Update cookies preferences

Ascendance of A Bookworm Vol 28; Epilog Bagian 2

 




"Astaga. Letizia,” kata Detlinde. “Dalam perjalanan memasok mana?”

Dalam perjalanannya menuju ruangan aub, Letizia bertemu dengan Detlinde dan Leonzio, yang sedang menikmati teh di lantai dua gedung utama. Balkon di dekatnya menghadap ke kota dan laut; pasangan ini sengaja memilih tempat pertemuan publik untuk menunjukkan bahwa mereka tidak berbuat kesalahan atau sesuatu yang pantas untuk disembunyikan.

Apa mereka makan siang bersama?

Letizia menjadi semakin kesal memikirkan Detlinde menghabiskan hari-harinya dengan bersantai sambil memaksakan banyak pekerjaan pada tunangannya. Ferdinand sangat sibuk sampai tidak punya cukup waktu untuk membahas menghilangnya Roswitha.

Semakin banyak waktu berlalu, semakin besar rasa frustrasi Letizia, tapi dia tidak bisa terus melanjutkan perjalanan. Dia menyapa pasangan itu, lalu memberi Leonzio pemikirannya tentang kudapan.

“Senang sudah memberimu pengganjal,” jawab Leonzio. “Kamu tampak tidak nyaman; Apa ada masalah? Ini—kudapan ini akan membangkitkan semangatmu.” Ia tersenyum ramah, kemudian menyajikan kudapan yang ia nikmati bersama Detlinde. Seperti yang awalnya dia bawa sebagai oleh-oleh, bentuknya sangat mirip dengan feystone.

Apakah kekhawatiranku terhadap Roswitha sejelas itu?

Karena malu sudah ketahuan, Letizia menelan ketidaksabarannya dan menerima kudapan itu. Menolak hanya akan membuat marah keduanya.

Fairseele mencoba kudapan itu terlebih dahulu, memeriksa racun; lalu Letizia pun memakannya. Rasa awalnya sama dengan kudapan yang dia makan dulu, tapi saat makanan itu meleleh di mulutnya, rasa pahit tiba-tiba menyebar di lidahnya.

“Lady Letizia,” kata Leonzio, “apa yang menyebabkan masalah seperti itu? Aku harus mendengar kekhawatiran apa pun yang menjadi penyebab kerutan di wajah cantikmu itu. Sekadar menyuarakan kekhawatiran dapat memberikan manfaat yang luar biasa dalam meredakannya.”

Fokus Letizia beralih dari rasa pahit saat dia fokus pada pertanyaan Leonzio. Sekadar mendiskusikan kekhawatiran tidak akan meredakannya. Dia juga sangat terganggu oleh Detlinde—daripada menyela seperti biasa, aub sementara itu hanya menonton dalam diam, menatap Letizia dengan tatapan tajam. Itu meresahkan.

“Aku akan membicarakan masalah ini dengan Lord Ferdinand, jadi Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku. Namun aku berterima kasih banyak atas perhatianmu.”

Letizia kemudian meminta izin Detlinde untuk pergi. Dia ingin menghindari percakapan itu secepat mungkin; semakin lama dia menghabiskan waktu berbicara dengan Leonzio, semakin buruk Detlinde akan memperlakukannya saat mereka bertemu lagi.

“Ah, sebelum kamu pergi…” Leonzio mengeluarkan tabung perak. “Apakah aku boleh menyarankan untuk memakai inisaat kamu berkonsultasi dengannya? Kamu bilang padaku dia mendengarkan permintaanmu terakhir kali kamu menggunakannya, bukan?” Letizia mengerjap beberapa kali, terkejut karena Leonzio mengingatnya. Dia hanya menyebutkannya secara sepintas saat mengunjungi Estate Lanzenave. Tersentuh bahwa ada seseorang yang akan menunjukkan perhatian semacam itu padanya, dia mengucapkan terima kasih dan menerima tabung itu. Fairseele untuk sementara akan membawanya.

