dia selalu menyarankan agar aku
membaca hanya setelah diskusi singkat. Aku berterima kasih padanya dan kemudian
naik ke lantai dua, seperti yang biasa aku lakukan sekarang.
_____________
Cahaya dari semua
warna berbeda terukir di tanganku, menarikku dari bukuku dan memberi tahuku
bahwa bel akan segera berbunyi. Sudah waktunya makan siang, jadi aku meminta
Philine mengembalikan bukuku dan kemudian mulai menuju pintu keluar. Hildebrand
sudah tidak terlihat, artinya perpustakaan itu sunyi dan tidak ada siswa lain.
Aku mengucapkan perpisahan
pada Schwartz dan Weiss, dan bel berbunyi tepat saat aku melangkah keluar
perpustakaan. Tujuanku sekarang adalah gedung pusat, tetapi ketika aku berjalan
ke sana, aku melihat wajah yang familier berjalan cepat ke arahku. Itu adalah
Raimund, murid Hirschur—dan sekarang juga murid Ferdinand.
"Lady
Rozemyne," katanya setelah memperhatikanku, memasang senyum yang
benar-benar bahagia. Dia meminta izin untuk melanjutkan dan kemudian secara
terbuka mulai mengucapkan terima kasih. “Lord Hartmut mengatakan kepadaku bahwa
Kamulah yang meminta Lord Ferdinand untuk membawaku di bawah sayapnya. Terimakasih
banyak karena dengan itu dia menerimaku sebagai murid magang.”
(membawa dibawah sayap; mengajari,
mendidik, merawat)
Begitulah cerita rekaan
yang kami gunakan sehingga aku bisa lebih mudah menjadi perantara untuk
Ferdinand dan Raimund. Aku dipilih karena lebih dapat dipercaya bagiku untuk
membuat saran daripada Wilfried atau Charlotte, yang bahkan belum pernah
bertemu Raimund.
“Setelah aku
menjawab daftar pertanyaan dari Lord Ferdinand, dia akan memberiku permasalahan
penelitian baru untuk dikerjakan. Dan ketika sudah selesai, dia akan menilainya,”
kata Raimund, terdengar sangat senang saat dia menunjukkan padaku permasalahan
yang dia terima dan mengatakan bahwa dia akan menghabiskan sepanjang sore dengan
mengunci diri di lab Hirschur. Dia memasang senyum mempesona yang memperjelas bahwa
dia mencurahkan segalanya untuk sesuatu yang dia cintai.
“Raimund, ketika
kamu menyelesaikan masalah, tolong hubungi aku melalui Profesor Hirschur,”
kataku. "Aku akan mengirimkannya ke Lord Ferdinand."
"Benar! Aku
ingin menyelesaikannya sesegera mungkin. Aku memiliki jawaban untuk kumpulan
pertanyaan pertamanya di sini. Tolong segera kirimkan.” Raimund dengan penuh
semangat mengulurkan beberapa dokumen dan memberikannya kepada Hartmut;
sepertinya seseorang telah memberinya kertas pohon untuk digunakan.
"Anggap saja
sudah beres. Sekarang, aku pamit ..."
Aku melanjutkan
perjalanan ke gedung pusat. Di belakangku, aku bisa mendengar derap langkah
kaki yang bersemangat saat Raimund berlari ke gedung cendekiawan.
Segera setelah
kami kembali ke asrama, Hartmut mulai membaca jawaban yang dia terima dari
Raimund. Dia membiarkanku melihat kertas itu juga, dan di atasnya terdapat
daftar pertanyaan tentang Ahrensbach yang seluruhnya ditata seperti tes
geografi; Raimund pada dasarnya telah menyelesaikan ujiannya yang sebenarnya
dan kemudian menerima ujian tambahan ini di waktu luangnya. Aku dapat dengan
mudah membayangkan dia berlarian, dengan putus asa mengumpulkan informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan mendapatkan permasalahan penelitian
berikutnya.
“Aku harus banyak
belajar dari situasi ini...” gumam Hartmut. “Menyihir informan yang berharga
dengan umpan yang cukup, kemudian mengeksploitasi pola pikir seorang siswa yang
putus asa untuk lulus ujian dengan memberi mereka daftar pertanyaan seperti
ujian. Aku belum pernah melihat pengumpulan intelijen yang rasional dan sangat
efisien sebelumnya.” Dia tercengang melihat betapa cepat informasi tentang
internal Ahrensbach jatuh ke tangan kami.
