Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 18; 15. Mengumpulkan Feystones

“Kelas benar-benar penting, jadi tolong prioritaskan perencanaan seputar kelas Lady Hannelore,” kata Solange kepadaku. Aku mengirim surat undangan ke Hannelore setelah Brunhilde mengatur jadwalku, tetapi dia menjawab bahwa dia tidak dapat hadir pada tanggal pertama yang dikemukakan, karena bertabrakan dengan pelajaran sosiologinya. Namun, tanggal lain segera dipilih, dan sekarang pesta teh kutu buku sedang berlangsung.



"Kita perlu mengirim undangan ke Profesor Solange juga," kata Brunhilde, jadi aku cepat-cepat menulis surat undangan dan kemudian setengah melompat ke perpustakaan.

Woohoo! Pesta teh bersama Profesor Solange dan Lady Hannelore!

Pesta teh kutu buku diadakan di kantor perpustakaan, dan aku sudah bisa merasakan kegembiraanku terus meningkat. Aku harus berhati-hati agar tidak terlalu emosional.

“Lady datang.”

"Lady. Book time?”

"Oh. Rozemyne benar-benar datang.”

Suara terakhir itu adalah Hildebrand, yang bersama Schwartz dan Weiss saat aku memasuki perpustakaan. Dia datang untuk melihat mereka berkali-kali selama beberapa hari terakhir—tampaknya dia akan membelai mereka sampai dia puas dan kemudian melanjutkan pekerjaannya. Bahkan para shumil telah mencatat bahwa dia sangat bosan. Dia meminjam panduan belajar untuk tahun pertama tetapi tampaknya mengatakan bahwa ada beberapa buku yang bisa dia baca secara umum. Sangat menyedihkan dia ingin membaca tetapi hanya memiliki sedikit pilihan, jadi aku mengirim surat ke Ehrenfest menanyakan apakah aku dapat meminjamkan buku anak-anak yang telah aku buat untuknya.

"Selamat siang, Pangeran Hildebrand."

Aku melakukan salam biasa sebelum menuju ke tempat Solange berada. Dia berkata sambil tertawa bahwa sekarang pekerjaannya jauh lebih menegangkan karena dia menjadi tuan rumah keluarga kerajaan setiap hari—walaupun dia sudah sedikit lebih terbiasa, karena dia tahu bahwa dia hanya berkunjung untuk melihat Schwartz dan Weiss.

“Profesor Solange, kita sudah menentukan tanggal untuk pesta teh,” kataku sambil menunjukkan surat undangan.

Solange menerimanya dengan senyum gembira. “Ya ampun... Sungguh menarik. Hm... Empat hari dari sekarang, aku mengerti.” Dia sepertinya jarang pergi ke luar perpustakaan, dan karena dia kurang bersosialisasi dengan profesor lain selama musim dingin, ketika para siswa berkunjung, dia mengatakan bahwa dia sangat senang dengan pesta teh kami tahun lalu. Aku sendiri akan menaruh antusiasme dalam persiapan ini.

Saat kami saling tersenyum, sebuah suara muda menyela. "Ada pesta teh empat hari dari sekarang?" tanya Hildebrand. Sepertinya dia berkeliaran bersama Schwartz dan Weiss. "Kalau begitu, haruskah aku menahan diri untuk tidak pergi ke perpustakaan?"

Schwartz dan Weiss akan melakukan pekerjaan di ruang baca seperti biasa, jadi aku berasumsi tidak ada masalah jika Hildebrand datang menemui mereka, tetapi tampaknya mengadakan pesta teh santai di kantor dengan kehadiran keluarga kerajaan hadir disana secara sosial tidak dapat diterima.

Mungkin aku harus memintanya untuk tetap di sini? Entahlah, menoleh ke Solange agar dia memberikan jawaban terakhir. Dia meletakkan tangan di pipi dan menatapku.

“Lady Rozemyne, bagaimana menurutmu mengundang Pangeran Hildebrand ke pesta teh kita? Dia terdaftar sebagai asisten pemasok mana, dan kita perlu memberitahukan itu kepada Lady Hannelore.”