Aku bertanya-tanya, apakah tabung ini benar-benar meyakinkan Lord Ferdinand untuk mencari bersamaku...? Ya, aku yakin akan begitu.

Merasa seperti baru saja menemukan cahaya di kegelapan, Letizia melanjutkan perjalanan menuju kantor aub. Eckhart dan Justus, dua pengikut paling tepercaya Ferdinand, sedang menunggu di luar; sebagai archnoble Ehrenfest, mereka tidak memiliki hubungan dengan Aub Ahrensbach dan karenanya tidak bisa masuk selama Pengisian Mana. Kehadiran mereka hanya untuk menunjukkan dedikasi mereka—kebanyakan pengikut di posisi mereka hanya akan menunggu di kamar.

Strahl dan Sergius pasti ada di dalam, jadi keduanya bisa dengan mudah beristirahat.

Letizia menuju pintu dan mendapati Strahl, Sergius, dan beberapa pengikut Ahrensbach tutornya—semua wajah yang bisa dikenali, dia senang mengetahuinya. Rasa frustrasinya terhadap Detlinde lebih dalam dari yang ia kira.

“Strahl, apa Lord Ferdinand menunggu di dalam?”

"Ya, mylady. Dia baru saja pergi ke aula. Aku tahu Pengisian Mana adalah tugas berat yang tidak dimaksudkan untuk seseorang seusiamu, tapi aku doakan semoga berjalan dengan baik.”

Letizia mengangguk, lalu mengambil tabung perak dari Fairseele. Pelayan itu ragu-ragu dan melihat sekeliling ruangan.

“Lady Letizia, apa itu?” Sergius bertanya, nadanya tajam. “Apakah itu diperlukan untuk Pengisian Mana?”

Letizia mengambil mainan itu dari Fairseele dan memberikannya, berusaha menampilkan senyum terbaik yang bisa dia perlihatkan. “Ini alat negosiasi yang dapat meyakinkan Lord Ferdinand untuk bergabung dalam pencarian Roswitha. Dia… Dia masihhidup, bukan?”

Ada jeda singkat sebelum Sergius menjawab, “Dia ada di suatu tempat di gedung ini. Ordonnanze untuknya masih bisa, tetapi terbang melewati terlalu banyak pintu yang terkunci sehingga kita tidak dapat mengetahui lokasi tepatnya.”

Roswitha tidak sekali pun menjawab, tapi setidaknya dia masih hidup. Letizia ingin segera menyelamatkannya, tapi dia dilarang meninggalkan gedung utara dan tidak bisa membuka kunci pintunya sendiri; hanya Georgine dan Ferdinand yang bisa meminjam kunci dari Detlinde.

“Lady Georgine tidak hadir pada Doa Musim Semi, jadi yang bisa harapkan hanya Lord Ferdinand…” kata Letizia. “Aku dulu bisa meyakinkan dia dengan salah satu dari ini, jadi…”

“Ya, aku ingat Lord Ferdinand menaruh ketertarikan khusus pada desainnya.” Sergius berlutut dan menyilangkan tangan. “Aku senang mengetahui Kamu begitu bertekad membantu ibuku.”

Letizia mengarahkan pelayan untuk berdiri. “Tidak usah sungkan. Aku tidak bisa hidup tanpa Roswitha.”

Maka, dengan tabung perak di tangan, Letizia memasuki aula Pengisian Mana. Ferdinand pasti mendengar langkah kakinya, saat dia berbalik, menghadiahkannya sebuah feystone, dan berkata, “Mari kami mulai.”

“Pertama, aku harus mengatakan sesuatu padamu. Jika Kamu membantu kami mencari Roswitha, aku akan memberikan ini padamu.”