_________________________
"Kami akan
berburu feybeasts hari ini," Roderick mengumumkan Hari Bumi setelah
sarapan. Dia akan pergi bersama beberapa ksatria magang, terutama yang
sebelumnya berasal dari faksi Veronica. Tampaknya Hartmut mendesaknya,
mengatakan bahwa jika dia benar-benat berniat bersumpah nama padaku, dia harus
segera bertindak. Anak-anak lain merasakan hal yang sama, ingin mengumpulkan
feystones untuk berjaga-jaga, meskipun mereka belum memutuskan apa yang akan
mereka lakukan.
"Hati-hati,
Roderick," kataku. "Jangan lupa bahwa kamu hanya seorang cendekiawan."
"Tentu saja,
Lady Rozemyne."
Setelah melihat
Roderick dan yang lainnya pergi, para pengikutku berkumpul di ruang pribadi
untuk merumuskan balasan ke Ehrenfest. Kemarin, kami melaporkan bahwa aku
mengundang Hildebrand ke pesta teh, dan kami mendapat banyak pertanyaan
seperti, “Mengapa?” dan bagaimana?" Aku sudah tahu pagi kami akan
dihabiskan sepenuhnya untuk menulis jawaban, seperti ketika Hildebrand
bergabung dengan Komite Perpustakaan.
“Tapi kali ini,
Profesor Solange yang menyarankan agar dia bergabung dengan kami, jadi mengirim
undangan pastilah tindakan yang benar. Akan lebih lancang jika kita tidak
melakukannya, kan?” Aku bertanya pada Brunhilde, mengingat dia ada di sana. Aku
sangat payah dalam bersosialisasi sehingga aku perlu mendapatkan opini kedua
bahkan pada reaksiku yang paling mendasar.
Dia memberikan
ekspresi tidak nyaman dan berkata, “Akan lebih baik bagi kita jika Kamu mundur
selangkah setelah menyetujui penilaian Profesor Solange, daripada berbicara
dengan pangeran saat itu juga. Kedepannya, bahkan dalam situasi mendesak
sekalipun, mohon serahkan undangan apa pun kepada pelayanmu, daripada mengambil
tindakan sendiri.”
"Dimengerti.
Aku akan melakukannya lain kesempatan.”
Jawaban Brunhilde
dibuat lebih kuat oleh fakta bahwa salah satu pengikut pangeran memang
memanggilnya untuk menangani pengaturan yang diperlukan untuk pesta teh saat
itu juga. Para pengikutlah yang menderita ketika dilemparkan ke dalam situasi
seperti itu, dan ketika menasihatiku tentang apa yang harus dilakukan sebagai
gantinya, bahasa mereka telah bergeser dari yang lebih ringan, "Kamu
mungkin ingin melakukan X pada waktu-waktu tertentu," menjadi jauh lebih
lelah, "Dalam kasus ini, tolong lakukan saja X.”
“Pesta teh itu
sendiri tidak akan menjadi masalah, kan?” Aku bertanya. “Kita memiliki pengalaman
menghadiri pesta teh dengan keluarga kerajaan tahun lalu, dengan Pangeran
Anastasius.”
“Kita memang
menerima undangan, tetapi ini pertama kalinya kami mengirim undangan sendiri, Lady.
Kita sekarang kesepuluh, tetapi ini sepenuhnya berbeda,” kata Rihyarda.
Tampaknya Ehrenfest yang mengundang keluarga kerajaan ke pesta teh apa pun
kurang lebih tidak terpikirkan.
“Kita tidak bisa menariknya,
kan?” Aku bertanya.
"Tentu saja
tidak."
“Yang artinya,
Pangeran Hildebrand jelas mencari undangan saat itu juga, jadi terlepas dari
bagaimana Kamu menanganinya, aku yakin hasil akhirnya akan sama,” kata
Brunhilde, menambahkan dalam gumaman bahwa pengikut pangeran meminta maaf
dalam-dalam. Didorong oleh minimnya pengalaman kami, Hildebrand dan aku telah
membawa penderitaan bagi pengikut kami dengan bertindak tanpa landasan yang
tepat. Sangat disayangkan, paling tidak.