Oh. Hah. Aku mendapat kesan bahwa kami mengadakan pesta teh khusus perempuan, tetapi jika kami menganggapnya sebagai pertemuan Komite Perpustakaan, kami pasti menginginkan pangeran di sana juga.

Hannelore mungkin akan merasa situasi lebih mudah untuk ditangani jika kami memberinya peringatan terlebih dahulu bahwa Hildebrand menghadiri pesta tehnya dan kemudian menyebutkan bahwa dia telah bergabung dengan komite pada hari itu, daripada membuatnya tahu pada menit terakhir bahwa dia akan berada di hadapan keluarga kerajaan.

Saat aku mengangguk pada diriku sendiri, Hildebrand melihat antara Solange dan aku, mata ungu cerahnya penuh dengan harapan. Aku balas tersenyum, dalam hati bersyukur bahwa aku tidak hanya menyuruhnya pergi sebelum berkonsultasi dengan Solange.

“Pangeran Hildebrand, aku juga ingin mengirimimu surat undangan,” kataku. “Aku tahu betul ini permintaan yang sangat mendadak; semoga itu tidak mengganggumu.”

"Tentu tidak," jawab pangeran. “Bahkan, aku akan menyukainya. Tidak banyak tempat yang bisa aku kunjungi.” Dia secara positif berseri-seri pada gagsab itu, tapi bagaimana dengan para pengikutnya? Aku melirik untuk melihat bahwa mereka semua mengenakan senyum terpampang, dan salah satunya memberi isyarat dengan matanya ke Brunhilde.

"Aku ingin mendengar detailnya dari salah satu pelayanmu, Lady Rozemyne."

“Brunhilde.”

"Dimengerti."

Meskipun tegang karena cemas, Brunhilde tersenyum tenang dan menghampiri pengikut pangeran. Aku merasa sedikit bersalah padanya, harus tiba-tiba bekerja dengan pengikut keluarga kerajaan, tetapi tidak ada waktu untuk kasihan. Aku kembali mengalihkan perhatianku ke Hildebrand.

"Aku tidak sabar," katanya. “Hampir semua pesta teh yang aku hadiri hanyalah antara aku dan ibuku.”

Hildebrand baru saja dibaptis dan masih agak baru dalam bersosialisasi. Selain beberapa pesta teh dengan keluarga ibunya, dia hampir tidak memiliki pengalaman apa pun. Semoga pertemuan kami akan membantunya menghilangkan kebosanan.

"Apakah Kamu akan membaca lagi hari ini, Lady Rozemyne?" sang pangeran bertanya. "Aku akan tinggal bersama Weiss, jadi kamu bisa pergi ke lantai dua tanpa perlu cemas."

Dengan kata lain, itu adalah reading time. Hildebrand adalah anak baik yang tahu betapa bergairahnya aku dengan buku—karena alasan inilah dia selalu menyarankan agar aku membaca hanya setelah diskusi singkat. Aku berterima kasih padanya dan kemudian naik ke lantai dua, seperti yang biasa aku lakukan sekarang.

_____________

 

Cahaya dari semua warna berbeda terukir di tanganku, menarikku dari bukuku dan memberi tahuku bahwa bel akan segera berbunyi. Sudah waktunya makan siang, jadi aku meminta Philine mengembalikan bukuku dan kemudian mulai menuju pintu keluar. Hildebrand sudah tidak terlihat, artinya perpustakaan itu sunyi dan tidak ada siswa lain.

Aku mengucapkan perpisahan pada Schwartz dan Weiss, dan bel berbunyi tepat saat aku melangkah keluar perpustakaan. Tujuanku sekarang adalah gedung pusat, tetapi ketika aku berjalan ke sana, aku melihat wajah yang familier berjalan cepat ke arahku. Itu adalah Raimund, murid Hirschur—dan sekarang juga murid Ferdinand.