Dia mengulurkan mainan itu dengan kilatan terang di matanya, tapi Ferdinand menggelengkan kepala. “Aku menyelidiki secara menyeluruh mainan terakhir yang Kamu berikan padaku,” katanya. “Aku sekarang sudah tidak tertarik. Dan apapun itu… ada baiknya menyerah pada Roswitha.” Apa...?

Letizia merasa cukup terkejut Ferdinand tidak tertarik pada tabung itu, tetapi disuruh menyerah dalam pencarian kepala pelayannya sungguh mengerikan. Dia menyebutkan selama pindah ke Ahrensbach bahwa Roswitha sudah seperti keluarga baginya, jadi dia tidak pernah memikirkan respon dingin semacam itu.

“Maaf, apa kamu bisa mengulanginya?” Letizia bertanya dengan mata terbelalak. “Aku pasti salah dengar.” Dia ingin percaya bahwa itu adalah suatu kesalahan—atau jika tidak, yakinkan dia untuk memikirkan kembali pendiriannya—tapi harapannya pupus ketika Ferdinand memberikan respon yang sama, kali ini dengan tatapan dingin: dia tidak menginginkan tabung perak itu, dan dia harus menyerah pada Roswitha.

“Kamu tidak mungkin serius…” ucapnya. “Aku tidak akan pernah menyerah pada Roswitha. Kumohon, Lord Ferdinand, bantu aku mencari! Ordonnanz masih mendatanginya, dan dia sepertinya berada di suatu tempat di gedung utama! Dia ibu Sergius—dia keluarga salah satu pengikutmu—jadi kumohon…”

Ferdinand menghela nafas dan mengusap kening seperti sedang menghadapi anak durhaka yang sedang mengamuk. “Sergius melapor bahwa ada ordonnanze yang dikirim ke kepalanya ke berbagai ruangan terkunci—ruangan yang aku tidak punya wewenang untuk membukanya—jadi kita tidak dapat menentukan lokasi tepatnya. Terlebih lagi, ini jelas merupakan jebakan. Pelaku inginKamu melakukan upaya penyelamatan. Untuk meminimalkan kerugian yang timbul dari semua ini, Kamu harus menyerah padanya.”

Letizia tidak bisa menerima apa yang dia dengar. Dia harusmenyelamatkan Roswitha. Namun keinginannya sepenuhnya diabaikan.

Roswitha!

Saat dunia di sekelilingnya tiba-tiba mulai memudar, dia memejamkan mata dan mengatupkan gigi. Rasa pahit dari kudapan yang diberikan Leonzio padanya masih tertinggal di mulutnya, dan itu mengingatkannya pada sesuatu yang dia katakan: “Bolehkah aku menyarankan menggunakan inisaat kamu berkonsultasi dengannya?” Menggunakan... tabung...?

Kata-kata itu bergema di benaknya berulang kali. Kepalanya mulai berputar, dan pikirannya kabur.

Aku perlu menggunakan tabung itu. Ya, semuanya tampak sangat jelas bagiku sekarang. Dia tidak akan mendengarkanku kecuali aku menggunakannya.

Mematuhi pesan di kepalanya, Letizia mencengkeram tabung perak dan menatap ke arah Ferdinand. Dia balas menatapnya, wajah tampannya sedingin es, dan kemudian membungkuk untuk memberikan feystone itu seolah-olah dia sudah melupakan Roswitha.

“Jika Kamu sudah tenang, Lady Letizia, mari kita mulai Pengisian Mana.” Dia mengulurkan tangan padanya. “Mainan itu hanya akan menghalangi, jadi izinkan aku memegangnya.”

TIDAK! Jika dia mengambilnya dariku, aku tidak akan bisa membujuknya! Aku tidak akan bisa menyelamatkan Roswitha!

Karena panik memikirkannya, Letizia menarik tali yang terpasang pada tabung. “Kumohon, Lord Ferdinand—bantu aku menyelamatkan Roswitha!” Namun yang keluar pada akhirnya bukanlah semburan kelopak bunga atau bahkan percikan bunga api; sebaliknya, ada awan debu putih.