Hartmut dan
Philine merangkum percakapan kami untuk dikirim ke Ehrenfest, dan sementara
para cendekiawan menulis balasan, aku dan pelayanku menyelesaikan rincian pesta
teh. Saat itulah Cornelius, yang berjaga di luar pintu, bergegas masuk. "Lady
Rozemyne, Roderick kembali dengan terluka!" serunya.
Aku berdiri
tiba-tiba dan langsung pergi ke ruang umum. Di sana, aku menemukan Charlotte
dan yang lain di sekitar Roderick, yang dipenuhi luka dan memar.
“Roderick,
kudengar kau terluka,” kataku.
“Feybeast yang
kuat muncul saat kami berburu,” jelasnya. Tampaknya dia berhasil menghindari
serangan tetapi akhirnya bertabrakan dengan seorang ksatria magang.
"Mereka menyuruhku kembali agar aku bisa meminta bala bantuan."
Aku menoleh ke
Cornelius tepat ketika Wilfried dan pengawalnya memasuki ruangan, bersenjata
lengkap. "Jangan khawatir," kata Wilfried. "Akan kami tangani."
"Wilfried..."
Rupanya, dia pergi untuk bersiap-siap segera setelah Roderick kembali. Aku
melihat archknight magang dan beberapa ksatria pengawal magang Charlotte di
antara rombongannya.
“Para ksatria keluarga
archduke yang mengetahui metodemu dan dilatih oleh Lord Bonifatius adalah ksatria
terkuat,” Wilfried menjelaskan. Dia juga telah menumbuhkan mana-nya, dan sejak
awal dia memiliki banyak mana sebagai anggota keluarga archduke. Karena dia
masih kecil, dia diharuskan untuk berpartisipasi dalam pelatihan dengan ksatria
magang, jadi dia memutuskan untuk memimpin bala bantuan. “Kau dan Charlotte
harus menjaga asrama. Ksatria pengawalmu dapat melindungi Charlotte. Dan
sekarang, kita harus bergegas.”
"Dimengerti."
"Hati-hati, kakak..."
kata Charlotte, mata nilanya goyah saat dia melihat semua orang pergi. Aku juga
melihat mereka pergi dan kemudian menoleh ke Roderick. Luka-lukanya tampak
menyakitkan, jadi aku segera mengeluarkan schtappe.
“Semoga
kesembuhan Heilschmerz diberikan pada Roderick,” kataku, menyebabkan cahaya
hijau menyelimutinya dan memulihkan lukanya. Dia sedikit melebarkan mata dan
kemudian melihat ke bawah ke anggota tubuhnya; itu pasti pertama kalinya dia
disembuhkan. “Kamu harus minum ramuan peremajaan, baik untuk mana dan
staminamu.”
Kata-kataku pasti
mengingatkan Roderick pada keberadaan ramuan peremajaan, saat dia buru-buru
mengambil botol yang ada di antara ikat pinggangnya dan menenggak isinya. Dia
kemudian menghela nafas dan berkata, “Terima kasih, Lady Rozemyne. Rasa
sakitnya mereda.”
"Apa yang
sebenarnya terjadi...?" Aku bertanya. "Jelaskan feybeast apa yang
muncul."
Roderick
mengangguk dan berkata bahwa mereka menemukan feybeast hitam besar seperti
anjing. "Itu lebih tinggi dari orang dewasa, bahkan ketika berlari dengan
keempat kakinya," katanya. “Dan ketika dia bergerak, area di sekitarnya
berubah. Aku melihat pohon-pohon layu dan membusuk, menghitam tepat di depan
kami. Ia juga memiliki banyak mata—mata merah besar seperti mata anjing normal
dan beberapa mata hitam kecil di dahinya, yang berubah warna saat diserang.”
"Bukankah
itu ternisbefallen?!" Leonore berteriak dengan suara tajam, mata nilanya
melebar. Di antara ksatria pengawalku, dialah yang paling pendiam dan paling
terpelajar dari mereka semua; dia jarang berteriak panik seperti itu.
"Apa itu
ternisbefallen?" Cornelius bertanya, mengerutkan kening bingung.
"Apakah ini serius...?"
Leonore
mengangguk berulang kali, ekspresinya sekeras batu. “Itu feybeast yang tumbuh
dengan mana,” katanya. “Mirip dengan trombe lokal kita, dan aku pernah membaca itu
tinggal di selatan Yurgenschmidt. Jika kita sembarangan menyerang, itu hanya
akan bertambah kuat!”
"Apa?!"