"Lady Rozemyne," katanya setelah memperhatikanku, memasang senyum yang benar-benar bahagia. Dia meminta izin untuk melanjutkan dan kemudian secara terbuka mulai mengucapkan terima kasih. “Lord Hartmut mengatakan kepadaku bahwa Kamulah yang meminta Lord Ferdinand untuk membawaku di bawah sayapnya. Terimakasih banyak karena dengan itu dia menerimaku sebagai murid magang.”

(membawa dibawah sayap; mengajari, mendidik, merawat)

Begitulah cerita rekaan yang kami gunakan sehingga aku bisa lebih mudah menjadi perantara untuk Ferdinand dan Raimund. Aku dipilih karena lebih dapat dipercaya bagiku untuk membuat saran daripada Wilfried atau Charlotte, yang bahkan belum pernah bertemu Raimund.

“Setelah aku menjawab daftar pertanyaan dari Lord Ferdinand, dia akan memberiku permasalahan penelitian baru untuk dikerjakan. Dan ketika sudah selesai, dia akan menilainya,” kata Raimund, terdengar sangat senang saat dia menunjukkan padaku permasalahan yang dia terima dan mengatakan bahwa dia akan menghabiskan sepanjang sore dengan mengunci diri di lab Hirschur. Dia memasang senyum mempesona yang memperjelas bahwa dia mencurahkan segalanya untuk sesuatu yang dia cintai.

“Raimund, ketika kamu menyelesaikan masalah, tolong hubungi aku melalui Profesor Hirschur,” kataku. "Aku akan mengirimkannya ke Lord Ferdinand."

"Benar! Aku ingin menyelesaikannya sesegera mungkin. Aku memiliki jawaban untuk kumpulan pertanyaan pertamanya di sini. Tolong segera kirimkan.” Raimund dengan penuh semangat mengulurkan beberapa dokumen dan memberikannya kepada Hartmut; sepertinya seseorang telah memberinya kertas pohon untuk digunakan.

"Anggap saja sudah beres. Sekarang, aku pamit ..."

Aku melanjutkan perjalanan ke gedung pusat. Di belakangku, aku bisa mendengar derap langkah kaki yang bersemangat saat Raimund berlari ke gedung cendekiawan.

Segera setelah kami kembali ke asrama, Hartmut mulai membaca jawaban yang dia terima dari Raimund. Dia membiarkanku melihat kertas itu juga, dan di atasnya terdapat daftar pertanyaan tentang Ahrensbach yang seluruhnya ditata seperti tes geografi; Raimund pada dasarnya telah menyelesaikan ujiannya yang sebenarnya dan kemudian menerima ujian tambahan ini di waktu luangnya. Aku dapat dengan mudah membayangkan dia berlarian, dengan putus asa mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan mendapatkan permasalahan penelitian berikutnya.

“Aku harus banyak belajar dari situasi ini...” gumam Hartmut. “Menyihir informan yang berharga dengan umpan yang cukup, kemudian mengeksploitasi pola pikir seorang siswa yang putus asa untuk lulus ujian dengan memberi mereka daftar pertanyaan seperti ujian. Aku belum pernah melihat pengumpulan intelijen yang rasional dan sangat efisien sebelumnya.” Dia tercengang melihat betapa cepat informasi tentang internal Ahrensbach jatuh ke tangan kami.

_________________________

 

"Kami akan berburu feybeasts hari ini," Roderick mengumumkan Hari Bumi setelah sarapan. Dia akan pergi bersama beberapa ksatria magang, terutama yang sebelumnya berasal dari faksi Veronica. Tampaknya Hartmut mendesaknya, mengatakan bahwa jika dia benar-benat berniat bersumpah nama padaku, dia harus segera bertindak. Anak-anak lain merasakan hal yang sama, ingin mengumpulkan feystones untuk berjaga-jaga, meskipun mereka belum memutuskan apa yang akan mereka lakukan.

"Hati-hati, Roderick," kataku. "Jangan lupa bahwa kamu hanya seorang cendekiawan."

"Tentu saja, Lady Rozemyne."