Kepulan apa ini...?

Letizia terlalu teralihkan untuk menyadarinya, tapi Ferdinand langsung meringis. Dia menarik jubahnya untuk menutupi mulutnya, berteriak, “Jangan hirup!” dan menyodorkan tangan ke bahunya.

“Eep!”

Ferdinand menyerang terlalu tiba-tiba sehingga Letizia tidak bisa bereaksi; dia terlempar ke belakang dalam jarak dekat sebelum mendarat di pantatnya. Sesaat kemudian, cahaya terang mulai memancar dari dadanya, datang dari balik pakaiannya. “Rozemyne…!” Apa...?

Cahaya pelangi begitu menyilaukan sehingga Letizia melupakan semua rasa sakit yang menyiksa tubuhnya. Yang lebih aneh lagi adalah reaksi Ferdinand: dia tiba-tiba mencengkeram dadanya dan memanggil nama Rozemyne. Letizia tidak yakin kenapa dia mengatakannya di sini, tapi di saat yang sama, cahaya yang bersinar dari dadanya menyatu menjadi pilar yang semakin terang.

Apa yang terjadi...?

Cahaya menyelimuti Ferdinand, lalu perlahan mulai menyebar ke seluruh aula. Letizia juga tertutupi dan segera merasa lebih tenang, seolah semua kegelapan yang menutupi pikirannya tiba-tiba kosong.

“Lord Ferdinand?!”

Dia tidak tahu apa penyebabnya, tapi dia tahu Ferdinand sedang kesakitan. Dia berlutut dan terbatuk-batuk hebat.

“Lord Ferdinand!”

Letizia berlari mendekat ketika Ferdinand mengambil sesuatu dari sabuk ramuannya dan memaksa untuk meneggaknya. Dia kemudian berusaha membuka sangkar emas kecil, meski tangannya gemetar dan keringat menetes dari keningnya. Jelas-jelas tidak beres, tapi Letizia tidak tahu harus bagaimana. Dia mencari-cari seseorang—siapa pun itu—yang mungkin bisa membantu.

“Berikan ini… ke… Justus,” Ferdinand tergagap. Dia hanya bisa mengucapkan satu atau dua kata disela-sela serangan batuk itu, dan sorot mata emasnya berbicara kepada seorang pria yang sudah melampaui batas kemampuannya. “Katakan… padanya… untuk pergi. Sekarang.

Ya, mungkin pengikutnya yang paling tepercaya tahu apa yang harus dilakukan! Letizia mengambil sangkar itu, berputar, dan berlari menuju pintu keluar. Bahkan ketika dia pergi, Ferdinand terus mendesaknya menjauh di sela-sela napasnya.

Apa yang terjadi? Mengapa Ferdinand sangat kesakitan? Cahaya pelangi apa itu? Siapapun itu, kumohon jelaskan padaku!

Jantungnya berdebar kencang dan menyakitkan di dadanya, Letizia berlari keluar dari aula Pengisian Mana.

“Lady Letizia?!” pengikutnya berseru, terkejut melihatnya sendirian.

“Apa kamu sudah selesai memasok mana?!”

“Tolong buka pintunya,” katanya sambil terus berlari meski kakinya gemetar dan lututnya terancam lemas. "Aku sedang terburu-buru."

Eckhart dan Justus termasuk di antara mereka yang menunggu di luar, dan mereka menoleh untuk melihat Letizia saat dia muncul. Dia bertemu pandang dengan mereka, lalu mengulurkan sangkar ke Justus, yang lebih dia kenali.

Di dalamnya ada sebuah feystone dan tiga kepompong putih, semuanya bergemerincing. “Lord Ferdinand, dia… menyuruh untuk pergi…” Letizia mendesah.