Semuanya
tersentak pada pemahaman ini; coba membunuh ternisbefallen berisiko membuatnya bertambah
besar. Aku mengingat trombe yang telah memakai mana-ku untuk tumbuh dengan
kecepatan mencengangkan dan merasakan getaran menjalari tulang punggungku. Aku
menggosok lenganku untuk menenangkan diri.
“Tapi pasti
mereka akan menyadari bahwa serangan mereka memperkuatnya. Ditambah lagi,
senjata dengan berkah Kegelapan bisa melukai mereka, jadi ksatria magang
Ehrenfest seharusnya baik-baik saja, kan?” tanyaku, mengingat para ksatria di
perburuan pemusnahan trombe.
Cornelius dan
Leonore menoleh ke arahku. “Di mana senjata dengan berkah Kegelapan itu?!” seru
Cornelius. “Kita harus mengambilnya dan segera mengikuti Lord Wilfried!”
“Apa maksudmu, di
mana?” Aku bertanya. “Kamu cukup membaca doa untuk memberkahi schtappe agar berubah
menjadi senjata hitam. Tunggu. Apa kalian tidak ada yang tahu tentang ini ?!”
Aku bisa
merasakan darah mengalir dari wajahku. Aku berasumsi berkah Kegelapan adalah
pengetahuan umum, tapi Cornelius, Leonore, Judithe, dan yang lain menggelengkan
kepala mereka secara bersamaan. Para ksatria magang yang pergi berperang berada
dalam bahaya yang terlalu besar. Mereka akan meluncurkan serangan suportif dalam
upaya untuk mengusir makhluk itu, sama sekali tidak menyadari bahwa mereka
hanya memberi makan kekuatannya.
“M-Maaf, Lady
Rozemyne. Ini semua karena aku menginginkan feystone…” kata Roderick,
memaksakan kata-kata itu keluar dari tenggorokannya. Aku menggertakkan gigi.
Dia menahan air mata frustrasi, yakin bahwa keinginannya untuk bersumpah nama
telah menyebabkan hal ini, tetapi dia tidak berbuat salah.
"Aku akan
pergi," kataku.
“Lady Rozemyne
?!”
"Kakak?!"
Saat aku bengkit,
terdengar suara ribut.
“Itu terlalu
berbahaya, Lady Rozemyne! Kamu harus menyerahkannya kepada ksatria magang!”
seru Roderick. Tapi tidak peduli bahayanya, aku tidak bisa mempercayakan
situasi ini kepada ksatria pengawal magang yang bahkan tidak mengetahui doa
Dewa Kegelapan.
"Aku adalah
Uskup Agung," kataku. “Semua orang akan berada dalam bahaya kecuali aku
mengajarkan mereka doa untuk mendapatkan berkah ini. Kalian hubungi profesor.
Aku serahkan asrama padamu, Charlotte!”
Aku berbalik,
memompa mana ke alat tambahanku, dan mulai berlari lurus ke pintu belakang
asrama.
“Lady Rozemyne,
izinkan aku bergabung denganmu,” kata Hartmut saat dia berjalan di sebelahku. “Aku
telah berlatih bersama para ksatria magang sehingga aku juga dapat melindungimu.
Mungkin aku bisa mengulur waktu sementara mereka yang sudah bertarung membaca
doa.”
Aku menatapnya,
dan dia mengangguk meyakinkan padaku. Philine, yang juga berlari di sampingku,
mulai mengatakan hal yang sama, tapi aku menembaknya sebelum dia bahkan bisa
menyelesaikan kalimatnya.
“Kamu tetap di
sini, Philine. Kamu tidak memiliki banyak mana, bahkan jika Kamu bisa membaca
doa, Kamu tidak akan banyak membantu.”
Cornelius angkat bicara,
dengan ekspresi sangat bermasalah. “Kumohon ajari kami doanya dankamu juga
tetap di asrama, Lady Rozemyne.”
“Doanya tidak
cukup pendek untuk dihafal dengan mudah, dan kita tidak punya cukup waktu untuk
mengajarkannya kepada kalian semua. Jika Kamu terus mengeluh, aku akan
memerintahkanmu untuk tinggal di sini juga!
"Tapi itu
akan mengalahkan tujuan kita pergi!"
"Kalau
begitu diam dan cepatlah." Aku melirik ke ksatria magang yang berjalan
dengan kekuatan di sampingku. "Bisakah kelian mengeluarkan highbeast
sambil mempertahankan schtappe?"