Setelah melihat Roderick dan yang lainnya pergi, para pengikutku berkumpul di ruang pribadi untuk merumuskan balasan ke Ehrenfest. Kemarin, kami melaporkan bahwa aku mengundang Hildebrand ke pesta teh, dan kami mendapat banyak pertanyaan seperti, “Mengapa?” dan bagaimana?" Aku sudah tahu pagi kami akan dihabiskan sepenuhnya untuk menulis jawaban, seperti ketika Hildebrand bergabung dengan Komite Perpustakaan.

“Tapi kali ini, Profesor Solange yang menyarankan agar dia bergabung dengan kami, jadi mengirim undangan pastilah tindakan yang benar. Akan lebih lancang jika kita tidak melakukannya, kan?” Aku bertanya pada Brunhilde, mengingat dia ada di sana. Aku sangat payah dalam bersosialisasi sehingga aku perlu mendapatkan opini kedua bahkan pada reaksiku yang paling mendasar.

Dia memberikan ekspresi tidak nyaman dan berkata, “Akan lebih baik bagi kita jika Kamu mundur selangkah setelah menyetujui penilaian Profesor Solange, daripada berbicara dengan pangeran saat itu juga. Kedepannya, bahkan dalam situasi mendesak sekalipun, mohon serahkan undangan apa pun kepada pelayanmu, daripada mengambil tindakan sendiri.”

"Dimengerti. Aku akan melakukannya lain kesempatan.”

Jawaban Brunhilde dibuat lebih kuat oleh fakta bahwa salah satu pengikut pangeran memang memanggilnya untuk menangani pengaturan yang diperlukan untuk pesta teh saat itu juga. Para pengikutlah yang menderita ketika dilemparkan ke dalam situasi seperti itu, dan ketika menasihatiku tentang apa yang harus dilakukan sebagai gantinya, bahasa mereka telah bergeser dari yang lebih ringan, "Kamu mungkin ingin melakukan X pada waktu-waktu tertentu," menjadi jauh lebih lelah, "Dalam kasus ini, tolong lakukan saja X.”

“Pesta teh itu sendiri tidak akan menjadi masalah, kan?” Aku bertanya. “Kita memiliki pengalaman menghadiri pesta teh dengan keluarga kerajaan tahun lalu, dengan Pangeran Anastasius.”

“Kita memang menerima undangan, tetapi ini pertama kalinya kami mengirim undangan sendiri, Lady. Kita sekarang kesepuluh, tetapi ini sepenuhnya berbeda,” kata Rihyarda. Tampaknya Ehrenfest yang mengundang keluarga kerajaan ke pesta teh apa pun kurang lebih tidak terpikirkan.

“Kita tidak bisa menariknya, kan?” Aku bertanya.

"Tentu saja tidak."

“Yang artinya, Pangeran Hildebrand jelas mencari undangan saat itu juga, jadi terlepas dari bagaimana Kamu menanganinya, aku yakin hasil akhirnya akan sama,” kata Brunhilde, menambahkan dalam gumaman bahwa pengikut pangeran meminta maaf dalam-dalam. Didorong oleh minimnya pengalaman kami, Hildebrand dan aku telah membawa penderitaan bagi pengikut kami dengan bertindak tanpa landasan yang tepat. Sangat disayangkan, paling tidak.

Hartmut dan Philine merangkum percakapan kami untuk dikirim ke Ehrenfest, dan sementara para cendekiawan menulis balasan, aku dan pelayanku menyelesaikan rincian pesta teh. Saat itulah Cornelius, yang berjaga di luar pintu, bergegas masuk. "Lady Rozemyne, Roderick kembali dengan terluka!" serunya.

Aku berdiri tiba-tiba dan langsung pergi ke ruang umum. Di sana, aku menemukan Charlotte dan yang lain di sekitar Roderick, yang dipenuhi luka dan memar.

“Roderick, kudengar kau terluka,” kataku.

“Feybeast yang kuat muncul saat kami berburu,” jelasnya. Tampaknya dia berhasil menghindari serangan tetapi akhirnya bertabrakan dengan seorang ksatria magang. "Mereka menyuruhku kembali agar aku bisa meminta bala bantuan."