Kedua pengikut itu membeku; lalu Justus menyambar sangkar itu. Saat dia menatapnya dengan penuh perhatian, dia mengucapkan kata-kata “Lord Ferdinand…”

Mata Eckhart yang tajam dan tidak berkedip masih tertuju pada Letizia. “Kamu,” katanya. “Apa yang telah kamu lakukan pada Lord Ferdinand?”

“Eep…!”

Dia terlihat tenang, tapi ada sesuatu pada ekspresinya yang meresahkan. Suaranya pelan, tapi jauh lebih pelan dari biasanya. Letizia langsung tahu bahwa dia dipandang sebagai musuh. Dia terdiam, tersiksa dalam ketakutan, merasakan bahwa dia hanya tinggal beberapa saat lagi dari kematian. Dan saat dia mulai goyah, Eckhart mengangkat tangan.

“Eckhart, apa yang kamu lakukan pada Lady Letizia?!” tuntut para ksatria pengawalnya.

“Interogasi. Aku perlu tahu apa yang dia lakukan pada Lord Ferdinand di aula Pengisian Mana. Hanya anggota keluarga archduke yang bisa masuk. Oleh karena itu, apapun yang terjadi, dia pasti pelakunya.”

“Kamu menuduhnya melakukan kejahatan?! Ini sungguh keterlaluan! Kegilaan apa yang menguasaimu?!”

Ksatria penjaga Letizia memaksakan diri di antara Eckhart dan serangan mereka yang menakutkan, sambil mengacungkan senjata. Eckhart mengeluarkan schtappe, siap bertarung, akan tetapi Justus mencengkeram kerahnya dan meraung, “ECKHART! Lupakan interogasi! Dahulukan perintah, dan apa yang lord perintahkan?!”

“Dia memerintahkan kita untuk… pergi,” jawab Eckhart.

“Kalau begitu ayo cepat pergi,” kata Justus, yang kini pucat pasi. Dia memelototi Letizia dan pintu kantor aub, lalu berbalik dan berlari menjauh.

Eckhart mengertakkan gigi, tapi dia menyingkirkan schtappe-nya dan mengikuti. Tampaknya mereka tahu apa maksudnya “pergi”, tapi Strahl dan Sergius bertukar pandang dengan bingung. Ferdinand pasti tidak membagi komando kepada seluruh pengikutnya.

“Sergius, Strahl, tangkap mereka berdua,” kata salah satu ksatria Letizia. “Kita perlu mengetahui alasan agresi mendadak mereka dan mengetahui apa yang Lord Ferdinand maksud.”

Strahl dan Sergius mengangguk, lalu mengejar.

“Lady Letizia, apa yang sebenarnya terjadi…?” Fairseele bertanya kapan anak itu kembali ke kantor. “Apakah ada yang salah dengan Lord Ferdinand?”

Letizia membuka bibir untuk menjawab, tapi tidak ada kata yang keluar. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Tuduhan Eckhart dan raut wajahnya terus terlintas di benaknya.

Aku yang melakukan ini...?

Dia memutar otak, putus asa. Dia menggunakan tabung perak itu dengan harapan bisa membujuk Lord Ferdinand, tapi apakah itu benar-benar penyebab penderitaannya? Jika iya, kenapa dia tidak menggandakannya juga?

“Lord Ferdinand belum meninggalkan aula,” kata Letizia. “Aku akan kembali untuk memeriksa keadaannya.” Namun saat dia hendak bergerak, dia mendengar langkah kaki mendekat.

“Ya ampun, apa penyebab semua keributan ini?” terdengar suara dari luar ruangan.

“Lady Detlinde?” tanya salah satu ksatria yang menjaga pintu.

“Ada urusan apa kamu di sini?”

“Lord Ferdinand dan Lady Letizia saat ini sedang memasok mana,” tambah yang lain, juga mencoba mencegahnya masuk.

Mereka yang berada di dalam ruangan juga mengambil tindakan, mengambil posisi bertahan di sekitar lady mereka.