"Tentu
saja."
“Kalau begitu
lakukan dan keluarkan senjata kalian.”
Setelah melihat
semua orang mengeluarkan schtappe dan mengubahnya menjadi senjata, aku juga
mengubah schtappeku menjadi senjata —memilih pistol air— dan kemudian
memerintahkan mereka untuk meniru doaku.
“Wahai Dewa
Kegelapan yang maha kuasa dan tertinggi, yang menguasai langit tanpa akhir; Wahai
Bapa yang maha kuasa yang menciptakan dunia seisinya. Tolong dengarkan doaku
dan pinjamkan kekuatan sucimu; berkahi senjataku dengan kekuatan untuk mencuri
mana dari kejahatan, semua mana yang menjadi milikmu dengan benar; beri aku
perlindungan sucimu untuk membersihkan fey tidak wajar ... "
Kami tiba di
pintu belakang, dan Roderick, yang datang bersama Philine, mulai membukanya.
Aku mengamati itu sambil melanjutkan doa, dan begitu di luar, aku memakai
tanganku yang bebas untuk menyentuh feystone-ku dan mengeluarkan highbeast.
Semua orang melakukan hal yang sama dan melompat ke atas highbeast mereka
sendiri.
“Berikan
kedamaian fana kepada makhluk di negeri ini.”
Saat aku
menyelesaikan doa, senjata kami menyala sesaat dan kemudian diliputi awan
kegelapan. Aku naik ke highbeast dan berbalik. Ada Philine yang menatap dengan
khawatir dan Roderick menggigit bibir, berusaha menahan air mata agar tidak
mengalir di wajahnya.
“Roderick!
Masuk!" Aku berteriak. “Jangan sampai kau kehilangan feystone-mu setelah
semua ini terjadi. Aku telah memutuskan untuk menerima namamu!”
"Tetapi..."
Dia lambat dalam menjawab,
jadi Philine meraih tangannya dan menariknya ke dalam Pandabus. Dia memaksanya
untuk duduk dan kemudian tersenyum. “Lady Rozemyne sekarang tidak akan kalah
karena dia memiliki berkah Kegelapan. Tidakkah kamu mengatakan bahwa Kamu akan
mendapatkan feystone dan melayaninya? Pergi dan ambil feystone-mu, Roderick.”
Aku diam-diam
memuji kerja cepat Philine dalam memasukkan Roderick; sekarang kita bisa pergi
begitu dia keluar. Aku berbalik untuk mengenakan sabuk pengaman, dan sementara
aku teralihkan, aku mendengar Roderick berbicara dengan suara memohon yang
gelisah.
“Philine...”
“Um, Roderick…”
jawab Philine. "Jika kamu tidak melepaskannya, aku tidak bisa
keluar."
Aku melirik ke
kaca spion untuk melihat bahwa Roderick masih mencengkeram tangan Philine. Dia
melihat di antara dia, yang menahannya di tempat, dan aku, orang yang
memerintahkannya untuk tetap tinggal. Tampaknya Roderick akan merasa lebih
nyaman dengan teman-teman, dan tidak ada salahnya Philine berkendara bersama
kami.
"Philine,"
kataku, "bisakah Kamu menunjukkan kepada Roderick cara memakai sabuk
pengamannya?"
“Hm? Apa aku bisa
ikut juga, kalau begitu?” Philine bertanya, melebarkan matanya. Aku menjawab
dengan anggukan cepat; Aku tidak ingin Roderick duduk sendirian di belakang, dengan
khawatir. Lebih baik ada seseorang yang menemaninya.
“Roderick belum
secara resmi menjadi pengikutku. Kamu bukan ksatria, Philine, tapi kamu harus
mengawasinya. Jangan biarkan dia meninggalkan highbeast-ku, apa pun yang
terjadi.”
"Dimengerti,"
jawab Philine. Aku bisa melihat di kaca spion bahwa dia tersenyum senang saat
aku mulai menuangkan mana ke roda kemudi. Ini akan menjadi mengemudi satu
tangan yang berbahaya, karena aku memegang pistol air di tanganku satunya.
“E-Erm, Lady
Rozemyne. Aku..."
"Kita
berangkat, Roderick!"
Aku menyela
Roderick, yang mungkin akan bersikeras untuk keluar, dan kemudian naik ke
langit untuk mengejar Cornelius.
Post a Comment