Aku menoleh ke Cornelius tepat ketika Wilfried dan pengawalnya memasuki ruangan, bersenjata lengkap. "Jangan khawatir," kata Wilfried. "Akan kami tangani."

"Wilfried..." Rupanya, dia pergi untuk bersiap-siap segera setelah Roderick kembali. Aku melihat archknight magang dan beberapa ksatria pengawal magang Charlotte di antara rombongannya.

“Para ksatria keluarga archduke yang mengetahui metodemu dan dilatih oleh Lord Bonifatius adalah ksatria terkuat,” Wilfried menjelaskan. Dia juga telah menumbuhkan mana-nya, dan sejak awal dia memiliki banyak mana sebagai anggota keluarga archduke. Karena dia masih kecil, dia diharuskan untuk berpartisipasi dalam pelatihan dengan ksatria magang, jadi dia memutuskan untuk memimpin bala bantuan. “Kau dan Charlotte harus menjaga asrama. Ksatria pengawalmu dapat melindungi Charlotte. Dan sekarang, kita harus bergegas.”

"Dimengerti."

"Hati-hati, kakak..." kata Charlotte, mata nilanya goyah saat dia melihat semua orang pergi. Aku juga melihat mereka pergi dan kemudian menoleh ke Roderick. Luka-lukanya tampak menyakitkan, jadi aku segera mengeluarkan schtappe.

“Semoga kesembuhan Heilschmerz diberikan pada Roderick,” kataku, menyebabkan cahaya hijau menyelimutinya dan memulihkan lukanya. Dia sedikit melebarkan mata dan kemudian melihat ke bawah ke anggota tubuhnya; itu pasti pertama kalinya dia disembuhkan. “Kamu harus minum ramuan peremajaan, baik untuk mana dan staminamu.”

Kata-kataku pasti mengingatkan Roderick pada keberadaan ramuan peremajaan, saat dia buru-buru mengambil botol yang ada di antara ikat pinggangnya dan menenggak isinya. Dia kemudian menghela nafas dan berkata, “Terima kasih, Lady Rozemyne. Rasa sakitnya mereda.”

"Apa yang sebenarnya terjadi...?" Aku bertanya. "Jelaskan feybeast apa yang muncul."

Roderick mengangguk dan berkata bahwa mereka menemukan feybeast hitam besar seperti anjing. "Itu lebih tinggi dari orang dewasa, bahkan ketika berlari dengan keempat kakinya," katanya. “Dan ketika dia bergerak, area di sekitarnya berubah. Aku melihat pohon-pohon layu dan membusuk, menghitam tepat di depan kami. Ia juga memiliki banyak mata—mata merah besar seperti mata anjing normal dan beberapa mata hitam kecil di dahinya, yang berubah warna saat diserang.”

"Bukankah itu ternisbefallen?!" Leonore berteriak dengan suara tajam, mata nilanya melebar. Di antara ksatria pengawalku, dialah yang paling pendiam dan paling terpelajar dari mereka semua; dia jarang berteriak panik seperti itu.

"Apa itu ternisbefallen?" Cornelius bertanya, mengerutkan kening bingung. "Apakah ini serius...?"

Leonore mengangguk berulang kali, ekspresinya sekeras batu. “Itu feybeast yang tumbuh dengan mana,” katanya. “Mirip dengan trombe lokal kita, dan aku pernah membaca itu tinggal di selatan Yurgenschmidt. Jika kita sembarangan menyerang, itu hanya akan bertambah kuat!”

"Apa?!"

Semuanya tersentak pada pemahaman ini; coba membunuh ternisbefallen berisiko membuatnya bertambah besar. Aku mengingat trombe yang telah memakai mana-ku untuk tumbuh dengan kecepatan mencengangkan dan merasakan getaran menjalari tulang punggungku. Aku menggosok lenganku untuk menenangkan diri.