Letizia melihat ke arah pengikutnya, lalu ke pintu aula Pengisian Mana. Tidak ada jalan keluar.

"Bohong," bentak Detlinde. “Pengikut Lord Ferdinand baru saja pergi, dan Letizia ada di kantor.” Dia menerobos para penjaga, membawa serta para pengikutnya dan beberapa utusan berpakaian perak. Leonzio ada di sampingnya, memegang tabung perak dan tersenyum tampan.

“Lady Letizia,” katanya sambil menyeringai. “Aku kira Kamu berkonsultasi dengan Lord Ferdinand?” Dia menirukan menarik tali mainan di tangannya, dan dengan itu, Letizia akhirnya mengerti—dialah yang patut disalahkan. Dia telah terjebak dalam manipulasi dan tipu daya Leonzio.

“Lord Leonzio, apa yang sudah kamu lakukan…?”

“Lady Detlinde,” katanya, “situasinya persis seperti yang terlihat: Lady Letizia telah membunuh Lord Ferdinand. Bolehkah aku memintamu untuk mengambil feystone-nya?”

Saat Letizia berdiri terpaku di tempat, masih mencerna tuduhan itu, Leonzio mengantar Detlinde ke pintu masuk Mana.

Aula pengisian ulang. “Sungguh menyakitkan bagiku untuk memaksakan tugas semacam itu kepadamu, my lady... tapi ini harus dilakukan demi masa depan kita.”

“Ya ampun. Kamu terlalu khawatir,” jawab Detlinde. “Aku tidak hanya memiliki hadiahmu, tapi aku juga ditakdirkan untuk menjadi Zent berikutnya. Sekarang…” Dia menarik napas. “Semua, tangkap Letizia. Dia telah membunuh tunanganku dan menyalahi dekrit kerajaan.”

Detlinde terkikik saat dia memasukkan batu pendaftaran ke pintu di depannya, lalu melangkah ke aula. Letizia tahu di dalam hatinya bahwa Ferdinand masih di dalam, kesakitan karena perbuatannya.

Aku harus membantunya!

Tapi ketika dia mencoba mengejar Detlinde, Leonzio meraih lengannya. “Kalian sudah dengar dari Lady Detlinde,” katanya kepada yang lain. “Tangkap dia!”

"Jaga mulutmu!" salah satu penjaga berteriak. “Lady Letizia tidak melakukan hal semacam itu!”

Semua ksatria mengubah schtappe mereka menjadi senjata, sementara utusan yang berkumpul menyipitkan mata dan mengeluarkan pedang perak. Ketegangan di ruangan itu terlihat jelas.

Leonzio melanjutkan, senyum terpampang di wajahnya, “Kami semua dapat melihat apa yang terjadi di sini. Lady Letizia muak dengan pendidikan ketat yang dipaksakan oleh gurunya yang ditunjuk Zent, jadi dia memutuskan untuk membunuhnya. Dia menunggu sampai mereka berduaan di aula Pengisian Mana, lalu mengambil nyawanya.”

“Itu tidak benar,” protes Letizia. “Aku tidak membenci Lord Fer—”

“Kau mengungkapkan rasa frustrasimu dengan sangat jelas di Estate Lanzenave dan saat pesta teh,” Leonzio melanjutkan dengan suara cerah. “Banyak yang mendengar Kamu meratapi penolakannya untuk mengurangi beban kerjamu, tidak peduli seberapa banyak Kamu meminta.”

Pengikut Detlinde menyatakan persetujuan.

Fairseele berubah pucat pasi, tapi dia dengan protektif memeluk Letizia. “Jangan konyol. Bagaimana mungkin Lady Letizia berharap untuk menyakiti Lord Ferdinand?”

“Seperti ini,” kata Leonzio, lalu menarik tali yang terpasang pada tabung peraknya. Awan bubuk putih lain melesat ke udara, dan suara gemerincing keras bergema di seluruh ruangan.

“Eep!”

Dalam sekejap mata, semua orang kecuali Letizia, Fairseele, pengikut Detlinde, dan para utusan telah berubah menjadi feystone.

Pikiran Letizia menjadi kosong. Ini sama sekali tidak seperti yang terjadi pada Ferdinand. Dia tahu jauh di lubuk hatinya bahwa batu-batu yang berserakan di lantai adalah pengikutnya, tapi dia tidak bisa memaksakan diri untuk menerimanya. Tenggorokannya tercekat seolah-olah lupa cara bernapas, dan dering keras memenuhi telinganya.

“Ya ampun, Lord Leonzio, kamu pembohong yang kejam…” Detlinde menghela nafas, kembali dari aula dengan tangan di pipi. “Lord Ferdinand sama sekali bukan orang yang hebat. Kita harus menunggu lebih lama lagi.”

"Oh?" Leonzio berkedip bingung. “Kalau begitu, bagaimana keadaannya? Racun itu bekerja pada yang lain, seperti yang Kamu lihat.”

Detlinde mengangkat tangan, mendesaknya untuk diam, lalu menatap Letizia dengan senyumnya yang biasa. Dia tampak sangat acuh tak acuh, seolah tidak bisa melihat batu-batu feystone berserakan di lantai.

Bagaimana dia bisa tersenyum seperti itu? Bagaimana bisa?

Dengan gigi bergemeletuk, Letizia berusaha memprotes: “Lo-Lord Ferdinand akan—”

“Lord Ferdinand sudah mati,” Detlinde terkekeh. “Dan kamuyang harus disalahkan.”


Dihadapkan pada kenyataan mengerikan, Letizia berlutut. Kekuatannya tiba-tiba hilang sehingga dia tidak bisa berdiri lagi. Meskipun dia tidak melakukannya dengan sengaja, faktanya dia telah meracuni Ferdinand. Bahkan sekarang, dia bisa mengingat dengan sangat detail ekspresi menakutkan di wajah Eckhart dan Justus; mata mereka secara alami berkobar karena amarah.

“Kami membongkar pembunuhanmu dan akan menghukummu,” Detlinde melanjutkan, nadanya kini performatif. “Itulah takdir yang pantas kamu dapatkan bukan? Membunuh tunangan aub kadipatenmu berikutnya adalah kejahatan besar.”

Akhirnya, situasi terungkap: Georgine menciptakan situasi yang tepat yang diperlukan untuk rencananya, dan Letizia mengambil alih kendali.

“Kejahatanmu layak untuk eksekusi ditempat,” kata Detlinde. “Tapi jangan takut, Letizia—sebagai bentuk belas kasihku, aku, Zent berikutnya, akan mengizinkanmu untuk hidup. Dengan asumsi bahwa Kamu menghabiskan sisa hari-harimu di Lanzenave. Aku bahkan akan mengirim pengikutmu untuk bergabung denganmu. Nyawamu akan terselamatkan selama kamu tidak pernah menunjukkan wajahmu lagi di sini.” Dia melambaikan tangan. “Sekarang… bawa dia pergi.”

Tepat pada waktunya, orang-orang Lanzenave bergerak untuk menangkap Letizia dan Fairseele.

“Lady Letizia! Lari!" Fairseele berteriak. Dia mencoba melawan, tapi pedangnya yang terbuat dari scchtappe tidak berguna melawan utusan yang berpakaian perak.

Letizia dan Fairseele menghadapi delapan ksatria penjaga Detlinde dan lebih dari selusin utusan; melarikan diri hanyalah mimpi. Mereka langsung ditangkap dan ditahan.

“Sekarang setelah aku terbebas dari semua rintangan, aku akhirnya bisa mendapatkan Grutrissheit,” kata Detlinde bersenandung. “Aku harus memberi tahu Ibu bahwa semua berjalan sesuai rencana.” Dia kemudian berjalan keluar ruangan, menginspirasi rombongannya untuk mengikutinya. Kedua tahanan mereka yang terikat juga diseret.