“Tapi pasti mereka akan menyadari bahwa serangan mereka memperkuatnya. Ditambah lagi, senjata dengan berkah Kegelapan bisa melukai mereka, jadi ksatria magang Ehrenfest seharusnya baik-baik saja, kan?” tanyaku, mengingat para ksatria di perburuan pemusnahan trombe.

Cornelius dan Leonore menoleh ke arahku. “Di mana senjata dengan berkah Kegelapan itu?!” seru Cornelius. “Kita harus mengambilnya dan segera mengikuti Lord Wilfried!”

“Apa maksudmu, di mana?” Aku bertanya. “Kamu cukup membaca doa untuk memberkahi schtappe agar berubah menjadi senjata hitam. Tunggu. Apa kalian tidak ada yang tahu tentang ini ?!”

Aku bisa merasakan darah mengalir dari wajahku. Aku berasumsi berkah Kegelapan adalah pengetahuan umum, tapi Cornelius, Leonore, Judithe, dan yang lain menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Para ksatria magang yang pergi berperang berada dalam bahaya yang terlalu besar. Mereka akan meluncurkan serangan suportif dalam upaya untuk mengusir makhluk itu, sama sekali tidak menyadari bahwa mereka hanya memberi makan kekuatannya.

“M-Maaf, Lady Rozemyne. Ini semua karena aku menginginkan feystone…” kata Roderick, memaksakan kata-kata itu keluar dari tenggorokannya. Aku menggertakkan gigi. Dia menahan air mata frustrasi, yakin bahwa keinginannya untuk bersumpah nama telah menyebabkan hal ini, tetapi dia tidak berbuat salah.

"Aku akan pergi," kataku.

“Lady Rozemyne ?!”

"Kakak?!"

Saat aku bengkit, terdengar suara ribut.

“Itu terlalu berbahaya, Lady Rozemyne! Kamu harus menyerahkannya kepada ksatria magang!” seru Roderick. Tapi tidak peduli bahayanya, aku tidak bisa mempercayakan situasi ini kepada ksatria pengawal magang yang bahkan tidak mengetahui doa Dewa Kegelapan.

"Aku adalah Uskup Agung," kataku. “Semua orang akan berada dalam bahaya kecuali aku mengajarkan mereka doa untuk mendapatkan berkah ini. Kalian hubungi profesor. Aku serahkan asrama padamu, Charlotte!”

Aku berbalik, memompa mana ke alat tambahanku, dan mulai berlari lurus ke pintu belakang asrama.

“Lady Rozemyne, izinkan aku bergabung denganmu,” kata Hartmut saat dia berjalan di sebelahku. “Aku telah berlatih bersama para ksatria magang sehingga aku juga dapat melindungimu. Mungkin aku bisa mengulur waktu sementara mereka yang sudah bertarung membaca doa.”

Aku menatapnya, dan dia mengangguk meyakinkan padaku. Philine, yang juga berlari di sampingku, mulai mengatakan hal yang sama, tapi aku menembaknya sebelum dia bahkan bisa menyelesaikan kalimatnya.

“Kamu tetap di sini, Philine. Kamu tidak memiliki banyak mana, bahkan jika Kamu bisa membaca doa, Kamu tidak akan banyak membantu.”

Cornelius angkat bicara, dengan ekspresi sangat bermasalah. “Kumohon ajari kami doanya dankamu juga tetap di asrama, Lady Rozemyne.”

“Doanya tidak cukup pendek untuk dihafal dengan mudah, dan kita tidak punya cukup waktu untuk mengajarkannya kepada kalian semua. Jika Kamu terus mengeluh, aku akan memerintahkanmu untuk tinggal di sini juga!

"Tapi itu akan mengalahkan tujuan kita pergi!"

"Kalau begitu diam dan cepatlah." Aku melirik ke ksatria magang yang berjalan dengan kekuatan di sampingku. "Bisakah kelian mengeluarkan highbeast sambil mempertahankan schtappe?"

"Tentu saja."

“Kalau begitu lakukan dan keluarkan senjata kalian.”