“Lady Letizia?! Fairseele?!”

Sebelum kelompok itu bisa melangkah lebih jauh, mereka berpapasan dengan Strahl dan Sergius. Kedua pengikut itu dimaksudkan untuk mengejar Eckhart dan Justus, jadi mengapa mereka kembali adalah sebuah misteri. Mereka menghunuskan schtappe saat melihat apa yang terjadi.

“Lady Detlinde?! Apa yang kamu lakukan pada mereka?!” tuntut Strahl.

Getaran menjalar di punggung Letizia. Strahl dan Sergius akan melakukan kesalahan yang sama seperti yang pengikutnya lakukan sebelum diubah menjadi feystone. Kalau terus begini, mereka akan menemui tujuan yang sama.

“Tidak, Ayah!” Fairseele berseru. “Schtappe tidak akan mempan pada mereka!”

“Mereka memiliki racun yang langsung mengubah manusia menjadi feystone!” Letizia menambahkan. "Lari! Selamatkan yang lain!”

"Diam!" teriak utusan itu. Mereka melayangkan pukulan ke dua tahanannya untuk membungkam mereka, tapi sudah terlambat; informasi terpenting telah tersampaikan. Strahl dan Sergius melompat mundur dan langsung melarikan diri.

“Oh, akan sangat mudah jika kita berhasil menyingkirkan Strahl…” Detlinde menghela nafas. Dia menatap Letizia dengan tatapan simpatik sekaligus mengejek. “Aku sarankan Kamu untuk tidak melakukan trik semacam itu lagi, Letizia. Kamu hanya akan menyesalinya.”

Letizia dibawa ke gedung utama yang belum pernah dia lihat. Detlinde berhenti di depan salah satu dari banyak pintu di sekitar mereka dan membuka kuncinya. Terdengar erangan teredam dari sisi lain.

Area yang penuh dengan pintu terkunci...?

Letizia menatap sekeliling dan melihat banyak pintu lain, yang sebagian besar seperti tidak digunakan. Saat perasaan tidak nyaman yang memuakkan menyebar di dadanya, dia menyadari bahwa Detlinde dan Leonzio telah menghilang ke dalam ruangan yang baru dibuka.

Tiba-tiba, erangan pelan berhenti, dan keheningan yang memekakkan telinga memenuhi udara. Jantung Letizia berdegup kencang, dan seluruh anggota tubuhnya kehilangan rasa.

“Kamu meminta Lord Ferdinand mencari Roswitha, bukan?” Detlinde berkata, bibir merahnya membentuk seringai jahat. “Sungguh manis kepedulianmu pada pengikutmu.”

Leonzio kemudian menjatuhkan feystone warna-warni di kaki Letizia. Itu mendarat dengan suara gemerincing ringan sebelum berguling di lantai.

“Roswitha terlalu berisik,” katanya. “Kami tidak akan pernah bisa membawanya ke Lanzenave saat dia selalu membuat keributan, jadi kami memutuskan untuk berkompromi. Bagaimana mungkin kami tidak melakukannya, padahal Kamu bersedia membunuhLord Ferdinand untuk menyelamatkannya? Bergembiralah, Lady Letizia, karena Lanzenave sekarang akan menyambut Kamu dan Roswitha.”

"Ah ah..."

Tenggorokan Letizia tertutup. Saat dia menatap feystone di depannya, dia mulai melihat warna merah. Dia tidak bisa lagi menjaga penampilan bangsawannya.

“Tidaaaaaak! ROSWITHAAAAAA!”

Letizia berteriak sekuat tenaga, meratap tanpa henti, tapi tidak ada yang bisa menyelamatkannya. Saat penglihatannya menjadi gelap, kepalanya dipenuhi tawa Detlinde yang melengking.

Post a Comment