Setelah melihat semua orang mengeluarkan schtappe dan mengubahnya menjadi senjata, aku juga mengubah schtappeku menjadi senjata —memilih pistol air— dan kemudian memerintahkan mereka untuk meniru doaku.

“Wahai Dewa Kegelapan yang maha kuasa dan tertinggi, yang menguasai langit tanpa akhir; Wahai Bapa yang maha kuasa yang menciptakan dunia seisinya. Tolong dengarkan doaku dan pinjamkan kekuatan sucimu; berkahi senjataku dengan kekuatan untuk mencuri mana dari kejahatan, semua mana yang menjadi milikmu dengan benar; beri aku perlindungan sucimu untuk membersihkan fey tidak wajar ... "

Kami tiba di pintu belakang, dan Roderick, yang datang bersama Philine, mulai membukanya. Aku mengamati itu sambil melanjutkan doa, dan begitu di luar, aku memakai tanganku yang bebas untuk menyentuh feystone-ku dan mengeluarkan highbeast. Semua orang melakukan hal yang sama dan melompat ke atas highbeast mereka sendiri.

“Berikan kedamaian fana kepada makhluk di negeri ini.”

Saat aku menyelesaikan doa, senjata kami menyala sesaat dan kemudian diliputi awan kegelapan. Aku naik ke highbeast dan berbalik. Ada Philine yang menatap dengan khawatir dan Roderick menggigit bibir, berusaha menahan air mata agar tidak mengalir di wajahnya.

“Roderick! Masuk!" Aku berteriak. “Jangan sampai kau kehilangan feystone-mu setelah semua ini terjadi. Aku telah memutuskan untuk menerima namamu!”

"Tetapi..."

Dia lambat dalam menjawab, jadi Philine meraih tangannya dan menariknya ke dalam Pandabus. Dia memaksanya untuk duduk dan kemudian tersenyum. “Lady Rozemyne sekarang tidak akan kalah karena dia memiliki berkah Kegelapan. Tidakkah kamu mengatakan bahwa Kamu akan mendapatkan feystone dan melayaninya? Pergi dan ambil feystone-mu, Roderick.”

Aku diam-diam memuji kerja cepat Philine dalam memasukkan Roderick; sekarang kita bisa pergi begitu dia keluar. Aku berbalik untuk mengenakan sabuk pengaman, dan sementara aku teralihkan, aku mendengar Roderick berbicara dengan suara memohon yang gelisah.

“Philine...”

“Um, Roderick…” jawab Philine. "Jika kamu tidak melepaskannya, aku tidak bisa keluar."

Aku melirik ke kaca spion untuk melihat bahwa Roderick masih mencengkeram tangan Philine. Dia melihat di antara dia, yang menahannya di tempat, dan aku, orang yang memerintahkannya untuk tetap tinggal. Tampaknya Roderick akan merasa lebih nyaman dengan teman-teman, dan tidak ada salahnya Philine berkendara bersama kami.

"Philine," kataku, "bisakah Kamu menunjukkan kepada Roderick cara memakai sabuk pengamannya?"

“Hm? Apa aku bisa ikut juga, kalau begitu?” Philine bertanya, melebarkan matanya. Aku menjawab dengan anggukan cepat; Aku tidak ingin Roderick duduk sendirian di belakang, dengan khawatir. Lebih baik ada seseorang yang menemaninya.

“Roderick belum secara resmi menjadi pengikutku. Kamu bukan ksatria, Philine, tapi kamu harus mengawasinya. Jangan biarkan dia meninggalkan highbeast-ku, apa pun yang terjadi.”

"Dimengerti," jawab Philine. Aku bisa melihat di kaca spion bahwa dia tersenyum senang saat aku mulai menuangkan mana ke roda kemudi. Ini akan menjadi mengemudi satu tangan yang berbahaya, karena aku memegang pistol air di tanganku satunya.

“E-Erm, Lady Rozemyne. Aku..."

"Kita berangkat, Roderick!"

Aku menyela Roderick, yang mungkin akan bersikeras untuk keluar, dan kemudian naik ke langit untuk mengejar Cornelius.

Post a Comment